Tahun itu seharusnya menjadi tahun yang sangat bahagia bagi Hans dan kakaknya.
Namun siapa yang menyangka jika itu adalah hari terakhirnya bersama dengan kakak tercintanya.
"Apa maksud mu? Kau akan meninggalkan aku? Disini, sendiri?" tanya Hans berurutan.
Seorang pria berusia 26 tahun berjalan mendekati Hans lalu menepuk bahunya dengan pelan.
"Hans, aku sudah lama merencakan semua ini. Aku minta maaf." Ucap laki-laki bernama Dave Edward.
"Kak, tapi.."
"Hans, tolong mengerti. Aku dan Carlos akan sering menghubungi mu. Aku juga akan memberimu uang setiap bulannya."
"Bukan itu yang aku inginkan kak." Ucap Han seraya berdiri di depan laki-laki yang dia panggil kakak.
"Hans, kau sudah dewasa. Kau pasti tahu kenapa aku mengambil pekerjaan ini."
Hans mengangguk pelan "Kak, apa kau tahu, apa kau tahu hari apa ini?"
Dave, kakak dari Hans terdiam. Sebenarnya dia tahu tentang hari apa yang saat ini adinya katakan, hanya saja dia tidak ingin mengingatnya.
"Aku lupa, dan aku harap kau juga bisa melupakannya Hans." Ucap Dave.
Mata Hans terasa panas, tangannya mengepal dengan kuat.
"Kau pembohong! Kau berjanji bahwa kau tidak akan pernah meninggalkanku. Kau berjanji kita akan memulai hidup baru seperti orang lain. Hidup dengan bahagia! Tapi apa ini?" Seru Hans seraya menatap kakaknya dengan tajam.
Air mata Hans jatuh, dia tidak percaya jika hari ini akan tiba.
"Hans..."
"Baik, pergilah! Pergi kemanapun kau ingin pergi. Pergi sejauh mungkin, agar aku tidak lagi merasa jika aku masih mempunyai seorang kakak di dunia ini!"
Setelah mengatakan itu, Hans pergi meninggalkan Dave.
Itu adalah pertemuan terakhir mereka berdua. Karena hari itu Dave pergi bersama dengan Carlos, sebab dia telah menerima tugas yang Carlos bawa padanya.
Saat itu Dave masih berharap jika mereka akan bertemu lagi. Tetapi sayangnya Dave terbunuh oleh sekawanan musuh, saat dia mencoba menyelamatkan Carlos.
Sejak saat itu, Carlos berjanji akan melindungi Hans untuk menebus hutang nyawanya pada Dave.
Selama lebih dari satu bulan setelah kematian kakaknya, Hans selalu di awasi oleh para pengawal yang Carlos perintahkan di dalam rumah milik Carlos.
Tetapi Hans berhasil kabur saat dia berjalan sendirian ke taman belakang rumah, yang ternyata menyatu dengan hutan belantara.
Dan selama lebih dari 3 tahun Carlos mencari dimana Hans berada, tapi dia tidak bisa menemukannya.
Sampai akhirnya dia menemukan Hans secara tidak sengaja, tengah berada di bawah tubuh seorang perempuan yang ingin m*lec3hkannya, dengan cara memberinya obat.
...----------------...
"Hans, kau akhirnya bangun. Aku sangat mengkhawatirkan mu." Ucap Carlos setelah melihat Hans membuka kedua matanya.
"Dimana ini, dan... Kau.."
Hans yang masih merasa pusing, memegangi kepalanya sambil duduk di atas ranjang.
Carlos hanya diam, dia membiarkan Hans merasa lebih baik terlebih dulu.
"S*al! Kepala ku pusing sekali." Ucap Hans dengan kesal.
"Apa kau mau meminum obat?" Tanya Carlos.
"Tidak."
Beberapa menit Hans merasakan sakit di kepalanya, dan setelah sakit itu mereda Hans menatap orang yang sejak tadi berbicara dengannya.
"Carlos." Gumam Hans sambil menatap orang yang ada di depannya saat ini.
Carlos menatap Hans. Ada rasa bahagia dan juga rasa bersalah pada adik dari teman baiknya yang telah mati karena melindunginya dulu.
"Maafkan aku Hans." Ucap Carlos dengan rasa bersalah.
"Hah? Kau berkata apa?"
"Maaf, karena saat itu aku...."
"Hahahaha! Kau sangat pandai bercanda, untuk apa kau meminta maaf, hah?"
Hans tertawa sangat keras, tawa itu sangat nyaring. Tapi terdengar seperti suara tawa yang memilukan, dan membuat merinding orang yang mendengarnya.
"Aku tahu kau pasti sangat membenciku, aku minta maaf karena...."
"Kau bilang apa? Maaf? Apa maaf mu bisa membuatnya kembali padaku? Apa maafmu bisa mengembalikan semua waktu dengannya padaku? Jawab aku Carlos Antonio!" Ucap Hans dengan begitu lantang.
Carlos terdiam, saat ini dia hanya bisa diam dan menerima semua kemarahan yang selama ini Hans pendam padanya.
"Jawab aku b*ngs4t!" Seru Hans sambil menatap Carlos dengan tajam.
Sudah lebih dari 3 tahun dia menahan semua kebencian, kemarahan dan juga emosinya. Karena dia tidak tahu, kepada siapa dia harus melampiaskannya.
"Jika saja waktu itu kau tidak datang membawa surat perintah dari orang itu, jika saja saat itu dia memilih tidak meninggalkanku, dan jika saja dia tidak melindungimu! Mungkin sekarang dia...."
Hans tidak melanjutkan ucapannya lagi. Dia benar-benar membenci Carlos dan orang yang memberikan surat perintah itu pada Carlos untuk kakaknya.
Hans sangat membenci mereka sampai ke tulangnya, dan akan membalas mereka semua, meski mereka adalah orang-orang yang dekat dan sudah baik terhadap kakaknya.
Dengan marah Hans berdiri dan pergi dari kamar itu, tetapi baru beberapa langkah kakinya keluar dari kamar itu, tubuhnya jatuh dan dia kembali tak sadarkan diri.
Carlos yang mengetahui itu segera berlari mendekati Hans, dan mengangkat tubuh Hans dengan hati-hati.
Dengan pelan Carlos membaringkan tubuh Hans di atas ranjang.
"Aku akan membuat perhitungan pada wanita sialan yang sudah berani membuat Hans seperti ini." Ucap Carlos dengan tangan mengepal.
...----------------...
"Sudah dua hari aku berada disini, s*al sekali aku bertemu dengan wanita itu." Ucap Hans yanh saat ini duduk di atas balkon kamar yang dia tempati.
Sebenarnya Hans sangat ingin keluar dari rumah itu, tetapi akibat dari obat yang di berikan padanya dua hari kemarin, membuat tubuhnya masih lemas.
Walaupun dokter sudah memberikan obat padanya, tapi dokter sendiri tidak tahu kenapa tubuh Hans belum stabil. Dan Hans hanya bisa menunggu beberapa hari, agar tubuhnya sembuh seutuhnya lalu pergi dari rumah itu.
Saat Hans termenung, dia melihat seorang wanita yang sedang di paksa masuk kedalam rumah yang tidak jaih dari rumah Carlos.
Hans yang tidak ingin ikut campur berdiri bermaksud untuk masuk kedalam kamar, namun sebelum dia masuk, dia melihat kembali rumah itu.
Mata Hans terbuka lebar saat tahu siapa wanita yang di paksa masuk kedalam rumah itu.
"Adaline Wilson." Gumam Hans.
Kedua tangan Hans mengepal, dan matanya menatap dengan tajam ke arah rumah yang tidak jauh dari rumah Carlos itu.
"Keluarga Wilson, akhirnya putrimu akan lenyap." Ucap Hans yang masih menatap tajam kearah rumah itu.
Hans melihat Adaline yang di paksa masuk itu jatuh diatas lantai, karena dia berusaha memberontak. Namun dia tetap di paksa masuk oleh beberapa orang meski Adaline berteriak.
Saat itu entah mengapa ada perasaan yang sulit di artikan oleh Hans, ketika melihat Adeline berteriak kesakitan.
"Apa ini? Harusnya aku senang karena akhirnya anak dari keluarga Wilson tersiksa. Tapi kenapa aku..."
Belum selesai Hans berpikir, dia mendengar jeritan dari arah rumah itu.
Hans melihat Adeline tersungkur sambil memegangi pipinya. Mungkin salah satu orang disana telah memukulnya.
Hans dengan cepat berjalan keluar dari kamar.
"Tuan Hans anda mau pergi kemana? Tuan Carlos tidak mengijinkan anda keluar." Cegah seorang pengawal.
Hans berhenti lalu menatap pengawal itu "Kau bisa berkelahi?" Tanya Hans tiba-tiba pada pengawal itu.
"I..Iya."
"Berapa banyak yang bisa kau tumbangkan seorang diri?"
"Tu...Tuan Hans."
"Jawab saja."
"Enam...Mungkin enam sampai delapan orang."
"Itu cukup. Ikut aku."
"Tapi tuan Hans...Anda..."
"Katakan pada Carlos aku akan memaafkan dia, kalau dia membantuku menyelamatkan seseorang di rumah itu."
Hans menunjuk rumah yang tidak jauh dari rumah dimana dirinya berada.
Pengawal itu melihat kearah tangan Hans menunjuk.
"Itu... Itu salah satu rumah milik tuan Wilson."
"Lalu?"
"Tidak ada yang bisa menerobos rumah itu, tuan."
"Omong kosong! Katakan saja kalau kau takut, aku akan kesana sendirian."
"Tunggu tuan Hans...Saya...."
"Apa?"
Pengawal itu diam, dia benar-benar tahu siapapun tidak bisa sembarangan masuk kedalam rumah itu.
"Katakan apa?" Tanya Hans dengan suara meninggi.
"Saya...."
"Ada apa ini?"
Hans dan pengawal itu menoleh pada sumber suara yang berbicara tadi. Disana Carlos berdiri membawa sebuah kantong plastik.
"Tuan Carlos." Ucap pengawal tadi.
"Bawa ini."
Carlos memberikan kantong plastik tadi pada pengawalnya.
Dengan cepat pengawal itu mengambil dan membawa kantong plastik itu ke dapur.
"Ada apa Hans? Apa kau merasa sudah lebih baik." Ucap Carlos.
"Itu bukan urusanmu."
Carlos hanya bisa diam, dia tahu Hans masih belum bisa menerimanya sebagai pengganti kakaknya yang sudah meninggal.
Hans berlalu begitu saja melewati Carlos, dia berjalan kearah luar.
"Kau mau kemana Hans?" Tanya Carlos mencoba mengikuti Hans.
Hans tidak menggubris pertanyaan dari Carlos.
"Kau tidak akan pernah bisa keluar dari rumah ini. Jadi sia-sia kau seperti itu." Ucap Carlos dengan keras.
Hans berhenti lalu membalikkan tubuhnya dan menatap tajam Carlos.
"Kau sudah membuatku kehilangan kakakku, dan sekarang kau berusaha untuk mengurungku, Carlos Antonio!" Seru Hans sambil menatap Carlos dengan tajam.
"Bukan begitu Hans, dengarkan aku."
"Aku tidak butuh penjelasan darimu."
Carlos menghela nafas berat, dia tidak tahu harus berkata apa lagi pada Hans.
"Hans..."
"Cukup!"
Baru saja Hans melangkahkan kakinya, sebuah teriakan kembali terdengar dari arah rumah itu.
Carlos pun mendengar teriakan itu, namun dia bersikap biasa saja.
"Apa kau mendengarnya?" Tanya Hans.
"Ya, lalu?"
"Kau tahu bukan? Kau tahu teriakan siapa itu."
"Itu adalah teriakan dari putri satu-satunya keluarga Wilson, Adaline Wilson."
Hans melihat baik-baik raut wajah Carlos. Dia merasa heran, karena yang dia tahu jika Carlos adalah salah satu dari pengawal berani mati keluarga Wilson.
Carlos menatap Hans, dia tahu apa yang ada dalam pikiran Hans saat ini.
"Duduklah, aku akan memberitahu mu sesuatu." Ucap Carlos dengan pelan.
Hans yang ingin tahu, mengikuti apa yang Carlos katakan. Dia pun duduk di sofa yang berada di seberang Carlos.
"Hans, kau pasti tahu bagaimana kakakmu meninggal." Ucap Carlos pada Hans.
"Iya."
"Hmm. Sebenarnya, waktu itu seseorang sudah mengincar nyawa kakak mu di negara XX. Awalnya nona muda Wilson tidak mengizinkan Dave untuk ikut mengawalnya, karena dia tidak mau kakakmu terluka."
Carlos menyenderkan tubuhnya ke belakang, dan menatap Hans yang tentu masih ingin mendengarkan cerita dari Carlos.
"Kau tahu Hans, apa yang kakakmu katakan waktu nona muda Wilson tidak mengijinkannya ikut?" Tanya Carlos.
Hans menggelengkan kepalanya
"Kakakmu berkata, jika dia sudah menandatangani surat perjanjian dengan tuan besar Wilson. Dan di dalam surat perjanjian itu menyangkup hidup dan mati mu, Hans." Ucap Carlos lagi.
"Apa maksud mu? Kenapa itu menyangkut kehidupan ku?"
"Itu karena.... Dia menukarkan nyawanya untuk nyawamu."
Hans terkejut, tetapi dia juga maaih bingung dengan apa yang Carlos katakan.
"Sebenarnya, dulu yang terpilih menjadi pengawal berani mati adalah dirimu, Hans. Tapi saat itu kau masih terlalu muda dan kakakmu tidak mau kau bertarung, juga berlumuran darah di usia yang masih muda. Lalu dia menandatangani surat perjanjian, jika dia rela menyerahkan hidupnya untuk menggantikan posisi mu. Dan jika dia tidak mau memenuhi perintah yang tuan besar berikan padanya, maka kau yang akan melakukannya. Karena itu, kakakmu memilih pergi meninggalkan mu. Dia tidak mau kau yang pergi keluar untuk mengawal nona muda ke negara XX itu, Hans."
Hans diam, dia mencoba memahami semua yang telah Carlos katakan.
Tiba-tiba suara tawa menggema di ruangan itu, membuat Carlos dan orang-orang yang mendengarnya merasa merinding.
"Omong kosong apa yang kau katakan padaku Carlos? Apa dengan cara berbohong seperti itu kau ingin mendapatkan maaf dariku, hah? Hahaha!" Ucap Hans dwngan keras.
"Hans dengarkan aku, aku tidak...."
"Cukup! Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi."
Hans berdiri dengan gontai, tubuhnya seolah lemas seketika. Entah karena kebenaran yang sudah dia dengar dari Carlos, atau karena dia tidak bisa menerima semua kebenaran itu.
Carlos menatap Hans penuh rasa khawatir. Dia tahu benar bagaimana Hans dulu saat tahu jika Dave telah meninggal.
Dan sekarang Hans mengetahui jika ternyata Dave meninggal karena harus melindunginya.
Hans berjalan keluar, hatinya terasa hancur. Air mata yang sudah lama kering kini tanpa seizinnya keluar begitu deras.
"B0doh, dasar Dave bod0h!!!!!!" Teriak Hans dengan keras.
Carlos yang mendengar teriakan itu dari dalam rumah hanya bisa diam, dan membiarkan Hans melepaskan semua perasaannya.
"Kenapa, kenapa kau tidak pernah berkata padaku, Kenapa? Bukankah kau bilang jika aku adalah adik terbaikmu?" Seru Hans dengan geram.
Hans terduduk di atas lantai, dia menangis seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya.
Tangisan yang kembali menyayat hati, yang pernah Carlos dengar saat Hans kehilangan Dave, kakaknya.
Hans memukuli lantai, meluapkan semua emosinya hingga tangannya berdarah.
"Dave, kau sangat bod0h! Katakan padaku, bagaimana aku bisa menjadi adik yang baik, jika aku tidak bisa melindungimu? Dave jawab aku!!" Hans berteriak tanpa henti sambil menangis.
Carlos berjalan mendekati Hans yang duduk di sampingnya, dia melihat tangan Hans yang penuh dengan darah, karena memukuli lantai berulang kali.
"Hans."
Hans menatap Carlos dengan mata merahnya, air matanya terus mengalir.
Carlos yang merasa ikut bersedih, memeluk tubuh Hans.
Hans menangis dalam pelukan Carlos, dia terisak hebat dalam pelukan laki-laki yang berusia hampir 40 tahun itu.
"Maafkan aku, karena telah menyembunyikan semuanya. Aku tidak ingin kau terus menyalahkan dirimu sendiri karena perjanjian yang Dave lakukan." Ucap Carlos.
"Dia... Dia kakak yang bodoh."
"Iya.. Iya kau benar, Dave adalah kakak yang bodoh."
Hans terus menangis hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri dalam pelukan Carlos.
"Panggilkan dokter sekarang, cepat!" Seru Carlos pada pengawalnya.
Carlos membawa tubuh Hans kedalam kamar. Tubuh Hans yang terlihat lebih kurus dari beberapa tahun saat dia menjemput Dave dulu.
Entah kehidupan seperti apa yang sudah Hans alami selama beberapa tahun ini. Sehingga tubuh yang dulu begitu bagus menjadi kurus dan ringan.
"Maafkan aku Dave, karena aku memberitahu yang sebenarnya pada Hans." Gumam Carlos sambil menatap Hans yang saat ini telah berada diatas ranjang.
Carlos adalah satu-satunya orang yang dekat dengan Dave. Dia juga orang kepercayaan Dave, sehingga Dave rela menggunakan tubuhnya untuk melindungi Carlos waktu itu.
"Aku akan melindunginya, aku sudah berjanji dan bersumpah padamu Dave. Dan apapun yang terjadi, aku akan menepatinya." Ucap Carlos lagi.
Bagi Carlos, nyawa yang masih berada pada dirinya ini adalah nyawa Dave, dia sungguh berhutang nyawa pada teman baiknya itu. Dan tidak akan bisa di bayar oleh apapun juga.
Carlos meninggalkan kamar Hans setelah dokter memeriksa dan memberitahu kondisi Hans. Dan membiarkan Hans beristirahat disana.
"Awasi Hans, jangan biarkan dia melukai dirinya sendiri. Jika terjadi sesuatu padanya langsung hubungi aku." Ucap Carlos pada anak buahnya.
"Baik tuan."
Carlos berjalan pergi meninggalkan rumah, dia masih harus mengurus ratusan anak buah yang ada dibawah pelatihannya.
Selain itu Carlos juga harus mengurus anak buah yang di tinggalkan oleh Dave.
Mereka tidak akan berlatih dengan orang lain selain dengan Dave atau Carlos, jadi terpaksa Carlos harus mengambil dua tanggung jawab sekaligus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!