NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Sang Narapidana

Tak sengaja bertemu

Namaku Maria, saat ini aku bekerja sebagai Kasir di sebuah mini market berseragam merah biru. Hari ini aku mendapatkan jadwal shift siang, jadi aku harus sudah berangkat sebelum jam 1 siang. Ya, memang aku harus lebih awal berangkat karena jarak rumahku dengan toko menghabiskan waktu sekitar 30 menit lebih.

Seharian bekerja akhirnya tepat pukul 10 malam, kami harus segera menutup toko.

"Maria, tutup aja yah tokonya udah jam 10 malem," ucap seorang Pramuniaga bernama Muhit.

"Oh iya, tutup aja kak, aku sampe lupa gak ngecek-ngecek jam." sahutku.

"Ok, oya mbak sinta mana yah?" Tanyanya.

"Mungkin digudang, tadi bilang nya mau cek barang, ada kesalah Stok Opname." jawabku.

***

15 menit kemudian mbak Sinta keluar dari gudang sambil menenteng sebuah kertas ditangannya.

"Maria, udah diberesin uangnya?" Tanyanya.

" Udah mbak." jawabku.

"Ok, berarti udah bisa tutup shift yah,".

"Bisa mbak, lagian udah malem udah pengen cepet pulang takut gak ada angkot."

Setelah selesai tutup shift, aku pun bergegas merapihkan meja kasirku, lalu berjalan untuk mengambil tas dan jaketku di gudang.

" Muhitt, tolong kamu kunci yah," Ucap mbak Sinta.

"Iya mbak." Muhit menimpali.

Setelah memastikan toko terkunci dengan benar, kami pun beranjak pulang.

Yah, malam itu kami hanya bertiga, karena temanku bernama Adi tidak masuk kerja karena sakit.

Tiga puluh menit berlalu aku menunggu angkot, aku masih berdiri ditepi jalan. Hembusan angin malam dan suasana yang hening membuatku ingin segera pulang.

Aku mulai resah, karena tak ada satupun angkot yang berlalu.

Namun tiba-tiba ada sebuah mobil hitam mengahampiriku, perlahan kaca mobilnya terbuka.

" Mbak, mau kemana malam-malam begini?" Dia bertanya.

Sipa dia?... apa dia orang jahat yang akan menculikku?

"Mbak, jangan takut. Saya orang baik-baik, saya tidak akan berbuat jahat padamu." ucapnya untuk menyakinkan diriku.

Aku masih terdiam tak menghiraukannya, ku coba menoleh ke arah jalan berharap ada angkot yang akan mengantarkanku pulang. Namun nihil, kulihat jalanan begitu sunyi. Hanya ada satu dua kendaraan pribadi yang berlalu lalang.

Namun, tiba- tiba lelaki berbadan tegap dan berisi itu keluar dari mobilnya, lalu menghampiriku.

" Mbak jangan takut, aku hanya ingin mengantarkanmu pulang, siapa tahu kita searah," ucapnya.

"Apa jaminannya kalau kamu orang baik?" tanyaku ketus.

"Saya tidak punya jaminan apa-apa, saya hanya ingin menawarkan bantuan. Jika mbak merasa ragu, saya tidak akan memaksa."

Apa iya dia laki-laki baik? Tapi kulihat-lihat sepertinya memang dia orang baik-baik.

"Baiklah jika kamu tidak percaya, tapi mbak harus hati-hati, karena di jam selarut ini banyak laki-laki mabuk berkeliaran." ucapnya mengingatkan.

Aku bingung dibuatnya, namun karena waktu sudah semakin larut, kuputuskan untuk menerima tawarannya.

" Saya mau pulang ke jalan Merpati," Ucapku.

" Ya udah masuk, kebetulan saya pun akan melewati jalan itu." ucapnya lalu membukakan pintu mobilnya untukku.

Selama perjalanan kami pun hanya terdiam, aku merasa tak nyaman dengannya. Tiga puluh menit kemudian, akhirnya aku sampai di perempatan rumahku.

" Tolong berhenti di perempatan itu yah," ucapku sambil menunjuk.

"Ok." diapun segera menghentikan laju mobilnya.

" Makasih udah ngasih tumpangan," ucapku.

Dia hanya mengangguk dan tersenyum.

Akupun bergegas turun, lalu berjalan menuju arah rumahku.

"Tunggu.." teriaknya.

Akupun menoleh seketika, mau apa lagi sih dia.

"Ada apa?" tanyaku terheran.

"Kok kamu jalan, emang rumahmu dimana?" tanyanya.

"Oh,, itu rumahku sekitar 100 meter dari sini," ucapku menununjukkan jalan.

" Ya sudah, sekalian saya antar yah?"

" Nggak usah, deket kok."

" Nggak papa, tanggung sebentar lagi. Ayo masuk." ajaknya.

Emang iya juga sih nanggung banget.

Aku pun berjalan lalu masuk kembali ke dalam mobilnya.

Akhirnya aku sampai didepan rumahku.

"Terimakasih..." ucapku singkat.

Namun saat aku hendak turun, dia menarik lenganku.

"Eh, ada apa?" ucapku.

"Engga papa, cuma mau minta nomor ponselmu," ucapnya tersenyum.

"Untuk?"

" Untuk menghubungimu."

Aku terdiam, untuk apa coba. Dasar laki-laki, ada baik cuma modus. Tapi kalau gak dikasih, gak enak juga.

Akupun mengambil kertas dan pulpen dari dalam tas ku, lalu ku catat nomor ponselku.

" Nih,," Ucapku sambil menyerahkan secarik kertas bertuliskan nomor ponselku.

"Aku, Raka." ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

" Maria." Ucapku, lalu menyambut uluran tangannya.

Akupun bergegas turun dari mobilnya, lalu berjalan ke arah rumahku.

Tok tok tok ... Ku ketuk pintu rumahku.

"Assalamualaikum, Bu, Ibu, ini Maria." teriakku.

Tak lama kemudian ibu keluar dan membukakan pintu.

"Waalakumsalam, malem banget teh pulangnya?" ucap ibu.

"Iya bu maaf, tadi susah nggak ada angkot. Tapi beruntung, tadi ada yg mau anterin teteh pulang." ucapku.

"Siapa?"

"Namanya Raka." jawabku.

Ibu hanya mengangguk mendengar jawabanku.

"Ya sudah, teteh istirahat sana."

"Iya bu." jawabku sambil jalan ke arah kamarku.

Setelah selesai membersihkan diri aku langsung membaringankan tubuhku diatas ranjang, tubuhku lelah karena seharian bekerja.

***

" Teh bangun udah subuh, katanya masuk pagi," teriak ibu dari luar kamarku.

"Iya bu." aku pun bergegas turun lalu mandi.

Setelah selesai sholat aku langsung bersiap untuk bekerja. Tapi ketika aku keluar rumah aku terkejut ada sebuah mobil terpakir didepan rumahku.

"Itu kan mobil Raka," gumamku dalam hati.

Kemudian aku menghampirinya, benar saja, tak lama kemudia Raka keluar sambil tersenyum.

" Hay maria, mari saya antarkan, kebetulan sayapun akan pergi kearah sana," ucapnya.

" Tau dari mana kamu, kalau saya masuk pagi?" tanyaku terheran.

" Feeling aja." jawabnya singkat.

Aneh, sepertinya dia punya indra ke enam deh tau jadwal kerjaku.

"Ayo masuk, nggak enak nanti tetangga pada ngeliatin." ucapnya.

Namun tiba-tiba ibu menghampiri kami.

" Teh ini siapa? Kok gak dikenalin sama Ibu," ucap ibu sambil tersenyum melihat Raka.

"Maaf bu, saya Raka temannya Maria yg semalam ngantar Maria pulang," ucapnya memperkenalkan diri sambil menyalami ibu.

"Oh Raka, makasih yah udah anterin anak ibu semalam," ucap ibu sambil senyam senyum.

"Iya sama-sama bu, saya senang bisa mengantarkan Maria pulang." jawabnya.

"Ya sudah bu, Raka pamit mau mengantarkan Maria kerja, kebetulan kami searah."

"Oh iya, hati-hati,ibu titip Maria yah,"

" Siap bu."

Dengan berat hati aku menuruti ibu.

"Iya bu, Assalamualaikum."

"Wa'alakumsallam."

Aku pun bergegas masuk kedalam mobilnya.

Diperjalanan aku hanya terdiam, merasa kesal karena sikap Raka yg sok akrab.

" Kamu udah sarapan belum? Kalau belum kita sarapan dulu yah," ucapnya.

" Udah kok." jawabku ketus.

" Ya sudah kalau begitu kamu temani saya sarapan."

" Loh, kok saya suruh nemenin kamu?" tanyaku terheran.

Kenapa sih nih orang, aneh banget. Tiba-tiba jemput, sekarang minta ditemani makan.

" Ya sudah saya mau turun aja, saya mau cari angkot aja," ucapku.

"Jangan, jangan. Oke, saya akan mengantarkanmu kerja." ucapnya.

***

Akhirnya aku sampai toko tempat aku bekerja, akupun segera turun dari mobilnya. Kulihat ternyata mbak Sinta dan Muhit sudah sampai.

"Makasih udah ngasih tumpangan," ucapku ketus.

"iya sama-sama, saya senang bisa anterin kamu." ucapnya.

"Cie.. Yang dianterin ayang, kok gak dikenalin sih ke kita," ucap mbak Sinta meledek dan Muhit yg tertawa.

"Ih apaan sih mbak, dia bukan siapa-siapa saya." ucapku.

"Iya juga nggak papa kali, dilihat lihat lumayan ganteng juga yahh."

" Udah dong mbak ih gak usah meledek," ucapku kesal.

Kemudian akupun pergi ke gudang menaruh tas & jaketku.

Drrttttt Drrrrtttt suara ponselku bergetarr, setelah ku cek ada pesan masuk dari no baru.

" Hai Maria, ini aku Raka," isi pesannya.

Ihh... Apaan sih Raka.

Tak lama kemudian dia mengirim pesan kembali.

"Saya udah didalam toko kamu nih," pesannya.

Apa? Dia disini ternyata..

Aku langsung mencari keberadaannya, setelah itu aku lihat seorang laki-laki bermasker dan bertopi hitam berdiri berada dipojok dekat etalse minuman. Aku yakin itu Raka, karena tak ada lagi pengunjung lain selain dia.

" Kamu ngapain disini?" pesanku.

"Aku nunggu kamu." jawabnya.

Ya tuhan, kenapa engkau pertemukan aku dengan laki-laki begini.

"Ngapain nunggu, gak da kerjaan banget." pesanku.

Namun kali ini dia tak menjawab pesanku.

Tak lama kemudian dia menghampiriku dengan membawa keranjang penuh dengan makanan & minuman.

"Udah nih mbak, tolong hitung," ucapnya.

Akupun segera menghitungnya.

" 243.500." ucapku.

Kemudian dia menyodorkan kartu atm padaku, setelah selesai transaksi, ku serahkan belanjaannya.

"Nih belanjaannya." ucapku.

" Oya boleh saya minta plastik satu lagi," ucapnya.

Akupun langsung memberikannya. Kulihat dia membagikan beberapa belanjaanya yg baru dia bayar.

" Ini untukmu," dia menyodorkan plastik yg berisi makanan dan minuman itu padaku.

" Maksudnya apa?" tanyaku bingung.

" Udah terima aja Maria, rezeki jangan ditolak," ucap mbak Sinta.

"Sini mas, saya yg ambil mungkin Maria malu." ucapnya pada Raka.

Rakapun mengangguk lalu bergegas keluar dan duduk dikursi depan toko sambil sesekali menolehku.

"Dia kayaknya naksir kamu deh," ucap mbak Sinta.

"Ih apaan sih mbak, males ih bahas dia." ucapku.

" Jangan gitu, nanti kamu kesemsem loh,"

"Apaan sih mbak, udah dehh." ucapku kesal.

"Ciee... Ciee.. " Muhit meledekku.

"Udah ah, saya mau ke toilet dulu." ucapku lalu pergi meninggalkan mereka.

Tak terasa Adzan dzuhur pun berkumandang, aku lekas meminta ijin pada mbak Sinta untuk sholat dan makan siang.

"Mbak, saya sholat dulu yah sekalian makan siang, mbak mau makan apa nanti saya sekalian belikan," ucapku.

" Nggak usah Maria, mbak bawa bekal dari rumah."

Namun ketika didepan toko, Raka langsung menghampiriku.

" Maria, mau kemana?" tanyanya.

"Mau sholat." jawabku singkat.

"Saya ikut yah,"

"terserah." jawabku ketus.

Akhirnya kami pun sampai di sebuah mushola yg tak begitu jauh dari toko, aku pun bergegas masuk lalu menjalankan kewajibanku.

Setelah selesai, akupun keluar.

"Maria, mau kemana?" Tanyanya.

"Cari makan siang." jawabku.

"Saya ikut yah, kebetulan saya pun belum makan siang," ucapnya.

"Terserah." ucapku ketus.

Makan bersama

***

"Mbak, saya pesan nasinya pake ayam bakar aja yah, makan disini," ucapku pada pemilik warung makan.

"Saya juga sama ya mbak," ucap Raka.

"Mbak maria, ini cowoknya?" tanya mbak Rani, sambil menyiapkan pesanan kami.

"Buk.." ucapku terpotong.

"Iya mbak." ucap Raka memotong ucapanku.

"Ya Ampun mbak Maria, ternyata sudah punya calon." ucap mbak Rani.

Tak lama kemudian, Mbak Rani menghidangkan pesanan kami.

"Silahkan..." Ucapnya, sambil meletakan makanan diatas meja.

"Terimakasih." Ucapku.

Mbak Rani pun kembali kedepan, lalu akupun segera melahap pesananku.

"Kamu laper?" ucapnya.

"Iya lah." jawabku ketus.

Makanan sudah habis kumakan, akupun segera menghampiri Mbak Rani untuk membayarnya. Namun Raka tiba-tiba menyodorkan uang berwarna merah.

"Ini mbak, sekalian punya Maria juga yah," ucapnya.

"Eh nggak usah, saya ada kok," ucapku menolak.

"Udah mbak Maria, nggak usah ditolak, wajar dong calonnya yg bayarin." ucap mbak Rani.

"Ihhh si mbak, dia bukan calon saya mbak." ucapku.

Namun mbak Rani hanya tersenyum. Akupun bergegas jalan kembali ke toko.

" Kamu ngapain sih ngikutin saya terus?" ucapku sambil meliriknya kesal.

Namun dia lagi-lagi tersenyum.

"Emang nya kamu nggak kerja?" tanyaku.

" Kerja." jawabnya singkat.

"Lah terus kenapa kamu ngikutin saya?" tanyaku kembali.

Namun dia hanya tersenyum tak menjawab pertanyaanku.

Akhirnya kamipun sampai, akupun bergegas masuk lalu melanjutkan pekerjaan seperti biasanya.

Kulihat Raka malah duduk kembali dikursi depan toko. Aku benar-benar tak habis pikir dibuatnya.

Tiba tiba Muhit menghampiriku.

"Duh, romantisnya yahh lagi kerja aja ditungguin gitu," ucapnya sambil tersenyum.

"Apaan sih, dia itu bukan siapa siapa saya," ucapku.

" Dia tuh kayak nya naksir berat deh sama kamu. Udah terima ajah, kayaknya dia laki-laki baik, ganteng lagi," ucapnya.

"Hemmm apaan sih , udah lah nggak usah bahas dia." ucapku kesal.

Silih berganti kulayani konsumen yang berkunjung, sampai tak terasa jam menunjukan pukul 2 siang, saatnya aku tutup shift. Kebetulan yang lain pun sudah datang.

"Maria, udah selesai?" tanya mbak Sinta, sambil berjalan menghampiriku.

"Udah mbak." jawabku.

" Ya sudah tutup shift, kebetulan Mbak okta juga udah siap tuh," ucapnya.

"Iya mbak." jawabku.

Akupun segera menghitung uang hasil penjualan, setelah selesai akupun segera mengambil alat kebersihan. Yah, sebelum pulang, aku dan yang lain diharuskan membersihkan rak toko yang sudah dibagi dan dijadwalkan setiap harinya.

Setelah rak terlihat bersih, ku tata kembali dengan baik dan rapi sesuai urutan.

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya pekerjaanku selesai. Akupun segera menaruh kembali lap dan sabun kembali ke belakang. Setelah itupun aku segera mengambil tas lalu memakai jaket kebanggaanku.

Aku pun bergegas keluar, baru sampai depan pintu, tiba-tiba Raka menghampiriku.

" Mari aku antar pulang," ucapnya.

" Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri." ucapku ketus.

"Nggak boleh nolak." ucapnya sambil menarik tanganku dan membukakan pintu mobilnya.

Ya ampun ni orang maksa banget, baru kenal aja begini.

" Aduh, apaan sih narik-narik, emangnya saya kambing," ucapku kesal.

" Iya maaf, ya udah cepet masuk." ucapnya.

"Nggak mau, saya ada perlu mau kerumah teman," alasanku, beeharap dia percaya.

"Teman? ya udah sekalian saya antar,"

"Nggak usah, saya akan lama, mungkin sampai malam." aku terpaksa berbohong.

"Nggak papa, saya antar."

" Duh kamu tuh yah maksa banget pengen anterin saya." ucapku kesal sambil memasuki mobilnya.

Perlawanan

Setelah memasuki mobilnya aku hanya terdiam kesal.

"Kamu kenapa diem aja?" Ucapnya lembut sambil tersenyum.

Aku masih saja terdiam, tak menanggapi ucapannya.

Tak lama kemudian adzan berkumandang.

"Maaf, tolong berhenti di masjid depan itu yah. Kalau kamu mau pulang dulu silahkan, saya mau sholat dulu." ucapku dengan harap dia mau pergi meninggalkanku.

"Ok, saya tunggu," ucapnya

Ya Allah, kenapa dia nggak mau pergi.

Akupun bergegas turun lalu memasuki masjid. Lima belas menit berlalu akupun keluar, lalu menyelinap lewat pintu belakang, berharap tak bertemu dengan Raka.

Tapi apesnya, ternyata Raka sedang berada diwarung belakang, sepertinya Raka membeli sesuatu. Dia pun melihatku lalu berjalan mengahmpiriku.

"Udah selesai?" Tanyanya.

"Udah." jawabku.

"Tapi kenapa kamu lewat belakang? mobil saya kan ada didepan," Ucapnya terheran.

" Nih minuman buat kamu, kamu pasti haus kan." Ucapnya sambil memberikan minuman yg baru saja dia beli.

Aku pun langsung menerimanya karena memang kerongkonganku terasa kering.

"Terimakasih." ucapku singkat, akupun langsung memutar tutup botol minuman lalu meminumnya.

" Mari, saya anatar ke rumah temanmu," Ucapnya.

" Nggak jadi." ucapku.

" Loh kenapa?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya.

" Emang kamu nggak bisa yah tiinggalin saya? saya mau pulang sendiri!" ucapku kesal karena merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Ya sudah, kalau itu mau kamu, silahkan pergi pulang sendiri." ucapnya santai.

Aku pun langsung pergi meninggalkannya dan berdiri ditepi jalan menunggu angkutan umum lewat.

Kulihat dia masih belum bergerak, masih duduk di kursi kemudi mobilnya sambil memandangku yang berdiri kepanasan ditepi jalan.

Entahlah, apa yg ada dipikirannya.

Enatah berapa lama aku menunggu, belumm juga aku dapatkan. Silih berganti berlalu dihadapanku namun semuanya terisi penuh.

Tiba-tiba mobil yang dikendarai Raka mengahampiriku, dia pun perlahan membuka kaca jendela mobilnya.

"Udah, pulang bareng saya aja. Panas loh, ini kan jam pulang kerja, susah dapet angkutan umum." Ucapnya.

"Nanti juga dapet," ucapku ketus.

Namun dia malah turun dan mengahampiriku, kemudian menggendongku lalu mendudukanku. Sontak aku terkejut karena sikapnya.

"Apa-apain sih kamu lancang banget gendong-gendong aku segala," ucapku kesal sambil membetulkan bajuku yg sedikit berantakan.

"Habisnya kamu gemesin, susah banget sih. Malah mempersulit hidup sendiri." ucapnya sambil membenarkan duduk nya dikursi kemudi, lalu melajukan mobilnya untuk mengantarkanku pulang.

***

"Assalamualaikum," salamku saat tiba dirumah.

" Wa'alaikumsalam, udah pulang teh?" tanya ibu.

Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan ibu.

"Itu, kenapa nak Raka gak mampir dulu?" Tanya ibu kembali.

" Ngapain bu, dia bukan siapa-siapa," jawabku kesal karena ibu sepertinya menyukai Raka.

Kemudian ibu keluar menghampiri Raka yg sedang memutar arah mobilnya untuk pulang.

"Nak Raka, nggak mampir dulu?" panggil ibu.

Ngapain juga coba ibu menawarinya mampir, tambah gede kepala aja tuh orang.

" Iya bu, lain kali saya mampir. Tapi untuk sekarang belum bisa ada kerjaan yg harus diselesaikan," jawabnya ramah pada ibu.

"Ya sudah hati-hati dijalan." jawab ibu.

Akhirnya dia pun pergi, lega rasanya setelah seharian melihat wajahnya yg menyebalkan itu. Aku pun langsung membersihkan diri lalu mengganti seragam yg aku kenakan seharian.

Kurebahkan tubuhku diatas ranjang sambil memainkan ponselku. Namun tiba-tiba pesan masuk, ternyata dari pak hendi kepala toko tempatku bekerja.

"Maria, besok masuk 2 shift yah, soalnya mbak Okta ijin tidak masuk, karena salah satu keluarganya meninggal. Kamu tau kan toko kita kekurangan kasir, jadi saya harap kamu bisa." isi pesan pak Hendi.

"Baik pak" jawabku.

Walau aku keberatan tapi mau gimana lagi tak ada pilihan lain karena memang keadaan tokoku itu sesuai yg pak hendi katakan.

***

"Maria, hari ini saya tidak bisa antar & menemanimu kerja," pesan Raka lewat ponselku.

Masa bodo, aku malah senang karena Raka tak menggangguku hari ini.

Tak lama kemudian pesannya masuk kembali.

"Kalau ada apa-apa hubungi saya, saya pasti datang."

Aku tak menjawab pesannya kembali, namun aku simpan nomor ponselnya, aku pikir tak ada salahnya hanya sekedar menyimpan.

Aku pun bergegas melangkahkan kaki berjalan menuju tepi jalan raya untuk menunggu angkot, beberapa menit kemudian sebuah angkot berhenti dihadapanku. Tanpa berpikir panjang aku langsung bergegas masuk.

Hampir satu jam lebih akhirnya aku sampai, lalu akupun segera masuk.

"Baru dateng kamu?" ucap Romi.

"Iya mas, maaf telat," jawabku sambil mengetikkan NIK dilayar komputer.

Dia hanya diam, aku langsung bergegas menaruh barangku lalu mengambil kemoceng untuk sekedar membersihkan area kerjaku.

Hari ini aku bekerja ditemani 3 orang laki-laki, Romi, muhit dan Agus.

Setelah sekian lama, tepat jam 1 siang, Romi memberi tahuku bahwa pak Hendi hari ini tidak bisa masuk kerja karena istrinya mau melahirkan.

Aku sedikit kecewa, karena jujur saja aku tak nyaman dengan Romi. Romi telah lama menyukaiku namun aku selalu menolaknya, namun dia tak henti-henti selalu berusaha mendekatiku.

Namun entah hatiku tak tersentuh sama sekali, entahlah aku pun tak mengerti padahal dia baik.

Akhirnya mau tak mau aku harus bekerja lembur dengan Romi dan hanya ditemani kak Adi untuk malam nanti.

Tak terasa waktu menunjukan jam 10 malam, akupun bergegas membereskan semua kerjaanku.

Namun, Adi pamit pulang duluan, karena harus menjemput adiknya yg baru datang dari jawa, kampung halaman Adi.

"Mas Romi, saya ijin pulang dulu, adik saya dari jawa datang sekarang sedang menunggu di terminal." ucap Adi pada Romi.

"Iya, gak papa," jawab Romi.

"Maria, maaf yah saya pulang duluan," ucapnya.

"Iya gak papa, lagian kasian adiknya nungguin diterminal sendirian, bahaya." ucapku.

Setelah selesai akupun kebelakang untuk mengambil tas dan jaketku, kulihat ternyata ada Romi tengah membereskan uang hasil penjualan hari ini, lalu menaruhnya dalam berangkas toko.

Namun ketika hendak aku keluar Romi mengahampiriku.

"Maria, aku dengar kemaren kamu diantar dan ditemani seorang laki-laki." ucapnya.

Degh, seketika jantungku berhenti, dari mana dia tau.

" Iya mas." jawabku singkat.

"Oh, jadi karena laki-laki itu kamu menolak saya?" Tanya Romi dengan nada marah.

"Enggak kok, emang saya nolak mas Romi karena memang saya tidak suka dengan mas Romi."jawabku kekeh.

Namun tiba-tiba Romi mengunci gudang, aku pun mulai takut, karena melihat sorot mata Romi merah seakan dia ingin menelanku.

Inilah yg saya tidak suka dari dia, dia mudah emosi & tempramen.

Mas Romi kemudian mendekatiku,namun aku langsung menghindar.

"Mau apa kamu, buka pintunya saya mau keluar," teriakku.

"Saya akan membukanya setelah saya memilikimu seutuhnya dan tak akan ada yang bisa memilikimu." ucapnya sambil melangkahkan kakinya mendekatiku.

Aku mulai ketakutan dengan sikap dia, aku berusaha melawan namun tak mampu.

"Mau kemana kamu sayang, kamu tak bisa keluar." ucapnya dengan nada lembut namun menakutkan bagiku.

Aku langsung berteriak meminta pertolongan, namun na'as diluar sudah sepi tak ada siapapun.

Terlebih sekeliling toko ini hanya toko-toko biasa yg sudah tutup.

Aku mulai panik, bagaimana caranya untuk bisa keluar. Romi semakin beringas saat melihat perlawananku, tak henti-hentinya aku berteriak meminta tolong & memohon agar Romi tidak bertindak diluar batas.

"Tolong... Tolong..." Aku terus berteriak, namun tak ada seorang pun mendengarku.

"Tolong mas Romi, jangan lakukan apapaun saya mohon. saya mohon maaf atas penolakan waktu itu, saya janji aku akan berusaha menerimamu, tapi tolong jangan lakukan ini." ucapku memohon berharap Romi mengabulkan permintaanku.

Namun, tiba-tiba Romi menarik hijabku.

"Aku tak akan melepaskanmu sayang, hanya dengan ini saya bisa memilikimu." ucapnya.

Seketika aku teringat Raka, aku langsung mengambil ponselku dalam saku celana, lalu kutekan kontak yg tertulis Raka, aku segera menekan panggilan sebelum Romi kembali mendekat.

Namun ketika panggilan berlangsung Romi merebut ponselku & melemparkannya.

"Halo.. halo," suara Raka diponselku.

Ada sedikit mempunyai harapan.

"Tolong Raka tolong, aku disekap digudang belakang toko, mas Romi ingin melecehkanku tolong hiks.. hikss," teriaku sambil menangis.

Namun Romi kembali mengambil ponsel ku dan membantingkan nya hingga hancur.

"Nggak akan ada yg bisa menolongmu sayang." ucapnya sambil tertawa.

Kemudian dia mendekatiku kembalu manarik baju ku hingga robek.

Aku terus melawan sebisa mungkin, hingga aku melayangkan tendangan ke daerah sensitifnya. Romi terlihat kesakitan, aku langsung berlari kearah pintu berusaha mendobraknya namun karena keterbatasan kekuatanku pintu tak kunjung terbuka.

Romi menarikku kembali, sampai aku berada dipelukannya. Romi pun melancarkan aksinya dengan berusaha menciumku namun aku berhasil menepisnya.

Melawan sebisa mungkin, ku gigit tangan yg mecengkramku dengan keras. Namun emosi Romi semakin menggila, Romi mendorongku hingga terjatuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!