HAPPY READING
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...#?! *¿*!? # ...
Pagi yang cerah tidak ada kata mendung sedikitpun di langit kota Jakarta. Alhan pun turun dari bus yang telah mengantarnya sampai di halte. Setelah kelulusan sekolahnya pada beberapa bulan yang lalu, Alhan pun memilih untuk menempuh kehidupan baru yaitu tinggal di kota Jakarta sekalian bekerja di sana.
Kota yang cukup jauh dari tempat tinggalnya dulu. Karena tidak ingin terlalu membebani orang tuanya, Alhan memutuskan untuk bekerja di Jakarta dan hidup jauh dari kedua orang tuanya di desa yang ada di Jawa timur.
Alhan berjalan perlahan di trotoar jalan raya, sembari melihat kanan kiri siapa tau ada lowongan pekerjaan. Dia terus berjalan menelusuri trotoar itu, tapi tak kunjung menemukan pekerjaan di sana. Setelah itu Alhan pun duduk di kursi panjang yang ada di trotoar jalan itu.
Alhan mengambil handphonenya, lalu menyalakan handphonenya itu terlihat ada pesan masuk dari emaknya yang menanyakan apakah dia telah sampai di Jakarta atau belum. Alhan pun langsung menelpon emaknya yang ada di desa, lalu emaknya mengangkat telpon dari Alhan.
"Bagaimana udah nyampek di Jakarta?." tanya emaknya Alhan dengan khawatir.
"Alhamdulillah udah sampai kok mak," jawab Alhan.
"Syukurlah kalau begitu, Nak."
"Tapi udah dapat kerja kan, Nak?" tanya emaknya Alhan.
"Belum Mak, aku baru mencari," jawab Alhan.
"Kalau tempat tinggalnya?"
"Sama baru mencari juga mak," jawab Alhan.
"Mudah mudahan cepat dapat ya, Nak," ucap emaknya.
"Iya Mak, do'ain aja," ucap Alhan.
"Iya Nak, emak selalu do'ain kok," ucap emaknya.
"Makasih ya, Mak." ucap Alhan dengan tersenyum.
"Iya, Nak. Yaudah emak matiin dulu ya telponnya," ucap emaknya.
"Iya, Mak," ucap Alhan.
Setelah emaknya mematikan telponnya, lalu Alhan pun langsung memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya. Tiba tiba tak sengaja Alhan melihat restoran yang ada di sebrang jalan, yang terlihat ramai pengunjung. Alhan pun begitu bahagia, siapa tau restoran itu membuka lowongan pekerjaan baginya.
Tak lama setelah itu Alhan pun sampai di dalam restoran itu, Alhan pun langsung menghampiri kasir restoran itu yang sedang bekerja.
"Mbak," panggilnya.
Namun kasir itu tidak mendengar panggilan darinya.
"Mbak," panggilnya lagi dengan nada yang lumayan tinggi.
Seketika wanita kasir itu pun kaget dan setelah itu menghampiri Alhan. "Oh iya mas ada apa ya?" tanya wanita itu dengan senyuman manis yang keluar dari wajahnya.
"Mbak di sini ada lowongan pekerjaan gak mbak?" tanya Alhan.
"Gak tau Mas, sebentar ya Mas saya panggilkan bos nya dulu," jawab wanita itu.
Wanita itu pun masuk ke dalam dan memanggil pemilik restoran ini. Tak lama setelah itu, pemilik restoran itu pun datang menghampiri Alhan. Wanita parubaya yang umurnya mungkin sekitar 50 tahun itu pun mendekati Alhan.
"Maaf ya Mas, di sini gak nerima lowongan kerja," ucap wanita itu dengan tersenyum ramah.
"Oh yaudah Bu makasih ya," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
"Coba deh masnya ke toko roti samping restoran ini, siapa tau buka lowongan," ucap wanita itu dengan tersenyum ramah.
"Oh iya Bu makasih, permisi Bu pergi dulu," pamitnya dengan tersenyum ramah.
"Iya Mas, hati hati," balas wanita itu dengan tersenyum ramah.
Setelah itu Alhan perlahan berjalan keluar dari restoran itu, melihat sekeliling kanan dan kiri yang banyak sekali pelanggan yang sedang menikmati makanannya dengan begitu bahagia. Beberapa waktu berselang, Alhan pun masuk ke dalam toko roti seperti yang di omongkan oleh wanita pemilik restoran itu tadi.
"Mas." Suara wanita memanggilnya dari belakang.
Alhan pun menoleh wanita yang memanggilnya itu.Terlihat wanita cantik dengan rambut panjangnya yang tidak di ikat itu sedang duduk di kursi yang ada di dalam toko roti itu, Alhan pun langsung menghampiri wanita itu.
"Mas mau cari kerjaan ya?" tanya wanita itu dengan tersenyum ramah.
"Iya mbak," jawab Alhan dengan mengangguk.
"Di sini gak nerima karyawan baru Mas, soalnya toko agak sepi," ucap wanita itu.
"Oh gitu ya, Mbak," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Btw, Mas gak orang Jakarta kan?" tanya wanita itu dengan wajah yang begitu penasaran.
"Aku orang Jawa Timur, Mbak," jawab Alhan dengan tersenyum.
"Oh jauh banget ya mas," ucap wanita itu dengan tersenyum.
"Iya Mbak jauh banget," ucap Alhan dengan tersenyum.
Setelah itu wanita itu berdiri, dan mengulurkan tangannya hendak mengajak Alhan berjabat tangan.
"Kenalin nama aku, Clarista Ayu Pratiwi." ucap wanita itu dengan tersenyum.
Kemudian Alhan menerima jabat tangan dari wanita itu, kemudian mereka berdua berjabat tangan, "Kenalin juga nama aku Ahmad Alhan rizkiandi panggil aja Alhan," ucap Alhan dengan tersenyum ke arah wanita itu.
Wanita itu pun tiba tiba meminta nomor Alhan."Mas boleh minta nomornya gak? siapa tau nanti kalau ada lowongan pekerjaan aku bisa bantu Mas nya," ucap wanita itu dengan tersenyum.
"Iya Mbak, boleh," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
Setelah itu wanita itu memberikan handphonenya ke Alhan, kemudian Alhan mengetik nomernya di handphone wanita cantik itu. Setelah selesai, Alhan mengembalikan handphone wanita itu.
"Makasih mas, jadi punya nomer handphonenya orang Jawa Timur nih," ucap Wanita itu dengan tersenyum.
"Iya Mbak sama sama.Yaudah aku pamit dulu ya," pamit Alhan dengan tersenyum.
"Iya Mas hati hati loh," ucap wanita itu dengan tersenyum.
"Iya Mbak," balas Alhan dengan tersenyum.
Tak lama setelah itu Alhan pun pergi dari toko roti itu, untuk hendak mencari pekerjaan yang lain siapa tau ada pekerjaan, yang ada di sekitarnya saat ini berada.
...EGSATO...
Saat adzan dzuhur berkumandang, Alhan belum juga mendapatkan pekerjaan. Walaupun sudah beberapa kali Alhan melamar di berbagai pabrik dan tempat tempat usaha lainnya namun tak kunjung ada yang di terima. Sehingga Alhan pun memutuskan untuk pergi ke mushola yang berada tak jauh dari keberadaannya saat ini.
Alhan pun perlahan mencopot sepatu yang dia kenakan, kemudian menaruh tas bawaanya di teras mushola dan terlebih dahulu Alhan ke tempat wudhu untuk berwudhlu dahulu.Setelah berwudhlu Alhan pun perlahan berjalan masuk ke dalam mushola dan duduk di belakang jamaah jamaah yang ada di dalam mushola itu.
...EGSATO...
Tak lama setelah itu Alhan pun telah selesai melaksanakan sholat dzuhur secara berjamaah di mushola itu. Setelah itu Alhan pun duduk di teras mushola, sembari merenungi nasib yang beberapa kali di tolak saat melamar pekerjaan. Satu persatu jamaah pun keluar dari mushola itu, hingga kini hanya tersisa Alhan seorang diri yang duduk di teras mushola sembari merenungi nasibnya saat ini.
Tapi bagaimanapun dia harus semangat menjalani ini semua,tidak mungkin jika dia akan kembali ke desanya, walaupun orang tuanya juga tidak terlalu kecewa apabila dia kembali ke desa, justru mungkin akan begitu bahagia ketika dirinya kembali ke rumah. Karena kakak perempuan pertamanya juga telah ikut suaminya tinggal di desa sebelah dengan kedua anaknya,sementara kakak perempuan keduanya juga tak jauh berbeda. Kakak perempuan keduanya baru menikah sebulan yang lalu dan kini dia tinggal bersama suaminya di luar kota. Sehingga keadaan rumah Alhan sekarang begitu sepi, hanya ada emak dan bapaknya saja yang ada di rumah.
Alhan pun membaringkan tubuhnya di teras mushola itu, dengan tas miliknya sebagai bantal. Alhan bingung dengan keadaanya saat ini yang belum juga mendapatkan pekerjaan di tambah lagi dia juga belum punya tempat tinggal. Alhan pun sempat berfikir untuk menjadi pengemis atau gak pengamen dan tidur di lorong lorong kota.
"Gak gak anjir ngapain gua mikir kek gitu."
Kemudian Alhan mengambil handphone miliknya yang ada di saku celananya, Alhan menyalakan handphonenya itu dan terlihat ada kiriman pesan dari kedua kakak perempuannya yang menanyakan keadaannya saat ini di Jakarta. Alhan pun tidak ingin membalasnya sekarang, karena keadaanya masih begitu susah dan Alhan tak ingin kedua kakaknya memikirkan dirinya, cukup dia saja yang pusing dengan keadaannya saat ini.
Alhan pun kembali menaruh handphonenya ke saku celananya, lalu perlahan Alhan memejamkan matanya itu. Namun baru saja memejamkan matanya, terdengar suara mobil yang mendekat ke arahnya, sehingga seketika Alhan pun langsung duduk.
Alhan melihat ada sebuah mobil yang terparkir di halaman mushola.Selang beberapa saat, keluarlah pria yang lumayan tua dari dalam mobil itu, lalu pria itu perlahan berjalan menuju ke arah mushola.
Pria itu tersenyum ke arah Alhan yang sedang duduk, "Mas," sapanya.
"Iya Pak," balas Alhan dengan tersenyum ramah.
Pria itu pergi ke tempat wudhu, sementara Alhan kembali membaringkan badannya di teras mushola itu, sembari memikirkan nasib dia ke depannya.
"Kok susah banget ya cari kerja di sini, apa aku harus kembali ke desa lagi ya?" ucapnya.
Perkataan Alhan tak sengaja terdengar oleh pria itu, sehingga pria itu pun merasa kasihan dengan Alhan dan berniat untuk menawarkan Alhan pekerjaan, karena kebetulan pria itu butuh seorang karyawan juga.
Setelah itu pria itu pun duduk di samping Alhan yang sedang terbaring, melihat pria itu duduk di sampingnya Alhan pun seketika langsung duduk.
"Saya lihat Masnya lagi galau gitu ya?" tanya pria itu dengan tersenyum.
"Gak kok Pak biasa aja," jawab Alhan dengan tersenyum ramah.
"Lagi butuh kerjaan ya, Mas?" tanya pria itu.
"Kalau boleh jujur sih, iya pak," jawab Alhan dengan tersenyum.
"Kebetulan nih saya lagi butuh karyawan buat jagain toko."
Seketika Alhan pun begitu bahagia. "Toko apa Pak kalau boleh tau?" tanyanya.
"Toko makanan dan perabotan perabotan gitu. Kamu mau?."
"Saya mau, Pak," jawabnya dengan tersenyum.
"Seaslinya sih ada pekerjaan lain tapi jadi ob di perusahaan saya. Tapi karena kamu, orang luar Jakarta ya mungkin pekerjaan ini cocok untuk kamu," ucap pria itu.
"Iya Pak, terima kasih banyak," ucap Alhan dengan tersenyum.
Kemudian pria itu mengajak Alhan untuk berjabat tangan. "Perkenalkan nama saya Ardiono Seto, panggil aja Pak Seto," perkenalannya.
"Kenalin juga Pak, nama saya Alhan."
"Salam kenal ya, yaudah saya mau sholat dulu.terus setelah itu saya anterin kamu ke tempat kerja kamu," ucap pria itu.
"Iya Pak, terima kasih banget loh pak."
"Iya Han," ucapnya dengan mengangguk.
Setelah itu pak Seto masuk ke dalam mushola untuk melaksanakan sholat dzuhur. Sementara Alhan masih duduk terdiam di teras, dengan perasaan yang sangat begitu bahagia karena Alhan telah mendapatkan pekerjaan.
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
Lanjut gess
Maaf kalau ada typo🙏
Terima kasih yang telah membaca heheh😅
HAPPY READING
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...#$#*? ¿? *#$# ...
...S...
eto pun mengajak Alhan pergi ke toko miliknya untuk Alhan bekerja di sana, Alhan begitu bahagia bisa mendapatkan pekerjaan di Jakarta dan Alhan tak sabar untuk memberitahukan kabar ini kepada keluarganya yang ada di desa tempatnya dia tinggal.
"Rumah kamu jauh banget dari Jakarta?" tanya Seto dengan penasaran.
"Jauh banget pak di Jawa Timur." jawab Alhan.
"Jauh gak dari Surabaya?."
"Lumayan jauh sih pak, kalau dari Surabaya."
"Kalau saya gak terlalu tau daerah sana, cuma tau nya ya Surabaya sama Malang aja," ucap Seto dengan tersenyum.
"Iya, Pak."
"Sampai di sini dari kapan?" tanya Seto dengan penasaran.
"Baru tadi pak, berangkatnya tadi malam soalnya." ucap Alhan dengan tersenyum.
"Ohh."
"Toko itu milik istri saya loh aslinya, istri saya buatin toko saat habis menikah dulu." Ceritanya dengan tersenyum.
"Tapi bapak punya perusahaan juga, kan?"
"Iya, saya memang punya perusahaan juga," jawabnya.
"Setiap melihat anak anak remaja seusia kamu, bapak selalu kepikiran dengan anak bapak dulu,rasanya pengen banget bertemu lagi," ucap Seto dengan raut wajah sedih.
"Maaf pak sebelumnya, anak Bapak meninggal ya?."
"Iya, waktu dia masih sd kelas 5 karena kecelakaan mobil kala itu."
"Mungkin sekarang dia seusia kamu," ucap Seto dengan raut wajah sedih.
"Ngomong ngomong bapak punya anak berapa?" tanya Alhan ingin lebih akrab dengan Seto.
"Aslinya bapak punya anak 2 dan kini anak bapak tinggal 1," ucap Seto dengan raut wajah sedih.
...EGSATO...
Setelah beberapa saat perjalanan, mereka berdua sampai di toko yang lumayan besar milik Seto dan terlihat modern.
"Kita udah sampai.Sekarang kita turun!" perintah Seto.
"Iya, Pak. "
Kemudian Alhan turun terlebih dahulu, setelah itu di susul oleh Seto.
"Yaudah ayo masuk sekarang!" ajak Seto.
"Iya Pak," ucap Alhan dengan mengangguk.
Seto pun berjalan terlebih dahulu, di ikuti oleh Alhan di belakangnya, Seto pun membuka pintu toko itu yang terbuat dari kaca. Setelah Alhan masuk, Alhan mencium bau pendingin ruangan yang begitu khas dari toko yang lumayan besar ini.
Setelah itu datanglah wanita yang mungkin seumuran dengan Seto, menghampiri mereka berdua yang baru masuk ke dalam toko. Kemudian wanita itu mencium tangan Seto.
"Mas kok tumben ke sini?."
"Iya soalnya tadi ke mushola bentar, habis ini juga balik ke kantor," jawab Seto.
"Oh yaudah kalau begitu, Mas."
Kemudian wanita itu menoleh ke arah Alhan dan menatap Alhan dengan tatapan yang aneh, "Ini siapa?calon suaminya Clarista ya."
Alhan yang mendengar perkataan itu pun sedikit kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh istri Seto, Alhan heran kenapa harus calon suami terlebih dahulu yang di tanyakan, bukannya menanyainya sebagai karyawan baru.
"Kamu gimana sih? katanya butuh karyawan baru lah ini aku carikan karyawannya."
Kemudian wanita itu mengelus dahinya."Oh iya mas aku lupa, kirain tadi calon suaminya Clarista," ucapnya dengan tersenyum.
Seketika Alhan berjabat tangan dan mencium tangan wanita itu.
"Namanya siapa ya?" tanya wanita itu.
"Alhan, Bu," jawab Alhan dengan tersenyum ramah.
"Kalau ibu, namanya Junia Pratiwi panggil aja Ibu Nia," ucap wanita itu.
"Iya, Bu," ucap Alhan dengan mengangguk.
"Nanti kamu langsung ke gudang itu ya, minta anterin Mbak kasir itu."
"Iya, Bu."
Setelah itu Nia memanggil wanita kasir itu."Linda," panggilnya dengan nada yang agak tinggi.
Wanita kasir itu pun langsung menghampiri Nia.
"Iya, Bu."
"Ini anterin Alhan, karyawan baru toko ini!" perintahnya.
"Oh iya, Bu," ucapnya dengan mengangguk.
Kemudian wanita kasir yang bernama Linda itu pun mengajak Alhan untuk pergi ke gudang toko bertemu dengan karyawan karyawan yang lain.
"Ayo ikut aku!" ajaknya dengan tersenyum manis.
"Iya mbak," ucap Alhan dengan mengangguk.
Kemudian mereka berdua meninggalkan pasangan suami istri itu.
"Anak kamu kalau di suruh nikah bandelnya minta ampun ya."
"Biarin aja kali Mas, kan dia juga belum bisa nemuin lelaki yang cocok."
"Tapi kalau begitu terus kan bisa jadi perawan tua dia."
"Iya juga sih, umurnya udah 27 tahun."
"Tapi gak apa apa juga sih Bu, kan dia juga mau nurutin perintah kita selama ini, dia juga mau kita kuliahkan di Inggris hidup jauh dengan kita."
"Iya juga ya, Mas."
Setelah itu datanglah Clarista yang habis bekerja di toko kue milik papa nya sendiri.
"Mama Papa." panggilnya dengan wajah yang begitu bahagia.
"Anak papa udah pulang."
"Pa di sini ada lowongan pekerjaan gak?"
"Gak ada, udah di isi tadi."
"Kalau di perusahaan papa ada gak?."
"Ada, tapi untuk siapa sih?" tanya Seto dengan heran.
"Gak kok, tadi itu cuma ada seseorang dari jauh lagi cari kerjaan. Kasihan tau Pa."
"Coba telpon aja orangnya."
Kemudian Clarista mengambil handphonenya yang ada di tas kecilnya itu, Clarista mencoba menghubungi Alhan pria yang di temuinya waktu itu, namun handphone Alhan tidak aktif membuat Clarista tidak bisa menghubungi Alhan.
"Gak aktif Pa orangnya."
"Yaudah nanti coba hubungin lagi."
"Iya, Pa," ucap Clarista dengan mengangguk.
Kemudian Nia memberikan pertanyaan tentang keinginan Clarista untuk menikah.
"Ngomong ngomong kamu gak pengen nikah apa, Nak?" tanya Nia.
"Kan belum ada calonnya, Ma." jawabnya dengan tersenyum.
"Mama jodohin ya?" tawarnya.
"Gak mau Ma, takut suaminya jahat lagi, emang Mama mau anak Mama yang cantik ini, di sakitin sama lelaki," ucapnya dengan raut wajah manja.
Kemudian Nia mencubit pipi putri kesayangannya itu."Ya gak mau dong, kan ini anak kesayangan Mama."
"Tapi kamu jadi perawan tua loh nanti," ucap Seto dengan tersenyum.
"Biarin pa, gak nikah sekalian juga gak apa apa," ucapnya santai.
"Ada ada aja kamu itu." ucap Nia dengan mencubit pipi Clarista.
Kemudian tak sengaja tatapan Clarista terfokus dengan tas yang ada di kursi toko itu, terlihat tidak asing di mata Clarista.
"Seperti pernah lihat deh tas itu, tapi di mana ya?" Clarista bertanya tanya pada dirinya sendiri sembari mengelus dagunya.
Tak lama setelah itu jawaban dari pertanyaan itu pun tiba, Alhan pun keluar dari gudang toko dan menghampiri keluarga kecil Seto.
"Pak saya izin mau cari tempat tinggal dulu."
Seontak Clarista pun menatap Alhan. "Kamu yang tadi itu kan ya?."
"Mbak yang di toko kue tadi itu ya?."
"Iya, padahal baru saja tadi mau aku telpon udah dapat kerja ternyata," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Jadi Alhan yang tadi kamu mau carikan pekerjaan?" tanya Seto.
"Iya, Pa," jawab Clarista.
Seto pun menoleh ke arah Alhan. "Iya Alhan, kamu cari tempat tinggal aja dulu, besok kamu mulai kerja." ucap Seto.
"Makasih banyak, Pak," ucap Alhan.
Setelah itu Alhan mengambil tasnya, kemudian Alhan pamit kepada Seto, Nia dan juga Clarista.
"Yaudah saya pamit dulu ya pak, Bu," pamitnya.
"Iya Alhan hati hati loh."
Baru saja mau keluar Alhan pun tiba tiba di cegah oleh Clarista.
"Tunggu dulu," ucap Clarista.
"Kenapa kamu cegah Nak?" tanya Nia.
Alhan pun bingung dengan Clarista yang tiba tiba mencegahnya.
"Aku mau nganterin dia cari kontrakan di dekat sini Ma, kasihan dia juga belum tau daerah sini," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Gak usah Mbak,aku bisa sendiri kok," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Gak apa apa Alhan."
"Nanti ngerepotin mbak lagi," Alhan mencoba menolak.
"Gak apa apa kali Han, aku juga gak kerepotan kok, justru aku senang bisa bantu orang lain," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Iya Alhan gak apa apa," ucap Nia mencoba meyakinkan Alhan.
"Yaudah deh,kalau begitu," ucap Alhan dengan tersenyum.
Kemudian Clarista menghampiri Alhan.
"Nanti pakai motor aku ya, Han."
"Iya, Mbak."
Alhan dan Clarista pun keluar dari toko itu, untuk mencari tempat tinggal baru.
"Han kamu bisa nyetir gak?."
"Bisa dong Mbak."
"Manggilnya gak usah Mbak gitu juga kali."
"Gak apa apa, kan Mbak nya lebih tua dari aku."
"Walau begitu Han, aku jadi ngerasa tua tau gak," ucapnya dengan tersenyum.
"Yaudah deh iya.Kalau gitu aku panggilnya apa?."
"Panggil Clarista aja ya," jawabnya dengan tersenyum.
"Oh iya deh."
Kemudian Alhan naik ke motor matic warna merah milik Clarista, di susul oleh Clarista yang duduk di belakangnya. Alhan pun langsung menjalankan motornya.
"Dimana sih kontrakannya Clarista?" tanya Alhan dengan penasaran.
"Dekat lagi kok Han."
"kontrakannya itu rumah kosong gitu ya?" tanya Alhan.
"Iya Han, rumahnya itu udah lama gak di tempati.Mungkin aja bisa di kontrakin ke kamu."
"Tapi seram gak sih rumahnya?."
"Gak lah, masih sering di rawat sama pemiliknya."
"Pemiliknya pindah gitu ya?."
"Iya, tapi anehnya orangnya itu pindah tepat di sampingnya." jawabnya dengan tersenyum.
"Kok bisa gitu, pindahnya di samping rumahnya yang lama," ucap Alhan dengan bingung.
"Aku juga gak paham maksudnya," ucap Clarista dengan tersenyum.
Mereka menikmati perjalanannya dengan canda tawa itu, walaupun mereka baru saja bertemu tapi mereka sudah begitu akrab. Beberapa saat perjalanan akhirnya mereka pun sampai di tempat yang di maksud oleh Clarista.
Terlihat ada rumah yang tak terlalu besar berwarna biru, yang nampak kosong. Sementara rumah rumah yang ada di sampingnya pun berbeda. Clarista menyuruh Alhan untuk memarkirkan motornya di halaman rumah besar, yang ada di samping rumah kosong itu.
"Ini rumahnya teman SMA aku dulu loh, Han."
"Masa sih?"
"Iya Alhan, teman akrab lagi, tapi orangnya sekarang lagi menempuh pendidikan di Amerika."
"Dulu kalau aku ke sekolah, pasti barengan sama dia, ” tambah Clarista.
Tak lama setelah itu ada wanita yang terlihat sudah berumur sekitar 50 tahun, keluar dari dalam rumah itu. Seketika Clarista dan Alhan pun menghampiri wanita itu.
"Hai Tante Tini," sapanya.
"Eh Clarista, makin cantik aja nih sekarang. "
"Tante bisa aja deh," ucapnya dengan tersenyum.
"Oh iya, Elvin baru pulang loh tadi malam, katanya tadi dia kangen sama kamu."
"Masa sih Tante."
"Iya loh, soalnya dia udah lulus kuliahnya."
"Mana orangnya sekarang tante?." tanya Clarista dengan penasaran.
"Ada di dalam sedang mandi."
Kemudian Tini menoleh ke arah Alhan. "Ini temannya Clarista ya?."
"Iya bu," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
"Ini namanya Alhan Tante, orang Jawa Timur."
"Oh, kerja di tempat Papa kamu ya?."
"Iya tante.Kebetulan dia sedang cari tempat tinggal, kira kira rumah tante yang itu di kontrakin gak?."
"Sebenarnya gak tante kontrakin sih, tapi kalau seumpama nak Alhan mau tinggal di rumah tante yang itu juga gak apa apa gak usah bayar," ucap Tini dengan tersenyum.
Kemudian Clarista menoleh ke Alhan, "Gimana Han mau gak?," tanyanya.
"Tapi kalau gak bayar aku gak enak sama ibunya Clarista," ucap Alhan dengan berbisik.
Kemudian Clarista menoleh kembali ke Tini. "Gak mau Tante dia, kalau gak bayar."
"Kok ngomongnya gitu sih." ucap Alhan.
"Katanya kamu tadi bilangnya gitu."
Tini pun tersenyum mendengar pembicaraan mereka berdua."Yaudah kalau begitu bayar berapa pun akan Tante terima."
Clarista menoleh kembali ke Alhan. "Gimana Han?," tanyanya.
"Iya deh Bu gak apa apa," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
"Yaudah ayo masuk dulu, tante buatin minum."
"Gak usah repot repot tante," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Gak usah gaya malu deh Clarista," ledek Tini.
"Ih Tante."
"Yaudah ayo masuk, pokoknya gak boleh nolak."
"Iya deh Tante," ucap Clarista dengan tersenyum.Kemudian Clarista menoleh ke Alhan."Ayo Alhan!"
"Iya Mbak."
Kemudian mereka pun masuk ke dalam rumah Tini.
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...LANJUT GESS...
HAPPY READING!!
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...#$*? ¿? *$# ...
Mereka berdua duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah Tini, sembari menunggu Tini menyiapkan minuman untuk Alhan dan juga Clarista. Setelah beberapa saat bukannya Tini yang datang, tetapi Elvin yang habis selesai mandi dan telah berpakaian rapi.Seketika Clarista pun berdiri dan menghampiri Elvin, Clarista pun langsung memeluk Elvin.
"Elvin gua kangen tau gak sama lo," ucap Clarista yang sedang memeluk Elvin.
"Lebay banget tau gak."
Kemudian Clarista melepaskan pelukannya lalu menatap Elvin dengan tatapan yang aneh. "Lo mau kemana?."
"Mau jalan ama temen."
"Temen apa temen?" ledek Clarista.
"Temen cowok anjir," ucap Elvin dengan tersenyum.
"Iya deh percaya," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Mau ikut gak loh?"
"Gak ah, malu tau gak sama temen lo."
"Yaudah.Tapi besok temenin gua ya."
"Kemana anjir?." tanya Clarista dengan heran.
"Jalan jalan keliling kota."
"Tapi toko roti gua?"
"Kamu punya toko roti?."
"Gak sih, punya bokap gua."
"Ohh kirain punya lo."
"Tapi gua di suruh ngurusin toko roti itu. Jadi toko roti itu jadi tanggung jawab gua."
"Berarti lo gak bisa dong besok?"
"Bisa kok bisa, santai aja."
"Beneran?"
"Iya beneran."
"Yaudah gua pamit dulu ya takutnya udah di tungguin lagi," pamitnya.
"Hati hati loh."
Kemudian Elvin pergi meninggalkan Alhan dan Clarista yang ada di sofa, karena Elvin hendak pergi jalan jalan bersama temannya. Dari luar terdengar suara mobil Elvin yang kian menjauh, bersamaan dengan itu Tini datang dengan membawa dua teh hangat untuk Clarista dan juga Alhan yang sedang duduk di sofa.
"Ini tehnya udah jadi," ucap Tini dengan berjalan menuju ke Alhan dan Clarista berada.
"Ih tante jadi repot repot aja deh," ucap Clarista dengan tersenyum malu.
"Ih, seperti baru pertama main ke rumah tante aja kamu."
Tini menaruh kedua teh itu ke meja yang ada di depan Alhan dan juga Clarista.
"Di minum teh nya gak usah malu malu Alhan."
"Iya, Bu." ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
Kemudian Tini duduk di sofa satunya yang ada di hadapan sofa, yang di duduki Clarista dan juga Alhan.
"Oh iya, jadi rumah yang akan kamu tempati itu kamarnya ada dua tapi gak terlalu besar sih."
"Gak apa apa kok, Bu," ucap Alhan dengan tersenyum ramah.
"Semoga kamu betah ya tinggal di rumah, Ibu."
"Iya Bu, sebelumnya makasih banyak ya Bu."
"Santai aja Alhan," ucap Tini dengan tersenyum.
"Om Deno mana ya Tante kok gak kelihatan?"
"Om Deno ke luar negri ada kerjaan di sana soalnya."
"Oh," ucap Clarista dengan mengangguk.
"Oh iya Clarista, Tante mau ngomong nih sama kamu."
"Ngomong apa Tante kok seperti serius banget gitu?"
Alhan yang faham jika dia tidak berhak untuk mendengar pembicaraan dari dua wanita yang umurnya berbeda jauh itu pun memutuskan untuk keluar rumah.
"Bu saya izin keluar ya, takutnya nanti ganggu lagi."
Bukannya mengizinkan Alhan untuk keluar malahan Tini menyuruh Alhan untuk tetap di dalam, sehingga membuat Alhan pun bingung.
"Kamu di sini aja Han, gak usah keluar."
Alhan hanya bisa menuruti perintah wanita yang umurnya sangat jauh dari umurnya itu, untuk tetap berada di tempat itu.
"Jadi sebenarnya Tante pengen banget punya cucu, kamu mau gak jadi menantu Tante?."
Clarista pun bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh wanita yang telah dianggapnya sebagai ibu itu.
"Maksudnya gimana ya tante?" tanyanya dengan wajah heran.
"Ya,kamu mau gak jadi istrinya Elvin."
"Kok tiba tiba aja gitu tante," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Gimana kamu mau gak?" tanya Tini.
"Elvinnya mau gak tante?."
"Tante udah tanyain ke Elvin katanya juga mau kok nikahin kamu."
"Tapi kasih Clarista waktu ya Tante, buat mikirin semuanya."
"Iya Clarista."
...EGSATO...
Setelah cukup lama melakukan pembicaraan di rumah Tini, Clarista pun menemani Alhan untuk menata barang barangnya di rumah milik Tini yang akan di tempati Alhan.
"Gua kaget banget tau gak, tiba tiba aja Tante Tini ngomong kek gitu."
Kemudian Clarista duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Mungkin itu jodoh kamu," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Iya kali ya Han, tapi aneh gak sih temen yang dulunya akrab banget, terus menjadi suami istri."
"Gak apa apa kali, keren tau gak."
"Keren apanya anjir, kek gak romantis tau gak," ucapnya dengan tersenyum.
"Tapi terserah kamu aja deh, Mbak." ucap Alhan dengan tersenyum.
"Kok manggilnya mbak mulu sih Han," ucap Clarista dengan kesel.
"Gak apa apa kali, kan emang umur kamu lebih tua dari aku," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Terserah kamu juga deh Han, kamu mau manggil aku apa," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Yaudah aku ke dalam dulu menata baju baju ini," pamitnya.
"Perlu aku bantuin gak nih."
"Gak usah Mbak, sedikit kok bajunya."
"Yaudah kalau begitu, aku tungguin di sini."
"Iya Mbak."
Kemudian Alhan masuk ke salah satu kamar yang ada di rumah ini dan dia pun langsung memasukkan pakaian pakaiannya di dalam almari yang ada di dalam kamar itu. Setelah selesai menata pakaian pakaiannya di dalam almari, Alhan pun kembali keluar menghampiri Clarista yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah kontrakannya.
"Sudah nata pakaiannya?"
"Udah Mbak."
Kemudian Alhan duduk di samping wanita cantik yang umurnya terpaut jauh dari umurnya.
"Mbak makasih banyak ya telah banyak bantu aku."
"Santai aja kali Han, gua malah seneng kok bisa bantu orang," ucapnya dengan tersenyum.
Kemudian Alhan pun teringat dengan cerita Seto waktu di mobil, tentang anaknya yang meninggal. "Mbak aku boleh nanya gak?"
"Nanya apa?"
"Mbak dulu punya adik ya?"
"Kamu tau dari mana?"
"Tau dari pak Seto."
Seketika air mata Clarista mengalir, membuat Alhan merasa menyesal menanyakan hal itu.
"Aku tidak bisa melupakan kejadian itu Han," ucapnya dengan air mata yang mengalir dari mata indahnya itu.
"Kehilangan adik yang paling aku cintai," lanjutnya.
"Mbak yang sabar ya, mungkin Tuhan lebih sayang sama adik mbak."
"Iya Alhan," ucapnya yang terus mengeluarkan air mata dari mata indahnya itu.
"Maaf ya mbak, tapi kecelakaannya itu satu keluarga mbak atau gimana?"
"Iya Han, tapi hanya adik aku yang meninggal."
"Saat itu kami sekeluarga akan liburan ke candi Borobudur, sesuai keinginan adik aku karena pada saat itu adik aku berhasil menjadi ranking satu di kelasnya," lanjutnya.
"Kok aku jadi ikutan sedih ya mbak."
"Gak usah ikutan sedih juga kali, btw umur kamu berapa tahun ya?."
"Baru juga 19 tahun mbak, lulusan tahun ini."
"Mungkin sekarang adik aku seumuran sama kamu."
Alhan pun mengerti bahwa kehilangan orang tercinta itu sangat berat, sama seperti yang di alaminya waktu kakeknya yang dia sayangi, meninggal dunia tapi bagaimanapun itu adalah takdir dan tidak bisa di batalkan.
"Kalau kamu punya saudara kandung gak?"
"Punya Mbak, dua dan aku adalah anak yang terakhir," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Oh, perempuankah?."
"Iya Mbak, dua duanya perempuan."
"Umur berapa kira kira?."
"Yang pertama 31 tahun dan yang kedua sama seperti Mbak," jawabnya.
"Oh, btw maaf ya jadi kepo sama keluarga kamu," ucapnya dengan tersenyum.
"Gak apa apa juga kali mbak, santai aja,"ucap Alhan santai.
"Kamu gak pengen kuliah Han? seharusnya sih seumuran kamu itu kuliah terlebih dahulu."
"Iya sih aslinya Mbak, tapi gak ada biaya Mbak, jadi ya mau gak mau aku harus kerja di Jakarta Mbak."
"Oh, semangat ya Alhan," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Makasih, Mbak," ucap Alhan dengan tersenyum.
Kemudian Clarista meminta saran kepada Alhan tentang perkataan Tini tadi yang membuatnya begitu kaget.
"Han, menurut kamu aku Terima gak permintaan tante Tini tadi?."
"Terserah Mbak aja deh, kan itu hak Mbak."
"Masalahnya mama dan papa aku pengen banget melihat aku menikah."
"Terima aja kali Mbak, tapi ngomong ngomong mbak suka gak sama Elvin?"
Clarista mengerutkan keningnya. "Gak tau juga sih Han.Tapi hanya Elvin satu satunya cowok yang aku percaya," jawabnya.
"Tuh kan mbak, tinggal tunggu apa lagi," ucap Alhan.
Setelah itu Clarista melihat jam tangannya."Mbak pergi dulu ya Han," pamitnya.
"Yah sendiri dong aku habis ini," ucap Alhan dengan tersenyum.
"Makannya cepat cepat cari istri kamu, biar ada temennya," ledeknya.
"Masa ada yang mau Mbak, cewek Jakarta sama aku," ucapnya dengan santai.
"Ya mungkin aja ada, atau perlu mbak carikan nih," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Mbak aneh aneh aja deh, kerja aja belum becus udah mau di carikan istri aja."
Clarista hanya tertawa mendengar perkataan Alhan itu."Siapa tau kan kamu udah pengen gitu Han."
"Belum pengen mbak."
"Yaudah," ucap Clarista dengan tersenyum manis.
Kemudian Clarista dan Alhan pun berdiri, Clarista hendak pulang ke rumahnya, karena adzan sebentar lagi akan segera berkumandang.
"Mbak pulang dulu ya Han?" pamitnya.
"Iya Mbak, hati hati loh."
Clarista perlahan berjalan keluar rumah kontrakan Alhan, lalu menghampiri motornya yang ada di halaman rumah Tini. Sementara Alhan langsung berjalan menuju ke dalam kamar untuk beristirahat sebentar, sembari menunggu adzan ashar berkumandang. Setelah Alhan sampai di kamar, dia langsung membaringkan badannya di kasur yang ada di kamar itu.Ini adalah hal yang baru bagi Alhan, hidup tanpa kedua orang tuanya, keluarga keluarganya dan juga teman temannya yang ada di desa.
Mungkin itu begitu berat bagi Alhan namun demi melanjutkan kehidupannya Alhan rela pergi jauh dari orang tuanya. Dia tak ingin selalu menjadi beban orang tuannya dan juga dia rela tidak kuliah seperti teman teman seusianya. Setelah itu dia pun mengambil handphonenya yang ada di saku celananya, lalu Alhan menyalakan handphonenya dia lupa jika sedari tadi dia telah mendapatkan pesan dari kedua kakaknya bahkan mereka berdua telah menelponnya beberapa kali namun tak kunjung menjawabnya karena handponenya dia matikan datanya.
........... ...
.... ...
.... ...
...LANJUT GESS...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!