NovelToon NovelToon

Aruna Story

Prolog

2 Tahun Yang Lalu

Seorang gadis dengan senyumannya kini berjalan menuruni tangga rumah nya. Senandung ringan kini terdengar dari gadis tersebut. Terlihat sekali jika kini ia begitu bahagia, wajah nya berseri dengan begitu cerah.

“Mau kemana lo udah rapi gitu?” tanya sebuah suara mengagetkan gadis tersebut.

Aruna gadis yang menuruni tangga tadi menoleh ke arah laki-laki yang berusia satu tahun lebih tua dari nya itu dengan senyuman lebar nya.

“Mau jalan sama pacar dong, emang Kak Alister jomblo mulu,” ejek nya pada laki-laki yang merupakan kakak angkat nya. Alister yang mendengar ucapan Adik angkat nya itu membelalakkan matanya.

“Wah liat tuh Bun, dia nya yang masih bocah tapi udah pacaran malah aku yang di ejek jomblo,” kesal Alister mengadukan perbuatan adik nya itu pada sang Ibu yang kini hanya menggeleng melihat pertengkaran kedua anaknya itu.

Sudah terbiasa ia melihat pertengkaran anak juga anak angkat nya itu. Mereka suka sekali bertengkar hanya karena hal kecil.

“Sudah sudah jangan bertengkar terus. Lagian emang kamu yang jomblo. Dan Aruni, Bunda tidak melarang kamu untuk pacaran tapi Bunda harap kamu tahu batasan dan jangan lupa dengan kewajiban kamu untuk belajar,” peringan Casia pada kedua anaknya tersebut. Selalu menjadi penengah, itu lah yang dilakukan oleh Casia. Casia tidak pernah membedakan antara anak kandung dan anak angkat nya baginya mereka sama saja.

Aruna, adalah gadis yatim piatu sejak ia berusia empat belas tahun. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Saat itu ia juga berada dalam kecelakaan tersebut, namun tuhan malah membiarkannya tetap hidup dan mengambil kedua orang tuanya.

Sejak saat itu, Casia yang merupakan sahabat Mama Aruna akhirnya mengadopsi gadis tersebut. Namun Aruna dan Alister sebelumnya sudah saling mengenal. Mereka sahabat sejak masih kecil. Mengingat kedua orang tua mereka juga bersahabat.

“Iya Bunda. Aruna berangkat dulu ya,” pamit Aruna lalu menyalami tangan Casia juga Alister bergantian.

“Aruna, sesekali bawa pacar kamu dan kenalin ke kita,” pinta Casia pada Aruna yang kini hanya tersenyum.

Casia yang melihat hal tersebut hanya menggelengkan kepalanya.

“Kamu gak mau cari pacar juga kak?” tanya Casia pada anak semata wayang nya yang kini sudah memiliki adik itu.

“Gak minat. Udah deh, bunda jangan ikut-ikutan Aruna,” kesal Alister pada Ibu nya itu. Setelah nya laki-laki tersebut memilih untuk pergi dari sana dengan kekesalannya. Casia yang melihat anaknya yang kini sudah pergi hanya menggelengkan kepalanya.

“Lama-lama Mama jodohin juga kalian. Eh tapi Aruna udah punya pacar.” Casia kini mulai bermonalog pada dirinya sendiri memikirkan anaknya itu kedepannya.

“Nunggu sama-sama jomblo deh,” tawa nya saat menyadari ucapannya sendiri.

***

Aruna kini tersenyum dengan begitu lebar, saat melihat kekasih nya yang kini sudah berada di atas motor sport hitam nya juga tersenyum ke arah nya. Dengan berlari kecil gadis tersebut menghampiri kekasih nya yang berumur sama seperti Alsister.

“Lama nunggu nya?” tanya Aruna dengan tatapan penuh tanya nya. Pada laki-laki yang kini tengah memakaikan helm untuk nya.

“Baru kok,” jawab nya setelah memasangkan helm pada kekasih nya itu.

“Makasih kak Kai,” ucap Adisti pada kekasih nya yang bernama Kai. Atau Kaivandra, laki-laki yang sudah menjalin hubungan nya selama dua tahun. Mereka bahkan sudah berpacaran saat Adisti baru kelas satu SMP dan Kai kelas dua SMP. Mereka bersekolah di sekolah yang sama.

Kai kini membantu Aruna untuk naik. Setelah merasa jika kekasih nya itu aman dengan segera ia melajukan motor nya meninggalkan depan rumah Aruna. Selama di perjalanan mereka tak kehabisan topik pembicaraan.

Apa lagi dengan Kai yang memang begitu pandai mencari topik pembicaraan. Laki-laki tersebut adalah orang yang begitu hangat dan banyak bicara.

“Kak Kai aku pusing deh pake helm. Berat tahu, aku buka dulu ya. Kan di sini gak ada polisi,” ucap Aruna meminta persetujuan pada Kai.

“Pakai helm itu bukan karena ada polisi tapi untuk keselamatan,” tegas Kai memperingati kekasih nya itu.

“Bentar doang Kak. Nanti di pasang lagi, ngilangin pusing aja,” bujuk Aruna agar Kai mau untuk menuruti permintaan nya.

“Cuma sebentar,” ucap Kai yang dijawab dengan anggukan oleh Aruna dengan tegas.

Aruna segera membuka helm nya, ia kini ia merasa lega setelah melepas helm nya.

“Wah lega,” ucap Aruna yang membuat Kai tersenyum mendengar nya.

“Untuk tes, kakak udah keterima di SMA yang kakak mau itu?” tanya Aruna. Mengingat kekasih nya tersebut kini mulai untuk memasuki jenjang SMA.

“Udah , jadi sekarang bisa lebih tenang,” ucap Kai yang membuat Aruna ikut senang mendengar nya.

“Bentar lagi kan kakak ulang tahun, kakak mau kado apa dari aku?” tanya Aruna pada kekasih nya tersebut sambil memeluk Kai dengan erat.

“Masih setengah bulan lagi Runa,” ucap Kai dengan tawa nya. Ulang tahunnya masih begitu lama namun kekasih nya itu sudah memikirkan tentang ulang tahunnya saja.

“Ya gak papa dong kak. Ini tuh ulang tahun ketujuh belas tahun kakak. Jadi aku mau ngasih yang terbaik untuk kakak,” ucap Aruna pada Kai yang kini menganggukkan kepalanya saja.

“Kalau gitu aku cuma minta kamu selalu bersama aku,” pinta Kai yang membuat Aruni kini merona mendengar ucapan dari kekasih nya itu.

Hany harapan sederhana namun seolah membawa Aruna terbang karena ucapan tersebut. Begitu lah Kai. Ia adalah laki-laki terbaik yang Aruna miliki. Laki-laki yang belakangan ini membuat nya bahagia saat ia harus kehilangan kedua orang tuanya.

Sebuah cahaya yang membawa nya dari mimpi buruk yang ia alami.

“Apapun, aku akan selalu ada untuk kakak.Kecuali kakak yang ninggalin aku duluan,” ucap Aruna. Kai kini mengelus tangan Aruna yang melingkah di tangannya dengan begitu lembut.

Hingga mata Kai kini membelalak saat di lihat nya kini sebuah truk melaju ke arah nya dengan kecepatan tinggi. Padahal posisi truck tersebut harus nya berhenti karena lampu merah namun truck tersebut malah melaju kencang ke arah nya.

Kai berusa untuk membanting stir nya. Namun ia melupakan satu hal. Ia melupakan untuk meminta Aruna memakai helm nya kembali. Hingga motornya kini menabrak pembatas jalan.

Kai yang kini terlempar ke sisi jalan. Sedangkan Aruna kini terlempar cukup jauh ke tengah jalan pembatas. Kai segera berdiri. Tanpa memikirkan kakinya yang kini terasa begitu sakit Kai berjalan ke arah Aruni yang kepalanya kini sudah penuh dengan darah.

“Aruna aku mohon bangun, jangan tinggalin aku. Buka mata kamu,” itu lah kata terakhir yang Aruna dengar sebelum akhirnya ia benar-benar kehilangan kesadarannya.

***

Kilas Balik

Tidak ada yang lebih buruk bagi Casia saat ia mendapatkan kabar jika Aruna mengalami kecelakaan dan saat ini anaknya tersebut harus menjalani operasi. Hancur, rasanya ia begitu hancur saat mendapatkan kabar tersebut. Casia bahkan masih tak menyangka dengan semua ini. Padahal beberapa menit yang lalu anak nya masih berbincang dengan dirinya.

Dengan langkah nya yang begitu lemas dan harus dirangkul oleh suaminya kini Casia berjalan memasuki rumah sakit. Alister kini mencari dokter yang menelpon mereka. Hingga seorang dokter kini menghampiri mereka dengan wajah nya yang begitu tegas.

“Dokter saya kakak dari pasien yang baru saja mengalami kecelakaan. Dimana adik saya sekaran?” tanya Alister dengan ketakutannya. Ia kini begitu takut terjadi sesuatu pada gadis yang begitu ia sayangi tersebut.

“Pasien sedang berada di ruang operasi. Kami tidak bisa menunggu keluarga untuk menunda operasi karena keadaan pasien yang memburuk. Namun sebelumnya kami sudah meminta persetujuan secara lisan untuk mengoperasi pasien,” ucap dokter tersebut menjelaskan. Kaki Alister kini rasanya sudah begitu lemas, helaan nafas yang begitu kasar kini terdengar dari nya.

Satu hal yang membuat nya beruntung. Rumah sakit tersebut adalah milik keluarga Aruna yang kini di pegang dan di urus oleh Papa nya sampai Aruna bisa untuk mengurusnya sendiri. Oleh karena itu mereka tak perlu untuk mengurus segala urusan yang merepotkan untuk operasi dan membuat nyawa Aruna mungkin saja terancam. Dan rumah sakit tersebut pun memiliki peraturan untuk mendahulukan keselamatan pasien terlebih dulu tanpa memikirkan tentang pembayaran juga lainnya. Karena bagi mereka keselamatan pasien adalah yang utama.

“Papa urus surat perizinan terlebih dulu, kamu jaga Mama kamu. Kamu bisa ke ruang operasi lebih dulu,” perintah Danu pada anaknya itu yang kini menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Ayah nya itu.

“Adik saya pergi dengan kekasih nya, bagaimana keadaan kekasih nya?” tanya Alister saat kii mereka tengah berjalan ke arah ruang operasi dengan terburu-buru hingga mereka harus berbincang sambil berbicara.

“Kekasih adik Anda sepertinya sudah pulang. Keadaannya tidak buruk. Hanya luka di wajah, kaki, juga tangannya saja,” jelas Dokter tersebut yang kini berhasil membuat amarah dalam diri Alister memuncak. Bagaimana laki-laki tersebut bisa pulang dengan tenang dan meninggalkan adiknya dalam keadaan seperti ini? Apa laki-laki tersebut gila?

“Apa dia sudah gila?” marah Alister dengan sedikit meninggikan suara nya. Dokter tersebut pun kini tampak terkejut melihat amarah Alister. Sorot mata nya kini bahkan sudah menampakkan amarah nya yang begitu jelas.

“Alister sudah. Kita urus itu nanti. Yang terpenting sekarang adalah keadaan Aruna. Biarkan Papa kamu dan bawahannya yang mengurus masalah lainnya,” ucap wanita tersebut berusaha menenangkan anaknya. Walau saat ini ia juga merasa begitu marah pada laki-laki tersebut.

“Bagaimana dengan polisi?” tanya Alister lagi. Ia seolah tak ingin tinggal diam. Usianya memang baru enam belas tahun, namun kecerdasan dan ketegasannya tak perlu diragukan lagi.

Baru saja dokter tersebut akan menjawab pertanyaan dari Alister namun kini Casia lebih dulu menyela ucapan anaknya itu.

“Hentikan Alister, dia adalah dokter bukan wartawan. Biarkan Papa yang mengurus semua itu. Berhenti bertanya yang tidak termasuk dari pengetahuan seorang dokter,” tegas Casia pada anaknya. Alister menghela nafas nya kasar. Kadang ia juga merutuki dirinya yang begitu banyak berbicara dan bertanya saat sedang panik seperti ini.

“Jadi apa yang terjadi pada adik saya?” tanya Alister akhirnya pada dokter tersebut.

“Pasien mengalami benturan yang begitu hebat di kepalanya. Hingga terdapat hematoma subdural akut di sebelah kiri dan garis tengah otak nya bergeser sekitar 1 cm. Cedera kepalanya cukup kuat hingga memecah pembuluh darah,” jelas dokter tersebut.

Kini mereka sudah sampai di depan ruang operasi yang masih tertutup, operasi kini masih terus berjalan.

“Motorik kiri pun melemah sekitar satu tingkatan. Dan saat ini dokter masih melakukan operasi. Kita tunggu saja hingga operasinya selesai. Dokter akan menjelaskan lebih rinci lagi nanti,” jelas sang Dokter. Alister kini menghembuskan nafas nya kasar. Ia semakin lemas mendengar ucapan dari dokter tersebut. Casia pun kini terus menangis. Ia begitu takut terjadi sesuatu pada Aruna.

“Terima kasih dok,” ucap Alister yang dijawab dengan anggukan oleh dokter tersebut yang setelah nya langsung pergi dari sana. Meninggalkan Alister juga Ibu nya yang kini masih menunggu operasi tersebut.

Hingga tak lama Ayah mereka juga datang untuk mengetahui kondisi Aruna. Namun setelah nya langsung pergi lagi karena ada hal yang harus ia urus terkait dengan kecelakaan tersebut.

Lama menunggu operasi tersebut kini akhirnya lampu yang menjadi tanda untuk operasi berubah. Melihat itu Alister segera berdiri begitu juga dengan Ibu nya. Seorang dokter laki-laki kini berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Alister juga Casia dengan segera menghampiri dokter tersebut untuk bertanya tentang keadaan Aruna saat ini.

“Dokter bagaimana anak saya? Apa operasinya lancar?” tanya Casia mewakili Anak nya itu untuk bicara. Dokter tersebut menipiskan bibir nya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan tersebut.

“Operasinya sudah berjalan dengan baik. Tengkorak nya mengalami keretakan, terdapat pendarahan pada selaput otak nya yang lumayan parah. Pendarahan cukup sulit dihentikan hingga operasi berjalan lama, namun beruntung operasinya berjalan dengan lancar,” jelas dokter tersebut yang membuat helaan nafas lega kini terdengar. Entah harus lega atau tetap merasa sedih. Namun mendengar operasinya berjalan dengan lancar saja kini rasanya mereka begitu berterima kasih.

“Lalu apa anak saya sudah dipindahkan dari ruang operasi? Kapan kami dapat melihat nya?” tanya Casia lagi berusaha untuk menguat kan dirinya bertanya banyak hal tentang anak perempuannya itu pada sang dokter.

“Saat ini pasien masih harus berada di ruang operasi karena kami harus menutup kembali tengkorak nya, setelah ini pasien akan di pindahkan ke IGD setelah dipastikan tidak terjadi masalah dan semuanya membaik, pasien baru akan di pindah kan ke ruangannya,” jelas dokter tersebut.

Alister kini memejamkan matanya memikirkan tentang rasa sakit dan kesulitan yang dialami oleh Aruna. Pasti sulit untuk gadis kecil tersebut menghadapi semua ini.

“Kapan pasien akan sadar dok?” tanya Alister yang akhirnya membuka suara nya kembali.

“Kami tidak dapat memperkirakan itu, kami juga tidak menjamin kesadaran pasien. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah berdoa untuk pemulihan pasien dan agar pasien bisa segera sadar. Kondisi pasien sangat buruk, hingga kami tidak menjamin kesadarannya. Kami hanya mendahulukan keselamatannya saja,” jelas dokter tersebut yang kini berhasil membuat tangis Casia pecah. Alister kini hanya memejamkan matanya berusaha menahan tangisnya sambil memeluk sang Ibu yang terus saja menangis.

Jika ditanya siapa yang kini paling ingin Alister temui, maka jawabannya adalah kekasih Aruna. Ia ingin menyeret laki-laki tersebut ke hadapan Aruna agar ia bisa melihat seburuk apa kini kondisi Aruna karena kelalaiannya dalam menyetir dan ia malah tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya dan lebih memilih untuk pergi.

***

Kilas Balik Aruna Sadar

“Bisa angkat tangan kanan mu?” pertanyaan tersebut lah yang berhasil Aruna dengar saat ia berusaha untuk membuka matanya. Suara laki-laki yang kini mengalun begitu lembut di telinga nya. Namun matanya seolah enggan untuk terbuka.

Namun ia merasa bisa untuk mengangkat tangan kanannya sesuai dengan permintaan dari laki-laki tersebut, walau ia tak bisa untuk mengangkat nya terlalu.

“Dokter!” suara teriakan dari laki-laki yang memanggil dokter tersebut akhirnya yang terakhir ia dengar. Tak ada lagi suara yang dapat ia dengar setelah nya. Aruna bisa merasakan kesadarannya mulai kembali. Namun membuka matanya masih sulit untuk saat ini.

Bahkan Aruna dapat merasakan ada nya benda asing dalam mulut nya. Hingga perlahan akhirnya setelah berusaha begitu keras. Ia dapat membuka matanya. Bersamaan dengan dokter yang datang ke ruangannya untuk memeriksa Aruna.

Di luar ruangan. Kini Casia tampak menggenggam tangan putra nya dengan begitu erat. Melihat Dokter Residen yang selama ini menjaga anak nya di IGD kini berlari dengan terburu-buru mengambil telepon dan seperti tengah menelepon Dokter utama.

“Aruna akan baik-baik saja kan Alister?” Casia kini memejamkan matanya menggenggam tangan Alister dengan begitu erat nya. Ia begitu takut terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya tersebut.

“Semua akan baik-baik saja Ma. Casia akan baik-baik saja,” ucap Alister yang kini berusaha untuk menenangkan Ibu nya tersebut.

Casia memejamkan matanya. Sampai akhirnya seorang Dokter yang menangani anaknya kini keluar dari ruang IGD dan menghampiri mereka.

“Apa yang terjadi Dokter? Apa anak saya baik-baik saja?” tanya Casia yang langsung menyambar Dokter tersebut dengan pertanyaannya.

“Kali ini Anda harus berbahagia. Karena akhirnya Pasien kini membuka matanya,” ucapan Dokter tersebut kini membuat Casia dan Alister tampak terkejut. Casia kini tampak begitu lemas. Kini akhirnya yang mereka tunggu telah terjadi.

“Anda mengatakan yang sebenarnya Dokter?” tanya Alister dengan tatapan penuh harap nya jika kali ini ia tak bermimpi. Dokter tersebut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Kami akan memeriksa dan memastikan sampai malam ini. Jika malam ini semua nya baik-baik saja. Besok pasien bisa untuk di pindah ke ruangannya,” ucap Dokter tersebut yang membuat mereka kini dapat bernafas dengan lega.

“Terima kasih Dokter. Terima kasih atas kerja kerasnya selama ini,” ucap Casia pada Dokter di depannya itu yang kini tersenyum.

“Semua ini juga berkat kalian yang tak pernah putus mendoakan Aruna,” ucap Dokter laki-laki tersebut.

“Dokter, terima kasih karena sudah selalu menemani dan menjaga Aruna,” ucap Casia pada Dokter residen yang selalu menamni anak nya tersebut.

“Tentu Bu,” ucap Dokter residen laki-laki tersebut.

Setelah mereka saling berbincang dengan ringan kini akhirnya dokter tersebut segera pergi dari sana. Dan sesuai dengan ucapan Dokter tersebut malam ini Aruna masih berada di sana hingga dipastikan jika semuanya membaik.

***

Aruna kini terus saja menatap ke arah luar jendela. Ia baru saja dipindahkan ke ruangannya sendiri. Namun sedari mereka berada di ruangan tersebut. Aruna sama sekali tidak membuka matanya. Tatapannya hanya fokus melihat ke luar jendela.

Alister dan Casia kini tengah merapikan barang milik mereka di ruangan tersebut. Mereka tak tahu berapa lama mereka berada di sana namun kini mereka sudah membawa banyak barang yang mereka letakkan di ruangan naratama.

Alister kini berjalan ke arah Aruna. Saat di lihat nya gadis yang begitu ia sayangi tersebut hanya melihat ke luar jendela.

“Aruna, kamu lagi mikirin apa?” pertanyaan tersebut begitu lembut mengalun di telinga Aruna. Namun gadis tersebut hanya diam dan melihat ke luar jendela yang kini tampak begitu asing.

“Kamu mikirin pacar kamu yang tidak bertanggung jawab itu?” pertanyaan tersebut kini berhasil menarik perhatian Aruna, hingga gadis tersebut mengalihkan perhatiannya pada Alister dan menatap kakak nya itu dengan penuh tanda tanya. Mengapa kakak nya mengatakan jika Kai adalah laki-laki yang tidak bertanggung jawab? Apa karena ia yang tidak memakai helm? Padahal saat itu semua karena dirinya yang memaksa Kai untuk mengizinkannya membuka helm.

Dan kini ia malah merasa khawatir dengan Kai. Apa yang terjadi pada Kai saat kecelakaan tersebut. Karena hingga kini ia belum melihat kekasih nya tersebut. Ia begitu takut terjadi sesuatu pada Kai.

“Pacar kamu melarikan diri. Bahkan saat kita sampai di rumah sakit dia sudah melarikan diri. Dia sangat pengecut dan tidak bertanggung jawab. Melihat keadaanmu yang mengenaskan bahkan sama sekali tidak membuat nya Iba, dia malah pergi dan melarikan diri,” papar Alister menyampaikan tentang kekasih adik angkat nya yang tak iab ketahui siapa namanya itu. Karena Aruna memang tak pernah memperkenalkan kekasih nya itu pada keluarga nya.

Aruna yang mendengar ucapan dari kakak angkat nya tersebut kini terdiam. Tampak terkejut sekaligus tak percaya mendengar hal tersebut. Aruna hanya menggelengkan kepalanya dengan mata nya yang kini mulai berkaca-kaca.

“Kakak mengatakan yang sebenar nya Aruna. Apa kamu sekarang melihat keberadaannya? Tidak bukan? Dia baik-baik saja saat kecelakaan waktu itu. Papa juga sudah mendatangi rumah nya, tapi rumah nya kosong. Dia melarikan diri ke tempat yang bahkan kita tidak tahu di mana, dia udah gak cinta lagi sama kamu,” ketus Alister. Semua penjelasan kakak nya itu kini berhasil membuat tangis Aruna pecah. Ia ingin tak percaya dengan ucapan Alister. Namun ia tahu Alister tak mungkin membohongi nya.

Ingin sekali rasanya Aruna menolak fakta tersebut namun ia tak bisa. Kini hanya air matanya yang bisa menjelaskan betapa hancurnya ia saat ini.

“Kenapa hanya diam Aruna?” tanya Alister. Casia yang mendengar ucapan anaknya tersebut segera menuju ke arah Aruna lalu menggenggam tangan Aruna dengan begitu erat nya.

“Aruna,” panggil Casia pada Aruna. Namun Aruna sama sekali tidak menjawab. Ia hanya diam saja sambil menangis. Melihat hal tersebut Casia menjadi begitu tak tega pada gadis tersebut.

“Bunda tau, pasti ini sulit untuk Aruna. Tapi apa yang Alister katakan itu benar adanya. Kekasih kamu melarikan diri nak,” tegas Casia yang kini mendukung ucapan Alister. Aruna memejamkan matanya menahan sesak yang kini menggumpal di dada nya.

“Semua pasti sulit untuk kamu nak. Tapi Bunda mohon, perlahan kamu harus melupakan dia. Kita akan memulai hidup baru ditempat yang baru hm,” ucap Casia sambil menggenggam tangan Aruna dan mengelus nya dengan begitu lembut.

“Bunda sama Alister keluar dulu ya cari makan. Kamu pasti perlu waktu untuk menenangkan diri,” ucap Casia lalu mengajak anaknya itu untuk keluar. Namun saat sampai di depan ruangan Aruna mereka menghentikan langkah nya.

“Bunda tunggu di sini ya. Kamu makan dulu, kita gantian jagain Aruna,” pinta Casia. Ia jelas tak tega meninggalkan Aruna benar-benar sendiri dalam keadaan seperti ini. Ia hanya ingin memberikan waktu untuk Aruna menenangkan dirinya.

Alister menghembuskan nafas nya sambil menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Ibu nya tersebut. Setelah nya ia segera pergi dari sana untuk mencari makan.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!