NovelToon NovelToon

Setelah Koma

1. Cerita Klara

Takdir aneh menuntun Klara bertemu Kyos, pria kasar yang tak memiliki perasaan. Waktu itu Klara bertanya, sampai kapan pernikahan atas dasar simpati ini bisa bertahan? Apakah Klara masih bisa kembali pada Jiem? Sahabat yang telah membuat Klara jatuh cinta dalam waktu yang lama.

Seperti benang kusut yang terurai perlahan, begitupun perasaan Klara. Tanpa Klara sadari ia jatuh cinta pada pria yang Tuhan berikan padanya, Kyos. Pria itu dalam semalam resmi menjadi imam di hidupnya.

Pernikahan tidak disengaja itu bermula saat Kyos terluka dan hampir mati, hanya Klara yang bisa menolongnya. Hal itu membuat Klara terjebak dalam pernikahan yang tidak ia inginkan, apalagi Kyos mengekang hidupnya.

Namun, cinta Kyos juga yang membuat Klara merasa berharga, gadis itu belum pernah dicintai begitu dahsyatnya oleh seseorang.

Kyos sempurna, tampan dan banyak uang. Jabatan sebagai presiden direktur juga sangat menggiurkan. Klara yakin bahwa Kyos hanya miliknya, dan hanya mencintainya.

Tapi kebahagiaan Klara tak berlangsung lama, karena banyak wanita yang menginginkan suaminya di hidup mereka, mantan tunangan Kyos sampai tega menjebak Kyos untuk memberikan keturunan.

Tak puas dengan cobaan itu, Tuhan menguji cinta Kyos dengan membuat Klara koma selama tiga tahun. Kesetiaannya benar-benar diuji oleh Tuhan. Atas kekuatan cinta, mereka mampu melewati segalanya dan Kyos tetap setia menunggu Klara.

"Kamu akhirnya bangun, Klara. Aku menunggumu selama tiga tahun."

Kyos menangis tersedu-sedu di samping Klara, tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk Kyos menjalani hidup. Setiap hari pria itu selalu merasa bersalah, dia tidak mau melihat wanita lain walaupun banyak yang bilang Klara tidak mungkin bangun lagi.

"Aku kembali untukmu," gumam Klara lirih.

Kini Klara tersadar kembali dari tidur panjangnya, melihat suami tetap berada di sisi dan menjaga anak mereka sungguh anugerah yang tak ternilai bagi Klara.

Klara yatim piatu, ayahnya yang suka mabuk-mabukan meninggal di tangan ibunya, lalu ibunya kabur ntah ke mana. Selama ini Klara diasuh oleh pamannya.

Sayangnya, Paman Klara menjual Klara pada Kyos. Kata paman, Klara sangat beruntung karena dicintai oleh presiden direktur Indoguna group, masa depan Klara terjamin.

Awalnya Klara juga berpikir seperti itu, tapi ternyata menjadi istri dari seorang Kyos Hoshim sangat berat, apalagi pernikahan mereka tidak sederajat.

"Kita akan pulang, ayo kita memulai rumah tangga kita yang tertunda."

Klara pikir pernikahan ini hanya akan berlanjut saat cinta Kyos masih ada, jika suatu hari nanti Kyos tidak mencintainya lagi, Klara akan didepak dengan mudah. Awalnya Klara pikir Kyos akan cepat berpaling, apalagi waktu itu Kyos sudah punya tunangan seorang wanita dari keluarga yang sederajat.

"Anak kita sudah menunggu di rumah," ucap Kyos.

Mereka sudah memiliki anak, yakni anak yang di kandungan Klara saat jatuh koma dan dipindahkan ke rahim sahabat Klara. Via, setelah melahirkan anak Klara, Via menikah dengan Jiem. Sekarang mereka tinggal di Korea mengikuti Jiem yang kerja di sana.

"Aku ingin sekali menemui mu, tapi sayangnya Jiem belum bisa ambil cuti." Via sangat terharu mendengar Klara sudah sadar dari koma.

"Kamu bisa menemui ku lain kali," ucap Klara di telepon.

Mereka mengobrol cukup lama. Hingga Kyos datang setelah menyelesaikan admistrasi rumah sakit.

"Ayo pulang," ucap Kyos.

Dua pengawal langsung membawa barang-barang milik Klara, ruangan yang selama tiga tahun Klara tempati kini kosong. Penghuninya berharap tidak masuk ke sini lagi.

"Ayo," ucap Klara.

Kyos mendorong kursi roda, keluar dari ruangan rumah sakit yang menurut Klara pengap.

Kyos sangat mencintai Klara, dia merawat Klara sampai setelah bangun dari koma tanpa peduli pekerjaannya di kantor berantakan, ia juga mengambil cuti panjang demi menemani Klara dalam proses penyembuhan. Setelah dua bulan bangun koma, akhirnya sekarang Klara bisa pulang ke rumah.

Klara yang hidup sederhana di keluarga biasa masih saja kagum melihat rumah mewah Kyos. Dia tidak percaya bahwa sekarang dia adalah Nyonya Kyos.

Sepanjang perjalanan hati Klara berdebar, ia tidak sabar pulang ke rumah setelah sekian lama.

"Selamat datang kembali Nyonya," salam dari para pelayan menyambut kedatangan Klara yang tiga tahun berada di rumah sakit.

Klara ikut menunduk, membalas penghormatan dari para pelayan.

"Ah, terima kasih semuanya."

Dia masih saja canggung seperti dulu. Belum terbiasa menerima perlakuan istimewa seperti ini.

"Ayo masuk sayang, anak kita pasti sudah menunggu."

Anak mereka masih balita, saat Klara jatuh koma, anak itu masih berada di kandungan, bersyukur anak itu tidak keguguran dan berhasil dipindahkan ke rahim sahabat Klara.

"Chika mana, Bi?" tanya Kyos pada kepada pelayan yang menyambut mereka dari ruang tamu.

"Non Chika tertidur saat menunggu kedatangan Tuan dan Nyonya, saya memindahkannya ke kamar."

Klara tampak kecewa, ia sangat merindukan putrinya yang hanya bertemu beberapa kali saat di rumah sakit.

"Kita masuk aja, nanti bisa bertemu Chika saat makan malam, hm?" Ajak Kyos. Klara hanya bisa mengangguk dengan lemas.

Kyos menuntun istrinya dengan hati-hati, tak membiarkan sesuatu menyakiti istrinya sedikitpun.

Sesampainya di kamar, Klara minta diambilkan laptopnya. Beruntung laptop itu masih disimpan Kyos dengan baik.

Klara membuka laptopnya untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, tak ada debu seperti perkiraan Klara. Meja belajar tempatnya mengerjakan skripsi masih sama tanpa ada satupun benda yang hilang dari tempatnya.

"Kau lihat apa, Sayang?" tanya Kyos.

Klara menengok ke arah pintu kamar mandi, matanya mendapati Kyos mengeringkan rambut menggunakan handuk.

"Aku minta Via mengirim foto-foto wisuda lewat email."

Kyos mendekat dan kini duduk di samping Klara, aroma shampo yang khas bisa Klara cium, sangat wangi terasa memabukkan. Klara mengamati wajah Kyos yang menatap laptopnya, sejenak Klara terpaku melihat tetesan air yang jatuh dari poni Kyos. Klara merasa rugi tak melihat pemandangan indah ini selama tiga tahun.

"Harusnya kau ikut di antara barisan itu, apa mau aku buatkan acara wisuda khusus untukmu?" tanya Kyos menatap foto di laptop.

Klara menggeleng, "Tidak usah, aku ikut wisuda bareng adik tingkatku aja."

Klara membuka folder foto, di sana Klara menyimpan foto-foto saat ia kecil, Kyos yang duduk di samping Klara ikut mengamati setiap foto-foto yang Klara buka.

"Aku kangen temen-temenku..."

"Maksudmu Jiem? Dia udah nikah, jangan suka lagi sama dia!"

Klara memanyunkan bibir, "aku tau, tapi ngomong-ngomong dari mana kamu tau kalo aku pernah suka sama Jiem? Kayaknya aku nggak pernah bilang."

Apakah perasaan Klara pada Jiem terlihat jelas, kalau begitu, bukankah seharusnya Kyos mundur setelah mengetahui bahwa wanita yang dia cintai telah jatuh cinta pada pria lain?

2. Keahlian Chika

Kyos menjawab, "sekilas saja aku bisa menebak arti tatapanmu untuk Jiem, maka semua orang juga bisa tau kalau kamu suka padanya, aku penasaran sejak kapan kamu suka pada Jiem?"

Kali ini Klara yang berfikir, ia bahkan hampir lupa kapan tepatnya rasa suka itu muncul.

"Mungkin sejak saat itu, ketika dia melindungiku dari cowok aneh bernama Jovan." Klara mulai bercerita, Kyos mendengar dengan seksama.

Ketika itu Klara duduk di bangku kelas 5 SD, ke mana-mana ia selalu bersama Jiem, tapi hari itu Jiem sakit sehingga Klara pulang sekolah sendiri.

Saat Klara melewati gang sempit tak jauh dari sekolah, Klara melihat seorang anak laki-laki yang memakai seragam sekolahnya di palak oleh anak SMP. Klara tidak bisa tinggal diam dan membantunya. Walaupun Klara sendirian, ia berani melawan para anak bandel tersebut. Dia berakhir babak belur tapi itu tak seberapa di banding kedua anak SMP yang mendapat tendangan maut darip warga pagar nusa seperti Klara. Dia ahli pencak silat.

"Kamu nggak papa?" tanya Klara kepada anak laki-laki yang masih menangis itu. Klara melihat celananya kotor karena dia duduk di tanah. Klara berusaha membantunya berdiri tapi dia tidak mau.

Dia masih menangis, Klara menepuk pundaknya berusaha menenangkan, ayah mengajari Klara untuk melakukan itu ketika melihat teman menangis.

"Nggak usah nangis lagi, kamu sudah aman," ucap Klara.

"Kenapa kamu bantuin aku? Kamu siapa?" tanyanya ketika mulai menghapus air mata dengan telapak tangannya. Masih sesenggukan.

Klara mengulurkan tangan, "Namaku Klara Agriana, kamu bisa panggil aku Klara. Aku kelas 5 SD kelas B. Namamu siapa?"

Perlahan dia menyambut uluran tangan Klara, "namaku Jovan Alamsyah, aku kelas 5 SD kelas A,"

Semenjak itu Jovan sering main ke kelas Klara dan membelikan Klara makanan. Jiem selalu bertengkar dengan Jovan. Ketika Jovan menunggu di depan gerbang untuk pulang bersama, Jiem selalu mengajak Klara pulang lewat pintu belakang. Klara heran sampai bertanya-tanya kenapa Jiem sangat tidak menyukai Jovan.

"Kenapa sih kita harus lewat pintu belakang? Emangnya kenapa kalau kita pulang bareng Jovan?"

"Jovan itu bukan anak baik, aku nggak suka sama dia, pokoknya kita nggak boleh deket-deket sama dia."

Jawaban yang sama dan pertanyaan yang sama sering Klara lontarkan untuk Jiem, walaupun Klara tidak mengerti tapi Klara tetap menurut karena ia percaya pada Jiem.

Sampai mereka masuk SMP, Jovan mengikuti mereka. Waktu kelas 2 SMP, Jiem semakin populer dan dia menjadi ketua osis, biasanya dia selalu menghalangi Jovan yang ingin dekat dengan Klara, tapi ketika itu dia ada rapat pengurus. Membuatnya seharian tak bisa bersama Klara.

"Klara, aku mau ngomong bentar." Jovan berada tepat di depan meja Klara ketika Klara duduk di kelas sendirian. Semua orang ke kantin pergi duluan, Klara masih di kelas karena lupa tidak mengerjakan PR yang harus dikumpul setelah istirahat.

"Kamu mau ngomong apa?"

Dia mengulurkan bunga, Klara pun menatapnya heran.

"Aku suka kamu, kamu mau ya jadi pacarku?" dia sedikit bergetar. Pengakuan yang tidak membuat Klara terkejut. Karena semua orang sudah bilang kalau Jovan menyukainya.

"Emb... Gimana ya.. kita masih kecil, aku nggak mau pacaran. Kita temenan aja ya..." Jawab Klara singkat. "Permisi, aku mau ke kantin dulu." Klara hendak meninggalkannya, dan berjalan keluar kelas.

"Tunggu!" Jovan menarik tangan Klara dan menggenggamnya kuat-kuat sampai membuatnya kesakitan.

"Lepas!" Klara berusaha menarik tangannya.

"Aku tidak mau jawaban tidak! Aku mau kamu jadi pacarku!" teriaknya.

"Sekarang aku tau kenapa Jiem ngelarang aku temenan sama kamu, ternyata kamu emang orang jahat! Sakit! Lepasin tanganku!"

"Nggak bakal aku lepas sebelum kamu nrima aku!" Jovan menggenggam tangan Klara lebih keras dari sebelumnya.

Dia gila, dia benar-benar gila. Klara tidak tahan dan membanting tubuhnya dengan jurus pencak silat yang Klara pelajari kemarin.

Bhukk... Jovan dibanting di lantai, napasnya kelihatan sesak. "Jangan macem-macem sama aku! Tanpa Jiem pun aku tetep bisa jaga diri!" Klara meninggalkannya yang masih telentang di lantai.

Semenjak itu dia tambah gila sampai mengikuti Klara di SMA. Klara tidak tau apa yang dilakukan Jiem padanya, tapi dia menyerah dan pindah ke luar negeri ketika naik kelas 2 SMA. Semenjak itu Klara tidak pernah melihat Jovan lagi.

Perasaan nyaman dan aman muncul ketika Jiem melindungi Klara. Tanpa sadar Klara jatuh cinta dan bergantung padanya untuk waktu yang lama. Di mata Klara, Jiem bukan hanya sahabat ataupun cinta pertama tapi juga calon suami dan ayah untuk anak-anaknya kelak.

"Tapi endingnya kamu menikah denganku, padahal kita belum kenal sama sekali waktu itu." Kyos memotong cerita Klara.

"Nggak ada yang tau jodoh, berarti sejak kecil aku mencintai jodoh Via. Sia-sia banget perasaanku waktu itu." Klara mendesah.

"Papa... Mama... " Panggil putri kecil mereka berlari ke mendakat. Ternyata dia sudah banyak. Klara langsung menggendong Chika ke pangkuan.

"Ternyata kamu udah bangun, maaf Mama nggak tahu."

Chika mengangguk, "Ma, nenek."

Klara terkejut mendengar omongan Chika. "Nenek siapa?"

"Nenek itu." Cika menunjuk pintu yang kosong.

"Chika pergi tidur lagi ya, ini udah malem, besok Papa cari nenek-nenek yang manggil kamu, tapi Chika jangan ke gudang belakang kayak kemarin." Kyos mengambil Chika dari gendongan Klara dan memberikan Chika kepada pengasuh.

"Nenek-nenek siapa?"

"Sejak kecil Chika memang bisa melihat hal gaib, tapi dia belum bisa membedakan mana yang nyata dan gaib. Kadang dia berbicara sendiri, waktu aku tanya, katanya dia berbicara dengan temen berkepala botak. Aku ingin membawanya berobat tapi aku pikir itu memang keistimewaannya. Selagi itu tidak berbahaya aku membiarkannya."

Klara terkejut mendengar pengakuan suaminya, Klara memang tertinggal jauh dalam pertumbuhan Chika. Tapi penyakit keturunan bisa merasakan hal gaib dari neneknya ternyata menurun ke Chika.

Malam harinya, Klara terbangun setelah mendengar bunyi aneh, ia menoleh ke samping, suaminya tengah tertidur pulas.

"Aku pingin ngeliat Chika," ucap Klara.

Dia bangun, meraih tongkatnya. Berjalan tertatih keluar kamar. Dia melihat jam di dinding, sekarang pukul dua malam.

Perlahan Klara masuk ke kamar Chika, suara benda jatuh mengagetkannya, ia segera menoleh ke pojokan kamar. Tidak ada apapun. Dia melihat sekeliling, boneka Chika menggelinding hingga sampai ke kakinya.

Klara menunduk, mengambil boneka itu dan melihat sekitar, tidak ada siapapun selain Chika yang sedang tertidur. Bulu kuduk Klara sudah berdiri sejak tadi.

"Siapapun kamu, jangan ganggu putriku. Aku tidak melarang kalau kamu mau bermain dengan putriku, tapi jangan buat dia celaka."

Klara bicara sendiri, tapi ia yakin makhluk yang menganggu putrinya mendengar semua ucapannya.

Klara duduk di samping Chika, mengusap kepala balita cantik tersebut, wajahnya mirip Kyos. Dia mendekat dan mencium kening anak.

"Sehat sehat ya sayang, jangan buat Mama semakin merasa bersalah karena lama meninggalkan mu."

Anak Kyos bukan hanya Chika, Klara pikir Kyos akan mengasuh anak dari mantan tunangan Kyos, ternyata pria itu hanya menganggap anaknya cuma satu, yakni Chika.

Klara ingin mempertemukan Chika dengan saudaranya, bagaimana pun juga mereka sedarah.

3. Ulang Tahun Mereka

Beberapa bulan berlalu dan kini Klara bisa berjalan normal. Banyak hal yang sudah Klara lewatkan selama koma. Salah satunya adalah mengurus keluarga kecilnya.

Kemarin mereka baru saja merayakan ulang tahun Chika yang ke tiga bertepatan dengan ulang tahun Klara yang ke 24 tahun. Klara tidak tau bahwa ulang tahun Chika akan menjadi masalah yang serius.

"Temen-temen Ika ateng," ucap Cika sangat ceria dan mengobrol sendiri.

Klara bingung teman mana yang di maksud Chika, karena teman Cika tidak ada yang datang, Chika belum TK. Dia juga tidak bergaul dengan tetangga.

Terlebih ulang tahun Chika diadakan secara privat, hanya dihadiri oleh Reni calon adik ipar Klara, Aqila adiknya Kyos dan Mamanya Kyos, lalu teman banyak mana yang dimaksud Chika? Mungkinkah makhluk gaib yang pernah dibicarakan Kyos. Kejujur saat ini tubuh Klara terasa merinding.

"Chika jangan ngobrol sendiri, Tante Aqila ngajak Chika main tuh."

Klara menarik Chika, tapi bocah itu tidak mau, dia kekeh ingin mengobrol dengan temannya.

"Gak mau!" Bocah itu berontak, tangannya terulur ke depan, terasa ada yang menarik Chika selain Klara.

Aqila mendekat, gadis yang baru masuk bangku kuliah itu menggeleng ke Klara, tidak boleh memaksa Chika yang asik bermain dengan teman ghaibnya.

"Kamu tahu keadaan Chika kayak gitu?" tanya Klara pada Aqila.

Gadis itu mengangguk, sudah paham sejak Chika bayi. Klara merasa kesulitan mengurus Chika yang seperti ini, mereka belum terlalu dekat dan Chika terus sibuk dengan teman-teman ghaibnya.

Chika lebih mendengarkan omongan teman ghaib dibandingkan larangan Klara, ia jadi resah.

"Biarin aja, Mbak. Bisa melihat hantu juga merupakan anugrah. Siapa tahu di masa depan berguna untuk Chika. Kan tidak semua orang istimewa seperti Chika."

Setahu Klara, bisa melihat hantu bukan hanya anugrah, tapi juga bencana. Itu yang dialami nenek Klara.

Nenek Klara merupakan dukun di desa, Klara hanya pernah bertemu saat masih kecil sebelum ibunya membawa ke kota. Ibunya berpikir bahwa nenek menakutkan, lalu nenek menjadi biang kerok kerenggangan hubungan Ayah dan ibu Klara.

"Aku harap Chika normal seperti anak lain," ucap Klara.

Kyos punya anak lain dari mantan tunangannya, kalau tidak salah anak laki-laki, Klara takut anak normal itu mengalahkan Chika yang punya kelemahan.

Permasalahan anak Kyos di luar nikah itu pernah menggemparkan hubungan Kyos dan Klara, mereka hampir bercerai, tapi Kyos meyakinkan Klara bahwa dia hanya dijebak oleh Laria, mantan tunangannya.

Saat Klara ingin mengalah untuk Laria yang sudah melahirkan, Klara baru tahu bahwa dia hamil Chika. Hubungan mereka sangat rumit hingga Klara kecelakaan dan koma.

"Apa Laria dan putranya pernah ke sini?" tanya Klara.

Dia masih heran kenapa Kyos tidak menikahi Laria padahal wanita itu memiliki anak Kyos. Seharusnya saat dia koma, Kyos menikah dengan Laria. Maka Chika juga bisa punya ibu.

Ah, ibu tiri tidak semuanya baik. Klara pernah mengenal Laria, dia terobsesi dengan Kyos karena bertunangan lebih dari 5 tahun, tapi Kyos malah menikahi Klara.

"Dulu, saat awal Mbak jatuh koma, Kak Laria ke mari untuk membujuk Kak Kyos, tapi malah diusir. Kak Kyos hanya mencintai Mbak Klara, dia tidak tertarik dengan wanita lain sedikitpun, dia juga sama sekali tidak peduli dengan anaknya Kak Laria."

Sikap Kyos yang seperti itu membuat Laria membenci Klara, tunangan 5 tahun lebih tapi tidak dinikahi dan berakhir begitu saja. Wajar Laria tidak terima, pertunangan mereka adalah pertunangan secara bisnis, sayangnya Laria sungguh mencintai Kyos meski Kyos tidak merasa sebaliknya.

"Kakakmu sangat setia," ucap Klara.

Aqila tersenyum, dia menyetujui ucapan Klara. Dia sendiri kagum pada kakaknya. Dia sendiri kagum dengan sikap Kyos.

"Sayang, cepatlah kemarin. Mama ingin berfoto bersama," ajak Mama mertua.

Klara melihat Chika sekilas, bocah itu masih asik mengobrol sendiri. Klara takut Chika dianggap aneh, tapi tampaknya seluruh keluarga ini tidak mempermasalahkan keanehan Chika.

"Iya, Ma." Klara mendekat ke Mama mertua bersama Aqila.

Kyos memberikan potongan kue pada Klara, wajahnya tersenyum cerah saat mengambil foto selfie keluarga tanpa Chika sang pemeran utama dalam pesta ini.

Saat semuanya sedang asik makan, Klara terus memerhatikan Chika.

"Kamu kenapa nggak makan?" tanya Kyos.

Sebelum Chika menjadi dukun seperti neneknya, Klara harus menghentikan ini.

"Kita harus tutup penglihatan Chika bagaimana pun caranya," ucap Klara sudah mengambil keputusan.

Jika dia tidak bisa punya anak laki-laki, maka Chikalah yang akan mewarisi perusahaan milik Kyos, itu pun kalau anak pertama Kyos dari Laria tidak diakui.

Klara tidak bisa membiarkan calon pewaris memiliki kemampuan aneh yang membuatnya merinding. Dia juga tidak mau Klara memiliki citra buruk saat bersekolah nanti, karena kebanyakan anak indigo itu dijauhi.

"Kenapa? Apa kemampuan Chika sangat menganggumu?" Tanya Kyos.

Bagaimana bisa Klara cerita bahwa neneknya seorang dukun? Setiap kali bertemu neneknya, Klara sangat tidak menyukai hawa dingin yang menyebar seolah membisikkan sesuatu.

Ada juga yang bilang bahwa kematian ayahnya disebabkan para hantu, sangat tidak masuk akal karena pelakunya adalah ibu Klara sendiri. Tapi sampai sekarang, ibu Klara tidak mengakui bahwa sudah membunuh Ayahnya Klara.

Klara tidak mau insiden itu terulang kembali, dia ingin Chika hidup normal. Klara terlalu takut jika ingat kejadian masa lalu.

"Apa kamu tidak khawatir Chika akan dijauhi teman-temannya saat dia masuk TK nanti?" tanya Klara, dia membuat alasan.

Kyos tampak santai, dia mengangkat bahu. "Di keluarga kita belum pernah ada yang punya keistimewaan seperti Chika, jadi bukankah Chika itu keren?"

Klara tidak tahu jalan pikiran Kyos. Wanita itu mengernyit. Tidak setuju dengan Kyos yang merasa bahwa Chika baik-baik saja.

"Bawa Chika berobat, pokoknya aku nggak mau Chika punya kemampuan aneh."

"Selama kemampuan itu tidak membahayakan Chika, aku akan menundu pengobatan untuk Chika. Kata Mama saja, Chika keren karena punya teman hantu."

Padahal kemarin Kyos sudah ada niat membawa Chika berobat, tapi karena semua orang memuji kemampuan Chika, Kyos jadi berbangga hati dan menunda pengobatan untuk Chika.

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Chika, aku akan menyalahkan mu, Mas." Klara marah dengan semua orang. Mereka tidak tahu kekhawatiran Klara.

Wanita itu mendekat ke Chika, ia ingin menghentikan kebiasaan bocah itu bagaimana pun caranya.

"Sayang, kamu main sama Mama yuk, masak kamu main sama temen terus. Main sama Mamanya kapan?" Tanya Klara dengan wajah memelas.

Chika tampak bingung, ia melihat Mama dan udara kosong secara bergantian.

"Mama, ni temen Ika." Chika menyuruh Klara berkenalan dengan teman yang tidak bisa Klara lihat. Emosi Klara rasanya memuncak, tapi dia harus tetap berpura-pura di hadapan Chika.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!