NovelToon NovelToon

TRAGEDI 13 AGUSTUS '98

BAGIAN 001

13 Agustus 1998. Terjadi konflik besar-besaran di negara bagian timur, Negara Sudan tepatnya. Konflik yang timbul terjadi karena berbagai macam faktor. Banyak warga sipil yang menjadi korban akibat konflik yang terjadi.

Salah satu konflik yang paling besar adalah adanya segerombolan perompak yang berkeliaran di Negara itu.

Mereka membuat keributan di tengah kota. Memasang bom, menyandera warga sipil, dan membuat keributan lainnya.

Tim Swat, Tentara Nazi, dan berbagai Tentara Bayaran lainnya bersatu untuk menuntaskan para perompak itu. Mereka datang dari berbagai macam negara dengan misi yang sama.

Kisah ini akan berfokus pada seorang tentara bayaran. Letnan Kolonel Zaid, itulah namanya. Pria asal Turki, memiliki paras wajah yang cukup tampan. Berkulit putih langsat, kumis tipis, dan rambut pirang bergelombang.

Berumur 30 tahun, tapi memiliki paras wajah yang lebih muda dari umur sepantarannya. Sangat berbeda dengan kebanyakan tentara bayaran lainnya.

Bergabung menjadi tentara bayaran selama 10 tahun, sejak umurnya menginjak awal 20 tahun-nan

Dia sudah muak dengan semua konflik yang terjadi, dan segera ingin mengakhiri dengan caranya sendiri.

Siang hari di kota Khartoum, ibu kota Sudan. Terik panas matahari menyirami gurun secara menyeluruh. Panas di kota itu mencapai 40 hingga 45 derajat Celcius.

Segerombolan perompak kembali membuat onar. Kali ini mereka menyandera salah satu angkutan umum, kereta api KRL dan semua penumpang yang ada di dalamnya.

Kereta berhenti tepat di pinggir jalan, karena para perompak itu menyuruh Sang Masinis untuk memberhentikan keretanya tepat disana.

Suara gaduh, tangisan, rintihan, terdengar di sepanjang gerbong kereta api. Mereka ketakutan melihat ketiga perompak yang membawa senjata tajam, menguasai seluruh gerbong kereta api.

Beberapa pasukan dari setiap regu telah berkumpul memenuhi rel, tempat kereta berhenti. Menggunakan rompi dan helm anti peluru dan berbagai senjata api seperti, M4, K1 dan lainnya.

Mereka semua mengambil posisi siap membidik, menunggu komando dari Sang Komandan yang memimpin.

Sang Komandan sendiri mencoba untuk bernegosiasi dengan baik dengan ketiga perompak. Guna melepaskan para sandera, karena keselamatan para sandera adalah prioritas utama bagi semua pasukan.

Akan tetapi tidak semulus yang dibayangkan, saat Sang Komandan mendekat, salah satu perompak menarik penumpang anak kecil wanita berumur 6 tahunan.

DOR!!!! Dia menembakkan tembakan pada kaca kereta api.

“Selangkah lagi kau maju, maka kuledakkan kepala anak ini!”

Putri kecil itu menangis ketakutan, saat salah satu perompak mendekapnya, menutup telinga karena suara tembakan yang begitu keras.

Begitupun dengan Sang Ibu dari putri kecil itu. Dia hanya menangis, merengek dan meminta agar putrinya dilepaskan.

Sang Komandan pun tak bisa melakukan apapun. Hanya mengangkat tangan. Memberi aba-aba pada semua pasukan, agar menahan bidikannya. Dia tak ingin salah satu korban pun meninggal dari para sandera.

Dari kejauhan jarak 200 meter dari tempat kejadian, di sebuah atap bangunan gedung tua. Disanalah Letnan Kolonel Zaid berada. Dengan wajah yang ketus.

Hanya menggunakan kaos dan celana militer, tanpa rompi anti peluru. Dia membawa dua sekaligus sniper. Mencari posisi yang pas.

“Astaga, kenapa orang-orang begitu bodoh?” ucapnya. “Bahkan seorang Jendral komandan pun tak bisa berpikir. Ckckckckck.”

Hanya perlu 30 detik untuk membidik dan

dor dor dor!!!!

Ketiga peluru sniper tepat mengenai dan menembus kepala ketiga perompak itu. Membuat suasana semakin gaduh lagi, tapi, nyawa para sandera pun telah aman.

BAGIAN 002

Para pasukan pun sudah tahu bahwa itu ulah Zaid. Hanya dia yang berani menentang perintah atasannya sendiri. Pria yang tak mau diatur dan bertingkah semaunya sendiri.

Ketiga mayat perompak itu segera diamankan oleh para tim, dan segera mengevakuasi para sandera.

Menggunakan skateboard yang rusak, Zaid pergi ke tempat para pasukan berada. Akan tetapi, kedatangannya malah tak disambut dengan baik dengan Jendral Komandan.

Zaid kembali mendapatkan cacian dan makian, karena Jendral menganggap apa yang dilakukan Zaid dapat membahayakan para sandera.

Persetan dengan makian dari Jendral. Zaid hanya menunduk dan pura-pura tutup kuping saja. Melihat seorang anak kecil yang berhasil selamat sudah membuatnya sangat bahagia.

Akibat dari ulahnya itu, Zaid pun mendapatkan sanksi. Dia harus dikeluarkan secara tidak hormat dari militer dan melepas semua jabatannya.

Zaid hanya mendengus. Sudah lama dia mengharapkan hal itu terjadi. Sebelum dia melangkah pergi, seorang anak kecil wanita menghampirinya, lalu memeluk Zaid dengan erat.

“Terimakasih!” kata anak kecil itu.

Zaid hanya membalasnya dengan senyuman kecil dan kedipan mata. Wanita itu adalah putri dari seorang ibu yang ditodongkan pistol oleh para perampok di kereta.

Dia melambaikan tangannya kepada Zaid, berjalan kembali pada ibunya. Sang Ibu pun juga tersenyum dan menunduk pada Zaid yang telah berhasil membunuh ketiga perompak itu.

Kini Zaid dipulangkan dan harus kembali ke negara asalnya, Turki.

***

Keesokan harinya, Zaid telah kembali ke kota kelahirannya, Istanbul Turki.  Tepat pukul 11 malam, pesawat yang ditumpanginya mendarat di bandara Internasional Turki.

Dia menarik nafas panjang-panjang, saat keluar dari bandara. Sudah lama sekali dia tak menghirup udara segar Turki.

Baru saja Zaid akan meninggalkan bandara, beberapa orang dari pihak (BIT) Badan Intelijen Turki sudah menunggunya di pintu keluar bandara., Menyambut kedatangan Zaid.

Menunjukkan surat perintah, lalu membawa Zaid ke kantor. Mau tak mau, Zaid pun harus melakukan kegiatan yang membosankan itu.

Sesampainya di kantor BIT,  Zaid langsung diarahkan ke ruang interogasi.

Para petinggi BIT pun sudah banyak mendengar tentang sosok Zaid. Mantan tentara bayaran yang tak mau diatur dan bertindak sesuka hatinya sendiri, tapi mereka tetap waspada.

Karena, meski Zaid memiliki sifat seperti itu, dia tetap tentara bayaran yang mematikan. Dia bahkan mampu merobohkan gedung BIT itu sendirian dengan kemampuannya.

Ruangan interogasi berukuran 4X4 dengan sistem keamanan penuh. Terdapat juga alat pendeteksi kebohongan di ruangan itu.  Poligraf.

Poligraf, juga dikenal sebagai "detektor kebohongan", adalah salah satu alat interogasi yang paling umum digunakan.

Ini melibatkan pemasangan sensor pada tubuh seseorang yang dapat memantau perubahan fisiologis seperti denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan.

Poligraf mengasumsikan bahwa perubahan ini dapat terjadi saat seseorang berbohong.

Zaid menyeringai kecil melihat alat yang dianggapnya tak berguna itu.

Salah satu pria berada di ruangan untuk menginterogasinya, setelah memasangkan Poligraf itu pada Zaid

“Nama?”

“Zaid.”

“Umur?”

“Aku lahir di tahun 1000, berarti umurku sekitar 900 tahun,” jawab Zaid asal.

Pria yang menginterogasinya itu mendengus. Merasa Zaid mempermainkannya, tapi, dia tak bisa berbuat apapun, karena Poligraf itu mengatakan bahwa Zaid tak berbohong sama sekali.

“Apa kau punya pacar? Istri?”

“Tidak. Aku tak punya pacar ataupun istri, tapi, aku suka laki-laki sepertimu. Kau sangatlah tipeku.”

Lagi-lagi Poligraf itu mendeteksi bahwa Zaid tidak berbohong. Pria yang menginterogasi Zaid itupun mulai putus asa. Dia mengetuk-ngetuk meja memegangi kepalanya.

BAGIAN 003

Sementara Zaid hanya tersenyum kecil melihat pria itu kebingungan.

Tak hanya bertarung, menembak, dan membunuh, tapi Zaid juga pandai dalam berbicara. Dia tak menunjukkan ekspresi apapun saat berbicara. Membuat sekelas alat pendeteksi pun tak mampu mendeteksinya

Karena putus asa, pria yang menginterogasi itu pun pergi dari ruangan. Datanglah orang baru ke ruangan interogasi, tempat Zaid berada.

Emir, itulah namanya. Seorang agen senior BTI yang mengusulkan untuk merekrut Zaid untuk bekerja di BTI. Dia tahu bahwa Zaid memiliki bakat dan kemampuan yang hebat untuk bekerja sebagai agen rahasia.

Sangat disayangkan jika kemampuan Zaid disia-siakan begitu saja. Apalagi dia juga baru saja meninggalkan dunia militer. Pria berbahaya, tapi juga berguna untuk kepentingan negara.

Emir mematikan semua kamera pengawas, juga menyingkirkan Poligraf dari ruang interogasi. Agar mengobrol dengan leluasa.

Umur Emir hanya berjarak 5 tahun dari umur Zaid. Lebih tua Emir.

“Kurasa kau sudah tahu, mengapa aku membawamu kemari.” Emir basa-basi.

Zaid hanya mendengus. Memalingkan pandangannya melihat atap-atap langit.

“Umumnya, agen rahasia di Turki ada 3 macam. Agen Putih, mereka yang beroperasi secara umum dengan nama mereka sendiri. Agen Hitam, mereka yang beroperasi secara diam-diam, dan tanpa nama.”

“Dan yang terakhir Agen Hantu, mereka yang bekerja lebih keras, beroperasi secara rahasia dan juga menggunakan identitas palsu. Aku ingin menjadikanmu sebagai Agen Hantu yang beroperasi secara internasional.”

Tentu saja itu hal yang tak mustahil dilakukan bagi BTI. Semua Badan Intelijen di dunia memiliki kemampuan untuk memberikan identitas, termasuk KTP, Visa, Paspor, kepada para Agen Hantu yang bertugas.

“Apa kau tertarik?”

“Ya, tentu. Aku akan mengambil pekerjaan itu,” jawab Zaid.

Sejak awal dia sudah memikirkannya. Dia tahu bahwa seorang agen memiliki bayaran yang cukup tinggi, tidak seperti Militer bayaran yang hanya mendapatkan bayaran yang tak cukup baginya.

“Astaga, aku sangat suka denganmu. Kau cukup cepat dalam mengambil keputusan.” Emir menyeringai lebar. “Izinkan aku untuk memberi nasihat untuk pertama dan terakhir kalinya. Jangan percaya pada siapapun.”

“Aku bahkan tak percaya denganmu, bahkan dengan diriku sendiri,” sahut Zaid.

Emir mengangguk mengacungkan jempol. “Baguslah.”

***

Pekerjaan baru Zaid pun dimulai. Dia mulai menjalankan semua misi. Bepergian ke luar negeri dengan identitas yang berbeda, dan profesi yang berbeda pula.

Di Paris, dia menjadi seorang pendeta dengan nama Pendeta Yohan. Di Indonesia, dia menjadi seorang pedagang kaki lima dengan nama, Pak Asep.

Di London, menjadi seorang musisi jalanan bernama Michael. Semua misinya terselesaikan dengan baik dan berjalan cukup lancar, tanpa ada halangan apapun.

Tentu saja Zaid harus menguasai berbagai macam bahasa sebelum dia menjalankan misinya ke luar negeri, untuk mempermudahkannya saat berkomunikasi.

Misi terlama yang dijalaninya yaitu misi membebaskan seorang Agen Biro Militer Rusia yang terjebak dalam penjara Italia. Membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk Zaid menuntaskan misi tersebut.

Menyamar dengan identitas baru. Dengan nama Lucas yang berprofesi seorang dosen hukum di University of Milan. Dimana Universitas itu adalah tempat putri tunggal Bos mafia terbesar di Italia.

***

Di suatu pagi yang cerah. Sinar matahari pagi sejuk menyirami bumi. Banyak mahasiswa yang terlihat berdatangan di Universitas Milan.

Kebanyakan dari mereka berada dalam keluarga menengah ke atas hingga keluarga konglomerat. Jarang sekali mendapati para mahasiswa yang terlahir dari keluarga sederhana dan pas-pasan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!