NovelToon NovelToon

Kisah Cinta Dua Ajudan. ( Red & Black )

Bab#1. Red & Black.

Pernikahan antara dua Ajudan dari seorang mantan mafia terhebat pun tinggal menghitung hari.

Red dan Black, ajudan terhebat dan paling setia yang sangat di andalkan oleh Leonardo De Xarberg.

Meksipun baby twin belum terlahir ke dunia namun, Leo telah mengakhiri setiap urusannya yang berbau ilegal dan juga kriminal.

Ia ingin menafkahi anak dah istrinya dari hasil usahanya yang legal.

Leo telah melelang murah semua usaha gelapnya yang tidak terendus oleh pemerintah.

Siapa lagi yang bisa pria itu andalkan untuk membereskan semuanya, selain Black.

Sementara Blue sengaja ia tempatkan untuk mengurus keamanan beberapa perusahaannya.

Red yang sedang mengawasi istri dari tuan Leo, tiba-tiba di hampiri oleh pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya ini.

Tap.

Black menempelkan kaleng minuman dingin ke pipi wanita dengan potongan rambut bob pendek ini.

Ssh.

Red meringis kaget ketika merasakan ada benda dingin di pipinya.

"Kebiasaan!" omelnya dengan tatapan mata mengarah tajam pada Black.

"Aih, pagi-pagi udah dapat tatapan cinta dari calon istri," goda Black.

Hal yang selalu pria itu lakukan pada Red selama kebersamaan mereka di mansion ini.

"Bisa tidak kau itu kalau datang memberi tanda, jangan seperti hantu," ketus Red, seraya menerima minuman yang selama beberapa hari ini di jejalkan oleh Black padanya.

"Habiskan ya," kata Black tanpa menghiraukan ocehan dari wanita yang sangat ia gilai ini.

"Sampai kapan aku harus minum susu kurma?" tanya Red yang sedikit bergidik acap kali ia meminum racikan ini.

"Setidaknya sampai hari pernikahan kita, sayang," goda Black lagi yang mau tak mau mencetak semburat kemerahan di pipi pucat Red.

Setiap ia ingat atau pria di hadapannya menyingung rencana pernikahan keduanya maka pipi Red akan serta-merta menghangat.

Akan tetapi, raut wajah bahagia yang berusaha Red sembunyikan itu tetap dapat dirasakan dan disadari oleh Black.

Karena apa?

Karena jika Red menolak atau tak suka dengan perkataan dari Black biasanya wanita ini akan memukul atau menendangnya.

Tetapi, belakangan ini Red sudah jarang berlaku kasar padanya.

Mungkin juga karena sikap Black yang sudah terkontrol. Pria itu tak lagi berniat mengambil hati Red karena sebentar lagi wanita itu akan menjadi miliknya.

Black hanya perlu membuat Red menyatakan cinta padanya. Tapi nyatanya itu bukanlah suatu prioritas. Persetujuan Red untuk menerima pernikahan ini saja sudah membuat Black senang bukan main.

"Kapan kau akan memberitahukan kepada kedua orangtuamu tentang rencana pernikahan ini?" tanya Red, sambil menyeka bibirnya yang terdapat sisa susu berbau amis itu.

Black memandang Red sebentar sebelum ia mengalihkan pandangannya ke depan. "Itu bukan hal yang penting. Lima belas tahun sudah mereka tak lagi tau yang terjadi padaku dan juga apa yang ku lakukan. Jadi, kenapa aku harus mengabari hal penting ini kepada mereka? Aku tidak akan merusak suasana hati serta kegembiraan yang ku rasakan. Cukup memilikimu, maka duniaku pun sempurna," tutur Black panjang lebar.

Tentu saja ucapannya barusan membuat Red terkesiap sesaat. Wanita itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya yang berbunga-bunga.

Hingga, ekspresi yang ia tampilkan pun tetap datar dan biasa saja.

"Setidaknya kau masih memiliki keluarga. Tidak sepertiku yang bahkan tak pernah tau seperti apa rupa ibu yang telah melahirkanku ke dunia," ucap Red pilu.

Black berbalik, dan merapatkan tubuhnya ke hadapan Red yang mana tingginya hanya selisih sepuluh senti saja darinya.

"Kita tak perlu memikirkan masa lalu dan masa sedih yang kita miliki. Cukup, memikirkan masa depan karena kita berdua pada akhirnya akan selain memiliki. Itu adalah hal yang akan menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Jadi, jangan risau dan khawatir akan hal yang lain. Kau ... cukup risaukan serdadu kecilku saja. Bersiaplah untuk menerima terjangan nanti," ucap Black dengan sedikit godaan disertai kedipan sebelah matanya.

Clutt.

Sebuah cubitan pun mendarat di lengannya.

Aw!

"Sakit Red, astaga!" Black langsung menaikkan lengan jas untuk memeriksa hasil kekerasan Red padanya.

"Lihatlah. Sampai meninggalkan tanda seperti ini," keluh Black yang menunjukkan bekas kebiruan akibat cubitan Red.

"Sebaiknya kau jaga cara bicaramu!" kecam Red dengan sorot mata menukik tajam.

Tetapi, hal itu justru terlihat menggemaskan bagi Black.

"Sebentar lagi kau tidak akan bisa melotot padaku," goda Black lagi sambil mencolek ujung bibir Red.

Mendengar hal itu, Red langsung memalingkan wajahnya.

Bagaimanapun ia harus menerima kekalahan. Hatinya kini sudah melunak dan tak lagi bisa searogan beberapa waktu lalu.

Di luar misi sang Nyonya dengan alasan ngidamnya yang tidak masuk akal Red paham bahwa mungkin memang ini jalan baginya untuk menyadari bahwa kehadiran Black telah mengisi ruang kosong dalam hatinya.

Dengan caranya, Black membuat Red hanya fokus memikirkannya setelah pekerjaan yang menguras tenaga dan juga pikiran. Pria itu dengan segala tingkahnya yang menyebalkan nyatanya mampu meregangkan otot-ototnya yang kaku.

"Aku harus pergi. Kemunduran tuan Leo dari dunia bawah tanah cukup membuatku sibuk, tapi aku senang dan lega karena akhirnya kita akan terlepas dan terbebas dari pertarungan," tutur Black dengan senyum tengil yang tak lepas dari wajah tampannya itu.

"Pergilah, sebelum aku bosan melihat wajahmu," usir Red yang sangat bertentangan sekali dengan apa kata hatinya saat ini.

"Hei, seharusnya kau menahanku. Katakan padaku untuk jangan pergi karena kau masih rindu dan membutuhkan kehadiranku di sisimu," protes Black saat melihat respon Red yang santai saja saat ia berpamitan.

Jika bukan karena tugas mungkin Black akan memilih untuk terus berada di samping wanita ini.

Red berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa. Oh sungguh bukan gayanya, untuk bersikap semanis itu.

"Pergilah. Selesaikan semua dengan cepat maka kau akan cepat kembali dan berada di sampingku lagi," ucap Red santai tapi Black tau jika itu adalah kalimat yang berasal dari hatinya yang terdalam.

"Begini deh resiko suka sama cewek dingin. Untung aja udah gak terlalu galak," batin Black hingga senyum tipis menghias wajahnya yang nampak dipenuhi bulu-bulu manja di sekitar rahang.

Rambutnya yang ikal sebahu di gerai begitu saja. Sehingga membuat Red penasaran dan bertanya.

"Apa kau kehilangan ikatan rambut?"

"Ah tidak. Hanya saja ada wanita cantik yang bilang kalau aku lebih tampan seperti ini," jawab Black asal. Sambil memperhatikan bagaimana perubahan raut wajah Red.

"Sebaiknya kau kuncir lagi rambutmu," ucap Red, tanpa melihat lawan bicaranya.

Entah kenapa hatinya merasa tak suka jika ada wanita lain yang memuji pria di hadapannya ini.

"Tidak ah, aku kan suka di puji wanita. Sementara pada saat aku di kuncir tak ad yang memujiku," sungut Black menolak anjuran dari Red, hingga wanita itu menarik tangan Black dan beralih ke belakang tubuhnya.

Black menyeringai penuh kemenangan pada saat Red menguncir rambut dengan gelang tali yang ia pakai.

"Kau tidak memujiku. Kenapa harus di kuncir?"

"Baiklah. Kau Black yqng tampan aku suka kau di kuncir," kata Red kaku.

Dan, Black hampir menyemburkan tawanya jika saja ia tak ingat, bahwa membujuk Red ketika merajuk lebih sulit ketimbang menggerebek markas Triad.

__________

"Kabarnya bocah itu masih menjadi pengawal dan juga asisten setia putra Xarberg. Dan, ku dengar dia akan menikah bulan ini," ucap Pria dengan kulit putih pucat dimana terdapat kumis tipis pada wanita paruh baya yang masih nampak cantik dan seksi. Dimana wanita itu kini tengah melucuti pakaian bagian bawahnya.

...Bersambung ...

Bab#2. Red & Black.

Sekilas tentang Red.

Red, alias Levina Arzetty. Di besarkan di panti asuhan, lalu di adopsi oleh keluarga tentara. Hingga ia memaksa untuk bergabung dalam kemiliteran. Tak mau jadi tentara negara, Red memilih menjadi pengawal bayaran yang pada akhirnya di tarik oleh ketua kelompok mafia Leon the king.

Black, alias Lorenzo Gouvarte. Pria yang sebenarnya berkelas dan berasal dari keluarga kalangan atas. Pergi dari keluarga yang terlalu mengekang dengan segala peraturan yang mencekik serta berbagai intrik dari para pewaris yang saling beradu teknik untuk menjatuhkan satu sama lain. Sehingga, Black memutuskan untuk menjalani hidup yang ia rangkai sendiri. Hingga ia tergabung dengan kelompok mafia Leon the king.

Kehebatan keduanya dalam strategi dan juga kesetiaan membuat Leonardo De Xarberg sang pemimpin klan tersebut mengangkat keduanya menjadi kaki tangan.

Bahkan Red dan Black di percaya langsung untung mengawasi mansion. Secara tak langsung keduanya adalah pengawal pribadi Leo yang merangkap segala hal.

Karena Black juga mengerti IT dan bisnis. Sementara Red, ahli beladiri juga merakit senjata.

Melihat kehebatan keduanya dan juga interaksi unik ketika sedang berdebat. Membuat Nadia istri dari Leo ini geram sekaligus gemas.

Apalagi Red adalah tipikal wanita dingin bak kulkas tiga pintu yang sangat menjaga imagenya. Wanita itu begitu pandai menutupi perasaannya. Karena ego yang terlalu dalam menguasainya.

Nadia melihat kehebatan dan kesetiaan keduanya hingga ia merencanakan sesuatu untuk mempersatukan dua ajudan suaminya.

Suatu hari nanti kedua bayi kembarnya pasti akan memerlukan pengawal serta kaki tangan yang setia dan mumpuni dalam berbagai bidang seperti kedua ajudan Leo ini.

Lagipula, Nadia sudah terlanjur jatuh cinta dan suka dengan kedekatan keduanya meskipun lebih pantas jika si bilang musuh bebuyutan.

Tetapi, di dalam hati yang paling dalam ternyata keduanya menyimpan rasa terhadap satu sama lain apalagi Black. Pria ini jangan di tanya sejak kapan ia menyukai Red si gadis tomboi yang galak.

Sikap Black yang sedikit slengean dan tengil jika di luar tugas membuat Red terhadang kesal. Tetapi, nyatanya pada saat Black memutuskan untuk merubah sikap, seketika kesepian melanda hari-hari Red.

"Ternyata aku telah terbiasa dengan sikapnya yang menyebalkan, cara bicaranya yang ceplas-ceplos. Tingkahnya yang terkadang absurd serta rayuanya yang menggelikan," batin Red senang senyum tipis yang sekilas nampak tercetak di wajahnya yang minim ekspresi.

Bagi sebagian wanita Red adalah satu dari sedikit yang tidak menyukai make up maupun alat untuk mempercantik diri lainnya.

Akan tetapi bukan berarti Red tidak merawat kulit wajah serta tubuhnya. Untuk masalah ini Red tetap sama dengan para wanita kebanyakan hanya saja cukup sekedar dan tidak berlebihan.

Tak jauh berbeda dengan para pria maskulin. Mereka kan juga merawat wajah dan tubuhya. Hanya saja, Red tidak pernah menyentuh alat-alat tempur perempuan kecuali pada saat yang benar-benar dibutuhkan.

Seperti ketika ia menjalankan misi beberapa waktu lalu.

Di situlah Black semakin terpesona karena ketika Red menjelma menjadi wanita sesungguhnya ia bagaikan bidadari yang turun dari langit.

Sejak saat itu Black telah menetapkan Red sebagai pemilik hatinya. Hingga pria itu melakukan kesalahan dan mencium bibir Red tanpa ijin.

Jika bukan karena pertarungan yang membutuhkan tenaga dan pikiran Black mungkin pada saat itu juga Red akan menancapkan jarum beracun ke leher pria berambut gondrong tersebut.

___________

"Halo Red sayang," sapa Black yang baru saja sampai mengantar tuan Leo.

Pria itu menghampiri Red yang berada di area lantai atas mengawasi para pekerja menyiapkan kamar baby twins.

"Jangan berisik, karena semua orang sedang fokus!" omel Red dengan tatapan tajamnya seperti biasa.

Black pun memajukan wajahnya yang justru mendapat pukulan dari telapak tangan Red.

"Berhenti bercanda!"

Black pun mengerucutkan bibirnya. Memiliki calon istri yang dingin seperti Red nyatanya cukup menguji kesabaran. Wanita itu sangat sulit untuk di ajak romantis.

"Red, Black? Kenapa kalian masih ada di sini?" cecar Nadia yang berjalan menghampiri keduanya sambil memegangi pinggang.

"Nyonya, ada apa?" tanya Red yang dengan cepat mensejajarkan dirinya di samping sang majikan.

"Kalian kan hari ini jadwal fitting baju pengantin. Lalu kenapa masih ada di mansion?" tanya Nadia heran.

Red dan Black pun saling pandang dengan kening yang berkerut.

Apa yang sudah mereka lupakan?

Hingga beberapa detik kemudian, Black memukul keningnya kencang.

"Apa?" heran Red.

"Aku lupa mengatakannya padamu. Hari ini aku justru ikut mengantar tuan Leo melihat proyeknya yang baru," jawab Black dengan meringis seraya menelan ludahnya susah.

"Black! Urusan sepenting ini kau bisa-bisanya lupa!" gemas Red.

"Sudahlah. Sebaiknya kalian cepat pergi!" titah Nadia, sambil menghela napas sesudahnya.

Black langsung menggamit lengan Red meski tanpa persetujuan sang empunya.

Berjalan cepat menuruni tangga lalu berlari agar cepat pintu keluar. Black terus menyeret calon istrinya ini masuk ke dalam mobil.

"Hei Black! Kau ini tidak manusiawi sekali dalam memperlakukan calon istrimu!" protes Red yang sangat kesal karena Black terus menarik tangannya.

"Maaf, sayang. Waktu kita tinggal sedikit, setelah ini aku akan membelikanmu es krim," ucap Black yang sudah mulai melajukan kendaraan roda empat berwarna merah metalik itu keluar dari area mansion dan menuju jalan raya.

"Aku tidak suka es krim!" tukas Red seraya melempar pandangannya keluar jendela.

"Sayang, bisa tidak kalau kita bicara kamu jangan pake urat dan ngegas," pinta Black.

Red menarik napasnya sebelum ia menjawab permintaan dari Black.

"Katanya, kau mencintaiku dengan apa adanya diriku? Lalu kenapa kau tiba-tiba menuntut perubahan terhadap gaya bicaraku ini?" cecar Red yang mana langsung membuat Black gelagapan.

__________

"Pantau terus mereka. Sekalipun anak itu telah lama pergi dari keluarga Gouvarte, tetap saja selama hidup maka ia akan menjadi ancaman bagi kita," ucap wanita berparas cantik dengan senyum sinis yang bernama Olive Emerald. Dia adalah istri dari pamannya Black yang bernama Cobalt.

"Kau benar, Apalagi, anak itu memiliki kubu dan sekutu yang cukup kuat. Jangan sampai sikap lengah kita ini menjadi senjata makan tuan. Siapa yang tau isi hati seseorang?" timpal Olive.

__________

"Sayang, istirahatlah jangan terus jalan kesana-kemari. Apa kau tau jantungku ini seakan mau lepas dari sarangnya," keluh Leo dengan raut wajah yang begitu memelas.

Pria itu terus saja meringis acap kali melihat Nadia berjalan sambil memegangi bawah perutnya dan terkadang juga pinggangnya.

"Sayang, kehamilanku kan sudah memasuki usia 36 Minggu, jadi kata dokter Celine aku harus banyak bergerak. Aku kan mau lahiran normal," jawab Nadia seraya mengusap rahang Leo yang kini telah bersih tanpa bulu-bulu halus itu.

Karena semenjak hamil Nadia tak suka bulu lebat yang membingkai wajah tampan suaminya itu.

"Cara yang enak aja gimana? Dan lebih aman di jantungku," tawar Leo dengan alis yang naik turun.

Sungguh mencurigakan. 😏

...Bersambung ...

Bab#3. Red & Black.

"Cara seperti apa maksudmu, sayang? Katakan saja," kata Nadia membuat kedua manik mata Leo berbinar.

Leo pun mendekatkan bibirnya ke telinga Nadia hingga kedua pipi istrinya itu memerah.

Nadia pun mengangguk dan mereka pun memulai semuanya dengan sangat hati-hati sekalipun, gelora dan hasrat dari keduanya hampir meledak.

Selesai penyatuan Leo mengajak bicara Nadia karena memang sejak beberapa pekan lalu pria ini ingin membicarakan hal tersebut.

"Sayang, kamu yakin akan mengambil jalan melahirkan dengan proses normal?" tanya Leo sambil membelai kepala Nadia yang sengaja ia letakkan di atas pangkuannya.

"Hemm," jawab Nadia dengan deheman karena ia tengah merasakan sentuhan dari jemari Leo pada kepalanya.

"Apa kau tidak takut sayang? Ku lihat sepertinya semua itu akan sangat menyakitkan," tanya Leo lagi memastikan.

"Memangnya kalau proses operasi itu tidak sakit?" Nadia bertanya balik tanpa membuka matanya yang terpejam.

Hingga, ia tak melihat kegusaran si wajah Leo.

"Tentu saja tidak. Karena kau kan di bius," jawab Leo.

"Bagaimana kau bisa tau?" heran Nadia yang sontak membuka matanya.

Leo pun menunjuk ke arah ponselnya yang tergeletak di atas kasur.

"Oh iya, kau pasti melihatnya di internet 'kan?Artikel mengenai hal itu banyak sekali. Bahkan, jika ingin melihat rekamannya pun ada," kata Nadia lagi.

"Aku ingin bertanya langsung pada padamu, mengenai kesanggupanmu. Bukankah itu lebih baik? Apa aku ini suami yang aneh?" cecar Leo, yang tiba-tiba merasa kembali gelisah apalagi saat ia melihat perut Nadia yang membusung.

Leo sontak memijat pelipisnya, sampai kapan ketakutan ini menyelimuti hati dan pikirannya.

"Pertanyaanku ini, padahal bisa ku ajukan pada dokter. Hei sayang, apa hal yang ingin ku tau ini membuatku terlihat bodoh di hadapanmu?" tanya Leo lagi dengan ekspresi bingung.

"Tidak sama sekali suamiku. Kau justru sangat manis pada saat menunjukkan kasih sayang dan juga perhatianmu padaku. Kau tau tidak, ku rasa pria sepertimu ini sangatlah langka," tutur Nadia dengan senyumnya.

"Apa iya? Bukankah setiap suami dan calon ayah pasti memiliki kepusingan dan kebingungan yang sama denganku?" tanya Leo yang semakin bingung.

"Sayang ... kebanyakan dari mereka itu pusing memikirkan biaya rumah sakit, lalu biaya susu, acara syukuran, dan berbagai kebingungan lainnya. Tetapi, jarang ada suami yang memikirkan apakah proses melahirkan anak mereka itu akan menyakiti istrinya? Bagaimana perasaan sang istri saat ini, siap atau takut. Aku sangat terharu karena kau telah memikirkan perasaanku Leo," tutur Nadia.

Tangannya naik ke atas dan terulur untuk mengusap rahang Leo yang tegas dan tanpa bulu.

"Entah kenapa aku nampak lebih takut di bandingkan kamu yang akan mengalami hal itu. Aku, sudah berjanji tidak akan membuatmu meneteskan air mata lagi tetapi kulihat di Vidio bahwa melahirkan itu sangat menderita dan kau bukan hanya akan menangis tapi juga akan berteriak," jelas Leo dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Nadia pun terbangun dari rebahannya dan langsung menghambur ke dalam pelukan suaminya itu.

"Baiklah sayang, akan ku jelaskan dengan detil agar kamu tidak bingung." Nadia pun mengirup napas dalam sebelum memulai penjelasannya.

"Sayang, dengarkan aku. Setiap wanita pasti menginginkan proses melahirkan secara normal, yaitu, dengan melahirkan bayinya dari dalam rahim melalui **** *************. Kalau kau bingung bagaimana bayi yang besar itu bisa keluar dari sana, aku juga akan menjelaskannya. Mulut rahim itu lentur dan bisa membesar sesuai dengan ukuran besar kepala bayi, begitu juga dengan lubang pada nona–V, yang lentur dan juga fleksibel. Bagian itu bahkan bisa membesar berkali-kali lipat sesuai dengan kebutuhannya. Aku tau, kau pasti masih bingung. Seperti milikmu, lubang tersebut juga bisa membesar dan mengecil seperti semula." Nadia menjelaskan dengan rinci serta detil hingga Leo tidak memiliki kesempatan untuk menyelanya.

"Aku sudah membacanya dan proses itu, pasti akan sangat membuatmu kesakitan. Mengeluarkan bayi sebesar itu dari dalam tubuhmu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana tersiksanya dirimu nanti. Kau, ingat tidak, ketika pertama kali ku masuki saja kau menjerit serta mencengkeram lenganku dengan begitu kuat. Itu milikku, yang aku tidak mengerti besarnya normal atau tidak. Tapi yang ku tau, kepala serdadu ku tidaklah sebesar kepala bayi," jelas Leo dengan lugas.

"Aku tidak bisa membayangkan, apa aku akan sanggup melihatmu tersiksa ketika mengeluarkan mereka berdua," batin Leo. Pria itu masih terlihat dengan emosi yang turun naik, bahkan Leo nampak beberapa kali menghirup udara untuk mengurai ketegangannya.

Leo baru membayangkannya saja sudah setegang itu. Bagaimana nanti pada saat menonton pertunjukannya langsung.

"Leo, kau ini manis sekali," puji Nadia yang begitu bahagia mendapatkan pria yang super peka sebagai pendamping hidupnya.

Nadia tersenyum lebar, melihat raut wajah sang suami yang bingung dan kalut. Pria pertama yang begitu membuatnya kagum hingga geleng-geleng kepala.

"Leo, berhentilah untuk khawatir. Proses seperti itu, pasti akan di alami oleh setiap wanita dan calon bakal ibu. Meskipun, mereka akan menanggung sakit yang melebihi kemampuan bertahan dari manusia," jelas Nadia lagi.

"Apa perumpamaan sakitnya, jelaskan padaku?" Leo kembali bertanya, karena ia belum puas dengan penjelasan dari istri cantiknya ini.

"Diumpamakan, seperti rasa sakit ketika seluruh tulangmu di patahkan secara bersamaan." Nadia berucap sembari mengusap tengkuknya. Dia pun nyatanya ngeri juga.

Nadia yang sudah berkali-kali menyaksikan rekaman video tersebut tetap saja merinding.

"Semua akan terasa lebih ringan, dengan adanya dukungan dari sang suami. Cinta dari pasangan akan mengalirkan kekuatan, itu ku dapatkan dari salah satu artikel yang ku baca di internet," kata Nadia dengan manik mata yang saling menatap, para pria di hadapannya ini.

"Bagaimana dengan proses yang kedua, yang disebut pembedahan sesar? Katanya proses itu, dapat mengurangi rasa sakit?" cecar Leo, dengan wajah antusias.

"Mengurangi sayang. Bukan berarti tidak sakit sama sekali. Karena proses sebelum dan sesudahnya juga menyakitkan. Sebelumnya aku akan disuruh berpuasa dulu selama delapan jam sebelum operasi, dan tidak boleh minum setelah sadar hingga efek bius benar-benar hilang. Lalu pasien itu akan di bius epidural melalui tulang punggungnya. Tentu proses ini juga menyakitkan, meskipun semua tau bahwa hal tersebut berguna untuk membuat mati rasa pada bagian bawah tubuh yang akan di sayat. Prosesnya juga tidak mudah, karena ketika operasi, akan ada tujuh lapisan perut yang akan dibuka, seperti lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot dan seterusnya hingga rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu harus dijahit lagi satu per satu, sehingga jahitannya menjadi berlapis-lapis." Nadia menjeda ucapannya, lalu ia menatap dengan lamat ekspresi pria di hadapannya ini.

"Operasi caesar sendiri tidak akan sakit karena ada pengaruh dari obat bius tadi. Akan tetapi biasanya pasien akan mengalami nyeri dan keram pasca pengaruh obat bius hilang. Kedua proses ini, memiliki resiko tinggi bagi keduanya. Perjuangan yang memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Komplikasi cukup besar juga mengintai pasca operasi, serta efek samping skala kecil dan besar dalam jangka pendek bahkan panjang," tutur Nadia panjang kali lebar sesuai apa yang ia tau.

Leo memberikan Nadia air minum agar Istrinya itu membasahi kerongkongannya yang kering.

Leo mendengarkan keseluruhan penjelasan Nadia dengan gamang serta ngeri. Terlihat dari ekspresi serta gestur tubuhnya yang beberapa kali menyeka keringat. Meskipun dari luar dirinya nampak tenang, akan tetapi raut wajah pria itu benar-benar tegang.

"Kenapa kedua proses itu, sama-sama mengerikan? Lalu, proses mana yang aman? Mana yang akan kau pilih sayang?" tanya Leo dengan lesu.

"Sayang, dengarkan aku. Proses kelahiran itu tidak bisa di pilih. Biarkan saja semuanya terjadi secara natural dan spontan. Kau tenanglah, semua hal baik akan terjadi jika yang ada di dalam pikiran kita selalu hal yang positif. Mari kita nikmati saja proses ini dengan suka cita dan gembira. Pikirkan saja, bahwa sebentar lagi kita akan segera bertemu dengan buah cinta kita berdua. Kau telah memberi dukungan total agar aku tidak stress, karenanya aku dapat menjalani masa kehamilan ini dengan bahagia." Nadia menjelaskan agar tak ada lagi ketakutan yang bersarang di dalam hati serta pikiran Leo suaminya.

"Semoga, semua baik-baik saja dah berjalan dengan semestinya," bisik Leo seraya mengecup kening istrinya itu lama sekali.

_________

Beberapa pria nampak tengah mengawasi Red dan Black yang sedang melakukan fitting baju pengantin.

...Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!