NovelToon NovelToon

Mantan Suamiku Ternyata Bosku

Menolak Pernikahan

Satu tamparan melayang keras di pipi Vany saat ia menolak untuk menikah dengan pria tua yang sudah berumur 50 tahun dan sudah memiliki dua orang istri.

"Vany, kamu harus menikah dengan Pak Yosep, jika tidak paman akan masuk penjara."

"Mengapa Paman mengorbankan Vany? Jika Paman masuk penjara itu karena hutang-hutang Paman sendiri, mengapa Vany yang harus membayarnya dengan masuk ke dalam neraka itu."

"Neraka? Apa maksudmu neraka? Pak Yosep adalah orang terkaya di kampung ini, kamu akan diberi kenyamanan saat menjadi istrinya. Lihatlah banyak orang yang ingin menjadi istri ketiganya. Namun, Pak Yosep menolak dan memilihmu."

"Tidak! Vany tak mau, Paman!" tolak Vany.

"Vany, kamu itu tak tahu balas budi. Kami yang membesarkanmu selama ini sejak kamu masih berusia 5 tahun sampai kamu sebesar ini, jika bukan karena kami mungkin sekarang kamu sudah terlantar di jalan."

"Tapi apa salah Vany, Bi. Kenapa Bibi harus memaksa Vany menikah dengan orang seperti dia, itu sama saja Bibi menjual Vany kepadanya. Mengapa kita tak mencari cara lain untuk membayar hutang kepada mereka?"

"Kamu ingin membayar hutang pamanmu pakai apa, Vany? Hutang pamanmu itu sebesar 20 juta dan jika sampai besok paman tak memberi jawaban, pamanmu akan dibawa ke kantor polisi, mereka orang yang mempunyai nama, jika paman sampai berurusan dengan polisi sudah dipastikan pamanmu akan masuk penjara dan rumah ini pasti akan mereka sita. Kita mau tinggal di mana?"

"Kita bisa tinggal di rumah Ningsih, kan Bi?"

1 tamparan lagi kembali mendarat di pipi mulus Vany, jika tadi tamparan datang dari pamannya kini sebuah tamparan keras itu datang dari bibinya.

"Dasar anak tak tahu diri! Ningsih sudah hidup bahagia dengan keluarganya, mengapa kita harus membebaninya. Pokoknya bibi nggak mau tahu kamu harus setuju, mau tak mau kamu harus menikah dengan Pak Yosep. Apa susahnya sih menikah dengannya, kamu adalah istri ketiga, kamu bukan hanya sendiri yang melayani si tua bangka itu. Kamu tenang saja, Pak Yosep pasti memberikan kemewahan padamu saat di sana, dia pasti lebih menyayangimu dari istri pertama dan keduanya karena kamu sangat cantik dan masih muda."

Vany tetap menggeleng sambil memegang kedua pipinya yang terasa panas, bekas tamparan pamannya juga masih terasa di pipinya kini ditambah lagi tamparan dari bibinya.

Vany berlutut memohon kepada paman dan bibinya agar tak dijodohkan, lebih tepatnya dijual pada pria tua yang memang sengaja memberi hutang pada pamannya itu, di mana sejak dulu pria tua itu sudah menawarkan untuk menjadikannya istri ketiga. Namun, Vany selalu menolaknya. Sepertinya dia sengaja menggunakan trik dengan memberikan hutang kepada pamannya agar ia tak punya pilihan lain selain menjadi istrinya. Namun, Vany bukanlah orang yang sepatuh itu, ia akan melakukan apa saja agar tak menjadi istri dari pria tua itu, walau ia harus pergi dari rumah meninggalkan pamannya, tak peduli jika pamannya harus dipenjara atau tidak.

Sejak kecil walau ia dibesarkan oleh paman dan bibinya. Namun, ia tak pernah merasakan kasih sayang dari mereka, ia selalu mendapat perlakuan yang beda dari kedua anak dari paman dan bibinya yang sekarang keduanya sudah menikah di usia mereka masih di bawah 20 tahun, mereka menikah dengan pengusaha yang ada di kampung mereka. Bagi kedua orang tuanya, asal anak-anaknya sudah lulus SMA mereka akan mencarikan calon. Suami untuk anak-anak mereka. Namun, jika kedua anak pamannya itu mencarikan pria yang tepat untuk mereka, tapi tidak dengannya. Mereka bukannya mencarikan kebahagiaan untuknya, pamannya justru ingin menjerumuskannya ke dalam kesengsaraan, memberikannya kepada pria tua bangka yang sudah bau tanah itu untuk dijadikan istri ketiga, hanya untuk agar hutangnya sebesar 20 juta akan dianggap lunas.

Malam hari Vany berpikir keras apa yang harus dilakukannya agar bisa terbebas dari semua itu, setelah memikirkan banyak hal. Namun, Vany tetap saja tak menemukan jalan keluar.

"Apa yang harus aku lakukan, aku tak mau jadi istri pria bau tanah itu." Vany bersandar pasrah hingga ia tak sengaja melihat tas ransel yang ada di atas lemarinya, pikiran Vany kemudian membawanya untuk sebaiknya dia kabur saja.

Vany dengan terburu-buru memasukkan beberapa pakaiannya dan juga ijazah SMAnya ke dalam tas ranselnya tersebut, Vany melihat uang yang ada di dompetnya, hanya ada uang Rp 200.000, itu cukup untuk ongkosnya pergi ke kota. Ia akan pergi kekota dan akan memikirkan lagi bagaimana caranya mendapatkan uang setelah ia sampai di sana, hal yang penting malam ini dia harus pergi dari rumah itu.

Vany terus menunggu hingga keadaan rumahnya aman, sesekali ia menempelkan telinganya di daun pintu kamarnya, memastikan jika paman dan bibinya sudah tak ada di ruang tengah dimana sejak tadi mereka ada di sana dengan membicarakan pernikahannya dengan kakek tua itu.

Begitu memastikan sudah tak ada suara lagi, Vany langsung menggendong tas ranselnya, ia melihat jam yang ada di ponselnya jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam, sepertinya ini waktunya ia pergi.

Vany dengan sangat hati-hati berjalan melewati pintu kamar paman dan bibinya, ia tak boleh ketahuan karena jika sampai ia ketahuan bisa dipastikan ia tak akan punya kesempatan untuk kabur lagi, pamannya pasti akan lebih waspada dan memastikan agar ia benar-benar menikah dengan pria sialan itu.

Vany bernapas lega saat melihat kunci tergantung di gagang pintu, ia pun dengan sangat hati-hati memutar kunci tersebut untuk membuka pintu, sesekali ia menoleh ke arah pintu kamar paman dari bibinya, memastikan jika apa yang dilakukannya tak diketahui oleh mereka.

Vany memejamkan mata dan menggigit erat bibirnya saat ia memutar kunci dan terdengar suara di sana, dengan cepat ia kembali menoleh dan memastikan semuanya aman.

Vany menunggu sejenak, setelah dirasa aman ia pun kembali perlahan memutar gagang pintu, menarik pintunya dengan hati-hati agar terbuka tanpa menumbulkan suara, ia berhasil. Dengan hati-hati Vany keluar.

Vany bernapas lega setelah ia sudah berada di luar, sekarang ia tinggal menutup pintunya lagi .

Namun, saat Vany akan menarik pintunya ia mendengar suara pintu kamar dibuka. Vany menghentikan gerakannya. Ia mendengar suara langkah yang keluar dari kamar tersebut, Vany semakin menegang saat mendengar suara batuk dari pamannya sedangkan pintunya belum tertutup sempurna.

Ngajak Nikah

"Dasar Vany! Ia masuk rumah tanpa menutup pintu, bagaimana jika ada yang masuk," ucap paman Vany kemudian menutup pintu tersebut, ia mengira Vany masuk ke rumah dan membiarkan pintunya terbuka.

Vany bernapas legah saat melihat pintu itu tertutup rapat dan mendengar suara langkah kaki pamannya menjauhi pintu tersebut, dengan cepat Vany berlari meninggalkan rumah itu ia berlari sekencang mungkin tanpa berbalik lagi ke arah rumah pamannya, ia akan pergi ke terminal malam ini juga. Ia akan pergi sejauh mungkin dari rumah pamannya.

Entah apakah ada bus yang berangkat ke kota di jam seperti ini. Namun, ia tetap berlari menuju ke stasiun tersebut. Tiba-tiba karena tak melihat jalan dan kurang berhati-hati Vany ditabrak oleh sebuah mobil, lebih tepatnya Vany yang menabrak mobil tersebut.

Vany terpental ke bahu jalan, ia memegang lututnya yang terasa sakit.

"Awww," pekik Vany saat mencoba untuk berdiri dan meresakan sakit, ternyata tabrakan tadi membuat cedera pada lututnya.

"Anda tak apa-apa, Nona?" tanya seorang pemuda yang keluar dari mobil tersebut, Vany melihat penampilan pemuda itu dari bawah hingga atas.

Pria tamoan dan berjas lengkap dan keluar dari mobil mewah, ia yakin jika pria yang menabraknya itu adalah orang kaya.

"Iya nggak papa, tapi lutut saya sakit, sepertinya saya tak bisa berjalan. Bisakah Anda menolong mengantar saya ke terminal?"

"Terminal? Anda ingin ke mana?"

"Saya ingin ke kota, tolong antar saya ke sana," ucap Vany sesekali ia melihat ke arah rumah pamannya yang masih terlihat dari tempatnya saat ini berada, ia takut jika sampai pamannya atau ada orang yang melihatnya ada di luar rumah dan dengan ransel yang dibawanya di tengah makan seperti ini, terlebih lagi karena kehadiran pria itu mungkin saja bisa memancing orang untuk melihat ke arahnya.

"Baiklah, tentu saja kebetulan aku juga ingin ke arah sana," ucap pria tersebut kemudian memapah Vany untuk naik ke dalam mobilnya. Vany yakin pria itu adalah pria yang baik dan bisa dipercaya, terlihat dari setelan jas yang rapi dan juga ia berhenti saat tadi menabraknya, jika dia bukan orang baik di tengah malam seperti itu menabrak seseorang mungkin dia akan memilih untuk meninggalkannya.

Vany bernapas lega saat mobil itu sudah melaju pergi, ia berbalik melihat rumah paman dan bibinya yang selama ini ditempatinya, ia tak ingin kembali lagi ke rumah itu biarlah pamannya masuk penjara karena hutang-hutang yang dimilikinya, ia sama sekali tak mau menjadi gadis pelunas hutang.

Namun, di saat mereka sudah hampir sampai di terminal, segerombolan orang mencegat mobil mereka.

"Ayo turun!" ucap seseorang dari mereka memukul kaca mobil tersebut.

"Jangan turun, ayo cepat bawa aku ke terminal," ucap Vany yang mengenal salah satu dari orang yang mencegahnya, itu adalah orang-orang pak Yosef, sepertinya apa yang dilakukannya malam ini telah diketahui oleh pak Yosef. Apakah pria tua bangka itu terus mengawasinya selama ini.

"Ayo turun," ucap salah satu dari mereka lagi yang masih mengetuk mobil Agam.

Orang itu bernama Agam, pria kota yang datang ke kampung itu karena urusan bisnis, sebenarnya ia ingin ke kampung lain. Namun, karena ia tak mengetahui jalan ia malah kesasar ke kampung tersebut.

"Jangan keluar, ayo kita pergi dari sini," ucap Vany menahan Agam saat Agam terlihat ingin membuka pintu.

"Siapa mereka? Apa kamu mengenalnya?" tanya Agam membuat Vany pun mengangguk.

"Mereka orang-orang suruhan pak Yosep, pria tua yang mempunyai istri dua. Pamanku ingin menikahkanku pada mereka karena pamanku memiliki hutang sebesar 20 juta rupiah, aku tak mau menikah dengannya aku mohon bawah aku pergi dari sini, aku tak mau jadi istri ketiga," ucap Vany yang kini sudah berlinang air mata, bayangan dirinya menjadi istri dari pak Yosep membuatnya tak bisa menahan air matanya.

Dari situasi yang dia hadapi saat ini, sepertinya ia tak akan bisa kabur lagi, bahkan anak buah pak Yoshep sudah menghalangi dan mengepung mobil mereka.

"Vany, ayo keluar!" ucap pamannya yang menggedor pintu mobil sambil mengintip masuk. Vany yang duduk di samping jok tersebut hanya menutup telinganya, ia benar-benar tak tahu harus berkata apa, ia tak ingin menikah dengan pria tua itu. Vany hanya bisa menangis membuat Agam bingung harus berbuat apa.

"Apa jika kamu bisa membayar hutang pamanmu sebesar 20 juta itu kamu tak akan dinikahkan?" tanya Agam membuat Vany yang tadinya menutup telinga dan menangis mendongak mendengar perkataan Agam kemudian ia kembali tersentak kaget saat pamannya kembali membentaknya.

Vany melihat ke arah Agam. Ia pun mengangguk dengan lelehan air matanya.

Agam mengambil tas yang ada di jok belakang dan memberikan uang sebanyak 20 juta case, bagi Agam uang 20 juta bukanlah uang yang banyak, ia kasihan melihat Vany yang terlihat ketakutan.

"Apa ini, Pak?" tanya Vany yang sudah memegang uang 20 juta, uang tumpukan Rp100.000 yang diikat 2 bagian masing-masing senilai 10 juta.

"Ambil uang itu, berikan kepada pamanmu agar dia bisa membayar hutangnya dan kamu tak harus menikah dengan orang yang kamu katakan tadi, jika kamu memang tak setuju."

"Tapi, Pak. Mengapa Bapak mau menolongku?"

"Aku hanya kasihan padamu, ambillah uang itu."

"Terima kasih, Pak. Aku janji akan segera mengembalikannya," ucap Vany membuat Agam pun hanya mengangguk, ia tak masalah Vany mengembalikannya atau tidak. Namun, jika memang Vany ingin mengembalikannya ia sama sekali tak masalah yang terpenting masalah mereka cepat selesai, ia juga tak ingin berurusan dengan mereka.

Vany ingin turun. Namun, Vany kembali mengurungkan niatnya dan melihat ke arah Agam.

"Bapak, mau kah Bapak menikahiku?" tanya Vany membuat Agam terkejut.

Pernikahan Dadakan

"Apa maksudmu menikah?" tanya Agam terkejut dengan permintaan Vany yang mendadak apalagi dalam situasi mereka saat ini, di mana orang-orang di luar seolah siap untuk memberi mereka pelajaran. Agam bisa melihat jika mereka membawa tongkat di tangan mereka masing-masing.

"Iya, Pak. Aku mohon nikahi aku, Pak. Aku tak masalah jika bapak menikahiku hanya satu minggu saja, atau bahkan satu hari, yang penting bapak bisa membawaku pergi dari kampung ini. Pakai uang ini untuk mahar, berikan kepada pamanku dan katakan Jika Bapak ingin menikahiku dan menggantikan uang Pak Yosep," mohon Vany mengatupkan kedua tangannya dengan masih memegang uang 20 juta yang ada di tangannya.

"Tidak, aku tak mau ikut dalam masalah kalian. Kamu selesaikanlah masalahmu dengan mereka. Aku sudah memberikanmu uang 20 juta itu carilah jalan keluar lainnya."

"Tidak, Pak. Jika aku memberikan uang 20 juta ini kepada pamanku dan pamanku berhasil membayar hutangnya, tidak berarti aku sudah terbebas dari mereka. Bisa saja pamanku kembali meminta uang lebih pada pria tua itu agar bisa menikahkanku dengannya. Pamanku pasti akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan uang, termasuk menjualku, Pak."

Agam berpikir sejenak. Apakah ia harus menolong wanita yang ada di depannya saat ini yang tengah menangis tersedu-sedu atau memilih meninggalkan wanita itu dengan uang 20 juta yang sudah diberikannya, menurutnya memberikan uang 20 juta sudah merupakan lebih dari cukup untuk kecelakaan yang tadi mereka alami. Lagi pula luka gadis itu tak begitu parah hingga ia harus bertanggung jawab dan menikahinya. Ia hanya mengalami luka kecil dan dalam beberapa hari saja pasti sudah sembuh.

"Aku janji, Pak. Aku tak akan mengganggu kehidupan Anda kedepannya. Cukup nikahi aku dan bawa aku pergi dari sini, setelahnya kita akan berpisah. Anda bisa mengucapkan kata talak dan kita selesi. Aku sangat berterima kasih jika Bapak mau melakukan hal itu padaku, tolong Pak selamatkan aku dari sini. Jika Bapak tak melakukannya dan benar pamanku akan kembali memaksaku untuk menikahi pria tua itu walaupun telah memberikan uang ini padanya, aku akan mengakhiri hidupku saat itu juga, Pak. Aku akan mencari Bapak setelah aku tiada."

"Ya ampun kenapa kamu membawaku dalam masalahmu. Baiklah, aku akan coba melakukan apa yang kamu minta. Aku akan mengatakan kepada mereka jika kita memiliki hubungan dan aku ingin menikahimu. 20 juta itu akan aku menambahkan 10 juta lagi," ucap Agam kembali mengambil uang dalam tasnya, "Uang 30 juta ini akan aku jadikan mahar. 20 juta untuk membayar hutang pamanmu 10 juta lagi terserah pamanmu mau menggunakan untuk apa. Bagaimana?"

"Iya, Pak. Terima kasih banyak, aku yakin pamanku akan setuju apalagi dia sudah mendapatkan untung 10 juta. Aku akan mengganti uang bapak walau harus mencicilnya."

"Dia itu pamanmu atau musuhmu? Kenapa dia terdengar seperti mucikari yang menjualmu kepada pria tua yang kau maksud?"

"Sangat panjang jika dijelaskan, pak. Sebaiknya kita keluar sekarang dan Bapak mengatakan apa yang tadi Bapak katakan. Lihatlah mereka bahkan sudah hampir merusak mobil Bapak," ucap Vany yang melihat mereka masih terus menggoyang-goyangkan mobil tersebut agar mereka keluar.

"Ya sudah, tapi jika aku sudah melakukan hal yang tadi kita rencanakan, tetapi pamanmu tetap tak setuju kamu jangan meminta lebih lagi dariku. Aku ingin segera pulang, aku banyak urusan!"

"Iya, Pak. Tentu saja," ucap Vany mengangguk yakin. Ia yakin keserakahan pamannya pasti akan mengizinkan mereka menikah dan mengizinkan suaminya membawanya pergi dari kehidupannya, dengan begitu beban mereka akan berkurang dan mendapat untung dari sisa uang yang akan didapatkannya.

Keduanya pun keluar dari mobil, begitu Vany keluar ia langsung ditarik oleh pamannya.

"Dasar ya kamu, tak tahu di untung. Berani-beraninya kamu mencoba kabur dari paman, Ha!" ucap paman kemudian ingin melayangkan tamparan ke wajah Nany. Namun, vany langsung menyembunyikan wajahnya dibalik kedua tangannya, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan yang memegang dua ikat uang yang tadi diberikan Agam.

"Uang? Uang siapa itu?" tanya Paman dengan tangan yang tergantung di udara siap untuk menampar Vany.

Vany yang menyadari apa yang dikatakan pamannya langsung menyembunyikan uang itu dibalik badannya.

Agam langsung menghampirinya.

Mereka semua yang ada di sana melihat ke arah Agam, termasuk Pak Yosef yang baru saja datang dan menatap Vany dengan tatapan kesal saat Vany memegang lengan pemuda tampan yang ada di sampingnya itu.

"Vany siapa dia?" tanya paman.

Vany menyikut lengan Agam untuk menjawab.

"Saya kekasihnya Vany, kami sudah menjalin hubungan cukup lama dan Saya dengar Anda ingin menikahkannya dengan orang lain. Saya tidak terima akan hal itu," ucap Agam.

"Aku pamannya. Aku yang membesarkannya dan aku berhak untuk menikahkannya dengan siapa saja yang aku mau."

Agam mengambil uang yang ada di tangan Vany dan menggabungkannya dengan uang yang ada di tangannya, kini ia sudah memiliki uang 30 juta dan menyodorkannya kepada Paman Vany.

"Aku dengar dari Vany jika Anda memiliki hutang dan akan membayarnya dengan menikahkan Vany dengan seseorang. Aku akan membayar hutang Anda, ini uang 30 juta dan saya harap Anda bisa merestui hubungan kami. Aku ingin menikahi Vany dengan uang 30 juta ini sebagai maharku. Bagaimana?"

"Tidak bisa! Vany tetap akan menikah denganku!" ucap pak Yosep tak terima.

"Paman, jika Paman tak merestu hubungan kami dan tetap memaksaku untuk menikah dengan pria tua ini. Akan aku pastikan jika hanya jasadku yang akan menjadi pengantinnya," ucap Vany menata pamannya dengan wajah kesal dan mata memerah.

Paman Vany berpikir, jika Vany sampai benar melakukan semua itu dan meninggal. Ia akan kembali mendapat masalah dan sudah dipastikan hutang nya pada Pak Yosep tak akan dianggap lunas dan mungkin bahkan Pak Yosep akan menyita tanah dan juga rumahnya. Namun, jika dia mengizinkan Vany untuk menikah dengan kekasihnya itu bukan hanya ia bisa terbebas dari hutang, akan tetapi juga mendapatkan untung.

"Baiklah, aku akan menikahkan kalian," ucap Paman Vani yang langsung mengambil uang 30 jt yang ada di tangan Agam.

"Tidak! Vani harus menikah denganku. Anda memiliki hutang yang harus Anda bayar!"

"Utangku hanya 15 juta kepada Anda dan bunganya 4 juta rupiah ini aku genapkan menjadi 20 juta. Aku rasa itu cukup untuk melunasi hutang-hutangku dan aku sekarang aku tak memiliki hutang lagi pada Anda," ucap paman Vany memberikan uang 20 juta kepada pak Yosep kemudian memasukkan uang 10 juta ke dalam sakunya.

"Ayo nak Vani, kita pulang. Sebaiknya kalian menikah besok pagi. Paman sudah bicara pada penghulu dan ia akan datang besok pagi jam 09.00."

Mendengar itu Vany berdecak kesal, ternyata pamannya bahkan sudah menyiapkan semuanya walau ia belum setuju untuk menikah dengan pria tua itu, bahkan pamannya sudah membuat janji dengan penghulu.

"Tidak! Saya ingin menikah dengan Vani malam ini juga dan saya akan membawanya pergi malam ini dari sini."

"Malam ini juga?" tanya paman Vany terkejut menatap Agam dan juga Vany secara bergantian.

"Iya, malam ini juga. Saya tak mau menundanya hingga besok. Lihatlah pria tua ini punya banyak anak buah, saya tak ingin celaka dengan menginap di kampung ini dan bisa menggagalkan pernikahan kami jika ditunda," ucap Agam melihat para bawahan pria tua itu yang mengelilinginya dengan tongkat di tangannya.

Beruntung ada beberapa warga yang juga ikut menyaksikan apa yang saat ini sedang terjadi di sana. Jika tidak mungkin orang-orang pak Yosep itu telah memukuli mereka karena menolak lamarannya dan Paman Vany juga berpikir apa yang dikatakan pemuda itu benar. Mungkin lebih baik Ia memang menikahkannya malam ini juga.

"Baiklah tak masalah. Aku akan menelpon penghulu, kalian bisa menikah seadanya saja," ucap Paman Vany, membuat Vany dan juga Agam pun mengangguk setuju.

Mereka pun setuju untuk melaksanakan acara pernikahan secepatnya, karena jam sudah menunjukkan pukul 02 dini hari dan Agam ingin segera dinikahkan, membuat mereka pun menikah hanya disaksikan oleh beberapa warga kampung yang juga hadir mendengarkan perdebatan mereka. Tak ada pesta, hanya ada penghulu saksi yang hadir di sana.

Suara sah bergema di balai desa, di mana Agam kembali meminta untuk mereka menikah di balai desa saja.

Agam merasa kasihan melihat Vany yang ternyata yatim piatu dan sepertinya pamannya sama sekali tak memiliki belas kasihan padanya.

Begitu mereka sudah menikah. Agam langsung membawa Vany pergi dari kampung itu, sepanjang jalan Vany hanya terus diam dan melihat keluar jendela, saat ini ia telah keluar dari kampung itu sebagai istri dari seorang yang baru saja dikenalnya, sedangkan Agam sendiri juga fokus membawa mobilnya menuju ke kota. Ia tak lagi pengantar Vany ke terminal, tetapi langsung menuju ke kota di mana tujuan keduanya memang ingin pergi ke kota.

Tak ada pembicaraan di antara keduanya, hingga matahari pun mulai terbit dan mereka sudah tiba di perkotaan.

"Berhenti! berhenti di sini saja. Kita sudah sampai dikota, Anda bisa turunkan saya di sini," ucap Vany membuat Agam pun menepikan mobilnya di bahu jalan.

"Disini?"

"Maaf telah mengacaukan hidup Anda, Pak. Jika Anda ingin menceraikanku sekarang juga silahkan ucapkan kalimat talak untukku," ucap Vany melihat ke arah Agam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!