NovelToon NovelToon

Surat Tilang Cinta

Mafia Tilang

Motor Sport melaju sangat kencang, menyalip mobil yang ada di depannya, bahkan sumpah serapah keluar dari para mulut pengendara kendaraan. Yang melaju kencang, tanpa menghiraukan kendaraan di depannya.

Lampu merah pun menyala, karena jam memang sudah terlambat, motor terus menerobos lampu merah. Dan Polisi mengetahuinya.

Aksi kejar - kejaran pun terjadi, Clarisa yang merasakan di kejar Polisi langsung menaikan kecepatan motornya. Saling salip menyalip, bahkan lampu merah di depan pun di terobos.

Suara teguran dari polisi sangat kencang, hingga banyak pengendara lain yang menepikan mobil motornya, saat Polisi terus mengejar.

"Kejar terus! " ucap Clarisa dari balik helmnya, dan Clarisa mengacungkan jari tengah pada Polisi tersebut.

"Harap menepi, motor sport warna merah dengan plat nomer xx 4567 BT untuk menepi. Anda telah melanggar peraturan lalu lintas." ucap Polisi tersebut.

Namun Clarisa tetap tidak memperdulikannya, namun saat sedang fokus menyetir tiba - tiba, gerobak baso menyebrang.

Clarisa banting stir hingga motornya terjatuh, dan mengeluarkan percikan api.

Braaaakkk

Clarisa terguling bebas di jalanan, namun dirinya langsung berdiri, helm, jaket dan celananya mampu melindungi tubuhnya.

"Jatuhkan, makanya di suruh berhenti itu nurut. Jadi begini kan, kamu saya tilang, motor kamu ambil di kantor Polisi. Dan coba tunjukkan, mana surat - suratnya." ucap Polisi bernama Alfian.

Dari balik helm, Clarisa menatap Polisi tersebut, dengan tersenyum. Sedangkan Alfian tidak tahu, kalau Clarisa sedang menatapnya.

"Sumpah, ini polisi ganteng banget, gini sih mau lah kalau dia yang tilang."ucap Clarisa dalam harinya.

"Tolong di buka dulu helmnya!" ucap Alfian.

Clarisa membuka helm yang di gunakannya, rambut nya tergerai bebas saat helm di buka. Mata Alfian menatap kaget, pengendara motor tersebut adalah seorang wanita.

"Mau damai disini, atau ambil di kantor Polisi?" tanya Clarisa.

"Motor, KTP dan STNK saya sita, ambil di kantor." jawab Alfian dengan menyerahkan surat tilang.

"Orangnya, mau sekalian di penjara tidak?"

Alfian memutar bola matanya, dan langsung menghubungi seorang temannya yang sedang berpatroli.

"Tolong di jalan Sanur, tepatnya Halte 23,." ucap Alfian.

"Siap meluncur kesana."

Tepat 15 menit menunggu mobil patroli datang, turun dia orang Polisi dan langsung menatap motor serta Clarisa.

"Ah.. ini sih mafia tilang, sudah langganan Polisi." ucap Polisi bernama Wahyu.

"Masa sih?" tanya Alfian, yang memang baru bertugas di daerah N, sekitar 1 minggu.

"Hey Clarisa, kesalahan yang sama. Tapi motor kamu lecet, bahkan parah." ucap Polisi bernama Tri.

"Pak Pol, lagian kalian kan tahu, saya ini langganan di tangkap. Udah damai saja, nanti juga besok - besok di tangkap lagi." ucap Hilda.

"Kamu itu suka banget, nih motor nginep di Kantor Polisi." ucap Wahyu.

"Besok di tunggu di kantor." ucap Alfian lanjut naik ke atas motornya.

Motor pun di naikan ke atas mobil Patroli, dan Clarisa mencoba menghubungi temannya, untuk menjemput ke lokasi.

"Mau kemana?" tanya Polisi bernama Tri.

"Mau kuliah, kayaknya sudah telat deh." jawab Clarisa.

"Terus, gimana ada yang lecet?"

"Nggak ada, hanya sakit saja."

"Mau di antar?"

"Nggak terima kasih." ucap Clarisa.

"Hallo Boy, jemput dong. Ada di jalan Sanur depan halte 23." ucap Clarisa lewat telepon.

"Ok, siap meluncur."

Clarisa mematikan ponselnya, sedangkan Tri masih berdiri di depan Clarisa. Lantas Wahyu menghampiri temannya.

"Tunggu apalagi sih?" tanya Wahyu dengan menepuk pundak.

"Nggak, Clarisa nanti ke kantor ya." ucap Tri.

"Ok! "

****

Motor Sport warna hitam berhenti di depan Clarisa, lantas naik ke atas motor tersebut. Dengan memegang pinggang Boy, motor pun langsung tancap gas.

"Tilang lagi?" ucap Boy dengan suara lantang.

"Iya, tapi yang ini kayaknya, masih baru deh polisinya. Dia ganteng banget Boy, kayak dia yang tilang, mau dong setiap hari begini." ucap Clarisa.

"Aneh bin ngawur. "

Motor pun mengarah ke sebuah base came club motor, terlihat ada beberapa motor yang terparkir di depan.

"Itu motor Iyos, dia nggak kuliah?" tanya Clarisa.

"Biasa sama ceweknya, paling lagi main di kamar atas." jawab Boy.

"Mau main tapi nggak modal, malah cari yang gratisan." ucap Clarisa.

"Hi Cantik, kena tilang lagi ya!" ledek Sandi.

"Iya nih, tapi sekarang Polisinya ganteng." ucap Clarisa.

"Jangan bilang, Lo naksir dia."

"Kalau iya kenapa?"

"Oh tidak! bisa hancur main nya sama Polisi."

"Hahahahahaha takut kena razia." ucap Clarisa dengan menghisap rokok mild nya.

"Nanti malam ada balapan, lumayan loh hadiah nya 30 juta." bisik Boy.

"Kasih yang lain deh, motor ada di kantor Polisi, ini badan pada sakit, mau pijat." ucap Clarisa.

"Sayang loh, 30 juta."

"Lepas deh, kasih Tomi atau si Iyos."

"Iyos sekarang mainnya tinggi, 50 juta."

"Belagu amat, harga minta tinggi, giliran main sama ceweknya minta gratis. Di kira disini nggak bayar listrik sama air apa." ucap Clarisa.

"Beneran Lo lepas, gua ambil deh." ucap Tomi.

"Iya, next time saja."

****

"Kamu tuh, kapan sih Clarisa nggak kena tilang, kalau nggak di tangkap karena balap liar. Abang malu, itu Polisi kenal suami sama Abang, apa kata orang. Adik Tentara keluar masuk kantor Polisi buat ambil motor, buat bebasin adiknya. Kuliah yang benar, belajar yang betul, kita ini tidak punya orang tua, Ayah Ibu sudah Almarhum semua." ucap Kemal, kakak kandung Clarisa.

"Clarisa, kamu kapan sih? tidak pernah merepotkan kami.Kamu itu sudah dewasa, kerja kamu setiap begini hah! " ucap Gita, kakak Ipar Clarisa.

"Sekarang itu motor rusak, perbaikannya juga lumayan, duit hasil balapan kamu habis buat modifikasi motor, ke bengkel, hura - hura, kuliah jarang masuk, mau jadi apa nanti."

"Gua kan kerja di bengkel, makan sendiri, biaya kuliah sendiri. Cuman minta tolong, ambilkan motor saja, seperti biasa."ucap Clarisa sambil merokok.

" Coba kamu berubah, jangan gaul sama mereka. Kamu itu perempuan, mau jadi apa?" ucap Kemal.

"Ya jadi Clarisa, lulus kuliah buka bengkel, kan saya jurusan Teknik mesin. Pengalaman ada, kerja di bengkel Bang Toha."

"Boleh kerja di bengkel, kalau kamu suka utak atik mesin. Tapi ini kebiasaan keluar masuk kantor Polisi, bulan kemarin kena tilang, sekarang kena, belum bulan kemarinnya lagi."

"Jadi mau nggak? bantu adiknya! "

"Iya, nanti Abang besok antar kamu."

****

Awwwww

"Pelan - pelan mbok." ucap Clarisa saat di pijat.

"Punggungnya memar, tadi jatuhnya berguling ya?"

"Iya, jatuh nya keras banget."

"Nanti di balur beras kencur."

"Sekalian saja mbok, kalau saya sendiri tidak bisa."

"Ya nanti mbok, yang balurin."

Ceklek

"Cla, pinjam charger dong!" ucap Silvi, tetangga kamar kost nya.

"Ambil saja tuh di atas meja rias." ucap Clarisa.

"Eh, didepan kamar kamu ada yang baru pindahan."

"Kamar yang bekas orang meninggal bunuh diri itu?"

"Iya, kayaknya tuh orang nggak tahu kalau kamar itu sudah 2 tahun kosong."

"Ih.. nggak takut apa! "

"Yang pernah lihat kan, kamar itu pernah ada perempuan rambut panjang."

"Tapi selama saya disini, belum pernah lihat." ucap Clarisa.

"Tapi kebanyakan, nggak akan betah."

"Yang kost kamar depan, cowok apa cewek? atau suami istri! "

"Cowok, Polisi! "

.

.

.

Calon Jodoh

Clarisa mengintip dari balik gorden nya, terlihat ada banyak barang - barang, yang tergeletak di depan pintu kamar, yang terbuka.

Dua orang pria masuk membantu, namun seperti tidak asing bagi Clarisa.

"Itu kan, si Polisi yang namanya Tri sama Wahyu! siapa yang kost disini?" ucap Clarisa.

Keluar pria yang tadi pagi, membuat Clarisa terpesona. Alfian keluar, dengan mengambil kopernya. Alfian menatap jendela kamar Clarisa, dan Clarisa menutup kembali gorden kamarnya.

"Oh my god, ternyata dia Polisi yang tadi pagi tilang gua! Ahhhhh.... ini sih, semangat 80 bukan 45 lagi, kesempatan gua bisa dapatkan tuh cowok." ucap Clarisa.

Dengan segera berganti pakaian, Clarisa dengan mengenakan t-shirt dan celana pendek dengan rambut di cempol keluar, dari kamarnya.

"Eheemm... tetangga baru ya! " sapa Clarisa.

Alfian hanya menatap Clarisa dan langsung masuk, berbeda dengan Tri dan Wahyu yang menyapa.

"Kost disini?" tanya Tri.

"Iya, pas pintunya lurus." jawab Clarisa.

"Nggak menyangka ya, Mafia Tilang ternyata tinggal disini." ucap Wahyu.

"Disini bebas, mau pulang jam berapa saja, karena disini itu ada juga yang berumah tangga, tapi di atas yang pada punya anak kecil. Kalau dibawah, suka berisik."

"Boleh dong, kapan - kapan main!" ucap Tri.

"Silahkan, gua welcome orangnya."

"Ngomong - ngomong, itu lebam bekas tadi siang ya?" tanya Wahyu.

"Iya nih, tuh gara - gara di kejar sama dia." ucap Clarisa sambil mengedipkan sebelah matanya, namun Alfian hanya diam dan sibuk mengangkat barang.

"Kalian mau masuk, atau tetap di luar?" tanya Alfian.

"Masuk lah, katanya bantu pasang tv." jawab Wahyu.

"Kita tinggal dulu ya." ucap Tri.

"Ok! " ucap Clarisa.

Pintu pun di tutup oleh Alfian, saat Clarisa masih berdiri di depan pintu kamarnya. Clarisa menggigit bibir bawahnya, saat Alfian menatapnya.

"Gantengnya calon jodoh." ucap Clarisa lantas masuk kedalam kamar kostnya.

***

Pagi - pagi, Clarisa sudah rapih berdandan cantik, dengan make up yang tidak begitu tebal, dan memakai perfume mahal favoritnya.

Clarisa keluar dari kamar kostnya, melihat pintu kamar Alfian masih tertutup rapat. Clarisa menunggu di depan pintu, sampai pintu di depannya terbuka.

"Mana tuh cowok, jam segini kok belum keluar." ucap Clarisa.

Ceklek

Pintu kamar kost Silvi terbuka, lantas langsung mengembalikan charger yang di pinjam semalam.

"Thanks, gua duluan. Lo belum mau berangkat?" ucap Silvi.

"Nanti, santai." ucap Clarisa.

Pintu pun belum juga di buka, padahal sudah 10 menit menunggu, tiba - tiba Kemal datang menjemput Clarisa.

"Sudah siap?" tanya Kemal.

"Sudah Bang." jawab Clarisa sambil melirik ke arah pintu.

"Jam berapa kamu bisanya?"

"Pulang kuliah, jemput!"

"Jam berapa? tanya jelas!"

"Jam 2 bisa kan?"

"Iya, nanti Abang ijin. Demi kamu!"

"Makasih Abang sayang."

"Sudah buruan, nanti keburu telat."

****

"Nah tuh dia!" ucap Imran.

"Ada apa? kalian kayak nunggu bagi amplop dari gua, sudah pada ngumpul di depan meja gua." ucap Clarisa.

"Eh tugas yang kemarin, buat mesin penggiling limbah plastik, itu gimana?" tanya Imran.

"Di bengkel sudah ada sih, tinggal karet yang buat putaran mesinnya itu kosong, ada juga bekas tapi gua coba jalannya kurang enak." jawab Clarisa.

"Gini Cla, itu mesin benar kendala karet saja kan! biar itu mesin gua bawa, kayaknya ada deh tuh karetnya, Abang gua kan suka buat mesin - mesin apa saja, biar sama dia." ucap Dito.

"Kalau itu sih, bukan tugas kelompok malah di buatkan." ucap Clarisa.

"Lah kan, itu dari awal kita - kita yang buat, tahu lah nanti pas persentasi, hanya tinggal suara yang belum halus, karena kendala karet. "

"Kayaknya bukan karetnya saja deh, suara masih berisik bukan dari karetnya." ucap Viko.

"Kita ke bengkel Abang Lo aja semuanya, biar kita tahu ya nggak? masa lulusan teknik mesin malah kagak tahu apa - apa." ucap Clarisa.

"Nah setuju pendapat Cla." ucap Imran.

"Yaudah kalian ambil saja, di bengkelnya Bang Toha, gua mau ke kantor Polisi mau ambil motor."

****

"Kakinya, kamu nggak sopan! naik ke atas dashboard." ucap Kemal.

"Iya Bang." ucap Clarisa menurunkan kedua kakinya.

"Abang tidak mau tahu lagi, kalau kamu kena tilang lagi, Abang tidak mau menolong."

"Iya."

"Jangan iya nya saja kamu, dengarkan apa yang Abang kamu katakan."

"Iya Bang."

"Iya lagi."

Mobil pun masuk ke area parkir Polres, Kemal bersalaman saat baru turun dari mobil, karena beberapa Polisi kenal padanya. Lalu Clarisa dan Kemal masuk ke salah satu ruangan, untuk mengambil motor yang di tilang.

"Selamat siang!" sapa Anggota Polisi bernama Willy.

"Selamat siang." balas Kemal.

"Ada apa Pak?" tanya Willy.

"Biasa, adik saya kena tilang lagi." jawab Kemal.

"Bisa lihat surat Tilangnya?"

Clarisa memberikan surat tilangnya, dan Polisi itu mencari data lalu mencocokkannya. Clarisa langsung membelalakkan

"Calon jodoh." ucap Clarisa.

"Apa Cla?" ucap Kemal.

"Nggak apa - apa Bang."

***

"Mau langsung di bawa ke bengkel Bang Toha?" tanya Kemal.

"Iya Bang, setir nya juga nggak enak." jawab Clarisa.

"Bang Kemal." sapa Tri.

"Hey Tri, biasa adik." ucap Kemal.

"Yang sering saja, biar jadi Duta Tilang." ledek Tri.

Clarisa hanya memajukan bibirnya, dan Kemal hanya geleng - geleng kepalanya. Kemal lantas melirik ke arah Alfian, yang sedang berjalan.

"Itu Anggota baru ya? saya baru lihat." ucap Kemal.

"Oh iya, dia pindahan dari Polda."

"Oh pantes, baru lihat sih."

"Memangnya, Abang hafal apa sama wajah, Polis yang ada di sini? atau jangan - jangan sudah konek sama hati kecil adiknya!" ucap Clarisa.

"Nggak paham, sudah ah Abang mau balik lagi. Tri cabut dulu ya, kalau adik saya berulah lagi bakar saja motornya." ucap Kemal.

"Ih.. Abang." ucap Clarisa.

"Siap Bang." ucap Tri.

*****

Breeeemmm. .. breeeeemmm

"Suara masih halus saja Cla." ucap Bang Toha.

"Iya lah, selalu di rawat." ucap Clarisa.

"Kalau sudah selesai, kamu betulin tuh motor, katanya mesinnya selalu mati, kalau sudah jalan jarak 2 kilometer."

"Siap Bang, tapi selesaikan ini dulu ya. Soalnya itu motor, penyakitnya sudah kelihatan berat."

"Itu punya Pak Hambali,namanya juga motor tua, di makan usia ya pantas mesinnya ngadat."

"Bang, ini juga motor kalau gua ada duit mau ganti."

"Jangan lah Cla, itu motor masih bagus, kamu dapatkannya juga itu lama, sampai 4 bulan."

"Gua kadang suka sering bosan."

"Emang ada duit?"

"kalau tambah 10 sampai 20 juta adalah, motor kalau ada yang mau, gua minta 50 juta, kan ini modif semua, dari biaya modifikasi nya saja sudah terlihat." ucap Clarisa.

"Dasar anak muda, belum mikirin gas habis, sama token listrik bunyi." sindir Bang Toha.

.

.

.

Tertangkap Lagi

"Malam Pak Pol! malam - malam nyuci ya?" ucap Clarisa saat baru sampai, melihat Alfian sedang menjemur pakaiannya.

Alfian hanya diam saja, tetap menggantung seragam Polisinya, dan beberapa kaos dan celana.

"Dalaman nya, di jemur dimana nih? kok kagak ada! " ucap Clarisa.

Namun Alfian tetap diam, tidak berkata apa - apa. Sampai Alfian masuk kedalam kamar kostnya, sedangkan Clarisa membuka pintu rumahnya yang terkunci.

"Kagak bisa ngomong apa tuh orang? atau lagi sariawan! di tanya diam saja, jawab kek, apa kek! capek deh di kacangin." ucap Clarisa masuk ke dalam kamar kostnya.

Sedangkan dari balik gorden, yang sedikit terbuka Alfian mengintip Clarisa dan mendengar apa yang tadi Clarisa katakan.

Clarisa mengganti pakaiannya, dengan daster rumahan miliknya. Lantas membuka kulkas, untuk mengambil air minum.

Suara ponselnya berdering, terlihat nama Iyos meneleponnya. Dengan segera Clarisa, mengangkat telepon dari Iyos.

"Ya ada apa?" tanya Clarisa.

"Lo dimana?" tanya Iyos dari seberang.

"Gua baru sampai kost an, emangnya ada apa?"jawab Clarisa kembali bertanya.

" Mau ikut nggak? lumayan loh, hadiahnya."

"Gua capek Yos, baru saja datang. Yang ada, nanti gua kalah."

"Serius, lo kagak mau ambil?"

"Iya, sorry ya. "

"100 juta."

"What! 100 juta. Entar, bukannya Lo juga main, yang taruhannya 50 juta ke atas, kenapa Lo kasih ke gua?"

"Ambillah, kita kan teman. Saling berbagi, gua gampang next kalau ada lagi."

"Ok deh, sekarang?"

"Yupz, nanti kita tunggu jam 12 malam."

"Tapi aman kan, kita main nggak ada drama di kejar Polisi!"

"Biasalah itu sih, kan pasti polisi datang lari."

"Ok, gua siap - siap. Sampai ketemu disana."

"Ok, gua tunggu."

****

Alfian mengintip dari jendela kamarnya, melihat Clarisa keluar dari kamar kostnya. Dengan memakai jaket, dan helm sudah di pakai di atas kepalanya.

"Mau kemana dia malam - malam? jam 11 malam lagi, apa dia mau balapan? atau mau menjajakan diri di jalan! ah bodoh amat, kagak kenal." ucap Alfian kembali, fokus pada layar televisi.

Clarisa menyalakan mesin motornya jauh dari tempat kostnya, setelah mesin motor menyala Clarisa langsung tancap gas, pergi ke tempat untuk melakukan balapan liar.

Motor melesat kencang, menerjang jalanan yang mulai tampak lenggang. Dinginnya angin malam, tidak membuat Clarisa patah semangat untuk mengikuti balapan liar.

Clarisa pun sampai di lokasi, sudah banyak para genk motor yang siap mengikuti balapan liar, bahkan taruhan.

"Ini dia, Dewi jalanan kita." ucap Iyos.

"Gede amat duitnya!"ucap Clarisa.

" Tuh lihat, sponsornya." tunjuk Iyos.

"Dia!" tunjuk Clarisa pada seorang pria, yang sedang berjalan ke arahnya.

"Hi Cla, apa kabarnya Lo?" tanya Sandi.

"Baik, Lo kapan balik dari LA? " jawab Clarisa, kembali bertanya.

"Sudah lama, ada 2 mingguan. Gua, sekarang punya perusahaan advertising sendiri disini."

"Hebat Lo, sedangkan gua masih belum lulus, kerjaannya begini."

"Santai, modal ijazah S1 Lo bakal merubah hidup."

"Gimana, sudah siap?" tanya Iyos.

"Ntar, anak - anak pada kemana?" tanya Clarisa mencari para teman - temannya.

"Biasa, sedang Cimeng." jawab Iyos.

"Wah, gawat nih. Bisa kena semua kita."

"Aman, mereka nggak disini kok."

"Ok, gua siap."

Para pembalap liar, telah siap untuk melakukan balapan di jalanan umum, semua memainkan gas, sebelum tancap.

"One, two, three, go...!! "

Clarisa melesat cepat, menghindari pembalap lain yang akan menyusulnya. Clarisa terus menaikan gasnya, hingga kecepatan melebihi batas.

Motor bagai berjalan terbang, karena kecepatan yang sangat tinggi, namun tiba - tiba sebuah mobil Patroli Polisi muncul secara tiba - tiba, Clarisa berusaha lari dari kejaran.

"Sial! 100 juta bakalan hilang." ucap Clarisa.

"Ada balapan liar, di jalan simpang jiwa. Mohon ijin, untuk segera kirim beberapa pasukan, karena ini merupakan balapan liar terbesar. "ucap Wahyu, yang saat itu sedang bertugas Patroli.

Clarisa berusaha terus mendahului, dan berhasil di salip oleh pembalap lain, dan Clarisa berusaha mendapatkan kembali Posisi dia yang pertama. Clarisa berhasil mendahului lagi, saling salip menyalip, dan sudah terlihat garis finis.

Suara peringatan dari mobil Patroli terdengar, bahkan terlihat semua orang berhamburan. Clarisa tiba - tiba memelankan motornya, dan motor di belakang berhasil mencapai garis finish namun harus terjaring Polisi.

Clarisa putar arah, namun saat berputar arah dirinya telah di hadang mobil Patroli. Dengan terpaksa hari sialnya, Clarisa kembali tertangkap.

" Kamu lagi, kamu lagi."ucap Wahyu.

"Heeeee Pak Polisi."

"Ikut! "

****

"Hah... kamu di tangkap lagi! astaghfirullah Clarisa, Abang sudah muak sama kamu." ucap Kemal lantas, mematikan ponselnya.

"Ada apa lagi dengan adik kamu Bang?" tanya Gita, dengan suara khas orang bangun tidur.

"Dia di tangkap Polisi, karena balapan liar." jawab Gita.

"Bang, saya terus terang malu sama adik kamu. Abang, apa kata orang yang tahu, itu adik Ipar anak dari Pak Sekda. Mau taruh dimana, muka keluarga saya. Abang itu harus bertindak tegas, baru kemarin berurusan dengan Polisi sekarang malah berurusan lagi."

"Bagaimana juga, dia adik Abang. Hanya Abang yang dia miliki, dia memang merepotkan Abang, tapi seenggaknya dia itu, makan dan biaya kuliah dari hasil kerja di bengkel dan balapan."

"Tapi saya nggak suka Bang, dengan cara dia mengganggu rumah tangga kita."

"Abang mau ke kesana."

"Biarkan dia malam ini tidur di kantor Polisi, biar dia kapok." ucap Gita menarik selimutnya.

***

"Polisi yang namanya Alfian, nggak ada tugas malam ini?" tanya Clarisa, pada salah satu seorang Polisi.

"Malam ini dia lepas." jawabnya.

"Pak, boleh gua pinjam ponsel, buat hubungi keluarga gua? karena ponsel gua lowbat, boleh ya! " ucap Clarisa memohon

Polisi tersebut, meminjamkan ponselnya, dan dengan melirik sebentar ke arah Polisi Clarisa mencari nama Alfian, dan menemukan kontaknya. Clarisa lantas mengirimkan pesan, dan pesan pun terkirim. Lantas Clarisa menghapus pesan tersebut, dan mengembalikan ponsel yang di pinjamnya.

"Pak makasih."

"Iya sama - sama."

Clarisa tersenyum, lantas kembali bergabung dengan teman - teman gank motornya, yang terjaring balapan liar.

***

Kedua mata Alfian membuka, saat mendengar bunyi notifikasi pesan masuk. Alfian membuka sempurna, saat temannya mengirimkan sebuah pesan, agar datang ke Polres karena perintah komandannya langsung.

Segera datang ke kantor, ada perintah mendadak.

Alfian segera cuci muka, dan langsung menggunakan seragam Polisinya. Di lihat jam pukul 2 malam, tanpa berpikir panjang. Alfian langsung tancap gas, dengan motornya.

**

Kemal datang, dengan wajah yang tampak kesal dan marah, langsung mendekati adiknya. Salah satu Anggota yang mengenal Kemal, mengusap punggungnya.

"Adik kamu, sekali - kali di penjara lama." bisiknya.

"Penjarakan saja, jangan di kasih sekedar peringatan dan perjanjian." ucap Kemal, yang sudah habis kesabarannya.

"Bang, Abang saya jangan di penjara." teriak Clarisa.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!