NovelToon NovelToon

Hot Daddy

Part 1

BELUM DIREVISI (maaf jika ada kata-kata yang sedikit kurang dimengerti)

Aulia hanya bisa menatap dengan mata sembab. Ia tak bisa berbuat apapun dan menolong ayahnya yang diboyong polisi dari rumah mereka. Melihat betapa ayahnya sangat menderita dan bahkan sampai berteriak kencang mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukan korupsi membuat dadanya terasa sesak.

Aulia tidak tahu apakah yang dikatakan Ayahnya benar atau tidak. Tapi ia berharap bahwasanya ayahnya bisa keluar dari penjara dan tidak pernah melakukan tindakan korupsi sama sekali. Di posisi Aulia sekarang benar-benar sangat bingung, ia juga berpikir bahwa ada orang lain yang menjebaknya. Tapi bukti begitu nyata mengatakan bahwa Ayahnya adalah tersangka korupsi dan ia tidak bisa berbuat apapun untuk membela ayahnya.

Ini benar-benar kejam. Aulia sangat berharap bahwa mendapatkan keadilan dalam hidup. Dalam sekejap semua yang ia miliki hilang begitu saja.

Rumahnya akan disita dan segera dikosongkan. Semua uang yang ada di ATM Ayahnya akan digunakan untuk membayar ganti rugi dari korupsi yang telah dilakukan oleh sang ayah. Sementara itu tatapan para rakyat terhadap dirinya juga sangat sinis dan sangat menghina.

Aulia tidak memiliki tempat untuk tinggal. Mungkin nanti ia dan ibunya kebingungan untuk mencari tempat tinggal untuk sementara waktu. Karena semua orang sudah mengetahui bagaimana rupa dirinya dan rakyat langsung menatapnya dengan sinis sama sekali tidak ingin menampungnya.

Sementara itu mereka tidak lagi memiliki uang. Ibunya juga jadi terlilit hutang. Ia yang baru saja memasuki semester awal berharap bahwasanya bisa meneruskan kuliahnya tapi semua itu musnah begitu saja. Semua mimpi-mimpi yang telah Ia pupuk terkubur tanpa bisa ia bangkit kembali karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah.

Di sisi lain Ia juga menjadi musuh bagi para mahasiswa di tempat universitasnya. Aulia tidak tahu akan meletakkan wajahnya di mana lagi.

“Lihatlah, semua yang dilakukan oleh ayah mu itu benar-benar merugikan kita. Apakah dia pernah berpikir sekali saja bagaimana nasib kita ketika dia melakukan itu? Dan kau Aulia! Apa yang akan kau lakukan terhadap nasib kita sekarang? Berhentilah berkuliah, karena mama tidak sanggup membiayai kamu.”

Aulia mengangguk-anggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan ibunya itu ada benarnya. Ia tidak bisa seperti dulu lagi, karena dulu dan sekarang sangat berbeda.

Ibunya menangis tanpa henti dan tak mau keluar dari rumah saat petugas datang untuk mengosongkan rumah tersebut. Ia berteriak dengan kencang bahwa rumah ini adalah rumahnya dan mereka tidak ada hak untuk memilihnya meninggalkan rumah ini.

“Apa yang kalian lakukan? Jelas-jelas saya telah tinggal di rumah ini bertahun-tahu! Kalian tidak ada hak sama sekali untuk melarang saya tinggal di rumah ini. Kalian hanyalah orang asing dan tidak berhak menyuruh saya pergi!”

Nyatanya petugas sama sekali tidak mendengarkan ibunya. Ia bahkan dengan kasar mengusir mereka dari rumah. Tidak ada kelembutan sama sekali dan ia dikeluarkan begitu saja dari dalam rumah mereka sendiri dan melempar semua barang-barang milik mereka untuk berbekal hidup ke arah dirinya dan ibunya.

Ibunya sangat terlihat kesal dan bahkan sampai menggenggam tangan. Ia memandang anaknya yang hanya bisa diam dan tak bisa melawan.

“Kamu bodoh atau apa? Kita sudah terusir begini bagaimana caranya kita bisa hidup? Dan kamu malah diam saja!” teriak Ibunya dan menendang dirinya.

Aulia membulatkan mata karena tidak pernah melihat ibunya seperti ini dan bersikap kasar kepada dirinya. Aulia tidak ingin menyalahkan sang Ibu sepenuhnya, karena ia mengerti dengan kondisi psikologis sang ibu. Pasti ibunya sangat stres sehingga tidak bisa memikirkan baik dan buruk saat menendang dirinya.

“Mama, tenanglah! Kita pasti mendapatkan jalan keluarnya.”

“Mendapatkan jalan keluarnya? Semua wajah kita sudah terpampang di televisi dan tentunya semua orang mengenali kita. Bagaimana bisa kita mau mendapatkan tempat tinggal? Lihatlah dulu orang-orang susah itu menatap kita dengan segan dan sekarang mereka dengan berani memandang mata kita!”

Aulia memejamkan matanya dan berharap selalu sabar saat menghadapi ibunya yang mulai terlihat tanda-tanda psikologis pada dirinya.

“Daripada kita hidup susah, mending kamu jual diri saja!”

Kali ini Aulia tidak bisa berpihak pada ibunya. Ia menantang apa yang diucapkan ibunya tersebut dan lantas menatap ibunya dengan ngeri.

“Mama! Apa yang mama katakan? Mama tidak serius kan mengatakannya?”

“Kenapa? Kamu juga tidak mau? Lihatlah kondisi kita seperti ini masih saja memikirkan harga diri. Siapa yang mau menampungi kita? Dan siapa yang mau memberikan pekerjaan kepada kita? Karena mencari uang sangat sulit, lebih baik kamu menjual diri kamu saja!”

Aulia pun menatap ibunya dengan marah dan meninggalkan ibunya begitu saja. Ia takkan pernah menuruti apa yang dikatakan oleh ibunya tersebut karena ia masih memiliki harga diri.

••••••

Mereka tinggal di dekat tempat yang terbengkalai dan sudah tidak ada berpenghuni lagi. Aulia harus rela menahan lapar dan berusaha mencari pekerjaan walaupun sangat sulit bagi dirinya.

Pagi ini ia terbangun sangat subuh saat tidak sengaja mendengar suara ribut yang ada di depan. Aulia pun mengusap matanya dan keluar dari tempat terbengkalai tersebut.

Ia mengerutkan keningnya saat melihat ibunya mendapatkan uang yang begitu banyak dan bahkan berkoper-koper. Aulia tidak mengerti apa yang telah ibunya lakukan. Tapi di satu sisi ia sangat bersyukur bahwa Ibunya sudah mendapatkan uang. Setidaknya mereka bisa bertahan hidup.

“Mama! Mereka siapa?” tanya Aulia dengan sangat semangat dan keluar dari rumah tersebut.

“Nah ini Aulia! Kalian bisa membawanya.” Aulia pun mengerutkan keningnya dan memandang ke arah ibunya penuh tanya. Kenapa Ibunya berkata seperti itu, apakah ia telah menjual dirinya?

“Mama, apa maksud Mama? Kenapa Mama bicara seperti itu?”

Para orang yang mengenakan jas hitam serta berperawakan gagah tersebut berusaha menarik dirinya. Aulia yang belum mengetahui apapun tentu saja langsung berteriak meminta tolong. Tubuhnya bergetar dan ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa takutnya saat ini.

Ia benar-benar sangat ketakutan.

“Mama! Tolong Aulia! Apa yang sudah mama lakukan kepada Aulia?”

“Sayang maafkan mama, tapi mama lebih butuh uang. Jadi Mama menjual kamu!” Aulia membulatkan matanya dan ia memandang ke arah parah orang yang memiliki badan tegap tersebut dan menyeret tubuhnya ke dalam mobil.

Aulia mengepalkan tangannya dan mulai hari itu juga ia sudah tidak menganggap ibunya sebagai orang tuanya. Aulia benar-benar sangat kecewa kepada ibunya.

“Mama, kamu sangat tega!” teriak Aulia dan pasrah terhadap nasibnya sekarang.

Ia hanya memikirkan caranya bagaimana ia bisa kabur dari mereka. Aulia benar-benar takut jika dirinya akan diperlakukan sangat buruk, dijadikan seorang pelayan, dan bahkan paling mengerikan adalah dipekerjakan sebagai PSK atau bahkan dijadikan bahan percobaan.

•••••••

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Part 2

Suasana begitu mengerikan. Bahkan Aulia tidak sempat berpikir bagaimana caranya ia akan makan. Yang ada di otaknya saat ini dan membuatnya sangat pusing adalah bagaimana caranya ia bisa melarikan diri dari tempat yang sangat menakutkan.

Ia telah dijual oleh ibunya dan kini ia tidak tahu bagaimana nasibnya. Apalagi pengawalan di sini begitu ketat dan ia tidak mudah untuk mengelabui mereka karena mereka sudah terbiasa dengan hal-hal semacam itu. Aulia bisa melihat mereka semua memandang dirinya dengan tatapan penuh minat.

Ia tidak tahu jika di negara ini banyak sekali perdagangan manusia. Andai saja ia bisa keluar dari tempat ini dan meminta bantuan kepada polisi, pasti perdagangan rahasia yang ilegal ini akan segera terbongkar.

“Tuan, Saya benar-benar ingin kencing. Izinkan saya ke toilet.” Orang itu menganggukkan kepalanya.

Aulia sudah sangat senang sekali dan berpikir bahwa ia memiliki kesempatan untuk pergi dari tempat yang berbahaya ini. Namun perkiraan semua itu langsung musnah ketika ia melihat bahwa para Bodyguard itu malah mengikuti dirinya ke toilet. Terlebih lagi ia melihat jika bukan dirinya saja yang menjadi tawanan di tempat ini. Banyak juga orang-orang yang bernasib sama sepertinya.

Aulia sangat prihatin dan kasihan kepada mereka semua. Tapi nasibnya juga tidak jauh berbeda dari mereka. Maka dari itu ia juga perlu dikasihani.

Kenyataannya Aulia sama sekali tidak bisa berbicara banyak karena takut mereka semua akan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya, dan maka dari itu Ia tetap diam hingga dirinya mencapai toilet. Setidaknya di dalam toilet itu ia bisa merasakan kebebasan walaupun hanya beberapa menit.

“Kenapa mereka semua mengerikan? Tidak adakah di antara mereka yang merasa bahwa pekerjaan yang dijalankan oleh mereka itu sangatlah melelahkan. Atau sedikit saja memiliki rasa kasihan kepada orang lain.” Itu yang ada di dalam hatinya dan Aulia berharap benar jika mereka ada yang merasa kasihan dan mau menolong orang-orang di sini.

Kini toilet itu sudah ada di depan matanya. Aulia pun menarik nafas panjang, ia masuk ke dalam toilet itu. Ia sangat terkejut saat melihat bahwa di dalam toilet memiliki keamanan yang sangat banyak.

Sepertinya mereka memang sudah merancang ini dengan baik. Itu artinya caranya untuk kabur pun semakin kecil. Apakah ia hanya menunggu orang akan membelinya?

Aulia berdiam diri di dalam toilet dan menikmati masa-masa kebebasannya walaupun hanya beberapa menit. Ia menghirup udara bebas hingga sang penjaga pun berteriak dengan kencang.

“Jangan coba-coba mempermainkan ku!!” Mendengar teriakannya saja Aulia sudah merinding. Apalagi jika dirinya harus berlama-lama di dalam toilet tersebut.

Tampaknya memang inilah jalan takdirnya dan ia tidak bisa mengelaknya lagi. Mau tidak mau ia harus menerima dengan lapang dada demi kebaikannya sendiri. Nanti jika ia memiliki kesempatan pasti akan melarikan diri dari takdir yang sedang menunggu di depannya.

Dengan dada yang masih berdetak kencang, Aulia pun melangkahkan kakinya perlahan dan membuka pintu toilet. Wajah masam sang Bodyguard tersebut menyambut dirinya. Aulia bergetar dan ia sangat tidak mengharapkan situasi seperti ini di mana ia hanya bisa berdoa dalam hati tanpa bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya.

“Apakah kau bodoh berlama-lama di dalam sana? Rencanamu tidak akan semudah itu.” Kenapa orang ini selalu saja menyalahkan dirinya. Ia berlagak seolah-olah mengetahui semuanya padahal tidak selalu orang berpikir seperti itu.

“Kenapa kau mengira aku akan pergi? Bagaimana caranya aku bisa melarikan diri? Aku hanya sebentar di dalam sana dan kau sudah panik.” Mungkin Aulia terlihat sangat keren saat ia menantang Bodyguard tersebut, tapi nyatanya ia sangat gugup dan bahkan tidak berani mengulangi kata-kata yang sama.

“Dasar wanita bodoh.”

Aulia tercengang mendengar ucapan laki-laki tersebut. Kenapa ia berlagak seperti itu, dan merasa benar.

“Apakah kau tidak lebih bodoh dari aku?”

“Wanita murahan!”

“Kau hanya bisa mengumpat! Sama sekali tidak memiliki harga diri. Setidaknya kau sadar dengan apa yang kau lakukan!”

Lihatlah orang itu dia berlagak seolah-olah dia adalah manusia yang paling benar.

•••••••

Aulia sangat takut sekali apalagi ia mendengar jika dirinya sangat cepat laku. Padahal Ia belum dilakukan pelelangan, tapi sudah ada orang yang mengetahui bahwa dirinya telah dijual. Entah kenapa mereka dengan cepat membelinya, Aulia tidak berharap bahwa orang itu mengenalnya. Apalagi dirinya sudah sangat jelas terkenal di masyarakat karena ulah ayahnya.

Bagaimana jika ada musuh ayahnya atau orang yang telah membencinya dari lama sengaja membelinya hanya karena ingin menghinanya? Aulia menarik nafas panjang dan berharap bahwa itu tidak akan terjadi kepadanya.

Ia pasti bisa mendapatkan apa yang pernah ia miliki dulu. Tentunya kebebasan dan juga tatapan orang-orang yang kagum kepadanya.

“Kamu cepat keluar!” Aulia terkejut saat orang itu memanggil dirinya dengan nada yang keras bertanda bahwa ia tidak bisa melakukan penolakan.

Aulia yang sudah didandani dengan rapi serta berpakaian bersih tidak berani menolak dan ia berjalan dengan sangat lambat dan itu juga menjadi masalah bagi Bodyguard tersebut sehingga ia lagi-lagi diteriaki.

“Apakah kau tidak bisa berjalan dengan cepat?”

” Kenapa kalian hanya bisa menyalahkanku?”

Tidak ada gunanya ia mengeluh. Aulia pun di arak keluar untuk bertemu dengan orang yang telah membelinya. Ia melihat ada laki-laki yang berseragam lengkap di ruangan tersebut. Apakah ia akan dijual lagi?

“Siapa kau?” Dengan sangat berani Aulia bertanya kepada orang itu. “Apakah kau adalah orang yang membeli ku?” Orang itu terlihat mengerutkan keningnya.

“Tidak.” Jika dia bukanlah orang yang membelinya, lantas siapa orang yang telah membelinya.

“Aulia bagaimana dengan kamu? Apakah kau baik-baik saja?” Aulia menolehkan kepalanya dan ia sangat terkejut saat mengetahui siapa orang itu.

Tentu saja ia sangat tahu karena keluarga Alexander cukup terpandang. Apalagi Ia juga pernah ke rumah keluarga Alexander ketika ibunya mengajak. Apakah keluarga Alexander ini yang telah membelinya?

“Oh my God, Miss Alexander?” tanya Aulia dengan bingung.

“Ya Aulia. Aku yang membelimu.”

Aulia langsung membulatkan matanya. “Apakah kau mencoba untuk memperdagangkan manusia? Aku melihat banyak orang yang bernasib sama denganku, apakah aku dan dia akan dijadikan barang daganganmu? Aku tidak menyangka itu sama sekali. Apalagi aku sangat menghormatimu selama ini.”

“Tidak usah banyak berprasangka buruk. Kau tidak tahu apapun, tapi asal kau tahu mereka bukanlah orang yang akan aku perdagangkan, akan tetapi mereka adalah para trainie yang ingin bekerja denganku.”

“Untuk apa kau mau beli ku?”

“Karena sebagai orang yang pernah merasakan kesopananmu sangat tidak tega melihatmu hidup di jalanan dengan pandangan orang terhina. Maka dari itu aku ingin melakukan tawaran yang sangat menarik untukmu.” Aulia mengangkat satu alisnya.

••••••

Tbc

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Part 3

Aulia tidak tahu seperti apa rupa dari Juan. Karena memang keluarga Alexander seolah menutupi keberadaannya dan ia bahkan baru mengetahui ada anak yang bernama Juan di keluarga Alexander dan terlebih lagi ia mendengar bahwa laki-laki itulah yang nanti akan mewarisi harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Alexander.

Demi apapun Aulia masih tidak mempercayai hal tersebut. Ia mengira bahwa keluarga Alexander sengaja berbohong kepada dirinya. Mungkin saja mereka ingin menjebaknya, karena seseorang tidak dapat ditebak walaupun mereka pernah baik kepadanya di masa lalu.

Di sinilah Aulia terkurung, wanita itu tidak bisa berbuat apapun dan hanya bisa menerima nasibnya sesuai alur kehidupan. Yang lebih mengenaskan lagi adalah ia bak seorang budak yang hanya bisa menjadi suruhan orang lain walaupun kenyataannya ia akan menjadi menantu dari keluarga Alexander.

Tapi faktanya ia tidak diperlakukan seperti seorang menantu sama sekali dan lebih mirip seorang tawanan. Bahkan pernikahan ini juga dipaksakan kepada dirinya. Ia sama sekali tidak ingin menikah dengan orang tersebut karena Aulia sebagai orang berpendidikan tentunya memikirkan masa depannya.

Apalagi orang itu ia belum ketahui. Lantas bagaimanakah rupanya? Sementara keluarga Alexander dan istrinya sudah sangat tua dan apa kah mungkin bahwasanya orang yang bernama Juan Alexander itu sudah sangat tua dan seperti bapak-bapak?

“Kesalahan apa di masa lalu yang pernah aku buat? Kenapa mereka begitu kejam memperlakukan manusia? Aku tahu mereka telah membeli ku, tapi tidak seharusnya kan aku diperdagangkan?” Aulia merenungi kata-katanya sembari memandang ke arah jendela di mana hanya itu yang bisa membuatnya tidak jenuh ketika dikurung di dalam sangkar emas ini.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamarnya dan Aulia sangat bahagia mendengar hal tersebut. Ia menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat jika orang itu adalah pembantu wanita yang akan melayaninya. Bahkan pembantu itu juga memandang Aulia dengan tatapan sinis.

Di sinilah Aulia sadar bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dibanding pembantu ini. Bahkan seorang pembantu pun lebih tinggi derajatnya daripada Ia yang hanya hasil dari perdagangan.

“Bibi?” tanya Aulia yang bingung dengan kedatangan wanita tersebut.

Namun Aulia harus menerima betapa pedihnya dirinya saat melihat tatapan sinis dari pembantunya tersebut karena tidak senang dipanggil dengan panggilan seperti itu. Bahkan ia seolah-olah ingin mengatakan bahwa dirinya tidak pantas menyebut dirinya seperti itu karena derajatnya lebih tinggi dari dirinya.

“Apakah seorang budak pantas memanggilku seperti itu?”

“Tidak usah basa-basi terlalu banyak. Aku ingin tahu Apa tujuanmu datang kemari.”

“Cepatlah berganti pakaian dan mencoba pakaian pengantin. Satu lagi kamu jangan berlagak orang berkuasa di rumah ini karena kamu hanyalah istri dari Juan. Semua orang mengenal bahwa Juan adalah pria yang bisu dan juga matanya buta sebelah maka dari itu keluarga Alexander sangat malu memiliki dirinya makanya mereka tidak pernah menunjukkan Juan di depan publik. Sekarang ada orang yang bernasib sama dengannya dan akan menjadi istrinya, sungguh lawakan yang bagus di pagi hari.” Aulia mengepalkan tangannya dan ingin sekali memukul pembantu itu yang sangat sombong ketika berbicara dengannya.

Ia tahu bahwasanya tidak baik menindas orang yang lemah. Tapi ia tiba-tiba terpikir jika dirinya telah menjadi penguasa di rumah ini rasanya ia ingin menindas pembantu itu lebih dulu.

Namun Ia juga sangat terkejut ketika mengetahui bahwasanya calon suaminya itu adalah orang yang bisu dan tidak melihat. Memang seperti apa yang dikatakan oleh pembantu itu sungguh sebuah lawakan yang bagus di pagi hari. Apakah ia tidak salah mendengar? Namun itu sepertinya lebih baik daripada ia hidup terhina dan luntang-lantung di jalanan tanpa ada yang mau menampung dirinya.

“Baiklah aku akan segera berganti pakaian dan mandi terlebih dahulu.” Aulia pun menarik nafas panjang dan kali ini untuk melindungi dirinya ia rela menjadi orang yang dihina-hina.

•••••

Aulia keluar dari dalam kamarnya mengenakan pakaian pernikahan yang sudah disiapkan oleh keluarga Alexander. Bahkan ia sendiri juga tidak mengetahui kapan hari pernikahannya. Tapi yang ia dengar bahwa keluarga Alexander akan mengadakan pesta pernikahan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga besar Alexander saja.

Tapi itu lebih baik agar tidak mengundang banyak wartawan yang mana itu akan mencoreng nama baiknya lagi. Aulia menarik nafas panjang dan memantapkan diri untuk melangkah mendekati keluarga Alexander yang telah berkumpul untuk melihat dirinya.

Misis Alexander begitu senang saat melihat dirinya. Ia belum bisa memastikan apakah wanita tersebut menyukainya atau tidak atau hanya sekedar formalitas saja.

“Sudah aku bilang kau sangat cocok mengenakan pakaian pernikahan ini. Ini dirancang khusus olehku, kau tidak boleh mengelaknya sama sekali besok kau akan menikah.”

Aulia pun tercengang saat mengetahui jadwal pernikahannya. Apakah mereka gila mengadakan pernikahan secepat itu sementara dirinya sendiri bahkan belum siap. Aulia merasakan tubuhnya menegang karena memikirkan masa depannya yang memiliki suami cacat sungguh di luar prediksinya. Ia sama sekali tidak ingin menikah muda apalagi Ia baru saja masuk universitas.

Dalam hati Aulia ingin mengumpati keluarga Alexander. Tapi sungguh tidak bagus karena secara tidak langsung mereka telah menolong dirinya dari kejamnya dunia luar.

“Terima kasih.” Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan karena merasa bahwa ia tidak memiliki power di sini. Berbeda seperti dulu saat dia datang ke rumah ini di mana dirinya sangat dihormati.

“Kau tahu ibumu juga tulus dan sangat cantik ketika menikah. Sama seperti dirimu.” Mendengar kalimat tersebut Aulia sangat marah dan tidak ingin melihat ibunya lagi.

Siapa tidak kecewa ketika Ibu kandungmu sendiri malah menjualmu dan lebih mementingkan uang ketimbang dirinya. Sekarang Ibunya hidup dengan bebas sementara ia harus merasakan sangkar emas. Aulia menarik nafas panjang walaupun dadanya terasa sesak tapi ia harus tetap kuat.

“Kenapa anda mengungkitnya? Sungguh sama sekali aku tidak ingin mendengar tentangnya lagi.”

“Kau membencinya karena dia menjualmu kepada kami? Aku sungguh tidak menyangka, tapi itu sangat bagus. Sekarang kau hanya memiliki kami sebagai keluargamu. Dan saya harap kamu bisa menjaga suamimu nanti.”

Aulia tidak mampu menanggapi ucapan mereka.

“Di mana calon suamiku? Kenapa aku belum melihatnya?”

“Kau akan tahu jika sudah menikah dengannya nanti.”

“Apakah dia besok ada?” pertanyaan macam apa itu yang ia lontarkan. Jelaslah besok adalah pernikahan mereka dan pasti Ia ada di hari pernikahannya.

“Tidak ada!”

“Hah?” Apakah ia baru saja tidak salah mendengar? Memangnya ada yang semacam itu? Ini sungguh di luar perkiraan.

••••••••

Tbc

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!