NovelToon NovelToon

Terjerat Noda Hitam Pernikahan

Kejadian Tak Terduga

Di sebuah Apartemen Skylar, terdengar suara jeritan isak tangis seorang wanita yang begitu terkejut melihat tubuhnya. Dia berusaha keras untuk duduk menyandar di ranjang sambil menutupi tubuh menggunakan selimut tebal berwarna putih.

“Aarrghh, hiks ....” Seorang wanita berteriak keras ketika mendapati tubuh yang sudah tidak menggunakan sehelai kain pun untuk menutupinya. Wanita itu bernama Moana Earlene Garfield berusia 23 tahun.

Moana merupakan seorang sekretaris dari pria yang saat ini sedang tertidur di sampingnya. Sudah hampir satu tahun lebih Moana bekerja di perusahaan. Wanita tersebut selalu diandalkan oleh atasannya untuk mengerjakan segala sesuatu dengan cekatan, mandiri, dan teliti.

Moana hidup seorang diri karena kedua orang tuanya sudah tiada akibat sang Ibu menderita penyakit gagal ginjal. Sementara sang Ayah, mengalami kecelakaan ketika sedang bekerja.

Saat ini Moana benar-benar sangat terpukul atas kejadian yang tidak bisa dia ungkapkan. Mahkota yang sudah dijaga selama 23 tahun harus berakhir sia-sia tepat di tangan seorang pria yang bukan suaminya, melainkan atasannya sendiri di perusahaan.

“Tu-tuan jahat, hiks ... Tu-tuan sudah merenggut semuanya dariku, dasar baji*ngan! Pokoknya saya enggak mau tahu, Tuan harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini!”

Moana berteriak sekuat tenaga dengan perasaan kecewa dan marah sambil menatap atasannya. Padahal, ketika Moana marah pria itu masih dalam keadaan tertidur sambil menutupi tubuh sebatas perut menggunakan selimut yang dibagi dua sama Moana.

Setelah mendengar suara Moana atasannya mulai terbangun membuka kedua matanya secara perlahan agar bisa menyesuaikan cahaya kamar yang sangat terang benderang.

Dalam keadaan masih belum tersadar sepenuhnya, pria tersebut mendengar suara isak tangis seorang wanita. Dia menoleh ke arah samping menatap Moana dalam keadaan frustasi. Ketika sudah menyadarinya, sang atasan langsung terkejut dalam keadaan mata melotot.

Betapa terkejut atasan itu, selepas mengetahui jika kondisi tubuh mereka sudah tidak menggunakan pakaian sama sekali yang seharusnya berguna untuk menutupi tubuh satu sama lain. Hanya ada selimut tebal berwarna putih, itu juga harus di bagi menjadi dua bersama sekretarisnya.

“Mo-moana? A-apa yang kamu lakukan di sini, hahh?"

"Ja-jangan bilang ka-kamu telah menjebak saya, iya? Atau kamu berniat ingin memanfaatkan keadaan saya dalam kondisi mabuk?"

Pria tersebut menatap tajam ke arah Moana, dimana urat lehernya mulai terlihat sangat menonjol. Artinya, dia benar-benar marah atas kejadian yang saat ini terjadi di antara mereka berdua.

“Jangan bilang kamu sudah merencanakan semua ini supaya kamu bisa menikah dengan saya? Terus setelah itu, kamu bisa menumpang hidup enak, begitu?"

"Dengan adanya rencana yang sudah kau rencanakan matang-matang pada saya, kau bisa menguasai seluruh harta saya? Cihh, dasar wanita murahan!"

Kata-kata yang diucapkan memang sangat menyakitkan di dalam hati Moana. Siapa sih, wanita yang ingin berada di posisi ini? Pasti tidak akan ada yang menginginkan hal buruk terjadi pada dirinya sendiri. Sementara Moana saja tidak mengerti kenapa semua ini bisa terjadi. Apa lagi dia berasal dari wanita baik-baik, jadi tidak mungkin seorang Moana melakukan hal sekeji ini hanya demi uang.

Ernest Keizaro Raymond merupakan seorang CEO tampan berusia 27 tahun. Ernest adalah atasan Moana yang terkenal sangat cuek, dingin, dan sangat arrogan.

Berkat kejadian ini membuat Ernest terkejut bukan main. Dia selalu menyudutkan kesalahan kepada Moana, padahal wanita yang dia tuduh juga tidak mengerti kenapa bisa ada di dalam satu kamar dengan atasannya.

Ernest tidak terima atas apa yang Moana lakukan, pria itu selalu berpikir bahwa semua yang terjadi berkat rencana licik Moana yang begitu menginginkan kehidupan enak darinya. Nyatanya, tidak sama sekali. Ini semua hanya pemikiran Ernest yang tidak ingin disalahkan.

Ditambah lagi, Ernest sangat mengetahui tentang kehidupan Moana yang sebatangkara. Begitu juga keadaan perekonomiannya yang bisa dibilang jauh di bawah Ernest. Ibaratkan bagaikN bumi dan langit yang sulit digapai.

“Cukup, Tuan. Hentikan ucapanmu yang menyakitkan itu! Saya bukan wanita bod*doh yang akan menyerahkan tubuh saya begitu saja pada seorang pria. Apa lagi pria itu jelas-jelas bukan suami saya, mengerti!”

“Ya, memang saya akui. Saya ini adalah orang miskin, Tuan. Sangat miskin! Hanya saja saya tidak serendah apa yang Tuan ucapkan barusan! Semiskin-miskinnya hidup saya, harga diri tetap harga diri. Tidak bisa dibeli dengan uang!"

"Jangan mentang-mentang Tuan orang kaya, lalu bisa seenaknya berbicara seperti itu pada saya!”

“Pokoknya saya tidak mau tahu, cepat atau lambat Tuan harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini! Jika tidak, maka saya akan---“

Perkataan Moana terhenti, Ernest langsung menyerobot untuk melontarkan satu kalimat yang berhasil membuat sekretarisnya terdiam tidak berkutik.

“Akan apa, hahh? Mau melaporkan saya? Silakan, saya tidak takut! Kalau memang benar saya yang sudah melakukannya, lalu di mana buktinya? Di mana!”

Suara Ernest melengking keras memecahkan emosi yang dari tadi sudah dia tahan. Suara tegas Ernest berhasil terdengar keluar kamar, sehingga menggema di penjuru ruangan. Sampai pada akhirnya, seseorang yang berada di kamar sebelah langsung berlari kencang memasuki kamar mereka.

.......

.......

.......

...***💜💜>Bersambung

Batas Kesabaran Sudah Habis

Terdengar suara keras yang berasal dari orang tersebut. Dia langsung membuka pintu secara kasar, layaknya orang yang sedang mendobrak pintu. Semua dilakukan lantaran dia merasa cemas dan khawatir terhadap atasannya.

“Ada ap ... Tu-tuan Ernes? Mo-moana?”

“A-apa yang kalian lakukan, bu-bukannya Tuan semalam tidur bersama saya? Terus ke-kenapa Tuan bisa ada di sini? La-lalu, ada apa dengan kalian kenapa sama sekali tidak menggunakan pakaian? Sebenarnya, apa yang terjadi sama Tuan dan Moana?"

Pria itu menatap Ernest dan Moana secara bergantian. Dia benar-benar bingung melihat keadaan mereka berdua seperti ini. Sementara Ernet sama Moana cuma terdiam, mereka saling melirik tajam penuh kemarahan.

“Ja-jangan bilang, apa yang dikatakan oleh para karyawan itu benar. Kalau kalian, ternyata memang memiliki hubungan lebih dari sebatas rekan kerja?”

Seorang pria bernama Felix Gladwin Reagan terlihat begitu syok ketika melihat kejadian tersebut. Dia juga merupakan seorang asisten Ernest yang berusia 26 tahun.

Felix tidak menyangka kalau atasannya, ternyata memiliki hubungan spesial bersama sekretarisnya. Padahal, dia sangat tahu atasannya itu bukan pria seperti itu. Ernest tipikal pria yang dingin kepada seorang wanita, jadi tidak mungkin dia bisa melakukan ini.

Namun, apa yang dilihat sekarang berhasil membuatnya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Wajah cemas, khawatir, dan panik membuat Ernest menjadi keringat dingin.

“Ti-tidak, Fel! Ka-kamu salah paham, i-ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Sumpah!"

"Please, jangan percaya sama dia! Moana itu adalah wanita yang sangat licik. Dia sudah berhasil menjebak saya dan berusaha memanfaatkan ketidaksadaran saya semalam. Kalaupun benar saya dan dia sudah melakukan hal itu, lalu di mana noda bercak merah yang seharusnya ada di ranjang?”

“Kenapa ranjang ini malah terlihat bersih? Bukannya wanita yang mengaku anak baik-baik, jika disetubuhi oleh lawan jenisnya pasti akan meninggalkan jejak, bukan?"

"Lantas, di mana semua itu? Kenapa tidak ada? Sekarang sudah jelas bukan, kalau dia hanya mengaku sebagai wanita baik-baik, tapi kenyataannya dia tidak lebih dari teman tidur pria lain!”

Ernest selalu berusaha memberikan penjelasannya kepada Felix, tanpa memikirkan bagaimana hancurnya perasaan Moana yang sudah tidak bisa dijelaskan. Penghinaan yang Ernest katakan sangat menyakiti hati gadis itu, tetapi Ernest tetap tidak ingin disalahkan.

Terlihat jelas, bukan? Apabila di sini Ernest hanya membela dirinya sendiri di hadapan Felix. Dikarenakan Ernest takut Felix sampai berpikir negatif mengenai dirinya atas kejadian hari ini.

Apalagi Felix sudah bekerja jauh lebih lama dari Moana. Jadi, seharusnya dia jauh lebih mengenal Ernest daripada Moana. Kenyataan, sang asisten malah berpihak pada Moana yang sudah menjadi korban pele*cehan atasannya sendiri.

Felix dan Ernest merupakan partner kerja yang sangat profesional, bahkan mereka bisa dibilang seorang sahabat rasa persaudara. Ikatan serta kesiagaan Felix yang hampir 24 jam berada di samping Ernest sangat patut diacungi jempol.

“Tuan jahat ... Tuan sudah merenggutnya! Tanpa rasa berdosa, Tuan malah memutar balikkan fakta dan berusaha menjelekkan saya. Dasar pria peng*ecut!”

Moana melemparkan bantal tepat di wajah Ernest. Dia selalu mengamuk sambil berteriak sampai membuat ruangan itu bergema suara isak tangisnya. Di mana kedua tangan Moana tidak berhenti memukul keras punggung Ernest berkali-kali, meskipun tangan terasa sakit Moana tetap tidak peduli. Dikarenakan dia lebih memilih sakit fisik daripada batin yang akan merusak mental.

“Apaan sih! Udah deh, gak usah sok suci jadi orang. Kalau memang kita melakukannya, mana buktinya? Tunjukkan!"

"Gak bisa, 'kan? Makannya jangan sok! Lihatlah, di ranjang tidak ada sedikit pun noda segelmu. Itu artinya, kamu memang sudah pernah melakukannya pada orang lain. Setelah kamu tidak mendapatkan apa pun darinya, lalu kembali mencari mangsa selanjutnya yaitu, saya!"

"Ketika kamu melihat adanya peluang kesempatan, maka di situlah kamu mulai beraksi untuk menjebak saya dengan semua kesalah pahaman ini. Benar, 'kan?"

“Sudahlah, tidak perlu sok munafik! Saya muak mendengar tangisan air mata buaya!"

"Sekarang saya paham, taktik permainan semua ja*lang sepertimu. Mereka hanya perlu bermodalkan pura-pura menjadi korban, kemudian menyalahkan semuanya pada yang bersangkutan. Dengan kamu melakukan itu, kamu pikir bisa mendapatkan apa yang kamu mau?"

"Haha, dasar bod*doh! Bangun, jangan kebanyakan mimpi. Kalai jatuh sakit loh, Nona Moana!”

Ernest selalu menekankan kata demi kata yang diucapkan kepada gadis malang itu. Tatapan serta tawanya yang remeh, benar-benar telah menusuk hati Moana berulang kali.

Tatapan penuh amarah di mata Moana sudah tidak lterbendung. Sampai akhinya, Ernest kembali mencaci maki Moana sampai batas kesabarannya sudah benar-benar habis.

“Selama ini orang yang saya anggap sebagai wanita baik yang selalu bersikap sopan, mandiri, serta jarang sekali saya mendengar keluhan-keluhnya. Ternyata ohh, ternyata, itu hanyalah sebuah topeng untuk sekedar menutupi sikap aslinya. Cihh, menjijikkan!”

Plaak!

Satu tamparan keras dari tangan mungil Moana telah berhasil mendarat tepat di pipi mulus milik Ernest. Hati yang terasa sangat panas, juga sakit sama seperti tertusuk oleh ribuan pedang yang begitu panjang. Kali ini, Moana sudah tidak memandang siapa Ernest. Untuk Moana, Ernest sama saja seperti pria bereng*sek pada umumnya. Berani melakukan, tetapi angkat tangan ketika dimintai tanggung jawab.

Tamparan itu, adalah tamparan pertama untuk Moana mengotori tangannya sendiri demi memberikan sebuah tanda cantik yang akan selalu Ernest ingat selamanya.

.......

.......

.......

...***💜💜>Bersambung

Sindirian Keras

"Saya berjanji, kelak saya akan membuat perhitungan dan kan saya pastikan, nama serta karier yang selama ini dinilai bagus oleh publik. Dalam hitungan detik semua akan musnah, hancur lebur bagaikan debu yang berterbangan. Impas, bukan?”

“Jika saya arus hancur karena masa depan yang sudah direnggut oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Maka, Tuan juga harus hancur karena sebuah harga diri!"

Baru kali ini Ernest dan juga Felix melihat adanya sebuah amarah yang begitu besar di wajah Moana. Mereka terdiam sejenak mencerna ancaman dari Moana yang kian menjadi pertimbangan untuk mereka berdua.

“Tu-tuan, saya harap Tuan mau bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan pada Moana. Kasihan dia, Tuan. Dia itu hidup sebatangkara. Bagaimana jika nanti semua tahu atas kasus ini, lalu mereka mencelanya. Apa itu tidak akan berimbas pada kita?” tanya Felix disertai rasa kekhawatiran yang cukup mendalam.

“Itu bukan urusan saya! Kalau saya yang melakukannya pasti saya akan bertanggung jawab. Akan tetapi, semua itu tidak ada tandanya, Fel! Jadi, jangan paksa saya untuk bertanggung jawab atas apa yang tidak saya lakukan!"

"Saya bisa pastikan, jika dia memang memiliki niatan buruk untuk menjebak saya!”

Ernest selalu berpegang teguh pada pendirian. Jika memang semua yang terjadi ini bukan kesalahannya. Ernest terlihat sangat percaya diri, kalau semua ini merupakan jebakan yang dibuat oleh Moana kepada dirinya.

“Tidak, tidak, tidak! Tu-tuan jahat!"

"Tu-tuan yang sudah mengambilnya. Jadu, Tuan pula yang harus bertanggung jawab. Pokoknya harus, saya tidak mau tahu!”

Moana berteriak histeris membentak Ernest sengan air mata yang sudah mengalir deras. Moana harus berulang kali mendengar penghinaan-penghinaan yang terlontar dari mulut tajam Ernest.

Berkali-kali Moana menggelengkan kepala sambil menutup kedua mata. Terlihat jelas, apabila Moana sudah tidak kuat menahan semua itu. Apalagi mendengar kalimat-kalimat yang berhasil menggoreskan hati Moana.

“Cukup, Tuan! Apa Tuan tidak kasihan sama Moana, hidup dia sudah sangat menderita. Jadi tolong, Tuan. Jangan berikan dia kesengsaraan lagi!”

“Untuk masalah noda yang saya tahu, tidak semua wanita bersegel ketika dibuka akan memberikan tanda tersebut. Jika tidak percaya sebaiknya Tuan lihat saja di Google. Di sana Tuan akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan Tuan sendiri!”

“Sekarang lebih baik, Tuan pakai celananya dan teruntuk kamu, Moana. Pergilah ke kamar mandi, lalu bersihkan seluruh badanmu!"

“Saya izin keluar untuk mencarikan pakaian baru buat kalian berdua, permisi!”

Felix memberikan celana kepada Ernest, lalu pergi begitu saja meninggalkan Ernest dan Moana yang masih dalam keadaan terpuruk.

Kejadian tersebut sangat mengguncang mental keduanya. Tanpa berkata lagi, Ernest segera memakai celana sambil membelakangi Moana. Sekarang, Ernest hanya menggunakan celana pendek dalam posisi telan*jang dada. Berbeda sama Moana yang segera melilitkan tubuhnya menggunakan selimut.

Perlahan Moana mencoba bangkit sambil berpegangan bupet kecil di sebelah ranjang. Dia berusaha keras menahan semua rasa sakit yang berada di daerah mahkota.

Melihat cara jalan Moana, hati Ernest sedikit tersentuh. Sebenarnya, dia memang tahu sedikit tentang ciri-ciri wanita yang baru membuka segel. Akan tetapi, yang jadi pertanyaan di mana noda itu? Kenapa tidak ada? Padahal sudah jelas, bila noda itu terlihat. Maka, Ernest pun akan siap untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi semalam.

Inilah yang membuat Ernest bingung serta sedikit ragu, apakah dia yang sudah merenggutnya atau tidak? Sebab, tidak ada noda tersebut. Akan tetapi, dari cara jalan Moana memberikan kesan kalau dia memang terlihat sangat kesakitan.

Belum lagi telinga Ernest sedikit mendengar suara lirih yang sangat samar, ketika Moana terus bersikeras untuk melangkahkan kedua kakinya meskipun terlihat bagaikan hewan Pinguin.

...🌟🌟🌟🌟🌟...

Hampir setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik Moana selalu bertemu dengan Ernest di kantor. Dia tak henti-hentinya selalu meminta pertanggung jawaban darinya.

"Jangan lupa tanggung jawab atau aku akan menbongkar semuanya ke publik!"

Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di telinga Ernest, setiap kali Moana memberikan atau mengambil berkas.

Moana tidak peduli sama pekerjaan terpenting dia mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. Sehingga Moana memberanikan diri untuk mengancaman atasan sendiri tanpa rasa lelah.

Suasana yang tiap hari selalu terlihat tenang, damai, dan juga adem ayem tanpa adanya masalah. Kini, telah berubah menjadi begitu menegangkan setelah kejadian tersebut terjadi.

Ernest sudah setengah ma*ti berusaha menahan rasa kesal, emosi serta gondoknya. Sebab Moana selalu saja menyindir Ernest, tepat di depan semua para karyawan lainnya.

"Nah, itulah pentingnya memiliki sikap tanggung jawab karena ketika seseorang melakukan kesalahan lalu, dia tidak mau mengakuinya. Sama halnya seperti seorang pengecut yang bersembunyi di ketiak Ibunya!".

Sindiran tersebut berhasil membuat Ernest mengepalkan kedua tangan dengan sangat erat di bawah meja meeting, tanpa diketahui oleh kolega bisnisnya.

Sampai akhirnya, kejadian tersebut telah berlalu selama kurang lebih 1 satu bulan lamanya. Di mana Ernest juga masih tetap pada pendiriannya. Dia benar-benar enggan untuk membuka suara dan mengakui, bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua yang sudah terjadi di antara mereka.

.......

.......

.......

...***💜💜>Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!