NovelToon NovelToon

Dinikahi Tuan Muda

Tuan Muda Akan Pulang?!

Ketukan palu di dalam ruangan sidang ini menjadi awal kisah baru dalam hidup Kemuning. Tetesan air mata itu menetes begitu saja di pipinya, bayi dalam gendongannya juga ikut menangis seolah dia juga merasakan bagaimana Ibunya yang begitu terluka saat ini.

"Iya Nak, ini Ibu tenang ya"

Kemuning langsung menenangkan bayi dalam gendongannya itu. Hancur hati seorang wanita ketika semua perjuangannya sama sekali tidak pernah di hargai.

Kemuning keluar dari ruangan sidang dengan status yang baru. Single parent adalah statusnya sekarang. Dia menatap mantan suaminya yang sedang di kelilingi oleh keluarganya.

Wely datang menghampiri Kemuning, dia menatap wanita yang dia nikahi selama dua tahun lamanya. "Maaf Ning, aku tidak bisa menjaga pernikahan kita. Semua ini karena kamu yang tidak bisa memberikan apa yang aku dan keluargaku inginkan selama ini"

Kemuning menatap mantan suaminya dengan mata yang berkaca-kaca. Bisa-bisanya pria yang menikahinya dua tahun lalu dengan janji untuk membuatnya bahagia selamanya, tapi sekarang apa? Hanya karena keluarganya menuntut seorang anak laki-laki untuk penerus keluarga mereka, sampai Ibu dari mantan suaminya meminta Kemuning untuk rela jika Wely menikah lagi.

Tentu saja Kemuning menolak tegas keinginan Ibu mertuanya itu. Karena menurutnya, dia bisa memberikan anak laki-laki itu kapan-kapan saja. Karena tidak ada yang bisa menentukan tentang seorang anak yang akan lahir ke dunia ini. Tapi keluarga dari suaminya ini malah meminta Kemuning untuk rela jika di ceraikan oleh Wely. Dan akhirnya mereka sampai di titik ini, dimana dia resmi bercerai dengan suaminya.

"Mas tidak perlu meminta maaf, karena memang aku yang salah 'kan? Aku yang tidak bisa memberikan anak laki-laki sesuai keinginan keluarga Mas. Tapi asal Mas ingat, kalau anak itu hanya sebuah titipan dan kita tidak akan bisa menentukan jenis kelamin anak yang akan kita miliki. Kita bukan Tuhan, Mas"

Kemuning berlalu dari hadapan mantan suaminya dengan kekecewaan yang dia bawa. Pernikahan yang pada awalnya dia pikir akan sangat bahagia, namun ternyata Kemuning harus menerima kenyataan pahit. Diceraikan suaminya setelah 3 bulan dia melahirkan anaknya. Alasannya yang benar-benar tidak bisa Kemuning anggap masuk akal.

Kemuning menghapus air mata yang mengalir di pipinya itu. "Ibu akan menjaga kamu sampai kamu besar nanti Nak. Kamu jangan takut, karena Ibu akan menjadi orang tua tunggal untuk kamu"

Yang menjadi tujuan Kemuning saat ini hanya anaknya. Setelah hidupnya benar-benar hancur setelah pernikahannya yang berakhir karena dia melahirkan anak perempuan untuk suaminya.

"Kita akan tetap hidup, meski tanpa Ayah kamu"

######

Kemuning menghapus air mata yang menetes begitu saja di pipinya. Dia mengelus anaknya yang sedang terlelap itu. Tiga tahun berlalu sejak perceraian itu. Dan Kemuning masih bisa menjalani hidupnya ini bersama dengan anaknya. Bersyukur karena ada Riri yang menjadi teman baik Kemuning dan banyak membantu Kemuning dalam segala hal.

Tok..tok..

Kemuning mengusap sisa air mata di pipinya, lalu dia berjalan keluar kamar dan menuju pintu keluar dari kontrakan sempit miliknya itu. Tahu jika itu adalah Riri yang selalu datang setiap sore hari.

"Hai Kemuning yang cantik, aku sudah siap menjadi babysiter anak kamu loh"

Kemuning tersenyum mendengarnya, Riri memang gadis yang ceria. "Yaudah, kalau begitu aku berangkat kerja dulu ya. Melati sedang tidur"

"Siap, kamu kerja saja yang benar biar bisa dapat uang yang banyak. Semoga kamu berjodoh sama Tuan Muda yang kaya ya"

Kemuning memukul lengan sahabatnya itu sambil terkekeh.  "Kamu ini, ada-ada aja deh. Mana mungkin akan Tuan Muda kaya yang mau sama janda anak satu kayak aku"

"Loh, kenapa enggak? Kamu cantik dan masih muda. Ingat Ning, gak semua pria dan keluarganya sama dengan mantan suami kamu itu"

Kemuning hanya tersenyum tipis dan tidak menanggapi lagi ucapan dari sahabatnya itu. "Yaudah, aku pergi dulu ya. Tolong jaga Melati"

"Siap"

Kemuning bekerja sebagai pelayan di salah satu mansion besar di kota ini. Dia mengambil jadwal kerja dari malam sampai pagi hari. Karena jika siang, dia akan menemani anaknya. Biasanya dia berangkat pukul 9 malam dan pulang pukul 10 pagi. Namun karena hari ini ada acara di mansion itu, membuat Kemuning harus berangkat dari sore.

Saat Kemuning sampai di mansion itu, dia langsung masuk lewat pintu belakang. Langsung bergabung dengan teman-temannya disana.

"Hai Ning, kamu baru sampai ya?" tanya Mbak Ati yang paling ramah dan baik pada Kemuning.

"Iya Mbak, pada sibuk banget ya. Memangnya ini akan ada acara apa si Mbak?"

"Tuan Muda akan kembali, setelah menyelesaikan kuliahnya di luar negeri. Kok sampai tidak tahu si" sinis Mbak Maya yang memang tidak terlalu suka pada Kemuning sejak Kemuning masuk bekerja di mansion ini.

Kemuning hanya tersenyum dan tidak terlalu menanggapi ucapan dari Mbak Maya itu. Kemuning membawa nampan berisi minuman untuk di tata di atas meja yang sudah di siapkan di ruang tengah Mansion ini.

"Kemuning"

Panggilan dari Nyonya besar di rumah ini membuat Kemuning langsung menoleh dan menghampirinya.Wanita paruh baya, tapi dengan wajahnya yang masih terlihat segar dan cantik di usianya ini.

"Iya Nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu tolong ke kamar utama yang ada di lantai atas. Kamu bereskan dan rapikan semuanya. Nanti Tuan Muda akan kembali menempati kamar itu"

Kemuning mengangguk faham. "Baik Nyonya"

Kemuning naik ke lantai atas dengan membawa alat kebersihan untuk membersihkan kamar utama di lantai atas itu yang hampir tidak pernah Kemuning masuki. Karena tugasnya yang bekerja di malam hari, jadi untuk membersihkan kamar hanya di kerjakan oleh pelayan di bagian kerja siang. Karena mengingat kamar itu yang tidak ada penghninya, jadi merasa cukup untuk di bersihkan satu kali saja sehari.

Ceklek..

Kemuning membuka pintu kamar, dia masuk dengan menatap ke sekeliling kamar ini. Ruangan yang begitu luas dengan berbagai barang mewah yang menghiasi ruangan ini.

Kemuning mulai melakukan pekerjaannya, dia mengganti seprei yang sebenarnya tidak kotor sama sekali karena tidak pernah di pakai. Menyapu dan mengepel lantai hingga bersih, lalu dia mengganti pewangi ruangan disana.

Saat semuanya sudah dia kerjakan, dia menatap sebuah foto yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Kemuning mengambil foto itu dan menatapnya. Sebuah foto pria tampan dan muda yang sedang memegang piala kejuaraannya.

"Jadi Tuan Muda yang ini yang akan pulang ya"

Foto pria ini selalu terpajang di setiap ruangan di rumah ini kecuali dapur sepertinya. Jadi tidak mungkin jika Kemuning tidak pernah melihatnya atau tidak tahu siapa Tuan Muda di rumah ini.

"Sedang apa kau?!"

Deg..

Prank...

Bersambung

Kemuning, Nama Yang Lucu!

Karena terlalu terkejut dengan suara bariton itu, membuat Kemuning tidak sengaja menyenggol sebuah piala di atas nakas hinga piala itu pecah berantakan di atas lantai.

Kemuning berbalik dan melihat seorang pria tampan dengan tubuh yang tegap berjalan ke arahnya dengan wajahnya yang dingin.

"Kau!" Dia menunjuk Kemuning, lalu menata pecahan piala yang berserak di atas lantai dengan kilatan penuh amarah di matanya.

"Maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak sengaja. Saya minta maaf"

Kemuning terus membungkukan tubuhnya dengan tubuh yang bergetar dan matanya yang berkaca-kaca. "Maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak sengaja"

Anston menoleh dan menatap Kemuning dan siap marah pada wanita itu. Namun ketika dia melihat tatapan mata Kemuning yang berkaca-kaca dengan wajahnya yang pucat pasi, membuat Anston tidak jadi marah.

"Sudahlah, sana pergi. Aku capek ingin istirahat"

"Sekali lagi maafkan saya, Tuan"

"Kau bereskan dulu pecahan piala itu sebelum keluar. Dan jangan ganggu tidurku!"

"Ba-baik Tuan"

Kemuning segera mengambil sapu dan mulai membersihkan pecahan kaca dari piala itu. Dengan wajah menunduk dan tangannya yang bergetar. Sebenarnya yang membuat Kemuning semakin gugup adalah ketika Tuan Anston yang tiduran di atas tempat tidur.

Anston memperhatikan gerak tubuh Kemuning yang sedang membersihkan pecahan piala itu. Tangannya yang bergetar dan sesekali dia menghapus air matanya.

"Kau tenang saja, aku tidak akan memecat kamu atas kecerobohan kamu ini. Tapi kamu tetap harus mengganti rugi semua ini. Masalah ganti ruginya akan saya bicarakan nanti"

Kemuning mengangguk dengan air mata yang kembali menetes di pipinya. Dia segera menghapus air mata itu dengan punggung tangannya.

"Baik Tuan, terima kasih banyak"

Setidaknya Kemuning tidak di pecat dari pekerjaan ini. Dia sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk biaya anaknya. Meski dia tidak tahu apa yang akan menjadi syarat tanggung jawab tentang kecerobohan ini.

"Sekarang kau keluar, jangan mengganggu aku sampai acara nanti malam"

"Baik Tuan"

Kemuning keluar dengan membawa alat kebersihan yang dia bawa ke kamar Anston tadi. Kemuning menghela nafas lega setelah dia keluar dari kamar Anston. Merasa terbebas dari kandang harimau yang siap menerkamnya.

Ya Tuhan, kenapa Tuan Muda begitu menyeramkan. Tatapan matanya benar-benar membuat aku takut.

Kemuning kembali pada tugasnya, dia membantu pelayan lain untuk menyiapkan semuanya. Acara penyambutan Tuan Muda akan segera di laksanakan satu jam lagi.

"Tadi kamu lihat bagaimana Tuan Muda Anston yang begitu tampan. Aaa jika saja aku belum menikah, akan aku pelet dia untuk menjadi suamiku"

"Dukun mana pun tidak akan berani melet orang kaya seperti Tuan Muda Anston. Takut hidupnya hancur dan semua yang dia punya juga akan hancur"

Kemuning hanya fokus mengelap meja di saat pelayan yang lain bekerja tapi sambil membicarakan Tuan Muda rumah ini yang baru kembali dari luar negara.

"Menurut kamu bagaimana Kemuning? Tadi kamu sempat bertemu dengan dia 'kan? Dia tampan sekali ya"

Kemuning hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dia tidak bisa menjelaskan apapun, karena saat ini dia sedang berpikir bagaimana caranya untuk mengganti rugi piala milik Tuan Anston yang telah dia pecahkan. Kemuning takut jika Tuan Anston akan meminta ganti rugi yang besar. Sementara dirinya hanya seorang single parent yang bekerja untuk menghidupi anaknya.

Acara pun di mulai, para tamu undangan sudah banyak yang datang dan menyambut Tuan Anston dengan begitu hormat. Berkumpul di sebuah sofa di ruang tengah untuk mengobrol dengan orang-orang yang tentunya tidak sembarang.

"Selamat atas pencapaian anda di luar negara kemarin. Saya tidak menyangka jika Tuan Muda seperti anda bisa memenangkan tander yang begitu besar"

Anston hanya tersenyum, tentu dia sudah terbiasa dengan pujian-pujian seperti ini atas semua pencapaiannya.

"Ternyata Tuan Andian memang mempunyai sosok penerus yang hebat"

Lagi-lagi Anston hanya tersenyum saja, sampai tatapannya tertuju pada pelayan yang tadi dia temui di kamarnya. Yang telah memecahkan piala miliknya. Kemuning yang membawakan beberapa botol minuman untuk tamu yang datang. Dia menunduk ketika melihat wajah Tuan Anston yang menatapnya begitu lekat.

Ya Tuhan, apa dia sedang memikirkan tentang pialanya yang rusak dan memikirkan ganti rugi yang akan dia ajukan padaku.

"Mi-minumnya Tuan"

Kemuning menaruh beberapa botol minum dan gelas yang dia bawa di atas meja. Segera dia berdiri dan berlalu dari sana, tidak lupa untuk mengangguk hormat pada mereka semua sebelum dia pergi.

######

Acara telah selesai, para pelayan yang di sibukan untuk membereskan semua bekas pesta. Sementara Anston sedang berada di kamarnya, dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi yang terlentang.

"Sial, kenapa aku terus terbayang wajah pelayan itu. Dia yang ketakutan dengan wajah pucat dan tubuhnya yang bergetar membuat aku merasa lucu melihatnya"

Ceklek..

Suara pintu yang terbuka membuat Anston langsung menoleh ke arah pintu. Dia melihat Ibunya yang masuk ke dalam kamarnya. Duduk di pinggir tempat tidur.

"Ibu senang kamu kembali lagi kesini, Ans. Setelah kepergian Ayah kamu dan kamu yang juga pergi ke luar negara, benar-benar membuat Ibu merasa kesepian"

Anston bangun, dia merangkul bahu Nyonya besar dan mengecup pipi wanita yang telah melahirkannya itu. "Aku sudah lelah terus mengejar kesuksesan di negara orang. Sekarang aku akan melanjutkan perusahaan Ayah"

Ibu mengelus punggung tangan Anston, seorang Ibu yang selalu merindukan anaknya yang selama ini lebih banyak menghabiskan waktu di luar negara.

"Oh ya Bu, tadi yang membersihkan kamar aku siapa ya? Pelayan, tapi terlihat masih muda"

"Oh, itu Kemuning. Pelayan yang kerjanya dari malam sampai pagi. Dia memang baru beberapa bulan bekerja disini. Memangnya kenapa? Apa dia membuat kamu tidak nyaman?"

Anston menggeleng cepat, dia tidak merasa tidak nyaman. Hanya saja dia merasa penasaran saja. "Tidak Bu, ya aku suka dengan kerja dia. Kalau dia saja yang mengurus segala kebutuhan aku dan membersihkan kamar aku ini,  bagaimana?"

"Tapi dia hanya bekerja dari malam sampai pagi saja"

"Ya, tidak papa. Dia bisa menyiapkan pakaian kerjaku pagi hari dan membersihkan kamar aku malam hari"

"Baiklah kalau memang itu mau kamu, Ibu akan coba bicara dengan Kemuning"

"Iya Bu, terima kasih ya"

Ibu mengangguk, apa yang tidak akan dia lakukan untuk anaknya ini selama dia masih bisa mewujudkannya.

Jadi namanya Kemuning ya, lucu sekali namanya. Terdengar aneh, tapi lucu.

Anston tersenyum sendiri dengan pemikirannya itu. Entah kenapa wajah pelayan itu cukup menghantui dirinya. Kemuning, nama yang terdengar asing dan aneh. Tapi entah kenapa dia merasa lucu mendengar nama itu.

Bersambung

Kenapa Aku Berdebar?!

Pagi ini Kemuning sudah mulai mengumpulkan berbagai pakaian penghuni rumah disini. Karena dia memang pelayan di bagian mencuci baju dan lainnya. Namun ketika dia sedang memasukan beberapa pakaian ke dalam mesin cuci, tiba-tiba Mbak Maya datang kesana.

"Kamu di panggil sama Nyonya besar, dia menunggu kamu di ruang kerja"

Kemuning merasa tidak melakukan kesalahan, namun kenapa dia di panggil oleh Nyonya besar. "Ada apa ya Mbak, kok aku di panggil sama Nyonya besar"

"Ya, mana aku tahu. Kamu mungkin membuat kesalahan"

Kemuning menghela nafas pelan mendengar nada ketus dari Mbak Maya. Dia berjalan keluar dari tempat pencucian untuk menemui Nyonya besar di rumah ini. Pikirannya bingung dan dia tidak tahu apa yang akan di bicarakan Nyonya besar padanya.

Atau mungkin Tuan Muda yang akan meminta ganti rugi atas pialanya yang aku rusak itu ya. Aduh bagaimana ini? Mana bisa aku menggantinya.

Tok..tok..

Kemuning mengetuk pintu ruang kerja di rumah ini. Langsung masuk ketika dia sudah mendengar suara Nyonya besar yang mengizinkannya untuk masuk. Kemuning masuk dengan wajahnya yang menunduk.

"Kemuning, duduklah"

Kemuning mendongak, dan dia tidak menyangka jika disana juga ada Tuan Muda. Membuat dia semakin gugup saja, yakin jika Tuan Muda akan membahas tentang piala yang dia jatuhkan kemarin hingga hancur itu. Kemuning duduk di atas sofa yang bersebrangan dengan Tuan Muda dan Nyonya besar di rumah ini.

"Ada apa ya, Nyonya memanggil saya?" tanya Kemuning dengan sopan

"Jadi begini, Tuan Muda ingin kamu menjadi pelayan khusus untuk dia. Setiap hari kamu yang menyiapkan pakaian kerja dan perlengkapan lainnya. Kamu juga yang membereskan kamarnya, karena menurutnya kerja kamu kemarin bagus dan sangat rapi"

Kemuning tentu sangat terkejut mendengar ucapan Nyonya besar barusan. Dia menatap Tuan Muda yang terlihat diam dan biasanya, dia malah fokus dengan ponsel di tangannya.

Mungkin ini memang ini cara Tuan Muda untuk mengganti rugi pialanya yang hancur.

"Baik Nyonya"

Kemuning benar-benar tidak bisa menolak, karena dia sadar jika dirinya hanya seorang pelayan yang tidak mungkin bisa membantah perintah dari orang tersebut.

"Sekarang tolong siapkan peralatan mandi untuk aku. Pagi ini aku akan pergi ke Kantor" titah Anston dengan tegas.

"Baik Tuan"

Kemuning berpamitan dan segera keluar kamar untuk pergi ke kamar Tuan Anston. Perlahan dia membuka pintu kamar utama ini dan masuk ke dalam. Kemuning langsung masuk ke dalam ruang ganti dan menyiapkan segala peralatan untuk Anston mandi dan juga pakaian kerjanya.

"Semoga saja Tuan Muda tidak meminta aku untuk mengganti piala itu. Uang darimana aku untuk menggantinya"

Kemuning mengisi bak mandi dengan air hangat. Dia juga memasukan tetesan aroma terapi pada bak mandi.

"Sudah siap semuanya"

Deg..

Kemuning langsung berbalik seketika dan hampir saja dia terjatuh karena lantai kamar mandi yang basah dan licin. Namun dengan sigap tangan kekar itu menahan pinggangnya yang hampir saja jatuh ke atas lantai. Detak jantung Kemuning benar-benar terdengar sangat kencang. Posisi mereka ini sangat dekat hingga membuat dadanya saling bersentuhan.

"Ma-maaf Tuan"

Anston mengerjap dan langsung melepaskan Kemuning dari pelukannya. "Kau ini ceroboh sekal, kalau sampai kau menghancurkan lagi barangku. Aku tidak akan mengampuni kau lagi"

Kemuning hanya menunduk dengan tangan yang meremas baju yang di pakainya. "Maaf Tuan, saya benar-benar tidak sengaja" Lagian anda juga yang membuat saya kaget.

"Sudahlah, kau keluar dan tolong bilang pada Pak Hadi untuk membuatkan sarapan untuk saya"

"Baik Tuan"

Kemuning berlalu dari kamar Anston, sementara Anston sendiri langsung membuka pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi. Anston menyentuh dadanya sendiri.

Sial, kenapa aku berdebar.

#######

Kemuning pulang ke rumah pukul 10 pagi, setelah dia selesaikan dengan pekerjaannya itu. Rasa lelahnya langsung terobati ketika dia melihat wajah ceria anaknya.

"Ibu.."

"Hai Melati Sayang, sudah makan?"

"Iya Ibu, sudah makan bersama Tante Riri barusan"

Kemuning duduk di teras rumah, menatap Riri dengan penuh rasa syukur karena dia bisa mempunyai teman sebaik Riri. "Makasih ya Ri, kamu sudah mau aku repotkan setiap hari"

"Apaan si, aku ikhlas menjaga Melati. Lagian aku juga suka dengan dia, sangat menggemaskan"

Kemuning tersenyum mendengar itu, dia tahu bagaimana Riri yang selalu baik padanya. "Udah sarapan Ri?"

"Udah, tadi aku beli nasi kuning di depan gang sana"

"Berapa? Biar aku ganti, pasti kamu juga beliin untuk Melati"

Riri menepuk tangan Kemuning yang sudah merogoh tasnya untuk menguarkan uang. "Apaan si Ning, kamu masih saja gak enakan sama aku. Lagian cuma sebungkus nasi kuning doang. Gak usah kamu ganti, lebih baik uangnya kamu simpan untuk pengobatan Melati. Dia mimisan lagi tuh tadi pagi"

Kemuning menghela nafas pelan, dia menatap anaknya yang sedang bermain di halaman rumah. Melati terlihat ceria dan sehat seperti anak pada umumnya. Namun dia mempunyai kelainan pada jantung sejak lahir. Baru di ketahui setelah usia lima bulan. Dan pada saat itu, hati Kemuning benar-benar hancur. Dia yang baru saja di cerai oleh suaminya dan harus menerima kenyataan jika anaknya mempunyai penyakit bawaan.

Riri merangkul bahu sahabatnya itu, dia tahu jika hidup yang dijalani oleh Kemuning sangat berat. "Sabar ya, aku yakin semua perjuangan kamu selama ini tidak akan sia-sia. Melati akan sembuh"

Kemuning menunduk dengan air mata yang menetes begitu saja di pipinya. "Tapi aku harus bagaimana lagi Ri? Melati harus segera di operasi jika ingin umurnya bertahan cukup lama. Tapi jangankan untuk biaya operasi, untuk makan sehari-hari saja kami susah"

Gaji yang Kemuning terima dari bekerja sebagai seorang pelayan, hanya habis untuk menebus obat-obatan Melati yang harganya tidak murah itu. Sisanya hanya dia gunakan untuk makan dan membayar sewa kontrakan rumah yang di tempatinya ini. Bahkan sudah tidak terhitung lagi berapa besar dia meminjam uang pada Riri, namun sampai saat ini belum bisa dia ganti. Beruntung karena Riri yang begitu baik dan tidak pernah membahas tentang hutangnya itu.

"Kenapa kamu tidak minta pada keluarga suami kamu? Kalaupun memang mereka tidak menginginkan kehadiran Melati, tapi setidaknya Ayahnya masih harus bertanggung jawab, karena Melati tetap anaknya"

"Sudah aku coba Ri, tapi tidak ada respon apapun. Aku sudah lelah untuk terus berurusan dengan mereka semua. Aku hanya ingin hidup tenang dan membesarkan anakku.. Hikss..."

Riri langsung memeluk Kemuning, matanya ikut berkaca-kaca ketika mendengar tangisan Kemuning yang begitu memilukan. Dia tahu bagaimana wanita ini menjalani hidupnya dengan sangat berat selama ini, namun dia tetap tegar menjalaninya. Meski ada waktunya dia merasa rapuh dan mengeluh.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!