NovelToon NovelToon

Find Me Daddy

Istana yang retak

PERHATIAN!! CERITA HANYALAH FIKTIF BELAKA, HANYA KARANGAN IMAJINASI AUTHOR. BUKAN KENYATAAN!!

BIJAKLAH MENJADI PEMBACA 🤩

HAPPY READING🥳🥳🥳

Udara terasa sangat dingin, seorang pria berdiri di balkon kamarnya sambil memandang pemandangan malam. Pikirannya tengah memikirkan problem yang terjadi dalam hidupnya, hatinya terasa serasa sangat hampa dan sesak.

Kreett! Cklek!

Mendengar suara pintu kamar yang terbuka, pria itu masih bergeming di tempat. Dia tahu betul siapa yang membuka pintu kamarnya, yang tak lain adalah istrinya sendiri.

“Mas, sudah malam. Ayo kita tidur,”

Seorang wanita dengan memakai kimono berjalan memahami suaminya, di tatapnya sang suami yang masih menatap ke arah luar.

“Mas aku ...,”

“Zev, aku sudah pikirkan ini baik-baik.”

Tangan pria itu mencengkram pembatas balkon dengan erat, matanya memerah seperti menahan sesuatu yang akan keluar. Dia menarik nafas panjang, dan mengembangkannya.

“Mari kita berpisah,”

JDEERRR!!”

Zevanya Aulia seorang istri dari Aaron Alexander benar-benar merasa terkejut atas penuturan suaminya, dia bahkan tak percaya dengan apa yang suaminya sampaikan padanya.

“M-mas, kamu bercanda? Kamu mabuk? O-oh atau mu-mungkin kamu lagi lelah,”

Aaron melepaskan pegangannya pada pembatas balkon, dia mengarahkan tubuhnya menyamping berhadapan dengan sang istri. Keduanya saling menatap dengan mata memerah menahan tangis.

“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.

Tampak Zevanya mematung saat suaminya menyodorkan sebuah foto yang sedari tadi tersimpan rapih di kantong celana hitamnya.

Dengan tangan bergetar, Zeva mengambil foto itu. Seketika air katanya jatuh dan menatap sang suami dengan perasaan bersalah.

“Ma-mas aku bisa jelaskan, a-aku bisa jelaskan.”

“Menjelaskan tentang kamu yang berselingkuh dengan sahabatku? Begitu? Berapa lama Zev, berapa lama kamu bersama dengannya?”

Zeva jatuh terduduk, dia memeluk kaki suaminya dengan tangisan terngungu. Aaron tak lagi melihat istrinya menangis seperti itu, dia menatap langit menghalau air matanya agar tak turun.

“Enam bulan aku di luar negri, dan enam bulan pula kamu selingkuhin aku? Tega kamu sama aku! Aku berusaha ... Aku berusaha untuk setia sama aku, aku percaya sama kamu kalau kamu tidak akan selingkuhin aku. Tapi ... Hhh tapi ...,”

“Aku khilaf mas! Maafkan aku hiks ... Maafkan aku hiks ... Hubungan kita sudah berakhir sejak kamu pulang dua bulan lalu, aku tidak lagi berhubungan dengannya,” Zeva memeluk erat kaki suaminya, meminta maaf atas apa yang dirinya lakukan.

Di saat Aaron pergi ke luar negri bersama boss di kantornya, ternyata sang istri dekat dengan sahabatnya. Bahkan mereka sering jalan berdua layaknya sepasang kekasih, makan bersama bahkan saling mengirim pesan romantis.

“Aku gak cinta dia mas, aku cuman cinta sama kamu hiks ...,”

“Gak cinta tapi bisa ya chek in hotel?”

Seketika tangisan Zeva terhenti, dia melepaskan pelukannya pada kaki sang suami dan menatap foto itu dengan seksama.

“Ma-mas, kita memang ada di hotel saat itu tapi kita sedang ...,”

“berbuat Zina maksudmu? Zeva! Sungguh, sebagai suami aku tidak ridho, aku tidak pernah ridho!” Bentak Aaron dengan mata memerah menatap tajam Zeva dengan kilatan amarah.

“Ma-mas ...,”

“Surat cerai sudah aku tanda tangani di meja, kau bisa menandatanganinya dan serahkan ke pengadilan. Mas akan keluar dari rumah ini saat ini juga,"

“ENGGAK!! ENGGAK!! MAAAASSS!! MAAASSS!!”

Aaron menghiraukan teriakan istrinya, dia mengambil kopernya yang sedari tadi dia siapkan dan segera pergi dari rumah itu.

Zeva memeluk dirinya, menangis histeris melihat kepergian Aaron. Beribu-ribu penyesalan tak akan membuat suaminya kembali, Zeva sangat-sangat menyesal.

Ponsel Zeva berbunyi, dia beranjak dan mengambil ponselnya yang terletak di meja nakas.

“Rio.” Gumam Zeva.

“Halo say ...,”

“Berhenti memanggilku sayang! Kamu jahat Rio!! Aku sudah katakan padamu, hubungan kita salah!! Kedekatan kita salah!! Lihat sekarang, gara-gara foto itu suamiku salah paham!! Padahal di kamar hotel itu bukan hanya kita berdua, bahkan kita berlima sedang rapat project! Kenapa kamu begitu Jahat!!”

Terdengar gelak tawa keras dari Rio, Zeva menjadi terdiam dengan kening mengerut.

“Oh suamimu sudah tahu yah? Yah ... Sayang sekali, padahal dia belum melihat istrinya satu selimut dengan sahabatnya.”

“BR3NGS3K KAMU RIOO!!”

BRAK!!

PRANGG!!

Zeva membanting ponselnya dan melempar gelas hingga pecah berserakan, dia tak peduli bagaimana kakinya bisa terluka.

“Maafkan aku mas, tapi sungguh aku menjaga kesucianku untukmu. Aku tidak melakukan hal yang kamu tuduhkan hiks ...,"

...

Aaron, saat ini pria itu tengah berada di bandara. Dia tengah menanti kehadiran seseorang untuk menjemputnya.

“Tuan muda?”

Aaron yang tadinya sibuk memainkan gawainya seketika mengangkat wajahnya menatap sosok pria paruh baya yang tengah tersenyum ramah padanya.

“Mari tuan, Nyonya sudah menunggu di rumah.”

Aaron menatap jalanan ibu kota, selama belasan tahun dirinya tidak lagi menginjak kota metropolitan ini. Sejak kedua orang tuanya bercerai saat umurnya 10 tahun, Aaron lebih memilih ikut dengan ayahnya. Dan setelah ayahnya meninggal, Aaron menikah dan tak lagi dengar kabar tentang ibunya.

Disinilah Aaron sekarang, untuk pertama kalinya Aaron akan kembali pada sang ibu.

Mobil memasuki gerbang yang menjulang tinggi, rumah yang begitu mewah memanjakan mata Aaron. Ayahnya adalah sosok pria sederhana sedangkan ibunya, dia menikah dengan keturunan konglomerat setelah bercerai dengan sang ayah.

“Tuan muda, kita sudah sampai.” Ujar pria paruh baya tadi.

Seorang bodyguard segera membukakan pintu untuk Aaron, Aaron keluar dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

“Aaron?”

Aaron membuka kaca matanya, entah mengapa matanya terasa berembun saat menatap wanita paruh baya yang berjalan menghampirinya.

“sayang.” Wanita paruh baya itu memeluk Aaron dengan erat, sedangkan Aaron sendiri. Dia tak membalas pelukan wanita itu, tangannya menggantung di sisi tubuhnya tanpa berniat membalas.

“Mamah senang akhirnya kamu mau kembali tinggal sama mamah, setelah mamah dengar kabar papah mu meninggal. Mamah ingin sekali mengunjungimu, tapi mamah takut kamu benci sama mamah.”

“Mamah bahagia kamu menghubungi mamah dan berencana tinggal disini,”

Begitu senangnya ibu kandung Aaron saat melihat kedatangan putranya. Dia segera mengajak Aaron masuk ke dalam.rumah dengan kebahagiaan yang membuncah.

“DAD! LIHAT SIAPA YANG DATANG!!”

Langkah keduanya terhenti ketika melihat sosok pria paruh baya yang masih tampan itu berjalan menuruni tangga.

Pria itu menghampiri keduanya dengan tatapan datar, dia menajamkan pandangannya pada Aaron yang tengah menatapnya datar juga.

“Selamat datang nak,” ujar pria itu dengan singkat.

Krik krik!

Suasana mendadak menjadi hening, ibu kandung Aaron langsung tertawa hambar untuk memecah suasana.

“ha-hahaha kenapa kalian seolah-olah akan berperang, ayo ayo kita duduk.” Seru wanita itu.

Larasti Widya, ibu kandung Aaron. Sedangkan pria itu, Haikal Smith. Suami Laras saat ini, setelah 1 tahun Laras bercerai dari suaminya. Haikal yang merupakan duda anak satu menikahi Laras, keduanya kini di anugrahi satu anak. Anak sambung LAras satu tahun di atas Aaron dia seorang laki-laki, begitu pun dengan adik Aaron yang juga seorang laki-laki berumur 13 tahun.

“Aaron, bagaimana kabarmu nak? Kau terlihat kurus sekali. Oh ya, apa kamu sudah menikah?" Tanya Laras penasaran.

Aaron yang akan meminum kopinya seketika menghentikan kegiatannya, dia mencengkram gelas cangkir itu ketika dirinya kembali mengingat apa yang istrinya buat.

Rupanya Laras belum tahu jika Aaron sudah menikah, pernikahan Aaron hanya di ketahui orang terdekat saja. Bahkan dia dan Zeva menikah di KUA dan hanya di hadiri oleh sahabat mereka. Karena Selama ini dia tidak mendengar kabar apapun dari putranya setelah mantan suaminya meninggal 7 tahun lalu.

“Aku lelah, dimana kamarku?”

Tang!

Aaron meletakkan cangkir itu dengan sedikit kasar hingga membuat Haikal dan Laras terkejut.

Laras sedikit bingung dengan ekspresi yang putranya tunjukkan.

“o-oh kamu lelah, ayo nak mamah tunjukkan kamarmu,”

Aaron memasuki kamar yang sudah Laras siapkan, dia memandang kamarnya yang tiga kali lipat lebih besar dari kamar di rumahnya.

"Mamah keluar dulu yah, kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa pencet bell di sana. Nanti pembantu akan datang ke kamarmu." Pamit Laras.

Aaron hanya melirik tombol di samping tempat tidurnya, sangat canggih. Aaron pemasaran, sekaya apa ayah tirinya itu.

Aaron mengambil ponselnya yang berada di saku celananya, saat dia membuka ponselnya. Ternyata di sana masih terdapat foto pernikahan dirinya dan Zevanya.

"Apa karena belum adanya buah cinta di antara kita hingga kamu memilih bersama sahabatku? Kalian sama-sama tidak punya perasaan. Sekarang, lakukan semau kalian. Aku sudah tak menjadi penghalang kalian menyatukan cinta kalian." Lirih Aaron. Kemudian dia menghapus seluruh fotonya bersama Zeva walau harus menahan sesak di hatinya.

____

BANTU DUKUNG KARYA BARU AUTHOR YUUKK🥳🥳🥳

Hadir di saat yang tidak tepat

Di saat kedua insan tengah merasakan sakitnya cinta, berbeda dengan Rio yang jutsru tengah merayakan pesta bersama teman-temannya.

Rio Evandra, putra tunggal keluarga Evandra.

"Terus mereka cerai?" Tanya pria yang berada di sebelah Rio.

Rio mengangguk sebelum menyesap sebuah nikotin di tangannya, dia mengeluarkan asap di nikotin itu dengan seringaian di bibirnya.

"Gue udah pernah bilang kan, apapun yang gue suka harus jadi milik gue. Kalau gue gak bisa dapat apa yang gue suka, maka yang lain pun gak boleh dapat. Setelah ini, gue akan mencoba mendekati Zeva sebagai pelipur kesedihannya. Gimana? keren kan gue?"

Tenan Rio menepuk bahu Rio dengan tersenyum lebar, dia ikut menikmati kejahatan yang temannya buat.

"Jahat lo bro!" Cetus teman RIo.

Rio mematikan rokoknya, dia menatap Rio dengan senyuman miring.

"Lo baru tahu gue jahat? Gue bahkan bisa lebih jahat dari ini. Sayangnya, Zeva gak mau gue ajak ke arah yang lebih jauh. Pesona istri orang memang menakjubkan bro!"

Teman Rio menggelengkan kepalanya, dia tahu bagaimana Rio dan Aaron bersahabat sedari SD. Persahabatan mereka hancur di karenakan seorang wanita dam Rio lah yang menghancurkannya sendiri.

"Apa hebatnya Aaron? Semua cewek yang gue deketin balik suka sama Aaron, bukan gue. Padahal Gue ganteng, kaya, dan ...,"

"Tapi lo buaya."

Sontak Rio dan temannya menoleh, seorang wanita cantik dengan gaun pendeknya mendekati Rio. dia duduk di samping Rio dengan meletakkan lengannya di bahu oria itu.

"Bukan cuman Zeva, gue juga lo deketin," ujar wanita itu.

Rio merengkuh pinggang wanita itu, dia tersenyum lebar dan menoel hidung wanita cantik tersebut.

"Lo tetep ratu di hati gue Tari, tenang aja. Gue cuman mau mereka ngerasain patah hati gue, mana mau gue menderita sendiri," ujar Rio.

Teman Rio tadi hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia meminum jus nya dan menatap Rio kembali.

"Kalau Zeva udah bercerai dengan Aaron, apa lo bakal buang dia?" Lirik teman RIo pada wanita di samping temannya itu.

Rio melirik sejenak wanitanya, kemudian dia menatap Temannya dengan tersenyum tipis. Wanita itu menanti jawaban Rio, apakah tanggapan RIo mengenai dirinya.

"Ya enggak lah, gue mencintai mentari." Ujar Rio melempar senyum pada kekasihnya.

Mentari pun merasa lega, akhirnya dia pamit untuk menemui temannya yang lain. Selepas kepergian Mentari, teman Rio menepuk bahu Rio dengan keras.

"Manis banget rayuan lo, ampe percaya dia," ujar teman Rio heboh.

Rio hanya bisa menahan senyumnya. "Bro, wanita di dunia ini tuh banyak. Jangan munafik, kita butuh banyak wanita." Gumam Rio.

Teman Rio menggelengkan kepalanya saat mendengar isi otak jahat temannya itu, bahkan dia tidak bisa membaca ekspresi dan kebohongan Rio selama dirinya menjadi temannya.

"Dia lebih dari seorang pria yang licik, gue harus waspada." Gumam Teman Rio sambil menatap Rio yang fokus pada minumannya.

"Kenapa lo liatin gue?" Tanya Rio merasa risih dengan tatapan temannya.

"Enggak, lo ganteng."

Rio mendengar itu sontak memukul kepala temannya guna menyadarkannya.

"Kita sama-sama cowo b0d0h! j1jik gue dengernya!" Kesal Rio.

.

.

.

Hari berlalu.

Zeva mengurung dirinya di kamar, tak mau makan dan tidak mau minum. Hanya Aaron yang dia punya setelah orang tuanya tiada.

Tok!

Tok!

Zeva menghapus air matanya, wajahnya terlihat sangat pucat dan lesu. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat pembantu nya yang datang ke kamarnya dengan membawa tas besar.

“Bi, bibi mau kemana?” Tanya Zeva.

“Non, maafkan bibi. Tapi, bibi harus kembali ke kampung. Bibi gak bisa kerja disini lagi,” ujar pembantu itu.

“Bi, Zeva sendiri disini. Kenapa bibi malah pulang ke kampung, mas Aaron sudah pergi dan sekarang bibi mau pergi?” Zeva kembali menangis, satu persatu orang di dekatnya pergi meninggalkannya. Zeva benar-benar merasakan kehilangan yang akan dalam.

Pembantu Zeva yang biasa di panggil Sri itu memegang tangan Zeva, tatapan teduhnya menatap Zeva dengan dalam.

“Nak, bibi memang pembantumu. Tapi bibi sudah menganggap kamu sebagai anak bibi sendiri. Jika kamu berpikir semua orang pergi meninggalkanmu, kamu salah. Justru kamu lah yang membuat orang itu pergi, jadi buat dia kembali. Bibi tau kamu mencintai suamimu, yang bibi tidak mengerti. Mengapa kamu bisa menyakiti pria sebaik dia?”

Mendengar perkataan Bi Sri, Zeva semakin merasa bersalah pada suaminya.

“Bi, aku merasa sangat bersalah pada mas Aaron. Aku benar-benar menyesal, aku tak berpikir panjang saat itu. Aku merasa mas Aaron terlalu sibuk, dan Rio datang padaku dengan memberikan perhatiannya. Bodohnya aku luluh pada sikapnya. Tapi jujur bi, aku tak melakukan hubungan yang jauh dengan Rio.” Isak Zeva.

“Apapun itu, kamu tetap salah. Perbaiki lah nak, sebelum terlambat. Bibi pamit,”

Zeva menangis melepas kepergian Bi Sri, dia menjatuhkan tubuhnya di ambang pintu kamar. Dadanya terasa sesak, pandangannya pun kabur. Tak lama, dia terjatuh pingsan saat itu juga.

Di kediaman Smith, Aaron tengah melakukan sarapan bersama keluarganya. Tiba-tiba dia merasakan perasaannya tidak enak, dia buru-buru meminum air untum menetralkan denyut jantungnya.

“Ada apa? Apa makanannya tidak enak? Maaf, mamah jarang memasak, karena kamu ada disini mamah mencoba memasak untukmu,” ujar Laras menatap putranya yang terdiam menatap makanannya.

“Tidak, masakan mamah enak.” Sahut Aaron dengan cepat.

Aaron melirik ponselnya yang berdering memunculkan notifikasi, dia mengambil ponselnya untuk melihat lebih jelas.

“Tahun pernikahan yang ke dua.”

Aaron tertegun, dia lupa jika hari ini adalah tepat kedua tahun pernikahannya dengan Zeva. Namun, apa yang harus dia ingat? Pasti Zeva sudah menyerahkan surat perceraian itu ke pengadilan.

“Siapa Aar?” Tanya Karas.

“Bukan siapa-siapa, hanya pengingat,” ujar Aaron kembali meletakkan ponselnya.

Laras hanya ber-oh ria saja, dia tak lagi memusingkan hal itu, sedangkan Aaron. Pria itu tampak tak bersemangat memakan sarapan nya.

.

.

.

Zeva membuka matanya perlahan, dia menyipitkan matanya ketika cahaya lampu menyorot nya dengan kuat.

“Eunghh,”

“Kamu sudah bangun nak?”

Zeva menoleh ke sebelahnya, dia melihat bi sri tengah menunggunya bangun. Selepas Zeva pingsan, rupanya Bi Lastri kembali berniat mengembalikan kunci cadangan rumah. Namun, dia malah di kejutkan dengan mantan majikannya yang pingsan.

“Kamu sudah merasa baikan? Sebentar, bibi panggil dokter dulu yah!”

Zeva mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang, dia melihat sekelilingnya yang tampak tak asing baginya.

“Rumah sakit?” Gumam Zeva.

“Bagaimana keadaanmu nyonya? Apa kepalamu masih pusing?” Dokter masuk dan langsung bertanya mengenai kondisi Zeva.

“Sedikit pusing dok, badan saya juga lemas." Adu Zeva.

Dokter itu tersenyum, dia mengambil map yang suster berikan padanya. Dia meneliti isi dari map itu kemudian menatap Zeva yang memijat keningnya.

“Bagaimana kamu tidak pusing, kamu kekurangan asupan dan cairan. Padahal kamu sedang hamil,”

Seketika tubuh Zeva menegang, matanya menatap dokter dengan berkaca-kaca. Tangannya bergerak perlahan menyentuh perutnya yang masih rata.

“Nyonya, hamil muda itu sangat rawan terjadinya keguguran. Pastikan anda mendapatkan asupan dan nutrisi untuk janin anda,”

Zeva tak terlalu mendengarkan perkataan sang dokter, dia terlalu syok dengan apa yang terjadi pada dirinya. Di perutnya, sudah tumbuh peri kecil yang selalu di tunggu oleh dia dan sang suami.

Selepas kepergian dokter, Zeva menutup wajahnya. Dia menangis histeris, Bu Sri yang merasa kasihan pada Zeva hanya bisa mengelus bahu mantan majikannya itu.

“Anak itu anugrah, sambut dia dengan kebahagiaan. Jangan seperti ini, dia bisa saja sedih karena merasa kehadirannya tidak kamu sambut,” ujar Bi Sri mencoba menenangkan Zeva.

Zeva menghapus air matanya, dia menatap bu Sri dengan tatapan kosong.

“Anak ini yang mas Aaron tunggu-tunggu Bi, dia menunggu kehadirannya di tengah-tengah keluarga kecil kami hiks ...,”

DERT!! DERRTT!!

Ponsel Zeva berdering, dia menoleh ke arah nakas dan melihat ponselnya yang sedang memperlihatkan sesuatu.

“Selamat hari pernikahan. “

Air mata Zeva kembali terjatuh, dia menjambak kasar rambutnya. Bi sri yang tidak bisa lagi menenangkan Zeva segera kembali memanggil dokter.

“KENAPA DIA HARUS HADIR DI SAAT PERNIKAHAN KAMI HANCUR?! KENAPAAAA!!”

Dokter dan beberapa suster masuk dengan wajah panik, mereka berusaha menenangkan Zeva yang mencoba memukul perutnya.

Terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang karena Zeva tak kunjung bisa di tenangkan. Setelah Zeva tenang, barulah dokter mencoba berdiskusi pada Bi Sri.

“Tolong jangan biarkan dia stress, akan berdampak pada janinnya. Dan dimana suaminya? Istrinya butuh dukungan darinya,” ujar sang dokter pada bi Sri.

“Ehm begini dok, dia sebelumnya majikan saya. Mereka lagi bertengkar, saya sudah menghubungi suaminya. Tapi nomornya sudah tidak aktif,” ujar Bu Sri.

“Apa dia tidak memiliki keluarga lainnya?” Tanya Dokter kembali.

“Enggak dok, orang tuanya sudah tiada. Dia juga anak tunggal, saya juga kurang tahu pasti apakah dia masih memiliki saudara sepupu atau tidak.” Jawab Bi Sri.

“Emosi pasien sedang tidak stabil, usahakan hubungi orang terdekatnya. Kandungannya baru berusia 2 bulan, benar-benar rentan keguguran.”

❗Tindak kejahatan dalam cerita tidak pantas untuk di tiru, bijaklah dalam membaca🤩

AYO DUKUNG KARYA BARU AUTHOR INI🥳🥳🥳 BERI KOMEN POSITIF, DAN JANGAN TINGGALKAN LIKE OKE🥳🥳

Marsha Aruna Leandra

Zeva sudah sedikit tenang, walau terkadang dia menangis. Bu Sri yang melihatnya menjadi tidak tega, dia pun mengajak Zeva ke kota nya. Mungkin dengan mencari tempat baru, keadaan Zeva kembali membaik.

Beruntung, Zeva mau. Dia tidak mau di tinggalkan sendiri, Zeva tidak ingin merasa sendiri lagi.

Sebelumnya, Zeva mengemas barang-barangnya ke dalam koper miliknya. Barang seperti baju ataupun perhiasannya. Setelah siap, Zeva berniat beranjak keluar kamar. Namun, netranya menangkap foto pernikahan nya dengan sang suami di atas nakas.

Zeva hanya tersenyum getir, rumah itu akan di jual. Barang-barangnya yang lain, dirinya akan minta orang untuk membereskannya.

Zeva mulai melangkah keluar kamar, tanpa dirinya sadari ada sebuah map yang terletak di samping foto pernikahannya. Map berkas perceraian yang sudah di tandatangani oleh Aaron, Zeva lupakan begitu saja.

.

.

.

“Ini rumah bibi Non, gak besar sih.” Ujar Bi Sri menggandeng tangan Zeva.

Rumah Bi Sri sangat sederhana, tapi sejuk. Zeva menyukai udara di kota itu, belum masuk saja sepertinya dia akan betah tinggal disini.

“IBUK!!”

Bi Sri membalikkan tubuhnya, dia tersenyum lebar saat melihat seorang remaja berlari menghampirinya.

“Ayla kangen sama ibuk!” Seru remaja itu yang tak lain adalah Ayla, anak dari bu Sri.

“Ibuk juga kangen dek Ay,” ujar Bu Sri.

Mereka melepaskan pelukan mereka, keduanya saling melempar senyum sampai menghiraukan Zeva yang menatap mereka berdua.

“Oh iya non, ini anak bibi. Namanya Ayla,” ujar Sri dengan antusias.

Ayla, remaja berumur 13 tahun. Yang merupakan anak satu-satunya Bi Sri. Selama Bi Sri kerja di rumah Zeva, Ayla di titipkan di rumah saudaranya. Sesekali anak itu pulang ke rumah ketika sang ibu pulang ke rumah.

“Ayla kak.” Sapa Ayla dengan tersenyum manis.

“Zeva,” ujar Zeva dengan singkat.

“Yasudah, ayo non masuk. Ayla bantu non Zeva seret kopernya yah,” ujar Bu Sri.

“Eh, enggak usah. Zeva bisa kok bi.” Sahut Zeva cepat.

“kamu lagi hamil, jangan bawa berat-berat.” Omel Bi Sri.

“Wah! Kak Zeva lagi hamil?! Punya tambahan teman main dong aku!!” Antusias Ayla.

“Kamu ini!” Tegur Bu Sri atas tingkah putrinya.

Zeva hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis. Menurutnya, Ayla adalah gadis yang cantik dan manis. Sikapnya yang humoris membuat Zeva merasa nyaman dengannya.

Zeva memasuki kamar anak dari Bu Sri, karena rumah itu hanya memiliki dua kamar. Sehingga Zeva di tempatkan di kamar Ayla, sementara AYla tidur dengan ibunya.

"Gak papa nih Bi saya tidur disini?" Tanya Zeva merasa tidak enak.

"Gak papa nak, anggap aja rumah sendiri. Memang Ayla kalau bibi pulang lebih sering tidur sama bibi. Katanya lebih enak tidur ada temannya," Ujar Bi Sri menenangkan Zeva yang merasa tak enak.

"Udah, kamu istirahat. Kopernya bibi taruh sini yah, bibi tinggal dulu." Pamit Bi Sri.

Setelah kepergian Bi Sri, Zeva menatap sekeliling kamar itu. Dia berjalan pelan mendekati jendela kamar, dirinya melihat langsung halaman rumah bu Sri yang tampak indah dengan rerumputan yang subur.

Tangan kanan Zeva terangkat, dia meletakkan tangannya di atas perutnya yang masih datar. Air matanya kembali jatuh, mengingat ada kehidupan lain di dalam dirinya.

"Apa kamu perlu tahu mas kalau aku sedang mengandung anak kita?" Gumam Zeva.

Namun, pikiran negatif mukai menguasai dirinya. Dengan cepat dia menghapus air matanya saat kembali mengingat tuduhan suaminya.

"Enggak, Mas Aaron pasti akan menyangka jika bayi yang ku kandung adalah anak Rio. Enggak, aku tidak mau lagi bertemu Rio, karena dia rumah tanggaku menjadi hancur." Lirih Zeva.

Zeva memeluk perutnya dengan air mata yang membasahi pipi putihnya.

"Kamu sama bunda saja yah nak, kamu hanya perlu tahu siapa ayahmu nanti tanpa menemuinya. Jangan lagi kita hancurkan kebahagiaannya yah sayang, bunda ... Hiks ... Bunda menyayangimu."

Ternyata Bi Sri mendengarkan smeua.lerkataan Zeva, dia berdiri di balik gorden pintu kamar sambil turun merasakan yang Zeva rasakan.

"Bibi hanya bisa membantumu sampai sini, suamimu sangat sulit di hubungi. Semoga kamu kuat menghadapi semua masalahmu." Lirih Bi Sri.

4 TAhun kemudian.

"MARSHAAAA!!! ARGGHHH!!"

Ayla keluar rumah dengan wajah memerah menahan kesal, matanya menajam mencari sosok kecil yang membuatnya kesal di pagi hari.

Bi Sri yang tengah menjemur di halaman pun menoleh, dia menatap putrinya yang masih memakai piyama tidur dengan rambut yang juga masih acak-acakan.

"Ada apa sih Ay, malu nanti di liat tetangga. Liat, ilermu masih ada begitu," ujar Bi Sri kembali menjemur pakaian.

Ayla masih menatap sekelilingnya, hingga dirinya menemukan rambut yang tarikan dua muncul di semak-semak.

"Di sana kamu rupanya. Dasar badut kecil." Gumam Ayla sambil menyingsingkan lengan piamanya.

Ayla mendekati semak-semak, dia memanjangkan tangannya dan meraih satu kunciran tersebut.

"KENA KAU!!"

"AAAA!!! BUNDAAAA!!!"

Ayla menarik rambut itu ke atas, muncullah seorang anak perempuan yang tampak sangat imut. Kulit putih bersih, bibi yang gembul, mata kecoklatan serta bulu mata yang lentik dan rambut yang sedikit merah. Anak itu meringis sakit saat Ayla menarik rambutnya yang terkuncir.

"Ayla! kenapa kamu tarik rambut Marsha! Lepas! dia kesakitan itu!!" Panik Bi Seri.

Ayla melepas tarikannya, dia menatap kesal pada Marsha yang tengah menggosok kepalanya. Padahal tarikan Ayla tidak kencang, hanya tarikan pelan saja. Memang dasarnya bocah di hadapannya ini pintar main drama.

"Ada apa sih Ay? kakak lagi cari berkas," ujar Zeva. Wanita itu tampak cantik dengan pakaian kantornya, walaupun kerjaan hanya sebagai karyawan biasa. Zeva tetap menikmati pekerjaannya saat ini, walau gaji tak sebesar di kotanya dulu.

"Bunda!!!"

Bocah imut itu berlari menghampiri Zeva hingga membuat rambutnya yang terkuncir dua bergoyang ke sana dan kemari.

"Bunda lihat! Kuncilna lucak! ini cemua gala-gala kakak delek! Cakit kali lacana palaku." Adu Marsha sambil menatap Ayla dengan sinis.

Marsha Aruna Leandra, putri dari Zevanya dan Aaron. Kini bayi yang dulunya masih berada di dalam kandungan itu, sudah tumbuh menjelma menjadi sosok gadis kecil yang cantik dan lucu.

"Marsha, apa yang sudah kamu buat lagi?" Tanya Zeva sambil berkacak pinggang melihat putrinya.

Nyali Marsha langsung menciut, dia melirik Bi Sri yang langsung melambaikan tangannya tanda tak mau ikut campur.

"Kakak, putrimu mencoret-coret tembok dengan lipstikku!" Rengek Ayla.

Bagaimana tidak kesal? di saat bangun, dirinya melihat tembok kamarnya di penuhi dengan coretan berwarna merah. Di tambah, warna merah itu ternyata berasal dari semua koleksi lipstik miliknya. Entah bagaimana bisa keponakannya mendapatkan barang-barangnya, padahal meja rias miliknya terbilang tinggi untuk Marsha.

Zeva menghela nafas pelan, dia kembali menatap putrinya yang malah memainkan tangannya.

"Marsha kenapa mainin lipstiknya Kak Ayla?" Tanya Zeva dengan sabar.

"Penacalan." Cicit MArsha.

Zeva menghela nafas kembali, putrinya hampir 4 tahun. Umurnya sedang dalam fase kepo dengan hal-hal baru dan selalu ingin mencobanya. Begini lah jadinya, barang apapun yang menurutnya menarik akan dirinya coba.

"Minta maaf sama kak Ayla, ayo." Bujuk Zeva.

Marsha mengangguk, dia menghadap ke arah Ayla yang tengah melotot padanya.

"Kakak, Malca minta maap yah." CIcit Marsha sambil menggenggam tangannya di belakang tubuhnya.

Yala yang melihat wajah bersalah Marsha menjadi luluh, dia mengangguk sembari tersenyum.

"Kali ini kakak maafkan, jangan di ulangi lagi yah. Itu barang mahal dek," ujar Ayla dengan meringis pelan mengingat harganya.

"Kalau yang ini, mulahkan?" Marsha menunjukkan barang di belakang bajunya, seketika Zeva dan Ayla melotot melihatnya.

"JANGAAAANNN!!! ITU BEDAK MAHAAAALL!!!"

Saat keduanya akan mengambil bedak merk terkenal itu, segera marsha berlari ke dalam ke dalam.rumah.

"NENEK!! ADA MONSTEELL!!"

Zeva dan Ayla hanya bisa mengelus d4danya sabar, menurutnya Marsha anak yang super aktif. Jadilah mereka harus menstok kesabaran banyak banyak

"Sudah kamu mandi sana, kakak berangkat dulu. Hari ini kamu libur kan? titip Marsha yah,"

Ayla mengangguk, menatap kepergian Zeva. Lalu, dia pun masuk rumah berniat akan mandi. Mumpung saat ini Marsha sedang bersama Bi Sri di kebun belakang rumah, buru-buru ayla menuntaskan kegiatannya.

JANGAN LUPA DUKUNGANNYA🥳🥳🥳

Maaf malem banget, sebenarnya udah ada di draft tapi author kurang sreg sama alurnya jadi muter otak lagi cari alur yang pas. Dan ketemulah alur part ini😂

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!