NovelToon NovelToon

Menjadi Ayah Untuk Keponakanku

Bab 1. Calon Mempelai Pengganti

Bab 1

"Arga, menikahlah dengan Marsha!" pinta Barata kepada putranya.

Laki-laki yang biasanya berwajah datar kini berubah. Terlihat jelas ada rasa keterkejutan yang tersirat dari garis wajahnya.

"Apa? Kenapa aku harus menikahi calon istri Sakti?" tanya Arga tidak mengerti kenapa dirinya harus menikah dengan wanita yang seharusnya menikah dengan sang adik beberapa hari ke depan.

Ruangan tamu di kediaman keluarga Wibowo kini hening untuk sesaat. Terdengar suara isakan dari wanita paruh baya yang duduk di samping Barata.

"Karena saat ini Marsha sedang mengandung anak Sakti." Bukan Barata yang menjawab melainkan Ayu, istrinya.

"Apa? Mana mungkin Sakti berani melakukan hal seperti itu, Bu!" Arga tidak percaya karena adiknya itu pemuda baik-baik yang baru saja di wisuda dua bulan yang lalu.

Tangis Ayu semakin tergugu karena dia ingat betul bagaimana Bagus datang bersama keluarganya sambil marah-marah, minggu lalu. Mereka menuntut putra keduanya untuk bertanggung jawab karena sudah menghamili putri semata wayang dari Bagus Ardhitama.

"Itu adalah kenyataannya dan Sakti mengakui hal itu," ucap Barata dengan mata yang berkaca-kaca.

Mulut Arga melongo karena tidak percaya. Sakti selama ini kuliah dan tinggal di luar kota selama hampir lima tahun. Dia juga bukan pemuda yang suka bermain wanita, bahkan setahu dirinya tidak pernah pacaran.

Arga juga tahu siapa Marsha itu. Selama ini dia dikenal sebagai kembang desa yang berkelakuan baik dan sopan.

'Sebenarnya apa yang terjadi di antara Sakti dan Marsha? Apakah mereka diam-diam menjalin hubungan, karena usia Marsha lima tahun lebih tua dari Sakti? Padahal Sakti pulang ke desa hanya saat lebaran saja. Kapan mereka mulai dekat?' batin Arga bertanya-tanya.

Semakin dia pikirkan kepalanya semakin terasa sakit. Arga tipe laki-laki yang tidak suka terikat dengan satu wanita. Wajahnya yang tampan dan memiliki tubuh yang proporsional membuat dirinya jadi incaran kaum hawa. Hanya satu orang perempuan yang dia jadikan kekasih, Valerie.

"Seandainya saja Sakti tidak meninggal, kamu tidak perlu menggantikan dirinya untuk menikahi Marsha," lanjut Barata.

"Apakah Sakti dan Marsha berpacaran?" tanya Arga penasaran.

"Tidak. Mereka tidak pernah berpacaran," jawab Barata sesuai dengan pengakuan dua orang itu saat di sidang oleh kedua keluarga, minggu lalu.

"Mereka tidak pacaran, tetapi bisa tidur bersama bahkan sampai hamil!" pekik Arga sambil mencengkram rambutnya saking merasa pusing dengan keadaan keluarganya saat ini.

Arga tahu betul sifat adiknya itu tidak sebrengsek dirinya yang suka gonta-ganti wanita untuk kesenangan dirinya. Sakti itu tipe laki-laki yang bisa menjadi suami idaman para gadis.

"Keduanya mengaku tidak sadar saat melakukan hal itu. Mereka tahu-tahu saat bangun sedang berada di gubuk yang ada di ladang milik Pak Ardhitama," ucap Barata.

Arga terdiam lalu memejamkan matanya. Dia berpikir kalau adiknya itu sudah dijebak. Dengan begini dia baru mengerti kenapa Sakti bisa menghamili Marshanda anak orang paling kaya di kampungnya.

***

Berbeda dengan keadaan di rumah keluarga Ardhitama. Marsha terdiam tidak bicara apa pun saat ayahnya mengatakan kalau orang yang akan menikahinya kemungkinan akan diganti oleh Arga, kakaknya Sakti.

Setelah kejadian hari itu hidupnya terasa terombang-ambing. Semakin hancur saat mengetahui dirinya hamil. Dia dan Sakti hanya saling kenal karena tinggal di desa yang sama. Tidak ada rasa ketertarikan sebagai lawan jenis. Justru dirinya lebih suka kepada Argani Satria Wibowo, kakaknya Sakti.

"Keluarga Wibowo masih akan bertanggung jawab atas bayi yang ada di dalam perut kamu. Jadi, jangan protes kalau Arga yang akan menggantikan Sakti," kata Bagus dengan tegas. 

Marsha hanya mengangguk. Tidak ada lagi ayah yang selalu lemah lembut dan memanjakan dirinya. Begitu juga dengan sang ibu yang selalu memeluk dan mengelus kepala saat terjadi sesuatu kepada dirinya. Semua berubah saat dia membuat aib bagi keluarga. 

Hati Indah ikut pedih saat melihat keadaan putrinya. Namun, dia tidak bisa apa-apa. Kejadian dahulu ataupun hari ini tidak ada yang menginginkannya. Betapa sangat terkejut dia tadi siang saat mendengar kabar kematian Sakti karena kecelakaan. Sebenarnya dia sangat suka kepada pemuda itu dan senang saat akan menjadi menantu.

***

Kini kedua keluarga, Wibowo dan Ardhitama berkumpul di rumah calon mempelai wanita. Mereka sedang membicarakan kelanjutan hubungan dua keluarga itu.

"Arga bersedia untuk menjadi mempelai laki-laki besok," kata Barata.

Bagus pun mengangguk karena tidak ada cara lain, mau tidak mau Arga harus menggantikan Sakti. Laki-laki paruh baya ini tidak mau kalau nama baik keluarga sampai tercoreng karena putri satu-satunya itu diketahui hamil diluar nikah.

"Setelah mereka menikah, Arga akan membawa Marsha ke ibu kota," lanjut Barata sambil melirik ke arah sang anak yang duduk disampingnya.

"Itu lebih baik jadi tidak akan ada yang tahu kalau Marsha sedang hamil," ujar Bagus senang. 

Jika bayinya lahir dan pernikahan mereka baru berlangsung beberapa bulan, tidak akan ada warga desa yang curiga. Semua pasti akan berjalan dengan baik bagi semua pihak.

"Jadi, pernikahan akan tetap dilangsungkan lusa sesuai dengan rencana awal. Hanya saja mempelai laki-lakinya berubah," lanjut Ayu dengan lirih.

Perempuan itu masih dalam keadaan berduka pasca kematian putra bungsu yang sangat dia sayangi. Wajahnya sembab dengan mata yang bengkak. Membuat Indah, calon besannya merasa iba.

"Yang sabar, Bu Ayu. Sekarang Sakti sudah tenang di alam sana. Kita yang masih hidup hanya bisa mendoakan dirinya," kata Indah bersimpati dan Ayu pun menganggukkan kepalanya.

"Warga desa juga pasti mengerti kenapa calon mempelai laki-lakinya berubah," ujar Bagus dan Barata pun mengangguk.

Arga melihat ke arah perempuan berjilbab moca yang duduk di depannya. Wajah yang biasa terlihat dihiasi senyuman jika bertemu dengannya, kini berubah sendu.

'Apa aku bisa menjalani kehidupan rumah tangga nanti dengannya?' batin Arga.

***

Assalamualaikum, kembali lagi dengan karya yang baru. Semoga kalian suka dan mohon dukungannya. Tokoh pemeran utama laki-lakinya mungkin akan bikin gedeg bagi kaum wanita. Jadi, siapkan hati agar tidak marah-marah.

Bab 2. Menjadi Pengantin Pengganti

Bab 2

Arga tidak bisa tidur malam ini padahal besok adalah hari yang akan mengubah status mungkin juga kehidupannya. Laki-laki itu tidak bisa menolak keinginan orang tuanya, meski dia bukan orang baik, tetapi tidak pernah membantah ucapan ibunya. Bagi dia, ibu adalah orang yang paling mulia di dunia. 

Ditatapnya foto sang adik saat di wisuda. Di sana terlihat raut kebahagiaan semua orang. Arga tidak menyangka kalau itu merupakan moment berbagi kebahagiaan terakhir dengan sang adik. Bulan lalu dia ada tugas ke luar kota, jadi tidak pulang kampung. Sekarang saat waktunya dia pulang, yang dilihat adalah tubuh kaku Sakti yang banyak luka. 

Mengingat Sakti membuat Arga kembali mengingat Marsha, wanita yang besok akan dia nikahi. Wanita cantik yang tidak pernah terlintas dalam benaknya akan bisa menjadi istrinya. Meski dia pecinta wanita, tetapi dia tidak akan merusak anak gadis orang. Bukan berarti dia juga suka bermain dengan para kupu-kupu malam. Dia seorang yang suka pilih-pilih wanita yang rela jatuh ke dalam pelukannya.

"Marsha," gumam Arga lalu menutup matanya memutuskan untuk tidur. 

***

Marsha tidak juga tidak bisa tidur malam ini setelah menjalani perawatan tubuh tadi sore. Pikirannya tidak bisa lepas dari Arga, laki-laki yang akan menikahinya besok. Sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan menikah dengan pemuda tampan yang sering jadi incaran para gadis di kampungnya. Pernikahan dengan Arga sudah tersebar di penjuru desa, sebagaimana tersebar kematian Sakti. Ada yang mengatakan, "Dilamar adik, dinikahi kakak."

"Ya Allah, inikah yang dibilang jodoh. Semua sangat misteri dan hanya Engkau yang tahu," gumam Marsha.

"Apa Kak Arga akan memperlakukan aku dengan baik? Aku yakin dia mau menikahinya karena sekarang aku sedang hamil anak adiknya," lanjut Marsha bermonolog.

"Semoga saja Kak Arga memang jodoh yang Allah ciptakan untuk aku."

***

Arga yang terlihat tampan dengan pakaian pengantin laki-laki membuat heboh para gadis dan ibu-ibu yang memuji-muji dirinya. Mereka menjadi iri kepada Marsha karena akan menikah dengannya.

Jantung Arga berdetak kencang dan membuat dia gugup. Tangan dia bergetar dan berkeringat dingin saat menjabat tangan Bagus. Mereka akan melakukan proses ijab qobul.

"Bismillahirrahmanirrahim, dengan memohon rahmat dan berkah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, saya nikahkan dan kawinkan engkau Argani Satria Wibowo bin Barata Wibowo dengan putri saya Marshanda Putri Ardhitama dengan mas kawin uang sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Marshanda Putri Ardhitama binti Bagus Ardhitama dengan mas kawin sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai."

Arga dengan lantang dan lancar dalam mengucapkan qobul.

"Sah!"

"Sah." Saksi dan semua yang hadir ikut menjawab

"Alhamdulillah."

"Baarakallahu laka wa baarakaa alaika fii khoir."

Semoga yang hadir di sana mendoakan kebaikan untuk kedua mempelai. 

Marsha yang tampil cantik dengan balutan baju pengantin muslimah membuat Arga tidak berkedip saat melihatnya. Laki-laki itu merasakan jantungnya bertalu-talu dan berasa ada ribuan kupu-kupu yang menari di dalam perutnya.

'Ada apa denganku?' batin Arga.

Laki-laki itu merasakan sengatan listrik menjalar di sekujur tubuhnya saat Marsha meraih tangan lalu mencium dengan takzim. Dengan gugup dia mencium kening perempuan yang kini sudah menjadi istrinya. Doa yang dia hafal semalam pun langsung meluncur dengan lancar dari mulutnya.

Dalam hati Marsha merasakan bahagia. Suara merdu milik Arga sampai menggetarkan sanubarinya. Sungguh dia merasa sudah menjadi seorang pengantin yang beruntung mempunyai suami sepertinya.

Banyak para tamu yang membicarakan uang mahar yang didapat oleh Marsha. Untuk ukuran orang di desa mas kawin sebesar itu sangat fantastis. Belum lagi pesta pernikahan yang digelar besar-besaran karena keluarga Ardhitama yang kaya raya hanya punya anak satu. 

Pesta pernikahan digelar dari pagi sampai sore hari karena banyaknya tamu undangan. Banyak orang yang memuji Arga dan Marsha sebagai pasangan yang serasi dan mendoakan pernikahan mereka agar langgeng sampai maut memisahkan.

"Kak, mau mandi dulu atau makan dulu? Sepertinya tadi belum sempat makan," tanya Marsha kepada Arga begitu masuk ke kamar.

"Aku ingin mandi," balas Arga dengan cuek.

Marsha mengerutkan keningnya karena sikap Arga terlihat berbeda dengan yang tadi saat banyak orang. Tidak mau ambil pusing dengan perubahan Arga terhadap dirinya, Marsha pun turun ke bawah dan menyiapkan makanan untuk sang suami.

"Mau ambil makan untuk suamimu?" tanya Indah kepada putrinya.

"Iya, Bu," jawab perempuan berjilbab navy.

"Eh, suamimu alergi makanan laut," ucap Indah saat melihat Marsha hendak mengambil cumi asam pedas kesuksesannya.

"Benarkah, Bu?" tanya Marsha terkejut.

Perempuan itu tidak menyangka kalau laki-laki yang selalu terlihat gagah dan sehat itu mempunyai alergi terhadap makanan tertentu. Marsha pun teringat kalau Sakti juga mempunyai alergi makanan laut. Saat acara kumpulan para pemuda-pemudi kecamatan berkumpul beberapa bulan lalu lalu, dia menolak ajakan beberapa temannya untuk makan di kedai seafood terkenal.

"Iya, mertua kamu tadi yang bilang. Dia punya alergi makanan seafood dan tidak suka minuman yang manis-manis. Kamu harus ingat itu!" jawab sang ibu dan Marsha pun mengangguk.

Arga ke luar dari kamar mandi langsung disuguhkan sepiring nasi beserta lauk pauknya dan minuman jus jeruk kesukaannya. Tanpa banyak bicara dia langsung menghabiskan itu semua.

"Marsha, ada yang mau aku bicarakan dengan kamu. Ini sangat penting!" ucap Arga dengan serius.

***

Hal penting apakah yang akan dikatakan oleh Arga? Ikuti terus kisah mereka, ya!

Bab 3. Surat Perjanjian Pernikahan

Bab 3

Kamar pengantin yang dihias sangat indah dan wangi tidak membuat kedua penghuninya merasa bahagia layaknya pengantin baru pada umumnya. Tiada canda dan tawa dalam menghabiskan malam pertama yang akan selalu menjadi salah satu kenangan indah dalam hidup mereka.

Pandangan Arga tidak pernah lepas dari sang istri. Kini di tangan Marsha ada selembar kertas yang berisikan beberapa poin dan dibawahnya ada matrei. Perempuan itu beberapa kali membaca isi dari perjanjian pernikahan yang diajukan oleh laki-laki itu selaku pihak pertama dan sang wanita sebagai pihak kedua.

"Kakak serius dengan surat perjanjian ini?" tanya Marsha masih tidak percaya.

"Ya, tentu saja aku serius. Ini demi kebaikan kita semua. Asal kamu tahu aku 'lah pihak yang paling dirugikan gara-gara pernikahan ini," jawab Arga dengan tatapan tajam dan wajah datar.

Sebenarnya perjanjian pernikahan ini tiba-tiba saja muncul saat Arga bangun tidur. Entah kenapa dia tidak mau kehidupannya yang bebas tiba-tiba menjadi terkekang oleh kehadiran seorang istri. Apa yang sering dia lakukan sebelumnya pun tidak mau diubah.

Marsha juga bukan tipe wanita kesukaannya. Dia itu wanita baik-baik dari keluarga baik-baik. Mana mungkin dirinya akan merusak kehormatan dia sebagai seorang wanita yang selalu menjaga dirinya.

"Baiklah jika itu memang kemauan Kakak," ucap Marsha sambil melirik ke arah pintu takut ada yang tiba-tiba masuk.

"Aku akan ikuti apa mau Kakak. Hanya saja izinkan aku untuk bekerja selama aku mampu. Aku janji akan menjaga baik-baik bayi ini," kata wanita yang baru saja menyandang gelar sebagai istri Arga.

Dahi Argi mengkerut mendengar keinginan Marsha. Kebanyakan perempuan lebih suka berdiam diri di rumah ketika awal kehamilan karena sering muntah-muntah, tetapi wanita ini ingin pergi bekerja.

"Padahal kamu tidak perlu kerja selama menjadi istriku. Karena aku akan menanggung semua kebutuhan kamu selama kamu tidak mempersulit hidupku," tukas Arga terkesan angkuh.

Marsha tersenyum manis lalu berkata, "Aku bekerja uangnya untuk anak-anak panti. Kasihan mereka karena jika tidak ada donatur. Kebetulan aku sudah menjadi donatur tetap sejak aku kuliah. Kalau Kakak mau …."

"Tidak, terima kasih. Itu sudah dilakukan oleh kedua orang tuaku," tukas Arga sambil menyilangkan kedua tangannya.

Marsha tersenyum kaku dalam hatinya dia berkata, 'Bersedekah untuk anak yatim piatu 'kan pahalanya buat dia sendiri. Kenapa Kakak tidak meniru orang tuanya?'

Marsha kembali membaca surat perjanjian itu berulang kali agar dia tidak salah paham. Ada 17 poin yang tertera di sana. Tidak semua memberatkan dirinya, bahkan ini bisa dibilang peraturan yang sama-sama menguntungkan.

'Aku tidak menyangka kalau Kak Arga orang yang seperti ini. Selama ini aku melihat dia laki-laki baik dan terhormat,' batin Marsha saat dia membubuhkan tanda tangan.

Arga senang karena Marsha mau menandatangani perjanjian pernikahan mereka. Setidaknya hidup dia tidak akan banyak perubahan nanti.

"Apa perjanjian ini sudah mulai berlaku sekarang?" tanya Marsha sambil melirik ke arah sang suami.

"Ya," balas Arga.

Marsha mengangguk-anggukan kepala pelan, lalu berdiri kemudian berjalan ke arah pintu. Melihat itu Arga langsung menahan tangannya.

"Mau ke mana kamu?" tanya laki-laki itu dengan tatapan tajam.

"Ya, pindah kamar. Bukannya dalam surat perjanjian itu kita tidak akan tidur di kamar yang sama," jawab Marsha sambil memutar bola matanya karena dia merasa kalau Arga ini lupa dengan apa yang dia tulis sendiri di kertas itu.

"Ingat perjanjian nomor lima! Hubungan kita harus terlihat baik-baik saja di depan keluarga kita," desis Arga dengan menekan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Mata Marsha membulat dan baru mengerti arti poin itu. Dia mengira kalau mereka tidak boleh bertengkar di depan keluarga mereka.

"Jadi, malam ini kita akan tidur bersama di kamar pengantin ini?" tanya perempuan berjilbab instan.

"Ya, jika kita sedang bersama keluarga kita maka kita akan tidur satu kamar," jawab Arga lalu membalikkan badan.

Laki-laki itu berjalan menuju ranjang pengantin yang sudah dihias dengan sangat indah. Lalu, dia pun mengambil salah satu bantal dan selimut.

"Loh, Kak! Ini maksudnya apa?" tanya Marsha saat Arga memberikan bantal dan selimut kepadanya.

"Kamu tidur di sofa, aku tidur di kasur," jawab Arga sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

Melihat Marsha yang masih diam saja Arga pun bangun dan duduk. Ditatapnya wanita yang sedang hamil muda itu dengan tatapan kesal.

"Tubuh kamu itu pendek dan cukup untuk berbaring di sofa," tukas Arga dengan kesal.

Mau tidak mau Marsha pun berjalan menuju sofa dan tidur di sana.

***

Arga membawa Marsha ke ibu kota masih pagi-pagi sekali karena hari ini dia harus masuk ke kantor. Dengan kecepatan maksimal dia melajukan mobilnya. Tidak ada pembicaraan di antara mereka selama perjalanan.

Mata Arga sekilas melirik ke arah Marsha yang sedang mengarahkan pandangannya ke luar kaca jendela. Dia tahu kalau saat ini istrinya itu sedang marah karena tadi dilarang membawa kucing kesayangannya.

Perjalanan menghabiskan waktu sekitar empat jam. Arga memasukan mobilnya ke basement apartemen tempat tinggal dia selama ini. 

"Turun!" perintah Arga sambil membuka sabuk pengaman.

Arga melihat Marsha kesulitan membuka sabuk pengamannya karena ada sebagian dari kain bajunya yang ikut terselip di kuncian kursi. Tanpa bicara dia membantu sang istri membuka sabuk pengaman itu.

"Arga!" teriak seorang perempuan cantik berbaju seksi yang berlari ke arahnya.

Arga pun menoleh ke arah sumber suara. Terlihat salah satu wanita yang pernah dia ajak kencan dan tidur bersama dengannya. Wanita itu langsung memeluk dan mencium bibir sang lelaki dengan penuh gairah.

Mata Marsha terbelalak hampir keluar dari tempatnya saat melihat pemandangan itu. Entah kenapa nilai Arga di matanya kini langsung jatuh. Terlihat jelas ada rasa jijik yang tersirat dari wajah perempuan itu.

"Kamu ke mana saja? Aku tiga hari berturut-turut datang ke sini, tapi kamu tidak ada," tanya wanita itu masih memeluk leher Arga. Wajahnya terlihat cemberut, tetapi suaranya bernada manja.

"Adikku meninggal," jawab Arga.

"Apa? Kenapa kamu tidak bilang kepadaku?" Wanita yang memakai baju terusan dengan model dada rendah bahkan isinya hampir tumpah itu kini wajahnya terlihat sendu.

"Kenapa aku harus memberi tahu kamu? Kamu bukan siapa-siapa aku," balas Arga sambil menarik kedua tangan perempuan itu dari lehernya.

Setelah terlepas dari wanita itu Arga pun berjalan menuju lift. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara teriakan Marsha.

"Kak, kopernya!" 

"Bawa sendiri semua barang kamu. Buat apa punya tangan," balas Arga kemudian melanjutkan lagi jalannya.

"Kamu siapa?" tanya wanita itu kepada Marsha dengan tatapan penuh selidik.

Marsha bingung harus jawab apa. Dia melihat Arga sudah berdiri di depan pintu lift.

***

Apa yang akan dilakukan oleh Marsha setelah tahu Arga seorang casanova yang suka berganti-ganti teman kencan? ikuti terus kisah mereka, ya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!