NovelToon NovelToon

Dikejar Om Casanova

Chapt 1. Kebahagiaan semu

BUnyi dentuman musik menggema di seluruh penjuru ruangan, asap rokok yang mengepul menghiasi gemerlap remang suasana pesta, menyajikan goyangan erotis para pengunjung Club malam yang sedang asik dengan teman kencannya masing masing.

Sentuhan tangan tangan genit tak henti beradu dengan kulit indah wanita yang bergaun seksi dan berlekuk tubuh sempurna, ditambah kepulan asap rokok yang mencekik kerongkongan juga aroma menyengat dari minuman memabukkan seperti sebuah keharuasan yang menambah sempurna ruang remang remang ini bagi penikmat kesenangan dunia malam.

Pria gagah rupawan yang telah menanggalkan jas kerja yang seharian ia kenakan itu, masih menjadi pusat perhatian bagi para wanita pengunjung clup malam kalangan elit ini.

Gerakannya begitu menawan, mengundang para wanita malam berkeinginan untuk duduk berdampingan Dengan dirinya, Dengan lihai mencumbui teman kencannya malam ini, begitu brutal tak perduli keadaan sekitar. Apa mungkin dia butuh pelampiasan?.

Tak ada wanita yang bisa menolak daya tarik seorang Rayan Rivano, Pria paling tampan dan gagah yang memiliki tatapan mata bagai elang yang mampu menyihir setiap wanita yang ia tatap.

"Kamu sangat menggoda malam ini sayang," rayu Rayan pada gadis yang berada dalam kungkungannya.

Wanita bergaun mini itu tersenyum bangga mendapatkan pujian dari seorang pria berpredikat incaran banyak wanita itu, tangan lentiknya menyibakkan rambut yang tergerai indah si bahunya, sengaja membuka akses untuk Rayan agar tak menghalangi dada putihnya untuk di sentuh oleh Rayan.

"Benarkah? sepertinya aku tersanjung," ucap Mila mengusap dagu tegas berjambang tipis terawat yang dimiliki Rayan dengan lembut.

Mendapat serangan rayuan balik dari Mila, tentu saja adrenalin Rayan bergejolak, membuat ia tertantang untuk mengangkat tubuh sintal Mila naik ke ranjangnya.

"Kamu merayu aku sayang?" ucap Rayan sambil terkekeh kemudian mengecup bahu putih Mila.

Mila hanya salah satu kekasih kilat yang dimiliki Rayan, bahkan perkenalan mereka baru menginjak tiga hari, dan Rayan mampu menyentuh tubuh bagian manapun yang ia suka pada diri Mila.

Setelah mendapatkan sambutan baik dari Mila, tanpa membuang waktu, Rayan kemudian segera menggiring Mila ke kamar VIP yang ada di club tersebut. Semua orang tahu, hanya orang orang yang memiliki kekuasaan yang bisa diberi fasilitas terbaik di club ini, tentu saja salah satunya adalah Rayan Rivano, seorang pengusaha mudah yang bergerak dibidang keuangan yang sepak terjangnya begitu banyak disegani oleh pengusaha lainnya.

Hidup dengan kesempurnaan fisik dan harta melimpah tak serta merta membuat dirinya lengah dalam menjalankan bisnisnya.

Bagi Rayan Rivano, semua harus ada dalam kendalinya, tak akan ada celah dirinya untuk mendapatkan kegagalan dalam segi apapun, termasuk mendapatkan wanita yang dia mau.

Wanita, baginya adalah sesuatu yang begitu mudah didapat, tak ada yang bisa menolak kesempurnaan yang ia miliki, wajah tampan rupawan, royal pada setiap gadis yang ia kencani, semua akan ia berikan jika sudah ada di sisinya.

Tapi jika Rayan merasa sudah tak menginginkannya, ia akan membuangnya begitu saja.

***

"Ting ting ting," suara notifikasi telpon bergema dalam kamar berkasur king size itu, menarik secara paksa kesadaran Rayan dari alam mimpi.

"Aku sudah bangun," ucap Rayan setelah menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan telpon dari asisten pribadinya.

"Baik tuan," Ucap Adit sang asisten.

Setelah menjawab telpon dari Adit, kemudian Rayan bangun dari tidurnya, menarik diri dari pelukan Mila yang telah bertempur dengannya semalaman.

Benar benar pertempuran yang hebat bagi Mila, Sampai sampai ia tak terbangun saat Rayan bergerak meninggalkan dirinya sendirian di kasur tanpa sehelai pun pakaian menempel pada tubuhnya.

Tetapi untuk Rayan, ini sesuatu hal yang biasa. Menyenangkan wanita adalah keahlian terbaiknya. Tetapi sayangnya semua wanita yang pernah ia cicipi sama saja rasanya, baginya hubungan seperti ini seperti kebutuhan fisik, siapapun bisa memuaskan dirinya bukan.

Setelah membersihkan diri, ia lalu bergegas meninggalkan kamar yang telah menjadi saksi kehebatannya. Segera menghampiri Adit yang telah menyiapkan sarapan bagi dirinya.

"Apa perlu saya siapkan aspirin untuk anda tuan?, sepertinya semalam anda minum cukup banyak," tanya Adit khawatir pada atasannya itu yang dari tadi tak henti memijat pelipisnya.

"Aku sudah meminumnya tadi saat bangun tidur, nanti juga baikan," tolak Rayan sambil meneguk teh jahe yang sengaja Adit siapkan untuk dirinya.

"Baik tuan," jawab Adit.

setelah memastikan jika tuannya itu sudah baik baik saja, kemudian Adit mulai membacakan rentetan jadwal yang harus Rayan jalani sepanjang hari ini.

"Hari ini anda memiliki pertemuan dengan Perusahaan Z, mereka mengajukan pinjaman dana cukup besar, dan jaminannya adalah 40% saham dari perusahaannya," ucap Adit membacakan jadwal Rayan.

"Oke, mereka cukup bernai menjaminkan saham mereka, apa mereka berencana memberikan perusahaannya pada ku?" ucap Rayan meremehkan.

"Sepertinya Tuan Digta sudah putus asa tuan, jadi langkah terakhir menyelamatkan perusahaannya hanyalah ini," ucap Adit memperjelas prediksinya.

"Oke, siapkan kontraknya, berikan apa yang mereka mau dan lebihkan 20% agar mereka kesulitan untuk menggantinya," ucap Rayan sambil tersenyum menandakan dia memiliki suatu rencana.

"Baik tuan," jawab Adit mematuhi segala perintah Rayan sebagai atasannya.

Rayan memang seorang pengusaha kejam yang berhati dingin, dengan mudah dia akan bisa membaca bagaimana perkembangan perusahaan yang telah ia berikan dana pinjaman, tentu saja semua akan selalu menguntungkan bagi dirinya. Jika dia merasa perusahaan yang membutuhkan dana darinya itu adalah perusahaan yang akan segera bangkrut, dia dengan sengaja akan memberikan pinjaman yang lebih besar dibandingkan kebutuhan mereka.

Hidup Rayan selama bertahun-tahun memang seperti ini, berfokus pada perusahaannya, berusaha menjadikan perusahaannya

berkembang dan berhasil menjadi yang terbaik di negara ini, hingga dia bisa membuktikan pada ayahnya jika dia mampu hidup tanpa bantuan dan pertolongan dari keluarganya.

Menjadi pria worka holik adalah pilihan hidupnya saat ini, dan tempat melepas lelahnya hanyalah dunia malam dan bersenang senang bersama banyak wanita.

Tanpa dia sadari jika suatu saat dia akan merindukan sesuatu, merindukan sebuah kehangatan keluarga yang telah Ia tinggalkan dan ia anggap menjadi sesuatu yang tak penting bagi hidupnya.

Sebenarnya Adit merasa prihatin melihat keadaan tuannya, Tuan yang telah ia ikuti selama 10 tahun itu telah berregenerasi menjadi sosok pria tanpa perasaan yang hanya menatap kekuasaan saja. Sangat jauh berbeda dengan sosok pria yang ia kenal 10 tahun yang lalu yang telah menolong dirinya tanpa bertanya dan tanpa menginginkan balasan darinya.

Adit hanya berharap suatu saat kebahagiaan sesungguhnya akan menghampiri tuannya yang sebenarnya baik hati itu, memberikan cinta tulus yang bisa melembutkan kembali hatinya seperti dulu.

Bahkan jika perlu, Adit akan mencari apapun yang bisa menolong tuannya ini dari kesepian yang tak terlihat yang bersemayam dalam diri seorang Rayan Rivano, pria yang terkenal dengan kesuksesan bisnis dan skandal cintanya yang tak terelakkan.

Chapt 2. Insiden yang menjadi Berkah

Manusia sibuk gambaran kehidupan ibu kota.

Setiap hari, dari mulai pagi hari hingga malam menjemput, hiruk pikuk aktivitas mencari pundi pundi rupiah demi memenuhi saldo rekening mereka.

Ikut andil dalam kemacetan jalanan utama maupun jalan alternatif setiap harinya, mengejar waktu hingga tetesan peluh kelelahan tak dirasa oleh tubuh demi memenuhi hasrat untuk mendapatkan kenyamanan ekonomi di rumah, memenuhi kebutuhan primer dan memuaskan kebutuhan sekunder, dan yang paling penting bagi kalangan orang orang yang mengejar karir adalah tersematnya julukan kaum hedon yang menghabiskan jerih payahnya selama sebulan demi kesenangan sesaat.

Lelah menjalani hari tentu dirasakan semua orang yang ber kesibukan tinggi seperti Rayan. Berharap mendapatkan kelegaan dikala pulang kerja, sebelum pulang ke apartemen yang ia tinggali lima tahun terakhir, Rayan sengaja singgah terlebih dahulu ke Mini market dekat dengan Apartemen hunian nya dan membeli beberapa kaleng minuman menyegarkan yang bisa sedikit menenangkan urat urat kepalanya yang terasa begitu mengencang.

Duduk bersandar di kursi taman tak jauh dari mini market yang sebelumnya ia singgahi, berniat duduk-duduk untuk menghirup udara sejuk di malam ini. Kebetulan langit sedang cerah cerahnya, dan suasana taman sedikit ramai dengan banyak pengunjung yang sengaja berkumpul dengan sanak famili dan teman teman mereka masing-masing.

Sungguh menyenangkan jika dudu duduknya ini ada yang menemanu, tapi sayang, seorang Rayan Rivano tak suka jika dirinya diusik dengan kehadiran orang orang yang tak tulus untuk dirinya.

Saat ini Rayan sedang menikmati kesendiriannya dengan memperhatikan setiap kelompok orang orang yang sedang asik bercengrama masing masing.

Entahlah, Rayan begitu iri menatap kebahagiaan mereka, wajah anak anak yang tertawa riang yang sedang berkejaran dengan orang tuanya, ada pula sekelompok remaja yang sedang mengobrol sambil cekikikan tanpa beban. Hingga Rayan melengkungkan bibirnya seperti merasakan kebahagiaan yang sama yang mereka rasakan.

Setiap tegukan dari minuman kaleng yang ia beli di mini market tadi tandas tak tersisa, lumayan mendinginkan tubuhnya yang terasa penat.

Beberapa menit berlalu, ada satu pemandangan yang menarik perhatian Rayan.

Dua gadis sedang berkumpul tak jauh dari dirinya, mereka sedang duduk di undakan tangga, sibuk melakukan entah apa, yang pasti Rayan yakin merka sedang membuat konten Tiktok.

"Oke, kita mulai, eksperimen kali ini kita akan lihat bagaimanakah reaksi jika mentos ini dimasukkan kedalam botol coca cola," ucap seorang gadis yang membelakangi Rayan.

Seketika Rayan terkekeh dan bergumam dalam hati, "Dasar bocah, ngga ada kerjaan lain apa."

Hiburan yang menarik bagi Rayan melihat gadis gadis didepannya ini. Ia meneguk minuman kaleng keduanya sambil tersenyum memperhatikan setiap apapun yang dilakukan dua gadis itu.

Dari mulai take pertama, hingga sang gadis yang membelakangi Rayan mengocok dengan kuat botol coca cola yang ia pegang dan mengarahkannya ke langit.

Tak disangka, malang tak bisa di tolak, muntahannya begitu keras hingga tepat mengenai Rayan.

Rayan tersentak kaget begitupun para gadis yang tengah beraksi dengan kamera di hadapannya, mereka begitu panik mendapati konten yang mereka buat ternyata bisa memakan korban, dan sialnya korbannya adalah pria penyendiri yang entah siapa mereka tak tahu.

"Ya ampun Rin," teriak seorang gadis yang memegang ponsel yang merekam aksi mereka.

"Alama, sial," ucap gadis yang menjadi pelaku insiden penyemburkan coca cola.

Lalu gadis yang dipanggil temannya Rin itu berlari secepatnya menuju Rayan.

"Aduh ya ampun om maafin aku, ngga sengaja maaf maaf, ada yang luka?" tanya gadis berparas manis di hadapan Rayan.

Dengan panik gadis cantik yang membuat Rayan tak berkedip itu membuka tas slempang nya dan segera menarik tisu yang ia bawa kemana mana untuk membersihkan tumpahan insiden yang ia sebebkan itu, dengan tergesa gesa gadis yang dipanggil Rin itu mengeringkan baju Rayan yang basah karena Cola dan hasilnya sudah jelas kepercumaan yang didapat.

Kini Rayan termangu, rasa kesal sebelumnya seperti melumer, netranya membidik setiap lekukan sempurna dari wajah yang dimiliki gadis manis dihadapannya.

Telinga Rayan mendadak tuli, ia hanya terpana dengan gerakan bibir yang terus minta maaf pada dirinya, ya Tuhan selamatkan gadis malang ini.

"Om, gak apa apa? kenapa diem aja?" tanya si pelaku.

Mendengar si gadis di hadapannya memanggilnya om, seketika membangunkan kesadaran Rayan.

"What? om, gila masih muda gini dipanggil Om?," gerutu Rayan dalam hati tak terima dengan julukan yang disematkan oleh sang gadis.

"Stop," ucap Rayan menghentikan gerakan tergesa sang gadis untuk mengeringkan air cola yang membasahi tubuh Rayan.

Setelah sadar dengan keadaan, Rayan baru merasakan tumpahan yang terkena bajunya ini begitu lengket dan mengotori kemeja putih yang ia kenakan sepanjang hari.

"Siapa nama kamu?," tanya Rayan pura pura kesal.

Wajahnya begitu mendukung, seperti ia benar benar marah padahal dalam hati sedang merangkai sebuah rencana yang menyenangkan untuk menghukum gadis cantik dihandapannya ini.

"Saya Rinjani om," jawab gadis bernama Rinjani itu.

"Kamu tahu berapa kemeja saya ini?," tanya Rayan berusaha menakut nakuti gadis polos yang merasa bersalah itu.

Rinjani hanya menggelengkan kepalanya, menyatakan jika ia tidak tahu menahu tentang harga kemeja yang Rayan kenakan.

"Sekali lagi maaf ya om, biar nanti saya cuci kemejanya, " ucap Rinjani memohon pengampunan.

"Kalo kamu yang cuci, saya ngga yakin bakal bersih," jawab Rayan semakin mengintimidasi.

Rayan begitu menikmati ketakutan Rinjani, wajah gadis polos tanpa make up itu begitu kuyu, menunduk pasrah, ah sepertinya Rayan akan punya mainan baru yang akan menghibur dirinya untuk beberapa saat.

"Ya udah om, saya ganti aja kemejanya," ucap Rinjani menyerah dengan keadaan.

Mengingat ia telah mengotori kemeja putih yang entah berapa harganya itu, dan Rinjani pun tak yakin bisa menghilangkan noda yang terlihat begitu melekat kuat di kemeja Rayan.

Rayan tersenyum simpul, menyambut kemenangan didepan mata.

Apakah Rayan tega? memang benar seorang Rayan tega, suruh siapa gadis mudah dihadapannya membuat sudut hatinya bereaksi hanya dengan menatap matanya dan memperhatikan gerakan bibirnya.

"Oke, tinggal dimana kamu?" tanya Rayan belagak menuntut pertanggung jawaban.

"Rumah saya di belakanh apartemen ini, di komplek kenari," jawab Rinjani tergagap.

Rasanya seperti akan dihakimi warga karena telah melakukan kejahatan.

Tak disangka, Rayan membuka satu persatu kancing kemejanya, menyisakan kaos dalam berwarna putih.

Tentu saja aksi Rayan yang ekstrim membuat Rinjani melotot tak percaya, sampai sampai ia berfikir kenapa ada orang tak tau malu seperti om om di depannya ini.

"Bawa kemeja ku, mereknya harus persis sama dengan yang aku miliki, jika sudah ada baru kembalikan padaku," ucap Rayan lalu menyerahkan kemeja kotornya.

" B... aik," ucap Rinjani tergagap.

Rinjani gak bisa berkutik apalagi membela diri, karna dia menyadari jika ini adalah kesalahan dan kelalayan dirinya.

"Mana ponselmu," gertak Rayan tanpa merubah wajah galaknya.

"Uuuntu apa Om?," tanya Rinjani merasa bingung dan masih dengan suara tergagap.

"Nggak akan diambil, ayo cepat," ucap Rayan masih menggererak.

"Ini om, tapi jangan diambil Rin ngga punya lagi," ucap Rinjani khawatir ponselnya akan menjadi jaminan untuk ia tukar dengan kemeja yang sudah tak baru ini.

Tak ada jawaban, Rayan lalu membuka ponsel yang tak dikunci itu lalu masuk ke aplikasi what's app dan menyimpan nomor what's appnya, selain itu Rayan pun mendial nomornya memastikan jika nomor what's app Rinjani pun aktif bisa di telpon seluler.

Setelah yakin apa yang dia mau telah ia dapat dan telah terkonfirmasi, seketika senyum segaris pun tercipta dari wajah galak Rayan, lalu ia menatap wajah Rinjani yang sedang harap harap cemas itu.

"Saya harap, lain kali kamu harus berhari hati, jangan sampai apa yang saya alami menimpa orang lain," ucap Rayan.

Wajah ayu Rinjani terlihat pucat pasi, begitu menyesal dan merasa bersalah dengan kelalayan yang telah ia lakukan.

"Iya maaf Om, selanjutnya saya akan berhati hati," ucap Rinjani menyesali insiden yang telah terjadi.

"Ok, saya tunggu kabar kemeja saya, harus persis sama, ngerti kan" gertak Rayan sengaja membuat nyali Rinjani ciut.

"Iya om," jawab Rinjani sekali lagi.

Setelah itu, lalu Rayan meninggalkan Rinjani yang sedang kena mental itu dengan hati riang gembira. Rayan sebenarnya tak peduli dengan kemejanya, ia sangat mampu bahkan membeli 1000 kemeja seperti itu pun ia sangat mampu, tapi tidak bagi Rinjani.

"Rin, Kamu nggak apa apa?," tanya Rika panik menghampiri Rinjani.

Rinjani hanya menggeleng dengan lemah, tak mungkin ia tak apa apa bukan setelah di intimidasi oleh om om yang tak ia kenal.

"Kenapa kamu tadi ngga nolongin aku dari om om itu?," tanya Rinjani begitu kesal karna temannya yang bernama Rika tak menemaninya dimarahi oleh Om om yang tak tau siapa namanya itu.

"Ya ampun Rin, sorry aku juga takut tau," jawab Rika mengatakan yang sebenarnya ia rasakan.

"Tau ah kesel," ucap Rinjani pergi meninggalkan Rika sambil menenteng kemeja Rayan.

'Besok aku beli kemeja kaya gini, trus aku balikin sama si om itu, udah deh perkara beres' gumam Rinjani dalam hati.

Yang tak Rinjani ketahui adalah, tak mungkin seorang Rayan Rivano mengenakan pakaian yang biasa biasa saja.

Chapt 3. Hanya anak SMA

Cinta tak mengenal siapa dia, dan berapa umurnya, yang dia tahu cinta datang pada siapa yang berhasil menggetarkan hatinya.

Rayan tak mengerti apa itu cinta, apa itu getaran yang menghangatkan sudut hati, yang membawa dirinya dalam ketidak logisan, melupakan apa itu bahagia hanya untuk dirinya saja.

Sepanjang perjalanan menuju apartemannya yang tak jauh dari taman yang menjadi saksi pertemuannya dengan gadis yang berhasil mengusik hatinya itu, ia tak henti tersenyum. Sebentar sebentar memperhatikan foto profil what's app gadis yang telah menyiramnya dengan cola yang begitu membuat lengket di tubuhnya.

Sungguh gadis menggemaskan bukan, andai bisa ia bawa pulang, sepertinya Rayan tak akan pernah bosan.

Setelah sampai ke apartemennya, tak menunggu lama Rayan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepertinya dia akan mengingat pertemuan menyenangkan ini hingga esok hari.

Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, tiga jam telah berlalu setelah pertemuannya dengan Rinjani yang begitu unikdan sulit dilupakan bagi Rayan

Lelah berkutat dengan pekerjaannya yang sengaja ia bawa pulang, kemudian ia mengalihkan kembali perhatiannya pada ponselnya yang nampak sunyi tanpa notifikasi yang masuk baru sekitar 10 menit yang lalu.

Beberapa pesan masuk dari orang yang berbeda, bahkan sangat banyak, dari mulai pesan group whats app, hingga para wanita yang sekedar menyapa dirinya dengan ucapan manis khas rayuan sang pemuja kehangatan. Raya seperti tak peduli, ia begitu malas membuka pesan yang menurutnya tak penting.

Kini Rayan malah terfokus pada status whats app yang baru la lihat dan ia dapatkan kontaknya. Seketika Rayan terkekeh membaca status whats app yang Rinjani buat setiap 30 menit sekali itu.

"Dunia ko lagi ngga bersahabat kayanya sama aku hari ini." Status whats app yang Rinjani buat 2 jam yang lalu.

Ada juga status whats app yang menunjukkan foto kemejanya, dan Rinjani memberi caption, "Ya nasib ya nasib, maafin ya 🥺." lengkap dengan emot sedih.

Dan yang paling terbaru sekitar dua menit yang lalu, Rinjani memposting status what'app foto dirinya berselfi lengkap dengan piamanya dengan memberi caption, "Pasti ada jalan keluar, semangat☺." tak lupa dengan emot senyum untuk membangkitkan semangat nya.

Rayan tatap wajah manis itu, merasakan degup jantung yang tiba tiba bertalu menyaksikan wajah lugu tanpa polesan lalu dengan sengaja menyimpan Fhoto dalam status whats app Rinjani dalam galeri ponselnya. Bahkan tanpa ragu ia menggunakan fhoto Rinjani menjadi wallpaper ponselnya.

Dengan iseng Rayan mengirimkan satu pesan pada Rinjani yang Rayan yakini jika Rinjani tak akan menyadari siapa yang mengirim pesan itu untuknya.

"Selamat beristirahat cantikku." pesan gombal yang pasti akan membuat Para gadis bersuka cita bila mendapatkannya dari Rayan.

Tapi sayang, yang beruntung mendapatkannya adalah Rinjani gadis yang baru Rayan temui satu kali dan mampu mengunci pandangan Rayan hanya tertuju padanya.

Di tempat lain dimana gadis yang mendapatkan pesan mesra yang entah siapa itu Rinjani tak tahu seketika mengerutkan alisnya, merasa bingung siapa yang mengirim pesan yang menurutnya tak senonoh itu.

Tapi histori sebelumnya sudah tersemst dirinya yang mulai membukan percakapan dengan isi pesan "Cek." Siapa sebenarnya ini?.

Tapi anehnya, nomor itu sudah tersimpan dalam kontak whats app Rinjani dengan nama Destini dengan fhoto profil pemandangan Lautan di malam hari yang terfokus pada bulan sabit.

"Ini siapa ya? ko aku ngga inget punya temen namanya Destini," gumam Rinjani berbicara sendiri sambil memperhatikan fhoto profil sangat pengirim pesan.

Lalu bergegas Rinjani membalas pesan yang dikirim oleh Rayan yang Rinjani tidak ketahui.

"Siapa ya?" tanya Rinjani.

Sayangnya pertanyaan berupa pesan whats app itu tak dibalas, dibaca saja tidak karena centang duanya belum berubah menjadi warna hijau, padahal status pengirim pesan sedang online.

Setelah menunggu beberapa menit, tak ada balasan lagi. Pada akhirnya Rinjani terlelap juga merasakan kelelahan tubuhnya seharian ini. Ia butuh istirahat agar esok hari ia bisa melakukan aktifitas berat yang sering ia lakukan setiap harinya.

***

Pahi menjelang ditansai dengan suara adzan yang bergema menandakan manusia harus segera bangun dari peraduannya, bergerak untuk memulai hari baru.

Tak terkecuali Rinjani Aira putri dan keluarganya yang telah bangun dari sejak pukul 3 pagi. Rinjani tinggal bersama seorang kaka laki lakinya bernama Willy dan Ayahnya yang bernama Mulyawan.

Mereka hidup bertiga setelah ditinggal ibunda tercinta sekitar lima tahun yang lalu menghadap yang maha kuasa.

Rinjani memang tak dituntut oleh Ayah dan kakaknya bangun lebih awal seperti mereka, tapi Rinjani merasa perlu untuk membantu ayah dan kakaknya itu, meskipun hanya sekedar menemani dan membuatkan teh atau sarapan untuk mereka nikmati bersama.

Ayah Rinjani adalah pengusaha toko roti yang cukup terkenal di daerahnya, belum terlalu besar, tapi itu semua sudah lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarga Rinjani.

"Sudah Rin, udah mau jam 6, ayo cepat siap siap biar ngga terlambat sekolah," ucap Ayah.

Tanpa banyak membantah, setelah menyelesaikan tugasnya membuat sarapan, ia lalu segera menyiapkan diri untuk pergi sekolah.

Rinjani, gadis berusia 17 tahun menginjak 18 tahun itu duduk di kelas 3 SMA akhir smester. Menyandang predikat sebagai siswi berotak cerdas dan pandai dalam bernegosiasi menjadikan Rinjani mampu menjadi ketua OSIS di sekolahnya tahun kemarin. Dan kini saat menginjak akhir masa sekolahnya ia harus fokus untuk ujian akhir. Kini Rinjani hanya aktif di satu organisasi saja yaitu pecinta alam.

Rinjani sangat suka berada di alam bebas, naginya alam adalah yempaybdimana ia bisa melepas lelahnya, bahkan saking sukanya Rinjani terhadap alam, Rinjani sering ikut dengan willy kakaknya naik gunung karena kebetulan willy tergabung dalam organisasi pecinta alam di kampusnya.

Semua kebutuhan dan perlengkapan Rinjani sudah siap, kini waktu sudah menunjukan pukul 6.30 pagi, Ayah dan willy sudah menunggunya si meja makan untuk sarapan bersama.

"Hari ini kakak cuma bisa nganterin kamu Rin, jadi nanti gak apa apa ya pulangnya sendiri?" ungkap Willy sambil menyendok nasi goreng buatan Rinjani ke atas piringnya.

"Emangnya mau kemana ka?" tanya Rinjani ingin tahu apa yang membuat kakaknya yang setiap hari rutin antar jemput dirinya bisa absen untuk menjemputnya.

"Kakak harus bimbingan akhir, minggu depan kan kakak mau sidang, jadi mulai hari ini kakak harus fokus biar bisa cepet lulus kan," jawab Willy.

Rinjani menganggukkan kepalanya mengerti dengan kesibukan Kakak satu satunya itu.

Anak sulung dari pak Mulyawan itu kini sedang sibuk menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Ekonominya, Willy ingin menyelesaikan kuliahnya lebih cepat, dan cukup berhasil, ia mampu menyelesaikan kuliahnya itu selama 3,5 tahun di salah satu universitas negri di ibu kota yang mereka tinggalintinggali.

Pak Mulyawan begitu bangga memiliki anak anak yang berprestasi seperti mereka, maka dari itu pak Mulyawan akan berusaha keras demi menjadikan anak anaknya hidup layak hingga mereka bisa berdiri sendiri, meskipun pak Mulyawan harus banting tulang dengan berjualan roti demi menghidupi dan membiayai anak anaknya bersekolah hingga saat ini.

"Sepertinya Willy akan mencoba masukin lamaran ke PT Adidaya group ya yah, katanya mereka membuka lowongan untuk fresh graduet," ucap Willy setelah dirinya menyelesaikan pembicaraannya dengan Rinjani.

"Perusahaan apa tuh ka?" tanya Rinjani penasaran.

"Nih liat sendiri," jawab Willy sambil menunjukkan profil perusahaan PT Adidaya dari ponsel pintarnya, pasalnya Willy malas saja menjelaskan panjang lebar, lebih baik Rinjani membaca sendiri apa yang ingin dia ketahui bukan.

Ayah Rinjani hanya mengangguk setuju dengan rencana Willy lalu ia berkata, "Coba aja, Ayah do'ain lancar ya," ucap Mulyawan mendukung anaknya.

Rinjani hanya termangu menatap informasi yang ada di dalam ponsel kakaknya, disana terpampang dengan begitu lengkap profil perusahaan termasuk siapa pemilik dari perusahaan itu.

"Glek... serius ini yang jadi pimpinan perusahaannya?" tanya Rinjani tak percaya.

Willy melongok sesaat, setelah memastikan penglihatannya tidak salah, lalu ia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, emang kenapa? naksir," ujar Willy bercanda.

"Ya ampun," gumam Rinjani dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!