"Hei cecunguk, kemarilah!" panggil pemimpin Gangster.
"Iya bos!" Seva Adelray, seorang pria kurus kering dengan wajah lebam-lebam menghampiri bosnya.
Bug
Arghh
Seva tersungkur di lantai ketika sang bos menendang perutnya sangat kuat.
Orang yang di panggil bos, menginjak kepala Seva. "Bukankah aku sudah bilang, jangan pernah kamu berani melarikan diri dari kami, apa kamu mau mati!" bentaknya keras.
"A-Ampun B-os, aku tidak akan mengulanginya lagi," jawab Seva sambil menahan sakit.
Duak
Arghh
Seva merintih kesakitan ketika si bos menendangnya kembali, pria itu hanya bisa meringkuk sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Semua Gangster yang ada di sana menertawakan Seva, tanpa ada yang merasa kasihan sama sekali dengannya.
Si bos duduk ditempatnya kembali sambil menyalakan sebatang rokok. Asap mengepul keluar dari mulut orang yang di panggil bos tersebut.
"Ray, kamu bawa dia untuk di jadikan umpan! Pancing kelompok Dead ke wilayah kita!" perintah si bos dengan santainya.
"Baik bos!" Ray langsung menjambak rambut Seva agar pria itu berdiri.
"Bangun cepat bodoh! Kita ada tugas!" hardiknya tanpa perduli Seva yang sedang kesakitan.
Seva hanya bisa menurut, ia pun dibawa ke wilayah perbatasan untuk menarik perhatian kelompok Dead.
Seva hanya bisa pasrah menerima perlakuan mereka semua demi bertahan hidup.
Marah? Tentu saja pria tersebut memiliki amarah, akan tetapi ia tidak bisa melawan sama sekali, yang hanya bisa dilakukannya hanya pasrah.
...***...
Seva Adelray, seorang pria yang tidak memiliki apa-apa, hidupnya selama ini hanyalah sebagai pesuruh kelompok Gangster Ghost yang berada di kota Vox.
Hari-hari Seva ia lewati dengan penindasan dari orang yang seharusnya menjadi rekannya sendiri, tidak ada kata istirahat untuknya, tidak ada hari dimana dirinya tidak babak belur.
Sepanjang hari ia hanya menerima keburukan daripada kebaikan, mungkin di saat makan saja ia bisa sedikit terbebas dari penderitaan.
Seva dibawa ke wilayah perbatasan Kota Vox dengan Kota Roxy. Ia diberikan senjata oleh rekannya untuk memancing kelompok Gangster Dead.
"Ingat Seva, bawa mereka ketempat ini! Jangan sampai gagal, atau aku akan membunuhmu!" hardik Ray yang merupakan tangan Kanan Bos Gangster kota Vox.
Seva menganggukkan kepalanya, ia yang hanya di dipersenjatai pistol terpaksa harus masuk ke wilayah Gangster Dead di kota Roxy.
Dengan tubuh gemetaran Seva masuk ke wilayah tersebut sambil menyapu pandangannya ke segala arah.
Dor!
Baru saja Seva sedikit masuk ke wilayah Gangster Dead terdengar suara tembakan yang hampir saja mengenai kepalanya. Sehingga membuat pria tersebut panik dan bersembunyi.
"Berani sekali kau masuk wilayah kami cungkring!" seru salah satu penjaga perbatasan wilayah.
Seva tidak menjawab, ia masih bersembunyi dibalik dinding sambil menelan ludah beberapa kali, karena kali ini misinya sangatlah berbahaya. Ia sangat yakin kalau bosnya secara tidak langsung ingin membunuhnya.
"Sialan kalian semua, jika saja aku punya kekuatan, akan ku jadikan kalian semua budakku!" geramnya sangat kesal.
Seva menghirup napas dalam-dalam mengeluarkan. Ia kemudian berlari dari balik dinding tersebut.
Tentu saja semua penjaga wilayah perbatasan tidak membiarkan Seva lari begitu saja. Mereka mengejar Seva sambil menembakinya.
Dor!
Dor!
Terdengar suara tembakan yang menghujani Seva, untungnya pria tersebut memiliki reflek yang cepat walaupun tidak bisa bertarung dan menggunakan senjata.
Seva terus berlari ke arah wilayah kelompok Ghost, pria tersebut berharap bisa lolos dari kematian yang sedang mengejarnya.
"Brengsek, larinya seperti kancil!" seru salah satu Gangster Dead.
"Terus saja tembak!" seru pemimpin penjaga perbatasan sambil berlari mengejar Seva.
Seva terus berlari zig-zag menghindari tembakan-tembakan tersebut.
Para gangster Dead sampai dibuat jengkel karena Seva begitu lincah. Namun, kondisi Seva kali ini sangatlah lemah, efek di pukuli oleh kelompoknya sendiri.
Seva merasakan dadanya terasa sesak, pandangannya juga mulai kabur. Ia menyadari kalau tubuhnya sudah mencapai batas.
Para penjaga perbatasan terus mengejarnya, Seva sudah yakin kalau dirinya tidak akan mungkin mencapai wilayah kelompok Ghost.
Air matanya berlinangan, ia sangat sedih karena belum pernah merasakan kebahagiaan tapi akan mati begitu saja di tangan para gangster.
"Tuhan, kenapa Engkau begitu tidak adil kepadaku?" keluhnya tidak berdaya.
Seva melihat sebuah gang, ia masuk ke sana berharap bisa bersembunyi di gang tersebut. Naas, ternyata gang itu buntu, membuat pria itu semakin ketakutan.
Para pengejarnya akhirnya menyusul Seva, mereka semua menyeringai melihat Seva yang tidak bisa lari kemana-mana lagi.
"Mau kemana kau Cungkring?!" seru salah satu pria sambil menyeringai.
Seva mengangkat pistolnya dengan tangan bergetar dan napas terengah-engah. Keringat dingin membasahi tubuhnya.
Dor!
Dor!
Argh
Brug
Seva terjatuh ketika dua pahanya terkena tembakan, pria itu berusaha untuk tetap bertahan. Air matanya sudah membasahi pipi, dengan tertatih ia mencoba untuk bersender di dinding.
Napasnya sudah tidak beraturan, lidahnya kelu, ia benar-benar sudah berada di titik terendahnya.
Seva sudah pasrah dengan keadaan, ia memejamkan matanya ketika para pengejarnya semakin mendekat menodongkan pistol ke arah kepalanya.
"Semoga saja dikehidupan ku berikutnya akan menjadi lebih baik lagi," ucapnya dalam hati.
Seva mencoba untuk tetap tenang dengan mata yang tertutup rapat, agar ia tidak melihat apa yang akan dilakukan orang-orang yang mengejarnya.
Tangan Seva tidak sengaja menyentuh sesuatu ketika ia mencoba menahan tubuhnya agar tidak ambruk.
[ Sistem Dadu mulai di kocok! ]
Terdengar suara robot di benak Seva, ia berpikir kalau itu halusinasinya. Namun, tanpa Seva sadari ia telah memicu sebuah Sistem ketika menyentuh sebuah kotak yang berisikan gambar-gambar hadiah.
Kotak tersebut seperti sebuah dadu, saat berhenti bergerak kotak itu menunjukkan gambar orang yang sedang memegang pistol.
[ Selamat! Anda mendapatkan hadiah berupa tubuh ahli senjata api!]
Ribuan pengetahuan tentang senjata api muncul di kepala Seva, hanya dalam beberapa detik saja keahlian tersebut sudah Seva kuasai.
Tubuh Seva bertransformasi layaknya seseorang yang sudah sangat mahir menggunakan senjata api, otomatis mental Seva yang tadinya setipis tisu, kini bertransformasi layaknya seorang pembunuh berdarah dingin.
Seva membuka matanya, seketika ia bisa melihat jelas prediksi pergerakan senjata orang-orang didepannya itu.
Seva dengan kedua paha yang terkena tembakan tidak takut sama sekali dan menyeringai ke arah orang-orang didepannya itu, sehingga membuat mereka mengernyitkan dahi.
"Sialan, sudah mau mati saja banyak gaya!" seru salah satu Gangster marah.
Orang tersebut langsung akan menembak Seva. Namun, hanya sepersekian detik saja Seva menggerakkan tangannya, menembaki mereka yang berjumlah empat orang dengan sangat cepat menggunakan pistol yang terjatuh di sampingnya.
Dor!
Dor!
Kecepatan dan ketepatan tembakan Seva di luar nalar, ke empat orang tersebut terkena tembakan masing-masing di dahi, membuat mereka tewas seketika di sana.
Seva menghela napas lega, tapi ia tahu kalau dirinya masih belum lolos dari kelompok gangster Dead. Apa lagi kedua pahanya terkena tembakan, sehingga membuatnya sulit untuk berdiri. Ia yakin cepat atau lambat kelompok Gangster Dead yang lainnya akan datang memburunya.
Seva menyeret tubuhnya dengan susah payah mengambil senjata-senjata gangster Dead yang tadi ia bunuh.
Dengan menahan rasa sakit tembakan di kedua pahanya, ia mendekatkan senjata-senjata tersebut ke tubuhnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tiba-tiba bisa mahir menggunakan senjata?" gumamnya bermonolog sendiri.
Seva mencoba mencerna apa yang terjadi dengan menahan rasa sakit yang masih menerpa dirinya.
Pria itu mencoba bertahan dengan bersender di dinding yang berada dekat dengan tempat sampah untuk bersembunyi, berharap tidak ada yang melihatnya.
Dengan napas yang memburu dan wajah memucat karena banyak mengeluarkan darah, ia masih tetap mencoba untuk bertahan.
Kemudian Seva melihat sebuah kotak yang menunjukkan beberapa gambar dan angka seukuran telapak tangan berbentuk Dadu.
Seva penasaran dengan benda tersebut, ia dengan susah payah meraihnya.
"Benda apa ini?" tanya Seva sambil memutar-mutar kotak rubik tersebut.
Tiba-tiba kotak rubik itu berubah menjadi hologram, dan masuk kedalam tangannya. Tentu saja Seva terkejut dengan kejadian itu.
[ Memulai penyatuan dengan Host....
Mengidentifikasi Host... Berhasil!
Mencocokkan genetik Host... Berhasil!
Mulai penyatuan....]
Arghhh!
Seva berteriak histeris ketika tubuhnya serasa dicabik-cabik oleh sesuatu, organ dalamnya serasa di hancurkan dan dibuat kembali.
Tubuhnya yang kurus kering mulai menonjolkan urat-uratnya, perlahan tapi pasti tubuh Seva berubah menjadi berisi dan kekar.
Peluru yang bersarang dikedua pahanya keluar dengan sendiri, lukanya langsung menutup seketika, bahkan lebam-lebam yang ada di wajah dan seluruh tubuhnya juga sembuh seperti sedia kala.
Seva masih berteriak Histeris karena transformasi tersebut sangat menyakitkan, pasalnya genetiknya mulai dirubah oleh Sistem.
Pria itu benar-benar mendapatkan sebuah keajaiban yang mampu merubah bentuk tubuhnya.
[ Penyatuan System Dadu Berhasil! ]
[Status]
Nama : Seva Adelray
Umur : 24 tahun
Tinggi: 176 cm
Berat : 66 Kg
Kemampuan : keahlian menggunakan senjata Api berbagai jenis /
Saldo : 0
Selamat anda sudah menyatu dengan Sistem, silahkan kocok hadiah setiap hari satu kali, dapatkan hadiah mengejutkan!]
Ketika membuka matanya setelah mengalami sakit yang luar biasa, Seva terkejut dengan layar hologram yang ada didepannya.
"Sistem? Apa maksudnya ini?" tanyanya penasaran.
[ Tuan, Sistem akan memberikan hadiah berupa kemampuan super dan juga hadiah lainnya yang bisa membantu anda menjadi manusia seutuhnya.]
Layar Hologram menjawab berupa tulisan yang dapat dibaca oleh Seva. Pria itu melebarkan rahangnya tidak percaya, kalau dirinya mendapatkan sesuatu yang diluar nalar.
"Tunggu dulu, ini serius!?" tanyanya tidak percaya.
[ Benar tuan, anda tidak perlu ragu dengan kemampuan anda!]
Layar hologram kembali menjawab pertanyaan Seva dengan cepat.
Seva tersenyum penuh arti, ia kemudian tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha... akhirnya Engkau mendengarkan permintaanku!" serunya sambil mendongak ke atas.
Tentu saja Seva sangat senang, jika yang diberitahukan layar hologram benar, maka dirinya bisa membalaskan dendam, membuat mereka yang pernah menyiksanya bertekuk lutut padanya.
Seva dengan percaya diri beranjak berdiri, ia mengambil senjata-senjata yang ada didekatnya. Pria itu berencana mencoba apakah perkataan Sistem itu benar ataukah hanya menghiburnya saja.
...***...
Sementara itu ditempat gangster Ghost dimana Ray dan bawahannya sedang menunggu Seva, tampak mereka mulai gusar karena Seva tak kunjung datang juga.
"Brengsek, apa anjing itu mati sebelum bisa melarikan diri?!" gerutu Ray kesal.
"Sepertinya begitu bos, kita harus bagaimana?" tanya bawahan Ray.
"Kalau kita pulang sekarang, yang ada bos akan marah besar karena tidak mendapatkan hasil!" Ray mendengus kesal.
Dor!
Dor!
Dor!
Tiba-tiba terdengar tembakan bertubi-tubi yang langsung mengenai seluruh bawahan Ray hingga mereka tewas seketika.
Ray sontak saja terkejut dengan serangan yang tiba-tiba itu. Ia dengan cepat bersembunyi dibalik dinding.
"Hahahaha... ternyata kamu pengecut juga Ray!" teriak Seva dengan suara lantang.
Ray mengernyitkan dahi, ia sangat familiar dengan suara yang didengarnya tersebut. Pria itu menggertakkan giginya, karena mengira kalau Seva telah bekerjasama dengan Gangster Dead.
"Bedebah kau Seva! Berani sekali kau menghianati kami!" raung Ray marah.
"Menghianati kalian? Sejak awal aku tidak pernah menganggap kalian rekanku, kalian hanyalah orang-orang licik yang bisanya cuma menindas orang lemah!" seloroh Seva.
Ray sangat geram dengan perkataan Seva, ia yang tahu kalau pria itu tidak bisa menggunakan senjata langsung keluar dari tempat persembunyiannya untuk menembak Seva dengan cepat.
Sayangnya Seva yang sekarang bukanlah Seva yang dulu, pria itu dengan sangat cepat menembak tangan dan kedua Kaki Ray.
Dor!
Dor!
Arghhh!
Ray merintih kesakitan sembari ambruk ditanah, pria tersebut mengira kalau ada orang lain yang membantu Seva, karena tembakannya begitu akurat.
Ray mendongakkan wajahnya, menatap Seva dengan geram, tangan kirinya perlahan meraih pistolnya yang jatuh ke tanah.
Dor!
Arghh!
Ray berteriak lagi ketika tembakan Seva mengenai tangan kirinya, sehingga pria tersebut hanya bisa tengkurap ditanah.
Ray baru menyadari, ternyata Seva sendiri yang menembak dirinya, membuat pria itu tidak bisa berkata-kata.
Selama ini Ray yakin kalau Seva tidak bisa menggunakan pistol, bahkan memegangnya saja ia gemetaran, tapi sekarang ia melihat Seva begitu lihai memegang senjata tersebut.
Ray mencoba untuk melihat Seva dengan seksama, ia menatap tidak percaya pria yang dulunya kurus kering itu sudah terlihat begitu kekar terlihat dari cetakan bajunya yang menempel ketat ditubuhnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Kenapa dia terlihat berbeda?" gumam Ray lirih sambil bertanya-tanya.
Seva menyeringai, ia berjalan mendekat ke arah Ray, jongkok dihadapan pria itu sambil menjambak rambutnya dengan tangan kiri.
"Bagiamana rasanya ditindas hah?!" tanya Seva sinis.
Ray tidak bisa berkata-kata, kini ia merasa takut dengan pria dihadapannya itu. Nalurinya mengatakan kalau sosok Seva yang sekarang sangatlah berbahaya.
"Cih, baru saja mendapatkan penyiksaan seperti ini, kamu sudah ketakutan? Aku yang kalian siksa sepuluh tahun terakhir masih bertahan sampai sekarang, sungguh ironis bukan?" ujarnya geram.
Seva memasukkan moncong pistolnya ke mulut Ray, membuat pria itu membelalakan mata lebar-lebar, mencoba untuk berontak.
"Sampai jumpa di neraka, Ray!"
Dor!
Sebuah peluru menembus kepala Ray, sehingga pria itu langsung tewas seketika di sana.
Seva tidak merasa bersalah sama sekali, ia melepaskan tangan kirinya dari rambut Seva dan beranjak berdiri.
"Ternyata kemampuan ini benar-benar masuk kedalam tubuhku!" gumamnya sambil mengepalkan tanga.
"Rondon! Tunggu kedatanganku, aku akan membunuhmu dan semua orang-orang mu!" ujar Seva penuh dengan kebencian.
Rondon merupakan pemimpin Gangster Ghost, pria itu yang menjadikan Seva sebagai pesuruh di kelompoknya. Karena itulah Seva begitu dendam terhadapnya, dengan kemampuannya yang sekarang ia akan melampiaskan semua amarahnya terhadap pria tersebut.
Seva pergi dari tempat tersebut untuk menyiapkan rencana balas dendamnya, sekaligus mencaritahu tentang System Dadu yang telah didapatkannya, agar bisa memaksimalkan anugrah yang didapatkannya itu.
Seva yang tidak memiliki tempat tinggal selain di kelompok Ghost, ia berjalan tanpa arah sambil sembunyi-sembunyi, padahal jikapun ia berjalan biasa saja tidak akan ada mengenalinya.
Pria itu berhenti disebuah gang dimana ia biasanya beristirahat ketika ada waktu luang.
"Sistem, bagaimana caranya aku mendapatkan hadiah lagi?" tanyanya memastikan.
Layar hologram kemudian muncul di hadapannya.
[ Tuan, setiap hari anda akan mendapatkan satu kali kesempatan mengocok Dadu, untuk hari ini anda sudah mendapatkan hadiah, jadi silahkan tunggu besok.]
"Hah! Jadi aku harus menunggu besok?"
[ Benar Tuan.]
Seva menghela napas tidak berdaya, sekarangpun ia tidak memiliki uang sepeserpun, ditambah dirinya yakin sedang menjadi buronan kelompok Ghost.
Seva hanya bisa pasrah saja dengan kehidupannya, ia harus bersabar menunggu besok untuk mendapatkan hadiah dari Sistem .
Pria itu bersandar Kedinding sambil menatap langit dengan pistol yang ia genggam di kedua tangannya.
"Sekalinya dapat keajaiban, aku harus menunggu sampai besok lagi, tapi tidak apalah, setidaknya sekarang aku sudah tidak lemah lagi! Lebih baik aku mencari makan dulu baru setelah itu mencari tempat berteduh!" gumamnya menyemangati diri sendiri.
Seva beranjak pergi dari sana untuk sekedar mencari makan, sambil menunggu Sistem besok akan memberikannya hadiah kembali.
Pria itu berjalan menyusuri pinggiran Kota Vox, karena hanya tempat tersebut yang jarang di lewati Kelompok Gangster Ghost.
"Cepat berikan uangmu mata empat!"
Tiba-tiba Seva melihat tiga orang yang sedang membentak pria berkacamata, mereka menodongkan senjata ke arah pria tersebut.
Pria berkacamata terlihat sangat ketakutan, ia dengan cepat mengeluarkan dompetnya. Ketiga pria itu langsung merampasnya dengan paksa, tidak sampai di situ saja ponsel pria berkacamata juga di rebut dengan paksa.
Bag
Bug
Brug
Pria berkacamata langsung tersungkur ketika ketiga pria itu menghajarnya, ia tidak bisa melawan sama sekali dan hanya bisa pasrah saja di pukuli mereka.
Seva yang menyaksikan hal tersebut, ia sangat marah, karena dirinya tahu kalau tiga orang itu merupakan Kelompok Ghost.
Dor!
Dor!
Dor!
Argh!
Ketiga orang tersebut merintih kesakitan ketika sebuah tembakan mengenai paha mereka, membuat ketiganya seketika langsung terjatuh ditanah.
"Kalian memang para sampah harus di musnahkan dari kehidupan ini!" terdengar suara dingin Seva.
Ketiga pria tersebut langsung menoleh, terlihat pria kekar sedang menatap mereka dengan sinis sambil menodongkan senjatanya.
"Siapa kau! Berani ikut campur urusan kami!" seru salah satu dari mereka.
"Hahahaha... kalian tidak mengenalku? Jangan bercanda!" teriak Seva geram.
Seva belum menyadari sama sekali kalau perawakannya telah berubah berkat evolusi dari Sistem, karena itulah ia marah saat kelompok Ghost tidak mengenalnya sama sekali.
Salah satu pria mengangkat senjatanya dengan cepat untuk menembak Seva, akan tetapi Seva melihat pergerakannya.
Dor!
Arghh
Pria itu meraung kesakitan ketika pergelangan tangannya di tembak Seva tanpa belas kasihan sama sekali.
Dor!
Dor!
Dor!
Seva langsung menembak kepala mereka bertiga sehingga langsung tewas seketika di sana dengan kepala berlubang.
Pria berkacamata yang melihat hal tersebut jelas saja ketakutan, ia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya itu.
Seva menghampiri mayat ketiga pria tersebut, ia tanpa ragu mengambil senjata mereka bertiga dan mengambil semua barang berharga mereka.
"Hei, ini punyamu?" tanya Seva ke pria Berkacamata menunjukkan ponsel dan dompetnya.
Pria itu menganggukkan kepala dengan raut wajah masih ketakutan. Seva memberikan dompet dan ponsel pria tersebut, sementara dirinya mengambil barang berharga ketiga orang tersebut.
"Cepat pergi dari sini sebelum teman-teman mereka datang," ucap Seva sambil bersiap pergi.
"Te-Terima kasih tuan!" ucap Pria itu langsung.
Seva hanya tersenyum, kemudian ia langsung pergi dari sana meninggalkan pria berkacamata itu sendirian.
Pria berkacamata menatap Seva yang mulai menjauh, ia mengingat dengan jelas wajah penolongnya tersebut, kemudian ia pun pergi dari sana.
...***...
Seva keluar dari minimarket setelah membeli beberapa botol minuman, snack dan Roti untuk mengganjal perutnya menggunakan uang hasil jarahannya.
"Ah... akhirnya aku bisa makan dengan bebas," ucapnya dengan mata berkaca-kaca sembari memakan roti dengan rakus didepan minimarket persis seperti gelandangan.
Pria itu tidak perduli sama sekali banyak orang yang keluar masuk melihatnya dengan aneh, baginya sekarang menikmati kebebasannya sangatlah berarti.
Pria itu menghabiskan beberapa bungkus roti sekaligus, mengingat dirinya tidak pernah makan dengan kenyang, sehingga membuatnya begitu lahapnya makan roti-roti yang dibelinya.
"Orggh... akhirnya kenyang juga," ucapnya sambil mengelus-elus perut.
Seva melihat belanjaannya masih banyak, pria itu beranjak dari duduknya setelah istirahat beberapa waktu membawa belanjaannya.
Ia berjalan ke arah tempat kumuh yang ada di kota Vox, karena di sana begitu banyak orang yang kekurangan makanan.
Ketika sampai ditempat kumuh itu, hari sudah menjelang malam, terlihat para gelandangan yang sedang membuat api unggun untuk mengusir dinginnya malam.
Seva menghampiri mereka yang sedang menyalakan api unggun. "Apa kalian mau ini?"
Para gelandangan itu seketika menoleh, mereka melihat Seva yang menawarkan roti di tangannya sambil tersenyum.
"Saya mau tuan! Tolong berikan untuk saya," ucap salah satu gelandangan.
"Saya juga mau tuan!"
"Saya juga!"
Seketika mereka semua berkerumun mengelilingi Seva. Pria itu mengulas sebuah senyum.
"Baiklah, kalian berbaris jangan berebut, nanti akan dapat semuanya!" seru Seva yakin.
Para gelandangan menganggukkan kepala, mereka semua berbaris seperti yang diperintahkan Seva.
Pria itu membagikan masing-masing satu dua bungkus Roti, mengingat Seva tadi belanja roti sangat banyak, jadi semuanya kebagian walau cuma satu bungkus roti saja.
Seva melihat ada satu keluarga yang memiliki dua orang anak yang kurus kering karena kekurangan gizi, jelas saja pria tersebut merasa tersentuh dan menghampirinya.
"Kalian sudah berapa lama tinggal di sini?" tanya Seva ramah.
"Kami sudah tinggal disini sepuluh tahun tuan, karena tidak bisa mencari pekerjaan yang layak, anak dan Istriku terpaksa saya ajak tinggal di sini," ucap si suami tidak berdaya.
Seva melihat Suami istri itu tidak memakan rotinya, mereka tampaknya menyimpan roti tersebut untuk anak-anak mereka.
Seva mengeluarkan uang dari sakunya, walau cuma seratus dolar saja, tapi Seva berharap itu bisa membantu mereka.
"Makanlah rotinya, ini ada uang tidak seberapa, buat beli roti lagi nanti, kalau ada rejeki lebih nanti aku datang kemari lagi, jaga anak kalian baik-baik," ucapnya sambil menepuk bahu si suami.
"Terima kasih banyak tuan!" ucapnya sambil akan bersujud di hadapan Seva. Namun, Seva segera menyuruhnya bangun.
"Jangan terlalu berlebihan, aku pergi dulu nanti aku kembali lagi," ucapnya seraya meninggalkan tempat tersebut.
Semua gelandangan mengucapkan terima kasih terhadap Seva, pria itu menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul.
"Andai saja aku di lahirkan menjadi orang kaya, aku pasti akan menolong mereka!" gumamnya geram sambil mengepalkan tangan.
Seva kini sadar, tujuannya bukan hanya membalaskan dendam dirinya saja, ia juga perlu memberikan bantuan kepada orang-orang yang kekurangan seperti mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!