“Ah... kamu memang yang terbaik, Jerry,” terdengar suara des*han dari kamar hotel nomor 69.
“Dasar pria br*ngs*k,” seorang wanita cantik tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam kamar tersebut dan memergoki kekasihnya tengah berbagi peluh dengan wanita lain. Ia mendapat pesan dari nomor tak dikenal yang mengatakan kalau kekasihnya sedang bersama wanita lain dikamar nomor 69, ia bahkan mendapatkan kiriman paket berisi kunci kamar tersebut.
“Scarlet, beruntunglah kamu sudah melihatnya. Aku dan Alice saling menyukai, dia lebih bisa memberikan apa yang kumau. Kehangatan, materi bahkan kedudukan, Alice bisa memberikan semuanya dengan begitu mudah sebagai putri seorang Walikota. Karena kamu sudah melihatnya, maka ayu kita putus.” Jerry yang terpergok oleh kekasihnya bukannya merasa bersalah, ia malah mengatakan kata putus pada Scarlet.
Plaakkk...
Sebuah tamparan mendarat di wajah tampan Jerry, membuat pria itu dan Alice terkejut.
“Kamu.” Jerry menatap tajam pada Scarlet dengan tatapan penuh amarah, selama ini tak ada wanita yang berani menamparnya.
“Apa!” pekik Scarlet dengan mata tajam melihat pada Jerry. “Kau ingin membalasku?” sambungnya bertanya penuh amarah, dadanya begitu sesak karena menahan amarahnya.
“Dasar pria br*ngs*k, sampai kapan pun kau tak akan bisa menyentuhku. Ingat, aku Scarlet Rose yang telah mencampakkan pria br*ngs*k sepertimu, bukan kau yang mencampakkanku.”
Setelah berucap demikian, Scaelet pergi meninggalkan mantan kekasihnya yang masih mengusap pipinya yang memanas karena ditampar oleh dirinya. Scarlet berjalan menuju Bar yang terdapat di hotel tersebut guna menenangkan hatinya yang remuk redam karena pengkhianatan kekasihnya.
“Berikan aku segelas sampanye, atau tidak sebotol,” pinta Scarlet pada seorang bar tender.
“Anda bisa tak sadarkan diri jika minum sampai satu botol, Nona,” ucap bar tender itu seraya memberikan segelas sampanye yang diminta oleh Scarlet.
“Biarkan saja, dengan begitu aku bisa tertidur dengan tenang dan tak merasakan sakit dihati ini yang begitu menusuk,” sahut Scarlet, ia tak langsung meminum minumannya, jari telunjuknya menari-nari di bibir gelas, tangan kirinya menyanggah kepalanya dan wajahnya terlihat begitu menyedihkan.
“Apakah kau sedang patah hati karena habis putus cinta, Nona?” tanya sang bar tender yang sedang mengelap gelas.
“Aku tak dicampakkan olehnya, tapi aku yang mencampakkan pria br*ngs*k itu.” Scarlet meminum minumannya dalam sekali teguk. “Beri aku segelas lagi,” sambungnya meminta agar sang bar tender mengisi gelasnya yang telah kosong.
“Anda bisa mabuk dengan cepat bila meminumnya seperti itu, Nona,” ucap sang bar tender mengingatkan.
“Aku tak peduli, yang aku inginkan saat ini adalah menenangkan hatiku yang sedang kacau.” Scarlet kembali meminum minumannya yang baru saja diisi, baru dua gelas tapi kepala Scarlet sudah terasa sangat pusing dan tubuhnya terasa begitu ringan.
“Kenapa semua pria didunia ini begitu br*ngs*k. Mereka hanya menginginkan kepuasan di atas ranjang dan kedudukan saja. Jika tak diberi, maka wanitalah yang akan menjadi korban perselingkuhannya dengan alasan tak bisa memuaskannya.” Scarlet terus saja mengoceh, ia sudah mulai kehilangan kesadarannya akibat dua gelas sampanye yang diminumnya secara langsung.
“Tak semua pria seperti yang kamu katakan, aku tak termasuk dalam kategori pria yang kau sebutkan,” ucap seorang pria yang baru saja datang dan duduk di samping Scarlet.
Scarlet menoleh pada pria tersebut dan menatapnya dengan mata yang disipitkan.
“Siapa kamu?” tanya Scarlet. “Aku tak peduli tentang kamu, jangan ganggu aku,” sambungnya ketus pada pria asing yang tak ia kenal itu.
“Beri aku seperti biasa,” pinta pria itu pada bar tender, ia tak menggubris ucapan Scarlet.
“Hei, beri aku segelas lagi,” pinta Scarlet kesal karena diacuhkan.
“Ini minuman Anda, Mr. Z. Segelas Brandy Cognac dingin.” Bar tender memberikan segelas minuman yang biasa diminum oleh pria yang ia panggil Mr. Z itu.
“Apa kau t*li? Aku memintamu untuk mengisi gelasku lagi, mengapa kau malah mengabaikanku?” kesal Scarlet karena tak kunjung mendapatkan apa yang dimintanya.
“Maaf, Nona. Anda sudah mulai mabuk sedari tadi. Lebih baik Anda pulang dan beristirahat sebelum ada pria hidung belang yang memanfaatkan kesempatan pada Anda,” sahut sang bar tender meminta maaf dan menyarankan Scarlet untuk pulang.
“Berisik, kau jangan menasihatiku. Apa kau tahu apa yang kurasakan saat ini? Kau tak akan mengerti rasa sakit ini, kau tak akan tahu bagaimana rasanya melihat kekasihmu sendiri sedang memadu kasih dengan wanita lain,” bentak Scarlet, tapi sepersekian detik kemudian ia memasang wajah sendunya dan meletakkan kepalanya di atas meja.
“Dia bilang katanya aku tak bisa memberikan apa yang dia inginkan. Aku tak bisa memberikan kepuasan di atas ranjang, aku tak bisa memberikan kedudukan yang dia inginkan.” Scarlet mengangkat kepalanya, dagunya ia letakkan di atas meja.
“Yang lebih membuatku tak percaya adalah, wanita yang dia tiduri ternyata putri sulung Walikota kita, Alice Bagaskara,” pekiknya dengan wajah kembali kesal karena mengingat apa yang dilihatnya tadi.
Scarlet terus saja mengoceh sambil menumpahkan kekesalan dalam hatinya. Wanita yang biasanya lembut dan manja, kini terlihat menyedihkan karena diselingkuhi oleh kekasihnya. Pria yang dipanggil Mr. Z itu hanya diam menikmati minumannya sambil mendengarkan keluh kesah Scarlet.
‘Wanita yang aneh, tapi unik,’ pikir Mr. Z.
Scarlet bangkit dari duduknya, ia hendak pergi meninggalkan Bar tersebut setelah meletakkan sejumlah uang di atas meja untuk membayar minumannya.
“Apakah perlu kupanggilkan taksi, Nona?” tanya sang bar tender merasa khawatir pada Scarlet.
“Tak perlu, biar saya yang mengantarnya pulang.” Mr. Z langsung bangkit hendak memapah Scarlet.
“Hei, jangan sentuh aku oke. Aku sudah mencampakkanmu, jadi jangan harap bisa kembali padaku lagi,” tolak Scarlet, ia berpikir yang akan memapahnya adalah mantan kekasihnya.
“Aku bukan mantan br*ngs*kmu itu, aku hanya ingin membantumu dan mengantarmu pulang,” ucap Mr. Z, tapi tiba-tiba...
Huueeekkkk...
Scarlet muntah tepat mengenai jas yang dikenakan oleh Mr. Z. Bar tender yang melihat hal itu terkejut.
“Biar saya yang mengurus wanita ini, Mr. Z.”
“Tak perlu, biar saya saja. Lagi pula hanya muntah di jas saja, bisa dicuci.”
Bar tender berlari dan hendak mengambil alih Scarlet, tapi Mr. Z menolaknya dan melepaskan jasnya lalu membuangnya ke tempat sampah. Pria itu membawanya keluar dari Bar menuju kamar hotel yang biasa digunakan olehnya.
Sampainya dikamar hotel, Mr. Z merebahkan Scarlet di atas tempat tidur berukuran king size. Wanita cantik itu terus saja menggeliat dan mengoceh, entah apa yang ia ocehkan.
“Raka, bawakan pakaianku ke kamar hotel tempat biasa,” pinta Mr. Z pada seseorang bernama Raka di seberang sana.
Mr. Z bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak lama, seorang pria yang mungkin adalah Raka datang dengan membawa paper bag berisi pakaian yang diminta oleh Bosnya. Ia terkejut melihat Scarlet yang masih mengoceh dan sesekali menangis di atas tempat tidur kamar yang biasa digunakan oleh Bosnya.
“Siapa wanita ini?” gumam Raka berjalan mendekati Scarlet, ia memperhatikannya dari dekat. Namun, tiba-tiba...
“Ah! Jangan Nona, saya masih perjaka.”
Raka berjalan perlahan mendekati Scarlet yang masih mengoceh dan sesekali menangis. Tiba-tiba saja Scarlet menatap Raka dan langsung menariknya ke atas ranjang.
“Ah! Jangan Nona, saya masih perjaka,” pekik Raka yang mengira kalau Scarlet akan menodainya.
“Kau pria br*ngs*k, beraninya kau berselingkuh dariku dan bermain dengan putri sulung Walikota. Dasar brengsek, brengsek, brengsek.” Scarlet memukul-mukul Raka sambil meluapkan emosinya, tak lama Mr. Z keluar dari dalam kamar mandi terkejut melihat asistennya sudah di atas tempat tidur dengan posisi Scarlet berada di atas tubuhnya sambil memukul-mukul dada Raka.
“Bos, Bos tolong saya, Bos. Wanita g*la inu ingin menodai kesucian saya,” pekik Raka meminta tolong pada Bosnya, Mr. Z mengusap wajahnya tak percaya apa yang tengah ia saksikannya.
Mr. Z berjalan menghampiri Scarlet, ia memegang tangan Scarlet dari belakang.
“Bangun, dia bukan pria br*ngs*kmu itu. Coba kau lihat, bukankah dia sangat jelek?” ucap Mr. Z.
Scarlet menghentikan aksinya, ia patuh dan bangun dari tubuh Raka. Raka merasa ada angin segar, ia langsung berlari meninggalkan kamar Bosnya itu.
“Jika kau mau marah, kau bisa marah padaku sepuas hatimu. Tapi setelah itu, kau tak boleh menumpahkan air matamu lagi untuk pria br*ngs*k sepertinya,” ucap Mr. Z yang mencoba menenangkan Scarlet.
Scarlet menurut, ia bersandar pada dada bidang Mr. Z yang belum mengenakan pakaian dan mengusapnya ke sana kemari membuat Mr. Z menelan salivanya sulit merasakan darahnya berdesir karena sentuhan Scarlet.
“Hei wanita, perhatikan tanganmu.” Mr. Z yang sudah merasakan ada yang berdiri tapi bukan keadilan, memegang tangan Scarlet yang meraba-rabanya.
Scarlet menatap Mr. Z dengan mata yang disipitkan agar bisa melihat jelas. Terlihat wajah Mr. Z merona karena perbuatan nakalnya.
“Tuan, wajahmu memerah, apakah kau habis memakan bon cabai level tiga puluh?” dengan polosnya Scarlet bertanya. “Dan juga, mengapa benda ini begitu keras? Apakah ini tongkat satpam yang kau sembunyikan?” tiba-tiba saja tangannya sudah memegang benda pusaka milik Mr. Z.
Mr. Z memegang tangan tersebut, ia membaringkan tubuh Scarlet dan memagut bibirnya tanpa meminta izin dari pemiliknya. Mr. Z sudah tak bisa menahannya lagi, hasr*tnya sudah menggebu karena Scarlet yang terus saja memancingnya. Malam itu, Scarlet akhirnya harus merelakan kesuciannya pada Mr. Z, pria yang tak ia kenalnya itu.
*
Pagi menjelang, Scarlet membuka matanya perlahan, ia merasakan kepalanya begitu sakit. Ia bangkit dan melihat sekeliling, tampak begitu asing baginya.
“Aaaaaahhh...,” teriak Scarlet saat menyadari kalau dirinya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun, ia hendak bangkit dan berdiri tapi bagian intimnya terasa sangat sakit.
“Aw!” pekiknya menahan nyeri pada bagian intim miliknya, ia menoleh dan terdapat bercak darah yang telah mengering pada seprei yang ia tiduri.
Scarlet menggelengkan kepalanya. “Enggak, gak mungkin kalau semalam aku telah...” Scarlet tak dapat melanjutkan ucapannya, ia menangis dengan pilu meratapi dirinya yang sial karena mabuk gara-gara meratapi kesedihannya yang diselingkuhi dan dicampakkan oleh kekasihnya demi wanita lain.
“Bodoh, bodoh, bodoh.” Scarlet memukul-mukul pelan kepalanya.
Mata Scarlet tertuju pada sebuah pakaian yang terletak di atas nakas, ada secarik kertas di atasnya dan juga sepiring nasi goreng juga jus jeruk.
“Zayn Cyrus,” gumamnya melihat tulisan di dalam kertas tersebut yang berisikan sebuah kalimat ‘Kita pasti akan bertemu lagi wanita mesum, Zayn Cyrus’.
Scaelet bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelahnya ia memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Mr. Z, Scarlet juga menyantap makanan yang telah disiapkan memang untuknya.
***
Pagi itu, Mr. Z atau yang lebih dikenal oleh banyak orang dengan nama Zayn Cyrus sudah menyiapkan gaun cantik berwarna peach. Ia juga tak lupa meninggalkan sarapan pagi untuk wanita yang telah menghabiskan malam dengannya tadi malam. Sebelum pergi, Zayn meninggalkan sebuah memo untuk Scarlet, dengan seringai tipisnya, Zayn mencium kening Scarlet dan meninggalkannya setelah memfoto wajah Scarlet yang terlihat manis saat tidur.
“Kita pasti akan bertemu lagi, wanita mesum. Dan pada saat itu, kupastikan kau akan menjadi milikku,” ucapnya sebelum pergi.
*
“Ka, cari tahu siapa dia, dari keluarga mana dan bagaimana kehidupannya. Jangan sampai melewatkan hal sekecil apa pun tentangnya.” Zayn mengirimkan foto Scarlet yang ia ambil tadi sebelum pergi dengan ponselnya pada nomor Raka.
“Siap, Bos. Sore ini semua info tentang wanita ini akan segera Anda terima. Jika tak ada yang lainnya, saya akan pergi dulu,” ucap Raka.
“Pergilah, jangan kembali sebelum kau membawa apa yang kuminta.”
Raka pergi meninggalkan ruangan Bosnya itu, ia akan menjalankan perintah dari Bosnya untuk menyelidiki siapa wanita yang semalam bersama dengan Bosnya itu.
Sore hari sesuai janji Raka, semua informasi tentang Scarlet sudah berada di meja kerja Zayn. Zayn memang tak pernah kecewa dengan hasil kerja asistennya itu.
“Oh, jadi nama dia Scarlet Rose Sebastian, dia putri dari keluarga Sebastian rupanya,” gumam Zayn dengan senyuman tipisnya.
“Mantannya adalah pria dari keluarga yang biasa saja, tapi mereka menjalin hubungan dari masih kuliah karena mereka satu angkatan saat kuliah. Saat ini yang terpenting, pemimpin Mutiara Group mengajukan kerja sama dengan kita karena perusahaannya membutuhkan seorang investor. Mutiara Group sedang dalam keadaan kritis,” jelas Raka.
“Bagus, atur pertemuanku dengan Tuan Sebastian,” ucap Zayn yang langsung tertarik dengan Mutiara Group.
***
Siang itu setelah Scarlet selesai sarapan, ia segera meninggalkan hotel. Langkah kakinya tak membawanya untuk kembali ke kediaman Sebastian. Ia malah menuju apartemen sahabatnya, Violet.
“Semalaman kau tak pulang, kau ke mana saja? Om Sebastian meneleponku bertanya apakah aku sedang bersamamu atau tidak,” tanya sahabatnya itu saat Scarlet baru tiba.
“Lalu, apa yang kau katakan padanya?” Scarlet malah bertanya balik.
“Yah karena aku sahabat yang baik, maka aku mengatakan pada Om Sebastian kalau kau bermalam denganku dan kau sudah tidur,” sahut Violet.
“Pinter.” Scarlet mengacungkan jari jempolnya pada Violet, Violet malah tersenyum bangga dengan apa yang telah ia lakukan dan lupa akan niatnya memarahi sahabatnya itu yang membuatnya khawatir semalaman.
“Kau membuatku serba salah tahu, aku terpaksa berbohong demi kamu. Pokoknya aku mau meminta kompensasi untuk apa yang telah kulakukan semalam demi melindungi dirimu,” protes Violet.
“Tenang saja, nanti kutraktir makan enak,” ucap Scarlet dengan santainya.
“Deal.” Violet yang memang sangat mudah disogok oleh sahabatnya itu, mengubah ekspresi wajah dan hatinya menjadi tak marah lagi.
Hari itu Scarlet menghabiskan harinya di tempat sahabatnya karena ia sedang tak ingin pulang. Jika ia pulang, sudah pasti sang papah akan bertanya kenapa semalam tak pulang. Scarlet lelah melihat wajah ibu tirinya yang sok bersikap manis ketika di depan sang Papah.
Sore hari ponsel Scarlett berdering, dengan malas ia mengangkat panggilan yang dari Papahnya itu.
“Iya, Pah, kenapa?” tanya Scarlett, ia akan bicara sopan pada Papahnya itu, tapi ia tak akan pernah menanggapi baik perkataan Ibu tirinya yang berwajah dua.
[Pulang sekarang, ada yang ingin papah bicarakan sama kamu] pinta Sebastian.
“Apakah penting?” tanya Scarlett kembali, ia sangat malas untuk kembali ke rumah kalau tak ada sesuatu yang penting, jika tak sedang berada di salonnya, ia akan berada di apartemen sahabatnya itu.
[Penting, sangat penting] jawab sang Papah.
“Baiklah, malam ini aku akan pulang setelah melihat keadaan salon,” ucapnya dengan malas.
Panggilan terputus, Scarlett segera bangkit untuk membersihkan tubuhnya, ia berencana untuk melihat keadaan salonnya.
“Vi, aku ingin ke salon, setelah itu mungkin akan pulang ke kediaman Sebastian,” ucap Scarlet yang sudah cantik dengan dresh berwarna abu.
“Pergilah, lusa aku mungkin baru ke salon,” sahut Violet yang sedang asyik dengan ponselnya.
Violet adalah sahabat Scarlett dari kecil, ia dan Scarlett membuka salon bersama dan kini sudah menjadi cukup besar dan terkenal. Bahkan banyak para artis dan model yang datang ke salon mereka hanya sekedar untuk perawatan. Violet juga mengetahui hubungan antara Scarlett dan Jerry.
Berkali-kali Violet memperingatkan sahabatnya itu agar tak menjalin hubungan dengan Jerry, tapi Scarlett selalu tak mengindahkannya karena cinta telah membutakannya. Namun, Violet belum mengetahui kalau Scarlett telah diselingkuhi dan dicampakkan oleh pria brengsek itu karena Scarlett tak menceritakannya padanya.
Aku akan mengatakan pada Vi nanti, dia pasti akan sangat marah jika mengetahui perbuatan Jerry, begitulah pikir Scarlett.
“Ya udah, aku pergi yah, Sayang, muach... Muach...” keduanya saling cium pipi kanan dan cium pipi kiri lalu Scarlett pergi meninggalkan apartemen sahabatnya, malam hari ia baru tiba di rumah orang tuanya, Scarlett sengaja pulang saat jam makan malam agar tak terlalu lama bertemu dengan Ibu tirinya yang membuatnya muak.
“Scarlett, besok jangan pergi ke mana-mana, berikan saja urusan salon pada Vio. Ada tamu penting yang ingin papah kenalkan padamu,” ucap Sebastian kala mereka sedang berada di meja makan, istri muda Papahnya itu masih dalam mode kalem, tak angkat bicara yang lebai.
“Pria atau wanita?” tanya Scarlett.
“Pria.”
“Apakah Papah ingin menjodohkan aku? Kalau iya, Papah harus membatalkan hal itu, aku tak ingin dijodohkan oleh siapa pun. Suruh saja putri kesayangan Papah bersama dengannya,” tolak Scarlet, ia tak mungkin menerima perjodohan itu karena ia sendiri telah ditiduri oleh pria lain, bagaimana jika saat sudah menikah ia mengandung benih pria yang menidurinya.
“Dia inginnya kau yang menikah dengannya,” ucap Sebastian.
“Tapi aku tak bisa, mau Papah memaksaku seperti apa pun aku tetap tak bisa menerima perjodohan ini,” tolak Scarlett kembali.
“Kamu harusnya merasa bersyukur, karena pria yang akan dijodohkan denganmu adalah pria kaya yang bisa membantu perusahaan Papahmu. Andai dia tak menginginkanmu, aku pasti sudah meminta putriku untuk menjadi pengantinnya,” kini sang Ibu tiri angkat bicara, ia sebenarnya ingin agar putrinya yang menikah dengan pria itu, tapi siapa sangka ternyata pria itu malah mengenal Scarlett dan memintanya sebagai istrinya sebagai imbalan kalau dia akan membantu Mutiara Group.
“Terserah kalian saja, akun lelah ingin istirahat.” Scarlett bangkit dari duduknya, meski makanannya belum habis, tapi ia sudah tak memiliki selera untuk melanjutkannya.
“Ingat besok dandan yang cantik, agar Tuan muda tak kecewa. Dia memintamu berarti dia mengenalmu, jangan sampai membuatnya kecewa, papah sangat berharap sekali agar perjodohan ini berjalan dengan lancar, perusahaan sangat membutuhkan bantuanmu, Scarlett,” ucap Sebastian mengingatkan sang putri.
Scarlett tak menggubrisnya, ia berjalan menuju tangga dan naik ke atas menuju kamarnya. Scarlett merebahkan tubuhnya, pikirannya menerawang dan penuh tanya akan siapa pria yang telah menidurinya semalam.
“Zayn Cyrus, siapa sebenarnya dirimu, dan seperti apa rupamu? Namamu terdengar tak asing, sepertinya aku pernah mendengar namamu, tapi kapan dan di mana?” gumam Scarlett bertanya-tanya, ia tak menyadari kalau pria yang bernama Zayn Cyrus adalah seorang pengusaha terkenal di kotanya.
“Bagaimana kalau aku hamil, di mana aku harus mencarimu untuk meminta pertanggung jawabanmu,” gumamnya lagi, pikirannya larut memikirkan siapa sosok Zayn Cyrus itu, Scarlett bahkan tak memikirkan hari esok ia akan dijodohkan dengan seorang pria.
Hari berganti, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tapi Scarlett masih asyik bergelung dengan selimutnya. Ia sengaja karena tak ingin bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya. Meski dapat membantu perusahaan sang papah, tapi ia tak tertarik karena sejak awal Scarlett tak ingin ikut campur dalam perusahaan milik sang papah.
Scarlett membuka salonnya dengan menggunakan tabungan yang diberikan oleh mendiang Mamahnya. Ia mengajak Violet, sahabatnya sedari kecil untuk membuka salon. Scarlett dan Violet memang sangat senang merawat tubuh dari remaja, makanya mereka memutuskan untuk membuka salon spa dan kecantikan.
Tok... Tok... Tok...
Pintu diketuk, Scarlett yang masih enggan bangun dari pembaringannya hanya meminta orang yang mengetuknya untuk masuk.
“Masuk saja, Bi, tak dikunci,” pinta Scarlett.
Ceklek... Pintu dibuka, seorang wanita paruh baya yang sepertinya asisten rumah tangga keluarga Sebastian masuk.
“Nona besar, Tuan meminta Bibi untuk memanggil Nona agar segera turun. Tamu penting Tuan sedang dalam perjalanan,” ucap wanita itu memberitahu titah majikannya.
“Bibi katakan saja pada Papah kalau aku sedang tak enak badan,” pinta Scarlett.
“Kalau begitu bibi permisi dulu.”
Bibi pergi dari kamar Scarlett, membuat wanita cantik itu girang bukan main. Namun, baru saja ia cengengesan, Sebastian sudah berada dikamarnya.
“Papah tahu kau tak benar-benar sakit, Scarlett. Bangunlah sekarang, Tuan muda sebentar lagi akan tiba. Jika kau ingin tinggal di jalanan, maka kau bisa teruskan bergelung di bawah selimutmu itu,” titah Sebastian.
“Baiklah-baiklah, aku akan bangun, tapi aku tak ingin menuruti saran Papah yang memintaku untuk berdandan cantik. Jika dia memang menginginkan aku, seperti apa rupaku pasti dia akan menerimaku.” Scarlett mengalah, ia akhirnya bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Scarlett berpakaian, ia sengaja memakai pakaian yang biasa saja agar pria yang akan meminangnya tak jadi meliriknya karena berpenampilan biasa saja dan tak menarik sama sekali. Scarlett bahkan tak merias wajahnya, ia membiarkan saja wajahnya itu dalam keadaan polos tanpa polesan make up. Scarlett tersenyum di depan cermin melihat wajahnya yang ternyata cantik tanpa make up.
“Ternyata aku cantik,” gumam Scarlett memuji diri sendiri.
Setelah selesai, Scarlett segera menuju ruang keluarga di mana Papahnya sudah menunggunya, mungkin juga pria yang akan dijodohkan dengannya juga sudah tiba.
“Tuan muda, ini putri sulung saya.” Sebastian memperkenalkan putrinya pada pria yang menjadi tamu pentingnya.
Pria yang disebut Tuan muda itu terpesona pada Scarlett, meski tak mengenakan make up. Sapaan yang sudah direncanakan untuk menyapa Scarlett, kini terlupakan begitu saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!