NovelToon NovelToon

Halalin Aku, Sayang

1

Tampak di sebuah butik ternama sepasang kekasih sedang memilih gaun yang cantik untuk si wanita.

"Sayang, bagaimana gaun ini? Cantik banget kan? Aku suka dengan gaun ini sayang," ucap Zeina pada kekasihnya yang sebentar lagi akan menyandang status baru sebagai suaminya.

"Hmmm.... kamu cantik banget sayang memakainya. Bahkan kalaupun kamu tidak memakai apapun buatku kamu tetap cantik," puji Rolan, sang calon mempelai lelaki.

"Sssssttt, kamu ini ya kalau ngomong suka nggak difilter dulu. Semuanya bagus menurut kamu, apakah tidak ada yang bisa membuat kamu wah saat melihat penampilanku?" kali ini Zeina tampak cemberut karena setiap kali ditanya, kekasihnya itu selalu bilang bagus, bagus, dan bagus terus.

Rolan berdiri mendekati sang calon istrinya. Dia melingkarkan lengannya ke pinggang ramping Zeina. Sambil merapikan anak rambut Zeina yang nakal.

"Aku tidak bisa bicara apapun lagi sayang. Kamu memang sangat cantik. Kecantikanmu itu tidak bisa aku deskripsikan lagi. Jadi mau kamu pakai apapun juga hasilnya akan tetap sama. Cantik."

Rolan mencondongkan tubuhnya kepada Zeina, sambil berbisik mesra ditelinga gadisnya itu.

"Kamu tahu sayang, setiap malam aku sering berfantasi. Bagaimana dirimu saat tidak mengenakan apapun. Aku yakin kamu pasti lebih cantik lagi. Aku sudah tidak sabar menunggu saat itu sayang. Saat aku bisa memilikimu seutuhnya. Merengkuhmu, memelukmu, mengungkungmu, dan membuatmu menjerit kenikmatan karena buaianku."

"Iisssshhh, kenapa kamu jadi me-sum begini sih," ujar Zeina sambil mendorong dada bidang Rolan agar menjauh darinya.

Ucapan Rolan barusan seketika membuat bulu kuduk Zeina berdiri. Wajah Zeina saja sudah memerah rasanya kini karena terasa sekali seperti panas terbakar. Kalimat terakhir Rolan mampu membuat imajinasi liarnya bangkit. Zeina berusaha mengusir pikiran liar itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rolan sendiri justru terkekeh melihat tingkah polah Zeina yang menurutnya menggemaskan itu.

Tiba-tiba dering ponsel Rolan berbunyi. Dia menoleh ke arah Zeina dan meminta ijin calon istrinya itu untuk mengangkat telepon tersebut.

Rolan mencari tempat lain untuk mengangkat panggilan itu. Sedangkan Zeina tampak tidak curiga sedikitpun. Ia percaya bahwa Rolan tidak akan pernah mengkhianatinya. Kenapa? Karena mereka sudah berpacaran sejak lama. Dan Rolan juga dengan sabar menunggu dirinya resmi menjadi istri baru mau menyentuhnya. Ya, selama pacaran dua tahun ini Rolan tidak pernah berbuat macam-macam kepadanya. Hanya peluk dan cium pipi saja. Hanya sejauh itu hubungan keduanya.

Setelah selesai bertelepon, Rolan kembali ke dalam rumah dimana Zeina mengepas gaun pengantinnya tadi.

"Bagaimana sayang? Udah aman? Nggak sa yang ingin lagi diubah?" tanya Rolan sambil mengecup pucuk kepala sang kekasih.

Zeina menggelengkan kepalanya.

"Sudah ini pas aja buat aku kok. Aku ganti baju dulu ya sayang," pamit Zeina, Rolan pun mengangguk.

Setelah kepergian Zeina tampak Rolan menghela napasnya panjang. Dia tampak menerawang ke atas langit-langit ruangan kamar ganti tersebut.

Tak butuh waktu lama Zeina kembali keluar dengan menggunakan baju formal kantornya. Ia berjalan mendekati Rolan sambil tersenyum manis.

"Aku sudah selesai, kita kemana lagi ini sayang?" tanya Zeina dengan senyum bahagianya menggamit lengan Rolan.

"Aku ada pertemuan mendadak sebentar sayang. Si Billi barusan kasih tau aku. Kamu nggak apa-apa kan kalau aku antar ke apartemen saja," ujar Rolan dengan tatapan memohon.

Zeina menghela napasnya pasrah lalu menganggukkan kepalanya. Padahal dia pengen jalan-jalan sebentar sambil nongkrong di kafe mumpung dia sedang ambil cuti hari ini. Akan tetapi dia juga tidak bisa memaksa Rolan bila memang ada pertemuan mendesak. Mereka kan bekerja di perusahaan orang bukan perusahaan milik sendiri.

Rolan san Zeina bekerja di satu perusahaan yang sama. Hanya saja keduanya berbeda divisi. Zeina pegawai di divisi marketing sedangkan Rolan menempati posisi sebagai kepala di divisi keuangan.

Rolan sangat mencintai Zeina yang sudah dia dambakan sejak dulu. Sejak masih dibangku perkuliahan dia mengejar cinta Zeina. Namun justru setelah keduanya berada di perusahaan yang sama gayung itupun bersambut. Zeina menyambut cinta dari Rolan. Kini hubungan keduanya telah berjalan selama dua tahun. Akan tetapi Rolan sudah tidak sabar untuk menikahi Zeina.

"Kamu segera istirahat aja sayang. Wajahmu sudah tampak lelah," ucap Rolan sebelum Zeina turun dari mobilnya. Zeina menganggukkan kepala mengiyakan ucapan kekasihnya.

Cup

Sebuah keluar dari mobil Rolan menyempatkan diri mencium kening Zeina dengan lembut. Dia juga mengusap pipi chubby sang kekasih. Zeina pun turun dari mobil Rolan. Melambaikan tangan ketika mobil kekasihnya itu pergi meninggalkan pelataran apartemen tempat tinggalnya.

Huffff

Lagi-lagi Zeina menghela napasnya panjang.

"Dia akan meeting dengan klien Zein. Apa yang kamu pikirkan? Padahal sebentar lagi kalian mau menikah," ucap Zeina mencoba menasehati dirinya sendiri yang entah mengapa merasa galau untuk melanjutkan hubungannya dengan Rolan.

Dia berusaha melihat kebaikan dan kasih sayang yang Rolan berikan kepadanya selama ini. Apakah ini yang dinamakan sindrom menjelang pernikahan? Jadi mendadak takut dengan pasangan sendiri? Ah entahlah, sepertinya Zeina sedang butuh istirahat saja. Karena pikirannya mulai melantur kemana-mana sekarang.

TBC

Halo semuanya, ini adalah novel terbaru aku ya. Jangan lupa mampir yuk yuk yuk, dijamin seru, lucu, bikin gemes dan juga bikin kesel. Subscribe novel ini ya biar kalian selalu dapatkan notifikasi setiap kali novel ini update.

2

Zeina menguap begitu lebar sambil menggerakkan beberapa anggota tubuhnya. Ia melihat ke arah jam wekernya yang berdering sedari tadi.

"Hoaaammm.. masih ngantuk, tetapi aku butuh duit!" gumam Zeina seraya melirik jamnya yang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ia menatap foto sang ibu yang sudah meninggal dunia. Zeina menatap sendu foto wanita yang dia cintai tersebut.

"Hai Bun, aku sangat merindukanmu Bun. Tadi malam saja aku memimpikan bunda ada bersamaku di saat pernikahan aku dengan Rolan. Aku ingin sekali bunda bisa hadir saat kami menikah nantinya," ucap Zeina dengan mata berkaca-kaca.

"Zein sedih karena ayah sama sekali tidak peduli lagi denganku. Ia lebih mementingkan keluarga barunya daripada putri kandungnya sendiri. Tapi aku tidak akan menyerah untuk tetap bertahan hidup. Masih ada Rolan yang mencintai aku dengan tulus Bun. Doakan rencana pernikahan kita berjalan dengan lancar ya Bun," ucap Zeina kemudian mencium pigura foto yang ini dengan penuh kerinduan.

Setelah meletakkan pigura sang bunda. Zeina mengambil handphone miliknya dan mengecek pesan yang masuk didalamnya. Ternyata ada pesan dari sang calon suami. Namun didalam chat itu Zeina salah fokus dengan jam yang tertera saat Rolan mengiriminya pesan.

"Semalam ini dia balas pesanku? Apa memang meetingnya sampai malam kemarin?"

Zeina tak mau ambil pusing. Nanti sajalah di kantor dia akan menanyakannya langsung kepada Rolan. Ia segera mengikat rambutnya, pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan juga gosok gigi. Setelahnya dia memasak sarapan untuk dirinya sendiri. Setelah semuanya selesai, Zeina bergegas untuk mandi.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Zein sudah siap dengan pakaian formalnya untuk ke kantor. Sudah hampir setahun ini Zein pindah ke sebuah apartemen yang harga sewanya tidak begitu mahal. Zein memang pergi dari rumah sang ayah. Karena tidak tahan dengan perlakuan ibu dan adik tirinya. Zein bukan pembantu di sana. Lagipula sang ayah juga tidak peduli Zein ada atau tidak di rumah tersebut. Benar-benar ayahnya sudah buta akan perasaan cintanya kepada si istri barunya. Melupakan anaknya sendiri demi orang baru yang dia cinta.

Zeina berangkat sendiri ke kantor. Meski memiliki hubungan dengan Rolan tetapi keduanya sepakat tidak akan mengumbar kemesraan di depan umum. Apalagi di tempat kerja. Mereka akan bersikap profesionalitas.

Setibanya di kantor, Zeina disambut rekan-rekan kerjanya dengan hangat.

"Hai Zein, gimana kabarmu hari ini?" sapa Siska, sahabat Zeina sejak duduk dibangku perkuliahan.

"Baik, eh mana si Rio?"

"Aku disini cantik. Nyariin mulu sih? Kenapa? Kangen aku ya?" tanya Rio sambil menyerahkan satu cup teh hijau kesukaan Zein. Rio adalah teman satu divisi kedua gadis tersebut.

"Makasih Yo, kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan. Kamu yang terbaik," kata Zeina sambil memberikan lambang Sarange kepada Rio. Hal tersebut membuat lelaki itu menjadi salah tingkah dibuatnya.

Sementara Zeina dan Siska hanya terkekeh melihat tingkah Rio yang mudah sekali salah tingkah jika sudah diusili oleh Zeina.

"Oh iya Zein, kemarin aku dan Rio mampir ke kafe sepulang kerja. Terus kami liat ada Rolan dan Bella keluar dari kafe barengan. Neh tanya sama Rio deh, aku nggak bohong Zein," ujar Siska sambil meminta dukungan kepada Rio.

"Iya bener Zein, mereka ngomongnya mesra banget gitu," perkataan Rio sukses membuat senyuman cerah Zeina di pagi hari menjadi kecut seketika.

Tumben? Dia tahu kalau Rolan dan Bella satu divisi. Tetapi apa iya Rolan bersikap mesra kepada Bella. Padahal Rolan sudah tahu sejak lama kalau dia dan Bella adalah saudara tiri. Dan Rolan juga tahu betapa bencinya Zeina kepada dua makhluk yang sudah membuatnya kehilangan sosok sang ayah.

"Mungkin mereka ada urusan kantor," kata Zeina mencoba berpikir positif di depan teman-temannya. Kalaupun dia ingin bertanya, nanti akan dia tanyakan langsung kepada Rolan.

"Ya sudah ayo kembali bekerja, sudah waktunya kerja neh. Ntar kita bisa kena SP dari atasan kalau kebanyakan ngobrol," pungkas Zeina seraya menunjuk ke arah jarum jam di pergelangan tangannya.

"Yaudah kalau gitu, ayo Yo," ajak Siska menarik lengan Rio untuk kembali ke meja kerjanya masing-masing. Kebetulan meja Rio memang bersebelahan dengan Siska.

Sementara itu Zeina masih memikirkan ucapan Siska. Kalau dibilang mereka berdua berbohong itu tidak mungkin. Namun apa iya Rolan tega berbuat seperti itu kepadanya? Padahal selama ini Rolan tahu kalau dia tidak menyukai Bella dan juga ibu tirinya tersebut.

Sepertinya Zeina harus membicarakan hal ini kepada Rolan daripada nantinya dia banyak overthingking. Apalagi sejak Rolan mendapatkan telepon dan mengatakan ada meeting dengan Billi. Namun kenapa justru keluarnya dengan Bella? Harus ada yang dibicarakan diantara mereka berdua. Itulah pemikiran yang sekarang ada dibenak Zeina.

Zeina mengambil handphonenya dan mengetik sebuah pesan di sana.

📩 sayang, nanti makan siang kita ke kafe ya?

📩 Oke sayang, aku tunggu nanti di lobi, oke.

📩 Baik

Rolan sudah setuju dan Zeina tinggal menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kemarin sehingga membuatnya menjadi penasaran seperti sekarang.

❤️❤️❤️

TBC

3

Sesuai pesan Rolan, Zeina menunggu sudah hampir setengah jam di lobi perusahaan. Ia duduk menunggu kedatangan Rolan sambil memainkan handphonenya. Akan tetapi saat terdengar suara pintu lift terbuka. Ia melihat pemandangan yang sungguh membuatnya tak nyaman.

Kedekatan Rolan dan Bella tak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Ternyata gestur mereka menunjukkan sesuatu yang berbeda. Pemikiran Zeina mulai tak tentu arah. Ia semakin bertanya-tanya. Apakah memang benar Rolan ada hubungan dekat dengan Bella. Bukan hanya sekedar hubungan sesama rekan kerja?

"Rolan!"

Panggilan Zeina membuat Rolan sontak menoleh dan tampak terkejut. Lalu tatapan Zeina beralih kepada Bella yang tampak mendengus tidak suka akan kehadiran Zeina di sana. Ada apa sebenarnya ini? batin Zeina. Ia menangkap pergerakan yang aneh dari mereka berdua.

Bella pun memilih pergi meninggalkan kedua pasangan tersebut. Rolan cukup bernapas lega karena Bella tahu posisinya saat ini.

"Hai sayang, udah lama ya? Maaf aku tadi ada meeting penting jadi lupa kalau ada janji dengan kamu," ucap Rolan berkilah dihadapan Zeina.

"Meeting dengan Bella?" tanya Zeina kini mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rolan.

Apalagi melihat keduanya tertawa dan sikap Bella yang tampak begitu dekat dengan Rolan. Zeina menjadi memikirkan nasib pernikahan mereka nantinya. Kalau Zeina menjadi istri Rolan, apakah mungkin dia bisa tahan dengan kedekatan keduanya?

"Maaf sayang, meetingnya nggak cuma sama Bella kok. Ada Billi juga. Lagian kita meeting karena akan bepergian ke luar kota," kata Rolan menjelaskan.

"Oh, pergi ke luar kota? Berdua saja?" kali ini pertanyaan Zeina sudah mulai dengan nada yang berbeda.

Rolan mencoba menenangkan gadisnya tersebut. Sepertinya Zeina sedang cemburu kepadanya karena berjalan berdua dengan Bella tadi.

"Sayang, bukankah kamu yang ingin kita bersikap profesionalitas dalam bekerja. Bella itu teman satu divisi sama aku. Dan banyak hal yang membuat kita bekerjasama. Karena kita satu tim sayang. Apakah kamu cemburu karena hal ini?" tanya Rolan sambil mengedipkan sebelah matanya.

Zeina hanya mendengus kasar.

"Tapi aku suka kamu cemburu sayang. Itu tandanya kamu begitu mencintai aku kan," goda Rolan kembali dengan senyum merekahnya.

"Cemburu? Aku malas cemburu dengan cewek modelan Bella. Jangan samakan aku dengan cewek seperti Bella. Kalau kamu sampai mengkhianati aku dengan bella. Hubungan kita selesai saat itu juga," ucap Zeina dengan sorot matanya yang tajam.

Deg

Rolan tampak deg-degan juga mendengar ucapan Zeina barusan. Raut wajahnya seketika berubah dan tampak keringat turun di sela-sela rambutnya. Dan perubahan tersebut terlihat jelas oleh zeina. Keputusan menikah dengan Rolan tampaknya harus menjadi bahan pertimbangan tersendiri oleh Zeina.

"Kamu kenapa bicara seperti itu sih sayang. Bukankah kamu tahu kalau aku begitu mencintaimu. Masak iya aku akan selingkuh dengan Bella. Adik tiri kamu sendiri," kata Rolan sambil tersenyum menutupi hatinya yang sudah deg-degan sejak tadi.

"Aku mana tahu hatimu benar-benar tulus buat aku atau enggak," ucapan Zeina sudah mulai melukai perasaan Rolan. Pria itu berhenti dan menarik lengan Zeina. Dengan sorot wajah tak terbaca Rolan berbicara dengan Zeina.

"Kamu meragukan aku Zein? apakah kamu kurang mengerti betapa sabarnya aku menunggu kamu. Menjagamu sampai dua tahun lebih aku tidak pernah menyentuh kamu Zein. Padahal orang-orang lain dalam berhubungan selalu memberikan apapun kepada pasangannya. Tetapi aku bahkan masih setia menunggu kamu. Sampai kamu sah jadi istriku, aku baru akan menyentuhmu. Seperti apa yang kamu inginkan. Tetapi kamu menuduhku yang bukan-bukan sekarang," ucap Rolan dengan nada yang berbeda. Tampak amarah yang tertahan dalam dirinya. Dan Zeina bisa melihat sosok Rolan yang lain hari ini.

"Kamu ingin aku memberikan keperawananku padamu sekarang, iya? Jawab aku Rolan?" ucap Zeina dengan nada lebih tinggi.

Rolan yang sudah terpancing emosi semakin kesal karena di desak oleh Zeina.

"Iya, aku ingin kamu mau berhubungan badan denganku. Kamu ini terlalu munafik Zeina. Padahal nanti kamu juga akan menikmati hubungan tersebut. Lagipula pernikahan kita tinggal sebentar lagi. Kenapa kamu susah sekali mengabulkan permintaanku. Apa salahnya kita mendahului malam pertama kita!" kata Rolan sambil mendengus kesal.

Zeina melototkan kedua matanya mendengar ucapan Rolan. Ternyata kekasihnya itu sangat menginginkan hubungan secara fisik. Hal itulah yang selama ini tidak pernah ingin Zeina lakukan. Karena bagi dia, kesuciannya hanyalah untuk suami sahnya. Bukan untuk lelaki sembarang. Tetapi Rolan rupanya sudah tidak sabaran. Apakah memang benar batin Zeina yang mengatakan bahwa pernikahan mereka ini bukan didasari oleh perasaan namun hanya nafsu semata.

"Tidak lan, aku hanya akan memberikan kesucian ku kepada suamiku seorang. Bukan kepada lelaki sembarang," tegas Zeina.

Rolan semakin tersinggung mendengar ucapan sang kekasih.

"Kamu menganggap aku apa selama ini Zein? Hah! Aku ini calon suamimu, kekasihmu yang sudah pacaran sama kamu dua tahun lebih Zein. Apakah kamu masih tidak percaya padaku?" ucap Rolan yang semakin panas saja. Karena Zeina tetap ngotot kepada pendiriannya.

"Kalau kamu tidak bisa menunggu. Tidak masalah kalau kita berhenti sampai di sini saja. Aku malas pergi keluar. Aku nggak jadi makam siang di kafe," ucap Zeina kemudian dia pergi meninggalkan Rolan di parkiran. Ia sudah tidak berselera untuk makan siang lagi.

Ya, mereka saat itu berdebat di parkiran mobil.

Arrrrkhh!

Rolan menendang angin yang ada di hadapannya. Sikap keras kepala Zeina membuatnya terpaksa mencari pelampiasan. Dan kejadian setahun yang lalu di sebuah hotel membuat Rolan merasa ketagihan untuk melakukannya lagi, lagi dan lagi. Kenikmatan yang awalnya hanya dia bayangkan saja kini sudah dapat ia rasakan meskipun setiap kali bermain hanya bayangan Zeina yang ada di kepalanya. Ia membayangkan jika wanita itu adalah Zeina yang sedang dia se-tu-bu-hi. Sehingga setiap kali Rolan ingin menyentuh Zeina maka wanita itulah yang akan menggantikan posisi Zeina. Melayani dan memuaskan Rolan.

Tanpa keduanya sadari. Perdebatan mereka didengar oleh seseorang yang tampak tersenyum tipis. Ia cukup bangga dengan si gadis yang mau mempertahankan kesuciannya tersebut.

"Di zaman semodern begini. Masih ada cewek langka seperti dia. Sayang dia bertemu dengan cowok brengsek seperti itu."

"Kamu tertarik padanya? Ia ada di divisi marketing. Masih dibawah kendaliku. Apakah kamu berminat? Aku bisa membuat dia dekat denganmu nanti," ujar seorang pria berjas warna abu.

"Sepertinya menarik."

Ucap si pria dengan jas hitam tersebut.

❤️❤️❤️

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!