🍂🍂🍂🍂🍂🍂
*Alina
[ Maaf, aku akan benar-benar pergi, kamu terlalu baik dan aku tak nyaman dengan hubungan kita]
Satu pesan di baca Fajar dengan perasaan sakit luar biasa. Bagaimana mungkin, gadis yang bersamanya kurang lebih satu tahun ini pamit entah akan kemana tanpa alasan yang jelas disaat persiapan pernikahan mereka sudah 75% .
Fajar melempar ponselnya ke atas kasur, dadanya cukup lumayan sesak menerima kenyataan ini, meski hubungannya dan Alina terjalin karna sebuah perjodohan tapi tetap saja ia sudah merasa dekat karna sejak awal sudah siap menerima baik buruknya gadis itu. Namun apa yang kini di lakukan oleh Alina?
Entahlah, tapi feeling Fajar mengatakan jika calon istrinya itu pasti kembali pada mantan kekasihnya.
"Memang sulit ya, menjalani hubungan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, sebaik apapun orang baru pasti akan kalah dengan orang lama yang punya berjuta kenangan."
Tarikan napas pria tampan itu begitu berat, jika tahu seperti ini akhirnya tentu ia akan menolak untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Dan harusnya juga memang Fajar bertanya lebih pasti tentang perasaan Alina sebelum ia benar-benar datang melamar gadis itu dua minggu lalu.
Kini, entah apa yang akan ia katakan pada Bubun dan Ayah perihal perginya Alina, Mantan Buaya batina itu pasti sangat sedih karna dari ketiga putranya tinggal Fajar yang belum menikah.
Bahkan, Lintang yang lahir paling akhir saja dengan sangat kurang ajar dan tak sopannya justru menikah duluan dengan pujaan hatinya, Rinjani.
.
.
.
Sebelum pagi, Fajar yang sudah bersiap untuk pergi sengaja keluar sebelum yang lain bangun. Ia bukan kabur, hanya saja sedang butuh waktu untuk sendiri padahal ia belum tahu akan kemana.
Dengan mengendarai mobil biasa, Pria dewasa pengusaha sukses itu memecah jalan yang pastinya masih sangat sepi sebelum nanti penghuni ibu kota tumpah ruah dengan segala aktivasnya, entah itu berangkat sekolah maupun pergi ke tempat kerja.
Hampir tiga jam perjalanan, Fajar mampir sebentar ke selah satu minimarket untuk mengisi perutnya yang mulai kelaparan. Ia memesan satu Mie dalam Cup dan juga air putih biasa, ini cukup baginya sebelum nanti ia makan nasi beserta teman temannya.
"Ada korek, Bang?" tanya seorang remaja tanggung yang entah dari mana datangnya justru tiba-tiba ada di dekatnya.
"Maaf, Bang. Gak ada," jawab Fajar.
Di keluarganya yang tak ada satupun yang merokok membuat ia juga melakukan hal yang sama, padahal tak pernah ada larangan sama sekali akan hal itu. Hanya saja, kesehatan diri sendiri dan tentunya orang lain jauh lebih penting.
"Ok, Bang. Makasih ya," ucap Si remaja tanggung itu lagi yang lalu pergi setelah apa yang di carinya tak ia dapat kan dari Fajar.
Fajar hanya mengangguk sambil tersenyum simpul, meski ia sedikit pendiam tapi bukan berarti ia tak bisa ramah dan sopan pada orang di sekitarnya apa lagi jika hanya sebuah senyuman saja.
Fajar yang mulai merasa istirahatnya sudah cukup memilih kembali melanjutkan perjalanan. Tapi, belum juga ia kembali ke mobil Fajar sadar dompet dan Ponselnya tak ada.
.
.
.
Sial.. gue kecopetan!!!
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Assalamu'alaikum, balik lagi sama si kembar, sesuai Request kalian di lapak El Demoy kalau bulan ini, Abang Asha sama Aa Fajar dulu sambil Lilin pelan-pelan di terusin.
Sagara lagi revisi bab yang acak-acakan itu kemarin ya...
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Mau duit gak lo?" tanya seorang pria dengan tato kodok terbang di lengan kanan dan cacing kremi di lehernya.
"Gak! aku gak mau duit haram!"
Pria itu pun tertawa terbahak-bahak, lalu mencengkram rahang wanita yang sudah ia seret sampai ke depan kaca besar.
"Emang selama 2 bulan ini lo bisa hidup dan napas dari mana? kalau bukan dari duit haram? emang lo kira gue punya kerjaaan laen selain maling, nyopet dan jambret? Dasar aneh! cantik doang tapi gak punya otak buat mikir," cetus nya sambil menjambak rambut wanita itu.
Namanya Senandung, ia gadis berusia 17 tahun yang memang tak lagi sekolah semenjak Sang ibu meninggal saat kakaknya masuk penjara karna kasus pembegalan motor. Ia bukan dari keluarga baik baik, hidupnya semakin hancur saat Bapak ketahuan memiliki hutang kepada preman pasar. Tak ada uang untuk membayar, Sang putri akhirnya yang jadi jaminan. Shena, itulah panggilan sehari harinya, mau tak mau ia di bawa oleh Si preman agar semua sangkut paut di antara mereka selesai.
Tapi, masalah semakin menjadi saat anak Si preman seolah binatang buas saat melihat Shena. Tak ingin ada pelecehan atau apapun yang merugikannya di kemudian hari, Shena mengajukan satu Syarat yaitu pernikahan. Dan dengan hanya sebuah mahar selembar uang ia pun resmi secara agama menjadi istri Tagor.
( bukan batagor ya, apalagi cilok.. Seblak juga bukan.. pokoknya bukan, ini wujudnya doang manusia tapi isinya mirip Dakjal)
Shena yang tak bisa melawan hanya bisa menangis, tak hanya di jambak tapi di pukul di tendang bahkan di silet sering ia alami. Pernah mencoba ingin bunuh diri karna tak sanggup, ia malah ketahuan dan berakhir dengan di kurungnya di kamar mandi satu hari satu malam tanpa makan.
"Izinkan aku kerja, agar aku tak perlu merepotkan
mu," Ucapnya yang mulai merasa sakit sebab telinganya yang mulai di gigit oleh Si Tagor.
"Kerja apa? emang lo bisa apa?"
"Apapun, aku bisa jadi pembantu, jaga toko atau apapun itu," jawabnya yang cukup tahu diri karna ia hanya lulusan sekolah menengah pertama dua tahun lalu. Ya, harusnya tahun ini adalah tahun terakhirnya ia menimba ilmu andai saja ia seorang siswi SMA.
"Lo cukup diem di rumah, jadi mainan gue, paham!"
Tak ada jawaban, Shena langsung menutup kedua matanya saat melihat Tagor mengambil ikat pinggang yang tergantung di belakang pintu.
Kekerasan pun akan di alami gadis cantik itu lagi, Shena tak menyangka jika suami siri nya itu memiliki kelainan yaitu Sadisme Seksual.
Sadisme seksual adalah orang yang hanya mampu mencapai kepuasan seksual setelah melakukan adegan sadis pada pasangannya.
Dan tak hanya itu, Tagor juga seorang Ekshibisionisme
Ini adalah jenis kelainan seksual yang dimana Orang yang memiliki kelainan seksual ini kerap memperlihatkan kelaminnya pada orang lain.
Hal ini seringkali dilakukan sang pelaku untuk mendapatkan kepuasan seksual waktu korban terlihat kaget ketika ia memperlihatkan bagian inti tubuhnya itu.
Jadi tak heran, meski Shena dan Tagor sudah menikah selama dua bulan, kedua nya tak sekalipun melakukan hubungan badan. Cukup Shena di siksa fisiknya hingga memar dan berdarah sambil Sang suami mencari kepuasan nya sendiri dengan tangannya tepat di depan wajah cantik penuh luka istrinya yang malang itu.
.
.
.
Tuhan, tolong bawa aku ke Sisimu. Aku ikhlas kembali meski dengan status Segel aman...
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Sial, gue kecopetan!!"
Fajar yang kesal terus merutuk dirinya sendiri, mana bisa ia selengah itu akibat rasa lapar yang melanda. Harusnya orang tahu, jika tak semua pria punya korek contohnya ia yang memang tak merokok, tapi tak bisa di salahkan juga sebab hanya Fajar yang ada disana saat itu.
"Terus gue harus gimana?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan.
Jika hanya dompet tentu tak masalah, tapi ini berikut dengan ponselnya. Bukan sayang dengan si benda pipih tapi ada beberapa file dan email penting disana mengingat ia adalah seorang pengusaha.
Hembusan napas berat yang dilakukan oleh Fajar seolah pertanda sesesak apa dadanya saat ini. Niat hati ingin tenang ia justru di hadapkan dengan masalah baru. Dan bukan Fajar namanya jika ia pasrah sebelum berusaha.
Fajar berjalan ke arah tukang parkir yang tak jauh dari sana, setidaknya ia harus memastikan lebih dulu sebelum akhirnya memilih untuk pulang saja.
"Permisi, Pak."
"Iya, Mas. Ada apa ya?" tanya Si tukang parkir langsung bangun dari duduknya.
"Hem, begini, apa tadi Bapak atau yang lain liat remaja laki laki tanggung dari depan minimarket sana? pakai kaos abu-abu dan celana pendek?" tanya Fajar, beruntung ia masih ingat dengan apa yang di kenakan orang tersebut.
Bukan menuduh, hanya saja ini momennya sangat pas karna Fajar ingat betul jika dua benda tersebut ada di dekatnya sebelum orang itu datang meminta korek.
"Anak remaja tanggunug pakai kaos Abu-abu dan celana pendek?" tanya ulang Si tukang parkir memastikan dengan raut wajah berpikir keras. Dan Fajar langsung menganggukkan kepala saat itu juga, ia harap ada jawaban pasti dari apa yang di tanyakan.
"Paling Si Ucil, cari aja dideket pasar, Mas. Di apain emang sama dia?" tumpal seorang Bapak-bapak sambil menyalakan rokoknya.
"Deket pasar? di mana ya?" tanya Fajar.
"Setengah jam dari sini, Si Mas lurus aja nanti ada lampu merah belok kanan, gak jauh dari situ lah."
"Oh iya, Pak. Terima kasih banyak, saya permisi," pamit Fajar, tapi belum juga ia melangkah Si tukang parkir malah mendekat.
"Mas kecopetan? kalau memang gak terlalu penting lebih baik ikhlasin aja, resikonya gede, Mas. Di itu komplotan Preman pasar," jelas Si tukang parkir yang serba salah menjelaskan.
Fajar hanya tersenyum, ia pastikan semua akan baik baik saja. Bukan masalah ikhlas tak ikhlas hanya saja yang seperti ini tak bisa terus menerus di biarkan. Jika orang kaya sepertinya mungkin tak masalah, lalu bagaiamana jika yang di copet itu orang menengah ke bawah yang mungkin itu adalah ponsel satu-satunya dan uang yang di dompet adalah harta yang tinggal itu saja, bukankah sulit untuk ikhlas?
"Bapak tenang saja ya, saya pamit."
Fajar lalu kembali ke area parkiran minimarket untuk mengambil mobilnya, ia lalu bergegas ke arah pasar sesuai petunjuk Si bapak barusan. Bagaiamana akhirnya nanti yang jelas ia akan kesana saja lebih dulu.
Karna jalan yang lumayan macet, jadilah Fajar sampai di pasar hampir empat puluh menit. Ia tepikan mobilnya di depan ruko yang sedang tutup.
Langkah demi langkah, Fajar terus berjalan sampai akhirnya ia menemukan sosok yang di cari, remaja tanggung yang katanya bernama Ucil tersebut sedang berdiri bersandar di tembok Toilet umum.
"Masih ingat saya?" tanya Fajar pelan namun penuh penekanan.
Bukan type-nya jika harus menyelesaikan masalah dengan emosi dan kekerasan.
"Bang!!!" Si Ucil yang kaget dengan sosok di depannya tentu langsung terlonjak.
"Mana dompet dan ponsel saya?"
"Loh, saya mana tahu, saya cuma mau pinjam korek ke Abang kan?" Ucil tentu ingat karna itu kejadian yang baru beberapa waktu yang lalu.
"Tapi kedua benda milik saya tak ada bertepatan dengan perginya kamu juga. Bisa tolong berikan pada saya sekarang?" pinta Fajar dengan menadahkan tangan di depan Si Ucil.
Ia yang masih amatiran tentu sedikit pengalaman, yang ia tahu mangsanya itu kaya dan banyak uang tanpa berpikir apa orang itu punya kuasa atau tidak.
Fajar yang terus memaksa akhirnya membuat Si Ucil menyerah.
"Tapi saya takut, Bang. Nanti kalau saya di keroyok gimana?" tanya Si Ucil yang memang ini adalah pilihan yang sulit.
Tapi, entah kenapa Fajar ingin sekali dua benda itu kembali, padahal ia mampu untuk membelinya bahkan yang jauh lebih bagus dari sekedar ponsel yang di curi. Untuk beberapa Card di dompet ia tentu tinggal meminta pihak Bank untuk memblokir semuanya, uang cash pun tak seberapa jumlahnya.
"Kamu akan aman, saya bisa menjamin asal kamu antar saya ke orang itu," ucap Fajar meyakinkan.
Ucil yang sudah mengaku juga mengatakan jika dua benda tersebut tak ada lagi di tangannya, melainkan di tangan seseorang yang dia panggil Bos. Semua yang di curi Ucil akan di setorkan dan dia hanya mendapat beberapa saja. Ucil mau tak mau menerima karna ia di jamin keselamatannya jika ketahuan, tapi resiko pun akan ia dapatkan jauh lebih menyeramkan jika sudah berani buka mulut.
"Tapi, Bang."
"Kalau begitu kamu tunjuk saja orangnya nanti, biar saya yang menghadapi," ujar Fajar seolah ada yang terus menariknya untuk cepat bertindak.
"Bos gak ada disini, Bang. Abis saya setor dia pulang," jawab Si Ucil, entah kenapa ia pun seolah bisa sejujur ini.
"Bagus, cepat antar saya," pinta Fajar.
Meski keduanya sangat mencurigakan, tapi tak ada yang berani mendekat. Ucil pun akhirnya mengantar korbannya itu kerumah Sang Bos seolah ia yakin jika semua akan baik-baik saja.
.
.
.
Kenapa? kenapa seolah sedang ada yang menungguku?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!