NovelToon NovelToon

Manusia Sedang ONLINE

Pintu perak

Akhir dunia muncul sejak langit di seluruh dunia, berubah menjadi jutaan pintu perak raksasa. Tapi benarkah kenyataannya demikian?

Apakah pintu perak merupakan salah satu penghakiman Tuhan pada kita, manusia? Karena selama ini kita mengikuti agama palsu dan menyembah sesuatu selain Dia?

Gadis berseragam SMA tersebut langsung merefresh beranda begitu mendapatkan berita ini lagi, untuk yang kesekian kali hari ini "Berita ngawur macam apa ini? Jelas itu hanya proyek hologram raksasa dari NASA, orang-orang harus berhenti mengaitkan segala sesuatunya tentang agama."

Gadis kedua membisikkan sesuatu sambil mengusap dada, lalu berkata "Semua orang punya otak, tapi hanya beberapa saja yang menggunakannya. Begitu saja kau tidak tau?"

Gadis pertama yang tadi bicara hanya memanyunkan bibirnya sambil melihat-lihat pemandangan luar dari dinding yang semuanya adalah kaca "Aku tau, makanya aku merasa ironis. Andai saja aku terlahir sebagai- YA TUHAN, APA ITU?!"

Gadis itu mendorong-dorong dua orang yang bersamanya agar pergi dari sana secepat mungkin, gerakannya begitu heboh dan menimbulkan rasa penasaran orang lain yang kini ikut melihat ke arah yang ditunjuk gadis tersebut. Semua orang memiliki reaksi serupa, dan memulai aksi saling dorong dengan ketakutan murni dalam sepasang mata mereka.

Tentara yang kebetulan sedang membaca buku di sela waktu patroli sejak munculnya pintu perak, tidak bisa berkonsentrasi dan memilih untuk menegur salah satu dari gerombolan orang ini "Mbak, maaf. Tapi dilarang berisik di bagian penjualan buku."

"Tidak!! Ada yang lebih penting dari itu, kakak tentara! Lihat langitnya!! Langit!!!" Teriak si wanita sambil terus mendorong orang di dipannya agar bisa lebih cepat keluar dari sana.

Tentara tersebut memandang langit dan mendapati bahwa ada beberapa pintu yang terbuka, dan ada satu titik cahaya berbeda warna dari masing-masing pintu. Matanya menangkap satu cahaya berwarna emas dan memantulkan tujuh warna lain pada tiap spektrum, lalu ada juga cahaya berwarna biru dengan lingkaran-lingkaran halo semi transparan, satu lagi berwarna putih dan memantulkan beberapa macam merah seperti ruby dan maroon, sementara yang lain adalah cahaya berwarna hitam.

Benar, hitam. Dan itu adalah warna paling gelap yang pernah dia lihat.

"Apa itu?! Meteor?! Komet?! Misil?! Atau apa?!" Seruan ngeri salah seorang staf pusat perbelanjaan kali ini terdengar.

"Perang?! Ini perang 'kan?! Apakah karena negara kita berpihak pada kubu yang salah?!"

"Genosida!! Ini pasti rencana genosida oleh negara asing!"

"Lari!!"

Kerumunan orang yang berada di pusat perbelanjaan serta merta menjejali eskalator dan bahkan tanpa peduli menginjak beberapa anak kecil, beberapa paman dan bibi yang ada disana juga ikut terseret kerumunan dengan wajah yang sudah membiru. Jangan lupakan beberapa orang yang menjerit histeris karena beberapa bagian tubuh mereka yang tergiling setelah tersangkut oleh eskalator, wajah bernyawa mereka memucat karena banyaknya darah yang muncul dari bagian tubuh yang sudah termutilasi.

Hanya perlu sedikit waktu bagi beberapa orang untuk mati, lalu mayat mereka ikut terseret kerumunan sebelum tenggelam dan terinjak-injak.

Kepanikan massal, benar-benar mengerikan.

Dia sendiri tidak mengikuti arus kerumunan, dan merogoh alat komunikasi.

"Pak, tolong hubungi mayor! Ada reaksi dari pintu perak kota M! Saya ulangi, ada reaksi dari pintu perak dari kota M dan sudah ada korban dari kepanikan massal!" Kata si tentara, ada urgensi dari setiap kata yang dia ucapkan.

"Terimakasih atas informasinya, Soraya! Bisa laporkan lebih detail tentang reaksi pintu perak?! Aku sudah menghubungkan sambungan ini ke kantor pusat!" Balas pihak di seberang sambungan.

Soraya dengan segera membalas "Ada empat cahaya yang muncul dari pintu perak. Hitam, biru, putih, dan emas! Kemungkinan akan terjadi ledakan di lokasi dan kami tidak akan sempat melakukan evakuasi!"

Belum sempat ia mendengar jawaban, salah satu cahaya berwarna emas tadi jatuh ke pusat perbelanjaan dan menghancurkan seluruh bangunan lima lantai hingga luluh lantak. Tujuh warna lain dari cahaya tersebut lantas terurai menjadi sabit dan mencincang segala hal di sekitar dalam jarak lima ratus meter, menghancurkan bangunan lain dan mengakhiri pembantaian ini.

Jeritan orang-orang tadi langsung terhenti. Tidak ada lagi orangtua, pria, wanita, anak kecil, bahkan bayi yang terinjak.

Hanya ada kabut darah yang tercampur dengan debu puing-puing bangunan. Juga seorang pria berambut emas di tengah lokasi.

...Adam...

Pria emas itu terbatuk-batuk sebentar, kain putih yang membungkus tubuhnya seperti patung dewa Yunani, menjadi kotor dan compang-camping dengan debu serta darah. Tapi pria tersebut tidak memiliki luka sedikitpun setelah jatuh dari ketinggian itu, bahkan saat beberapa tulang rusuk orang yang tertimbun berhasil menggores tubuhnya, cahaya berwarna hijau lembut segera melingkupi area yang tergores dan kembali menumbuhkan dagingnya.

"Ini ... Bumi?" Tanyanya entah pada siapa.

Pupil ungunya bergetar seolah tidak percaya pada penglihatannya sendiri.

Dia mulai berjalan, setiap langkah yang dia ambil menunjukkan kehati-hatian ekstra. Hidungnya mencium udara yang familiar, tubuhnya merasakan tekanan atmosfer yang sangat ia kenal, dan seluruh organnya berfungsi kembali seperti manusia. Matanya segera basah dan dia mulai terisak-isak seperti anak kecil, dan jatuh berlutut. Dari tempatnya berlutut dan menangis inilah segera muncul kejaiban, dimana lima belas meter dari posisinya segera tumbuh rerumputan dan berbagai macam pepohonan.

"Aku kembali ... Aku benar-benar kembali ..." Dia terus mengusap air mata yang tidak kunjung berhenti, bahkan meski sudah menggores wajahnya berulangkali menyembuhkannya sendiri.

Sampai matanya bersitatap dengan sepasang mata hitam seorang wanita yang sangat dikenalnya.

"Kau ... Dani?" Tanyanya dengan bibir bergetar.

Tubuh Danielle masih dipenuhi oleh debu dan cipratan darah, tapi dia hanya menatap pria emas itu sambil memiringkan kepala seolah kejadian ini tidak aneh sama sekali. Dia bahkan dengan tenang menginjak-injak ceceran daging beserta organ yang tercampur puing bangunan, secara mantap berjalan pada pria emas yang penampilannya berubah drastis sejak terakhir kali mereka beretmu, lima tahun lalu.

"Adam Prasetyo?" Sapanya, antara yakin dan tidak yakin.

Sapaan ini membuat benak pria emas itu semakin campur aduk, dia tidak lagi berhati-hati dalam mengambil langkah dan segera berlari memeluk satu-satunya orang hidup disini.

Tetangga lamanya, Danielle Norma.

Pria itu memeluk si wanita dengan penuh perasaan, seolah berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua ini nyata dan bukan fatamorgana. Matanya terus menangis dan mulitnya terbuka hanya untuk mengatakan kata-kata yang sama seperti radio rusak "Dani, aku pulang ... Aku benar-benar kembali ... Aku ... Aku ..."

.............

Pada bulan Desember tahun 20xx, sebuah kejadian mengerikan mengguncang pemerintahan dan keseimbangan kehidupan di seluruh dunia, dan ini hanya berlangsung selama sepuluh detik.

Namun dampak yang ditimbulkan benar-benar merugikan dalam setiap aspek. Infrastruktur penting seperti pusat perbelanjaan, sekolah, bandara, rumah sakit, kantor pemerintahan, bahkan kantor urusan militer luluh lantak menjadi puing-puing bangunan. Jangan lupakan korban jiwa yang timbul karena bencana yang sangat tiba-tiba ini. Banyak orang penting dan anak-anak yang mati sia-sia, seluruh dunia kini mayoritas dipenuhi oleh remaja hingga orang dewasa, dengan hanya segelintir lansia dan anak kecil yang tersisa.

Ditambah lagi, puluhan ribu pintu perak misterius di langit sudah terbuka. Memuntahkan kembali orang-orang yang hilang secara misterius lima tahun lalu, yang menyebut diri mereka sebagai Debris.

Orang-orang ini membawa kekuatan mengerikan dari balik pintu, sebagai oleh-oleh kepulangan mereka yang selajur. Dengan lenyapnya orang-orang penting itu, maka runtuhnya pemerintahan tentu hanya tinggal menghitung minggu.

Hukum baru segera ditetapkan dan gong menuju kehidupan baru sudah digaungkan.

Saat itu tiba, orang tidak lagi berpikir bahwa akhir dunia muncul karena pintu perak di langit.

Melainkan oleh apa yang muncul dari balik pintu.

Online

Seminggu setelah jatuhnya orang-orang hilang dari balik pintu, tentu menimbulkan kepanikan yang lebih besar dibandingkan isu hancurnya pemerintahan negara maju satu persatu. Meski begitu setiap orang masih berusaha untuk bahu membahu menjaga ketertiban bersama, juga beradaptasi dengan dunia baru mereka.

Meski pada akhirnya, itu percuma saja.

Pemikiran mengenai akhir dunia menghinggapi benak setiap orang, memicu banyak spekulasi yang pada akhirnya membuat keretakan dalam hubungan sosial. Ditambah dengan hancurnya setiap infrastruktur penting, orang yang semula ketakutan karena isu akhir dunia, mengubah objek rasa takut mereka menjadi sesama manusia.

Hanya dalam waktu satu bulan, semua manusia berubah menjadi binatang. Tak berprinsip, tak berakal, dan hanya fokus pada bertahan dan melakukan pembantaian.

Karena di dunia tanpa hukum, hanya yang kuat yang bertahan.

Di dunia dimana nasib setiap orang tergantung pada seutas tali, menunjukkan setitik saja simpati maka takdir akan berubah menjadi kau yang harus mati.

Danielle menatap tanpa ekspresi saat ada seorang pria yang menyeret mayat seorang gadis kecil, yang tampaknya baru saja mati kedalam sebuah gang kumuh, sebelum telinganya secara samar mendengar suara gergaji yang tampak memotong-motong sesuatu. Juga diskusi beberapa orang yang kemungkinan besar sudah membentuk satu grup. Danielle tidak berminat untuk mendengarkan, tapi dunia ini begitu misterius dan memang sangat sialan.

"Anak ini tidak memiliki daging sebanyak yang sebelumnya, tapi kulitnya begitu lembut."

"Lihat, matanya cantik dan bulat sempurna. Aku akan menyimpannya."

"Aku ingin bagian kaki. Jeroan manusia sama sekali tidak enak."

Angin yang bertanggung jawab mentransmisikan gelombang suara mereka padanya, benar-benar benda mati yang tak memiliki simpati pada orang mati.

Dengan perut mual, Danielle berjalan ke rumahnya sambil membawa perasaan jijik yang teramat sangat tanpa bisa mengatakan apa-apa. Karena sepanjang jalan masih ada satu dua orang yang menatap takut padanya, atau lebih tepatnya pada mata besar yang hinggap di punggungnya.

Dia melepas sandal dan menginjak lembut serbuk sari yang tersebar di tanah, sebelum dengan tenang kembali melangkah melewati halaman yang kini sudah penuh oleh tanaman yang belum diketahui jenisnya.

Pintunya langsung terbuka bahkan sebelum dia mengatakan apa-apa.

Benar juga, ada satu orang lagi yang tinggal bersamanya setelah akhir dunia.

"Dani, baru pulang?" Sapa Adam, pria berambut emas pada bab pertama cerita.

Gadis itu memberikan senyum simpul biasa dan menjawab sembari menggoyangkan lengannya yang penuh goresan berdarah "Iya, apakah ada sesuatu yang aneh saat aku keluar?"

Adam secara alami meraih kedua tangan yang penuh luka ini dan mengusapnya beberapa kali "Tidak ada, semuanya tampak normal. Hanya saja kusarankan agar kau tidak keluar dari rumah dalam waktu tujuh jam kedepan, sekalipun itu untuk melihat para kucing liar."

Cahaya hijau yang lembut sontak berpendar dari kontak fisik mereka, menumbuhkan setiap jaringan kulit Danielle helai demi helai. Juga mengembalikan warna pada permukaan lengan yang sebelumnya pucat karena kurang darah.

Segera kedua lengannya menjadi sesuatu yang tampak 'enak', ranum dan lembut bagi para kanibal.

Danielle mendapati beberapa helai bulu berwarna jingga yang hinggap di lengan baju Adam, sepertinya tanpa sengaja menempel saat pria ini menyembuhkannya. Itu adalah bulu kucing yang dia selamatkan dari reruntuhan barusan. Tapi karena dia mengalihkan pandangannya sejenak dari kucing tersebut, beberapa orang segera mengambilnya dan membuatnya menjadi makan siang mereka.

Memanggang kucing malang tersebut hidup-hidup, tepat didepan matanya.

Netra hitamnya segera memerah dan mulai meneteskan air mata tanpa suara "...."

Hari inipun dia gagal menyelamatkan organisme yang paling dia suka di dunia.

Adam secara alami memeluknya tanpa berkomentar apa-apa. Dia menanam Bennerry putih (Actaea pachypoda) pada punggung gadis ini sebelumnya, karena ingin tau mengenai kabar manusia normal di bumi saat mengalami hal serupa dengannya selama tiga tahun penuh, tanpa harus berkeliling. Hasilnya bahkan melebihi dugaannya, moralitas manusia langsung hancur bahkan saat ini baru satu minggu.

Tapi bukan berarti dia tidak akan mengkritik anak ini "Kau aneh, Danielle."

Danielle yang memang mencari kenyamanan emosional tapi justru menerima kritik, tentu saja tidak terima "Semua orang memiliki prioritasnya masing-masing, Adam."

"Begitu?" hanya ini respon si pria.

Adam mengusak rambut hitam gadis ini dengan penuh afeksi, tapi tetap mengatakan apa yang akan terjadi "Maaf menghancurkan perasaanmu, tapi manusia akan lebih hancur lagi setelah ini. Akan lebih baik jika kau bersiap, Dani."

"Apakah ini informasi yang diberikan oleh mata ungu barumu?" inilah tanggapan Danielle pada Adam.

Memang, sepasang mata Adam yang dulunya berwarna hitam dan senada dengan rambutnya. Kini berubah menjadi warna ungu yang penuh dengan bintang, rambutnya bahkan berubah menjadi emas. Seperti dewa.

Krek ... Krek ... Krek ....

Keduanya mematung, menjauhkan diri dari satu sama lain sebelum berbagi tatapan yang sangat bertolak belakang. Danielle dengan tatapan penuh tanya, dan Adam dengan mata serba tau miliknya.

Suara barusan begitu keras, bersahutan, dan seolah bisa terpatri di otak setiap manusia.

Danielle berlari menuju jendela yang tertutup oleh tanaman rambat milik Adam, menyibaknya tanpa peduli meski tindakan ini merobek kulitnya sekali lagi. Mata hitamnya yang jernih seketika membola saat dia melihat ke arah cakrawala, jantungnya yang selama ini stagnan dalam debar antara normal dan kesedihan. Kini memiliki debaran baru untuk pertama kalinya, ketakutan.

Langit, atau lebih tepatnya semua pintu di langit tiba-tiba mengeluarkan suara derit seolah sedang diotak-atik. Semua orang yanga pada awalnya meributkan pembagian daging atau wanita, seketika menjafi diam bahkan tidak mengeluarkan sepatahpun bisikan. Suara barusan menggema di seluruh tempat dan tertanam di otak mereka. Danielle dan Adam melihat satu sama lain dengan tatapan yang sama bingungnya, lalu secara kompak berlari menuju jendela untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Di langit, semua pintu sedang berkedip. Bukan berkedip seperti cahaya yang muncul tiba-tiba sebelum menghilang dengan tiba-tiba pula, melainkan sedang terbuka dan tertutup secara bergantian. Seolah sesuatu di balik pintu sedang bingung memilih pintu masuk apa yang harus dibuka untuk saat ini, dan pintu mana yang harus dikunci.

"Sudah dimulai" Adam mendadak muncul di sampingnya, mengukung tubuh semampai Danielle sambil mulai kembali menumbuhkan jaringan otot serta kulit baru.

"Apa?"

Adam tidak bisa mengalihkan fokusnya dari para pintu sama sekali dan menjelaskan dengan sabar "Saat di dunia sebelumnya, aku juga pernah melihat ini. Kau tidak akan suka apa yang akan terjadi, tapi biarkan aku bertanya padamu."

Danielle yang juga tidak bisa mengalihkan pandangannya dari langit, merespon dengan "Ya?"

"Apakah semua orang suka kejutan?"

Pertanyaan ini sungguh bodoh dan sangat salah, terutama saat ditanyakan tepat saat dunia tempat mereka tinggal sudah diambang kehancuran.

Apakah ini yang mereka sebut dengan kiamat?

Seolah menjawab pertanyaan Danielle, suara sirene yang selama ini hanya bisa dia dengar di podcast horor Y*uTube segera bergema di seluruh negeri.

[Pip! Pip! Piip! Piip! Piiip! Piiip! Pip! Pip! Pip!]

[Pip! Pip! Piip! Piip! Piiip! Piiip! Pip! Pip! Pip!]

Itu adalah kode morse yang bisa membuat seseorang merinding setengah mati hanya dengan mendengarnya satu kali, padasatu tempat. Tapi kali ini kode tersebut disiarkan di seluruh negeri, di waktu yang sama dan tercampur rata dengan suara pintu langit yang terbuka dan tertutup.

[Ding ... Ding ... Ding ... Ding ... Ding]

Seperti yang dia dengar dari podcast horor, suara barusan langsung disusul oleh EAS tahun 1950. Saat suara ini terdengar, semua orang langsung ribut dan keluar dari tempat persembunyian mereka, bahkan para orang beraroma darah segar dari gang kumuh.

[Ini adalah siaran terakhir atas mandat presiden negara kesatuan republik indonesia]

Jantung Danielle berdetak kencang dengan cara yang sangat mengerikan, dan ini bukan debaran yang menyenangkan atau bisa dengan sederhana dikatakan sebagai ketakutan.

Jantungnya berdetak sangat keras bahkan hingga Adam bisa mendengarnya, dan membuat pria emas ini panik saat melihat dada Danielle bergolak seolah ada sesuatu didalam sana yang mencoba merobek paksa tubuhnya menjadi dua.

"Dani?! Ada apa ini?! Apa kau masih bisa mendengarku?! Dani!!" Adam berteriak panik saat gadis ini ambruk ke lantai dan menggeliat kesakitan, tanpa bisa mengatakan apa-apa.

Batinnya hanya bisa berteriak 'Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit!'

[Jika anda mendengarkan ini maka pemerintahan Republik Indonesia telah usai.]

Mulut Danielle terbuka sangat lebar saat dia merasa bahwa sesuatu sedang meremas seluruh organ dalamnya. Mulai dari rongga dada hingga ususnya, semua terasa seolah sedang ditarik-tarik paksa. Tapi yang paling menyiksanya adalah rasa sakit di otak, yang terasa seolah sedang dibakar dan ditusuk-tusuk oleh paku berkarat.

[Pemerintahan telah diambil alih oleh entitas BUKAN MANUSIA]

Adam dengan sigap menyelimuti seluruh tubuh gadis ini dengan cahaya hijaunya, mencoba menyembuhkan apapun yang menjadi masalah di tubuh Danielle. Tapi bukannya sembuh, Danielle justru semakin tersiksa dan bahkan mencakar lantai saking sakitnya.

[Kami berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan seluruh rakyat. BERLINDUNG DAN HINDARI BEPERGIAN KELUAR.]

"Dani!"

[Lagu kebangsaan Indonesia Raya akan segera dikumandangkan untuk terakhir kali]

"Dani, jawab aku! Dani!!"

[Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku.]

Lagu yang diputar beserta suara musiknya terdengar sangat klasik dan indah di telinga setiap manusia, tapi dalam situasi dan apa yang barusan mereka dengar ... Ini membuat mereka berpikir, apakah seperti ini rasanya hidup di neraka?

Lagu yang seharusnya dikumandangkan dengan penuh hormat dan menjadi lambang perjuangan yang membuahkan kebebasan, kini terdengar tersendat-sendat seolah sesuatu sedang mencekik para penyanyi beserta musisinya, juga mencekik nafas para warga negaranya.

[ Mari .. Lah ... Ki ... Ta ... Berse ... Ru. Indo ... Nesia ... Ber-]

[NGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNGGGGGGGGGGG!]

Suara berdenging panjang itu memutus paksa pemutaran lagu Indonesia Raya, menghancurkan satu-satunya cahaya bagi manusia di negara ini.

[............]

Seluruh manusia menahan nafas mereka, menantikan apa yang akan dikatakan oleh 'sesuatu' disana. Angin hangat yang lembab menyapu seluruh permukaan bumi, membelai setiap wajah ketakutan orang-orang ini dengan semilirnya yang biasa. Disusul oleh suara kekanakan yang tidak bisa didefinisikan apakah itu laki-laki ataupun perempuan.

[Ding! Dong! 31 Desember 2023. Manusia sedang online.]

Terbanglah ke surga, manusia

Danielle menatap nyalang pintu di langit yang masih terus berkedip, mengacuhkan Adam yang masih senantiasa mengobatinya tanpa berkomentar apa-apa. Rasa sakitnya mendadak lenyap setelah pengumuman barusan, dia bahkan bisa bangkit tanpa masalah dibawah tatapan kompleks Adam.

Keduanya berbagi tatapan bingung serupa, dengan Adam yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi sadar bahwa ini bukan waktunya. Merka berbagi pemahaman diam-diam dan menatap langit dalam waktu bersamaan, mengantisipasi apa yang akan dikatakan oleh 'sesuatu' yang bisa menghancurkan seluruh pemerintahan.

Orang-orang di sekeliling dan juga diluaran sana sepertinya juga memiliki pikiran serupa, meski masih ada saja satu dua orang minim literasi yang tidak bisa memahami situasi, dan terus berpegang teguh bahwa ini hanya sebatas simulasi.

[Ding! Dong! Populasi manusia saat ini: 8.005.676.000 jiwa]

Suara kekanakan tersebut mengumumkan jumlah manusia kurang lebih secara akurat, jika memperhitungkan hasil terakhir pada bulan februari tahun ini. Tapi bagi orang-orang yang tidak tau, angka ini hanya sebatas numerik acak yang dibuat-buat. Setiap orang saat ini berbagi pikiran sama, mari setidaknya kita dengarkan.

[Ding! Dong! Dalam waktu satu jam, semua manusia diminta untuk masuk kedalam bangunan manapun. Reruntuhan tidak termasuk, demikian pula pohon.]

"Apa-apaan itu? Sekarang dia bahkan berani memerintah kita?"

"Dasar bedebah! Ini pasti dajjal yang diperintahkan untuk menebar fitnah dan memecah belah kita semua! Kalian, jangan gentar!"

"Benar! Kita harus melawannya! Kita tidak boleh menurutinya! Dia pasti iblis!"

"Aku tidak takut padamu! Aku hanya takut pada Tuhan!"

"Memangnya kenapa kalau kita tidak menurutinya? Apa dia akan membunuh kita? Hah! Omong kosong! Ada banyak orang disini! Kita pasti langsung tau jika ada gerakan aneh dari orang lain! Kami tidak takut padamu!"

"Iblis! Akan kucincang kau sampai mati jika kau berani menginjakkan kaki disini!"

"Maju sini! Maju!"

[Ding! Dong! 31 Desember 2023, manusia sedang online!]

Danielle dan Adam mengamati para tetangga mereka, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu yang membawa berbagai macam senjata dan keluar rumah. Mereka bahkan mengetuk pintu demi pintu dan menyeret orang lain untuk berkumpul bersama, tapi tak satupun dari mereka yang mengetuk pintunya, karena sudah ada tanaman penjaga yang ditumbuhkan oleh Adam beberala hari lalu.

Ada yang memiliki ekspresi marah, juga murka karena anak mereka menolak keluar rumah dan dengan tega memukuli serta meneriakkan tuduhan kafir pada anak-anaknya. Ada yang ketakutan setengah mati tapi masih diseret keluar, dan tidak berani mengatakan apa-apa. Ada yang bahkan sampai berkelahi dengan satu sama lain karena berbeda keputusan, entah itu pasangan, sahabat, rekan seperjuangan, ada banyak sekali.

Bahkan sebelum 'sesuatu' melakukan tindakan apapun pada mereka, orang-orang ini sudah mulai menghakimi satu sama lain tanpa diminta.

Manusia, benar-benar memuakkan.

Danielle dan Adam menggenggam tangan satu sama lain dengan erat, mengawasi setiap kekacauan ini tanpa melepaskan mata mereka dari pintu yang berkedip secara bersamaan di cakrawala. Mereka menghitung setiap detik sejak pengumuman dibuat dengan gugup dan jantung yang berdebar penuh antisipasi.

Satu detik ... Sepuluh detik ... Masih tidak terjadi apa-apa.

Enam puluh detik ... Seratus detik ... Pepohonan mulai berguncang seolah menertawakan kekacauan ini, dan anehnya adalah ini berlaku untuk pohon saja. Tanah masih stabil, demikian pula ilalang dan permukaan laut di kejauhan.

Lima ratus detik ... Seribu detik ... Matahari yang cahayanya selalu tampak meski terhalang pintu di langit, seketika meredup dan seluruh dunia diselimuti kegelapan.

Seribu lima ratus detik ... Dua ribu detik ... Angin sekali lagi menyapu seluruh permukaan bumi, membawa perasaan merinding bagi orang-orang ini. Tapi Danielle yang memiliki mata tajam, melihat bahwa mulai ada keanehan pada tubuh orang-orang yang bergerombol diluar. Tubuh mereka tampak menjadi lebih kering, seolah seseorang sudah mengambil jaringan keringat di kulit mereka.

Tiga ribu detik ... Debu mulai naik meski angin bertiup keras ke samping, seolah sedang menantang hukum gravitasi. Debu perlahan naik, disusul oleh tanah, kemudian bebatuan kecil, membentuk lapis demi lapis partikel yang menutupi orang-orang yang mulai panik hingga ujung rambut mereka.

Tiga ribu enam ratus detik, tepatnya satu jam sejak pengumuman tadi ... Semua sudah terlambat.

Tanah segera terguncang dengan hebat seolah bumi sedang berdetak, bersamaan dengan angin kering yang menyelimuti setiap organisme yang berada diluar bangunan. Pintu di langit terbuka dalam waktu bersamaan, dan dibawah tatapan ngeri orang-orang yang melihat ini dari dalam bangunan, sebuah suara wanita tua bergaung keras di seluruh tempat yang bisa dicapai oleh mata telanjang mereka.

"*Bu Pue Mpalaburu, ane pebete ndeme, anu ri kasoyaa ..."

Dalam sepersekian detik, setiap mulut orang-orang yang sedang menjerit diluar bangunan sontak tercabik-cabik sebanyak tiga kali. Memercikkan darah yang segera mengering menjadi butiran pasir merah begitu tersentuh angin, semua orang segera menutupi mulut mereka menggunakan kedua tangan dan menjerit kesakitan. Hanya untuk mendapati bahwa kulit mereka semua menjadi lebih dan lebih kering seperti para manula, ini segera menambah teror bagi manusia baik yang mengalami maupun sebatas memperhatikan tragedi.

Seolah belum cukup, kulit dari tangan-tangan yang menutupi mulut tersebut justru ikut terkelupas selapis demi selapis. Mulai dari lapisan terluar, lapisan pelindung, lapisan dimana terdapat folikel sekaligus saluran keringat, lapisan dimana terdapat pembuluh darah dan lemak, sebelum akhirnya jaringan otot yang menempel dengan saraf.

Semuanya terkelupas, selapis demi selapis. Tanpa darah, tanpa histeria.

Karena begitu mereka menjauhkan tangan yang hanya tinggal tulang ini dari wajah mereka untuk gelombang histeria, partikel tanah yang beterbangan langsung menarik mereka kedalam lapisan kerak bumi. Mengubur mereka entah dalam kondisi hidup atau mati.

Dunia menjadi hening, sebelum terjadi gelombang histeria kedua dari manusia yang menyaksikan ini dari dalam rumah mereka.

Anak yang ditinggal kedua orangtuanya, ibu hamil yang ditinggal suaminya, nenek yang ditinggalkan semua keturunannya, pria yang ditinggalkan ibu juga kekasihnya. Semua orang berteriak dan menangis sejadi-jadinya dan percaya, bahwa semua ini nyata.

Kenyataan yang sangat menyiksa mereka seperti neraka.

Adam menatap semua ini dengan dingin dan berbisik pada gadis di sebelahnya "Kejutan ini ... Benar-benar mengerikan."

Namun diluar dugaannya, Danielle hanya menjawab "Mereka pantas mendapatkannya."

Pria emas itu berkedip beberapa kali dan mencoba memastikan apakah dia sudah salah dengar dengan bertanya "Apa?"

[Ding! Dong! 8.000.060.000 jiwa. Berhasil memuat game ...]

Pengumuman ini menyadarkan keduanya, tapi tidak dengan orang-orang lain yang masih berduka.

[Memuat data permainan ...]

[Memuat informasi pemain ...]

[Simpan berhasil ...]

[Pemuatan berhasil ...]

Pintu di langit tertutup secara serempak, matahari juga kembali menyinari bumi dengan cahaya hangatnya, seolah semua ini hanya mimpi. Meski semua orang sudah tau bahwa ini sama sekali bukan mimpi. Angin, pepohonan dan tanah yang penuh anomali tadi segera kembali ke kondisi semula seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Dalam ketidakpedulian pada segala jenis keputusasaan para manusia, suara kekanakan yang selalu membuat pengumuman sejak tadi kembali bersuara.

Dengan riang seperti biasa.

[Ding! Dong! 31 Desember 2023. Saya menyambut semua manusia dalam permainan: Terbanglah ke Surga.]

[Saya hanya akan menetapkan tiga aturan dalam permainan ...]

[1. Surga selalu adil]

[2. Permainan dimulai pada pukul 5 pagi sampai 5 sore]

[3. Semua pemain harus mengikuti permainan Terbanglah ke surga]

[Selamat bermain!]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!