NovelToon NovelToon

Madu Mantan Dulu

Bab kedatangan Tamu

Nindi yang sedang menunggu kedatangan Rendra suaminya, yang akan pulang dari perjalanan bisnis tersenyum bahagia. Karena sudah seminggu lebih, ia tidak bertemu dengan suaminya. Bahkan kedua anaknya juga merindukan kasih sayang dari ayahnya.

"Bunda. Apakah benar? Hari ini Ayah akan pulang?" tanya Arsen putra pertamanya, yang datang menghampiri Nindi yang tengah menunggu kedatangan Rendra suaminya.

"Iya Sayang, kita tunggu kedatangan Ayah. Sebentar lagi Ayah sampai di rumah," sahut Nindi sambil mengusap kepala putra pertamanya dengan tersenyum manis.

"Hore ... Ayah hari ini jadi pulang," sorak bahagia kedua anak Nindi dan Rendra. Karena mereka berdua akan bertemu dengan ayahnya, yang mereka berdua rindukan.

"Bunda kita bikin kejutan buat Ayah, yuk! Pasti Ayah akan senang, mendapatkan kejutan dari kita," kata Arsen yang memberi usul pada Nindy. Untuk memberi kejutan kepada Rendra ayahnya.

"Iya Bunda, Rara setuju dengan usul kak Arsen," timpal Rara putri bungsunya, yang sependapat dengan Arsen kakaknya.

"Kalau Bunda boleh tahu? Emangnya kalian berdua mau ngasih kejutan apa buat ayah?" tanya Nindi penasaran pada kedua anaknya, yang akan memberikan kejutan untuk Rendra ayah dari kedua anaknya.

"Kalau Rara sudah buat gambar untuk Ayah, Bun. Pasti Ayah suka dengan gambar yang Rara buat,"  jawab Rara sambil menunjukan hasil gambar, yang ia buat pada Nindi dan Arsen kakaknya.

Rara membuat sebuah gambar keluarga mereka, tapi ada satu gambar yang membuat Nindi heran.

"Anak perempuan itu siapa Sayang?" tanya Nindi sambil menunjuk ke arah gambar, yang di buat oleh Rara putrinya.

"Rara ingin punya kakak perempuan Bunda, kak Arsen mah nyebelin suka ngajak Rara ribut terus." Rara menjawab pertanyaan Nindy, sambil mengeluarkan lidahnya ke arah Arsen.

"Tidak boleh begitu, Sayang. Adik kakak harus saling menyayangi. Kalau Rara bilang seperti itu, tandanya Rara tidak bersyukur atas pemberian dari Allah SWT," nasihat Nindi pada Rara putrinya.

"Iya Bunda," sahut Rara.

"Tuh, dengerin Ra. Apa kata Bunda, biar aku suka iseng sama kamu. Tapi aku ini, tetaplah kakakmu yang harus..."

"Arsen." Nindi menyela ucapan Arsen, dan menatap ke arah putra pertamanya itu. Agar berhenti menggoda Rara adiknya, yang tengah menyesali ucapannya yang menginginkan kakak perempuan.

"Maafin Rara Bun. Rara janji tidak akan mengatakan seperti itu lagi," lirih Rara pelan, sambil menundukkan kepalanya.

Nindi yang melihat itu, ia memberikan pelukan hangat pada Rara putri bungsunya.

"Arsen mau ngasih kejutan apa untuk Ayah?" tanya Nindi. Ketika ia sudah melepaskan pelukannya, yang memeluk Rara.

"Kalau Arsen sih, mau mengajak Bunda sama Rara bersembunyi. Saat Ayah sudah mau sampai di rumah. Pasti Ayah bakalan mencari kita bertiga, dan saat Ayah sedang mencari kita bertiga. Di saat itulah kita bertiga keluar, Ayah pasti terkejut. Ha-ha-ha," jawab Arsen sambil tertawa. Karena ia menceritakan tentang usulnya, yang ingin membuat kejutan untuk Rendra ayahnya. Dan ia  berusaha mencairkan suasana hati Rara yang sedang bersedih, dengan gelak tawanya.

Rara yang bersedih pun ikut tertawa mendengar ucapan kakaknya.

"Kenapa Kakak tidak memberikan hadiah untuk Ayah seperti Adik?" tanya Nindi lagi pada Arsen putranya.

"Karena Arsen tidak punya hadiah untuk Ayah. Tapi Arsen mau hadiah dari Ayah," jawab Arsen dengan polosnya.

"Rara juga mau minta hadiah sama Ayah, Bun." Rara pun ikut menimpali. Karena ia tidak mau kalah dengan kakaknya, yang meminta hadiah pada ayahnya yang pulang dari perjalanan bisnis.

"Iya, Sayang. Nanti kita minta hadiah sama Ayah," balas Nindi yang begitu gemas pada kedua anaknya, yang menginginkan hadiah dari Rendra suaminya.

Tidak lama kemudian.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Bun, itu pasti Ayah. Ayo Bun, kita harus pergi mencari tempat persembunyian. Sebelum bertemu dengan Ayah," ucap Arsen sambil menarik tangan Nindi. Karena ia mau mengajak Nindi bersembunyi.

"Iya Bun. Ayo kita pergi dari sini," timpal Rara yang ikut menarik satu tangannya Nindi. Agar Nindi mau ikut bersembunyi dengan kedua anaknya.

"Iya, Sayang." Nindi pun hanya bisa pasrah, dan berusaha mengikuti keinginan kedua anaknya.

Mereka bertiga pun segera pergi mencari tempat untuk bersembunyi.

_________

Sementara itu.

Rendra terus mengetuk pintu rumahnya, yang belum di buka. Saat pintu di buka oleh Bi Narsih pembantu, yang bekerja di rumahnya. Rendra langsung masuk ke dalam rumah, tapi ia tidak melihat keberadaan istri dan kedua anaknya.

"Bi Narsih, istri dan anak saya pada kemana? Kok tumben rumah sepi seperti ini?" tanya Rendra yang ingin mengetahui keberadaan istri dan kedua anaknya.

"A____anu i___itu, Bibi lupa." Bi Narsih bingung menjawab pertanyaan dari Rendra majikannya, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya sudah. Tolong buatkan minum dua yah, Bi." Rendra menyuruh Bi Narsih, untuk membuat minuman.

"Baik Tuan." Bi Narsih pun segera pergi ke dapur, untuk membuat minuman.

"Sayang, kamu duduk di sini dulu yah," pamit Rendra yang pergi meninggalkan orang, yang ia ajak ke dalam rumahnya. Karena ia mau mencari istri dan kedua anaknya di dalam rumah.

"Iya," balasnya singkat.

Nindi yang berada di tempat persembunyiannya. Ia mendengarkan pembicaraan suaminya, yang mengatakan sayang kepada orang yang diajak masuk oleh suaminya.

"Siapa yah? Orang yang di panggil sayang oleh Mas Rendra?" gumam Nindi di dalam hatinya. Karena ia penasaran dengan tamu yang di panggilan sayang oleh Rendra suaminya.

"Sebaiknya, aku harus pergi dari sini. Untuk memastikan orang yang di panggil sayang oleh Mas Rendra," sambungnya.

Ketika Nindi akan keluar dari tempat persembunyiannya, ia di cegah oleh kedua anaknya.

"Bunda, jangan keluar dulu!" ucap Arsen dan Rara pelan. Karena mereka berdua mau mencegah Nindi, yang akan keluar dari tempat persembunyiannya.

"Iya, Sayang." Nindi pun mengurungkan niatnya, yang akan keluar dari tempat persembunyiannya.

Akan tetapi, suara pelan mereka terdengar oleh telinga Rendra yang sedang mencari keberadaan mereka bertiga. Ia pun segera mengejutkan istri dan anaknya, yang sedang bersembunyi.

"Ayo! ketahuan ya," kata Rendra yang sudah mengetahui tempat persembunyian istri dan kedua anaknya.

"Hahaha ..." kedua anaknya tertawa. Karena Rendra mengejutkan mereka, yang tengah bersembunyi.

"Yah, ketahuan deh sama Ayah tempat persembunyian kita," ujar Arsen.

"Iya nih. Jadi gak seru," timpal Rara.

"Tetap seru kok, Ayah senang mencari kalian yang bersembunyi," sahut Rendra sambil tersenyum senang, ia pun segera memeluk istri dan kedua anaknya.

"Kita pergi ke ruang tamu, ada orang yang mau Ayah kenalkan pada kalian," ajak Rendra pada istri dan anaknya. Ketika ia sudah melepaskan pelukannya.

"Siapa yah?" tanya Rara penasaran.

Tapi bukan cuman Rara saja yang penasaran, Nindi juga penasaran dengan tamu yang di ajak oleh Rendra suaminya.

"Kita temui dulu orangnya, pasti kamu akan tahu. Yuk kita pergi sekarang," jawab Rendra yang mengajak istri dan anaknya pergi ke ruang tamu.

"Iya," balasnya.

Mereka semua pun, segera pergi menuju ruang tamu. Untuk berkenalan dengan orang yang di ajak oleh Rendra.

"Bun, kenalin ini Mawar." Rendra memperkenalkan gadis cantik yang bernama Mawar.

Gadis itu pun mencium tangan Nindi, dan ia juga berkenalan dengan Arsen dan Rara.

"Ayah mana hadiah buat Arsen?" tanya Arsen yang meminta hadiah pada ayahnya, dan ia mengalihkan kedatangan Mawar yang masuk ke dalam rumahnya.

"Rara juga mau hadiah dari Ayah," timpal Rara yang tidak mau kalah dengan kakaknya.

"Iya ada kok, Sayang. Nanti Bi Narsih yang akan mengambil hadiahnya, di bagasi mobil Ayah," tutur Rendra kepada kedua anaknya.

"Rara juga punya hadiah untuk Ayah." Rara pun menunjukkan gambar, yang ia buat untuk Rendra ayahnya.

"Wah! Gambar yang Rara buat bagus sekali." Rendra memuji gambar yang di buat oleh Rara putrinya.

"Tapi gambar yang satu ini siapa, Sayang?" lanjut Rendra yang menanyakan gambar yang di buat oleh Rara putrinya.

"Rara mau punya kakak perempuan, yah. Tapi sekarang ini, Rara tidak jadi. Karena kata Bunda, itu namanya Rara tidak bersyukur atas pemberian dari Allah SWT," jawab Rara menjelaskan.

"Tapi sekarang ini. Rara sudah punya kok, kakak perempuan. Ini ada kak Mawar, dia juga kakaknya Rara," sahut Rendra.

Nindi pun mengerutkan keningnya, mendengar ucapan Rendra barusan.

"Maksudnya, Mas apa?" tanya Nindi.

Bersambung.

Jangan lupa like, komen dan simpan di favorit yah 🤗

Bab 2 Curiga

"Sekarang ini, Mawar akan tinggal di rumah ini Bun. Jadi Rara bisa menganggap Mawar sebagai kakak perempuannya," jawab Rendra yang memberitahukan kepada Nindy, tentang tujuannya yang mengajak Mawar pulang ke rumahnya. Karena ia mau mengajak Mawar tinggal bersamanya.

Degh.

"Kenapa Mas Rendra tidak memberitahukan kepadaku terlebih dahulu? Dan langsung memutuskan mengajak Mawar tinggal di rumah ini. Sepertinya, aku harus berbicara dengan Mas Rendra," batin Nindi yang ingin mengetahui semuanya, dengan cara menanyakan langsung pada Rendra suaminya.

"Kak Arsen dan Rara, ajak main kak Mawar dulu ya. Nanti hadiah dari Ayah akan di antarkan oleh Bibi ke kamar kalian," ucap Nindi yang menyuruh kedua anaknya dan juga Mawar. Untuk pergi dari ruang tamu. Karena ia ingin berbicara dengan Rendra suaminya secara empat mata.

"Iya Bun," balas kedua anaknya.

"Yuk kak, kita main ke kamarku," ajak Rara sambil memegang tangan Mawar.

Mawar menanggapi ajakan Rara, dengan mengagukkan kepalanya. Mereka bertiga pun pergi meninggalkan ruang tamu, dan segera masuk ke dalam kamar untuk bermain di sana.

"Bi, Bi Narsih ..." teriak Nindi yang memanggil Bi Narsih pembantunya.

"Iya Nyonya," sahut Bi Narsih yang datang menghampiri majikannya.

"Bi tolong ambilkan oleh-oleh di dalam mobil, terus bawa ke dalam kamar anak-anak. Nanti Bibi jagain anak-anak, yang sedang bermain di dalam kamar," perintah Nindi pada Bi Narsih.

"Baik Nyonya," balas Bi Narsih yang segera pergi menuju mobil Rendra, yang terparkir di depan rumah. Untuk mengambil oleh-oleh di dalam bagasi mobil Rendra, dan ia akan membawa oleh-oleh itu ke dalam kamar kedua anaknya Nindi dan Rendra.

Setelah kepergian Bi Narsih, kini Nindi menatap tajam ke arah mata suaminya. Karena ia  ingin meminta penjelasan dari Rendra suaminya, yang tiba-tiba mengajak Mawar tinggal bersama mereka tampa memberitahukan kepadanya terlebih dahulu.

Rendra yang melihat tatapan mata Nindi, yang menatap tajam ke arahnya. Ia memutuskan untuk segera pergi meninggalkan Nindi, tanpa berpamitan kepadanya.

"Pasti Nindi mau menanyakan tentang Mawar. Sebaiknya aku masuk ke dalam kamar, untuk menghindari pertanyaan Nindi," batin Rendra yang segera pergi meninggalkan Nindi tanpa berpamitan.

"Mas, kamu jangan pergi dulu. Aku ingin berbicara denganmu," ucap Nindy sambil memegang tangan suaminya, yang akan pergi meninggalkannya.

Rendra  menghentikan langkah kakinya, yang akan masuk ke dalam kamar.

"Apa yang mau kamu bicarakan dengan Mas, Sayang? Kamu kangen sama Mas ya?" tanya Rendra sambil menengok ke arah Nindi, yang berada di belakangnya.

Rendra pun segera memeluk Nindi, ia berharap dengan cara itu bisa membuat Nindi tidak menanyakan tentang Mawar, yang akan tinggal di rumahnya.

"Kenapa Mas mengajak Mawar tinggal di sini? Emangnya dia itu siapa?" Nindi yang penasaran langsung menanyakan tentang Mawar, sambil melepas pelukan dari Rendra suaminya.

"Mawar itu anak Adit teman kerjaku. Adit dan istrinya menitipkan Mawar padaku ..."

"Kenapa teman Mas menitipkan anaknya sama Mas? Memangnya teman Mas tidak mempunyai keluarga. Sampai harus menitipkan anaknya sama Mas?" Nindi menyela jawaban Rendra, yang mau saja menitipkan anak teman kerjanya, tanpa memberitahukan tentang hal itu kepadanya terlebih dahulu.

"Kamu dengarkan dulu penjelasan, Mas. Jangan langsung menyela ucapan Mas, yang belum selesai berbicara. Istri temannya, Mas. Sedang dirawat di rumah sakit, dan tidak ada orang yang menjaga Mawar. Karena keluarga temannya Mas jauh. Maka dari itu, Mas memutuskan untuk mengajak Mawar tinggal di sini bersama kita. Maaf sayang, Mas belum sempat memberitahukan tentang ini padamu. Mas harap kamu mengijinkan Mawar tinggal di sini," jawab Rendra sambil memegang tangan Nindi. Karena ia berharap, Nindi mengijinkan Mawar tinggal di rumahnya.

"Sampai kapan dia tinggal di sini, Mas?" tanya Nindi lagi.

"Mawar tinggal di sini cuman sementara saja kok, sampai ibunya sembuh dan pulang dari rumah sakit. Apakah kamu mengijinkan Mawar tinggal bersama kita?" jawab Rendra sambil bertanya balik pada Nindi.

"Ya sudah. Tapi beneran ya, cuman sementara saja," ucap Nindi yang mengijinkan Mawar tinggal di rumahnya.

Nindi yang awalnya senang bisa bertemu dengan suaminya, kini malah pergi meninggalkan suaminya seorang diri. Karena ia benar-benar di buat kaget dengan kedatangan Mawar, yang di bawa pulang oleh suaminya.

Saat Nindy akan pergi ke dalam kamar anaknya, ia mendengar suara keributan di dalam kamar anaknya.

"Ini punyaku. Kak Mawar jangan mengambilnya," ucap Rara yang berusaha merebut boneka yang di pegang oleh Mawar.

"Iya, itu punya adikku. Kamu ambil mainan yang lain saja," timpal Arsen yang membela Rara adiknya.

"Rara itukan banyak bonekanya, aku cuman minta satu saja masa tidak boleh sih. Pokoknya aku mau boneka ini," sahut Mawar yang bersikeras menginginkan boneka milik Rara.

"Tidak boleh, ini punyaku!"

"Boneka ini sekarang punyaku."

"Itu boneka punyaku. Jangan di ambil!"

"Ini boneka punyaku."

Rara dan Mawar saling menarik boneka, mereka berdua bersikeras dengan keinginannya yang menginginkan boneka yang sama.

"Aduh, Non Rara sama Mawar jangan berebut boneka seperti itu. Di kamar ini masih banyak boneka dan mainan yang lainnya, jadi jangan berebut." Bi Narsih berusaha melerai mereka berdua, yang tidak mau melepaskan boneka itu.

"Gak mau, ini punyaku." Mawar tetap bersikeras menginginkan boneka milik Rara.

"Tapi boneka itu punyaku, lepaskan!" Rara juga berusaha merebut boneka yang di pegang Mawar.

"Ada apa ini?" tanya Nindi yang baru masuk ke dalam kamar anaknya. Karena mendengar suara keributan di dalam kamar anaknya.

"Bunda, boneka Rara di ambil sama kak Mawar." Rara mengadu pada Nindi sambil berderai air mata. Karena boneka miliknya di ambil oleh Mawar.

"Aku cuman pinjam satu boneka saja. Tapi Rara dan Arsen tidak meminjamkan boneka untukku, Tante." Mawar mengatakan itu sambil melemparkan boneka ke arah Rara, dan ia segera keluar kamar sambil menangis.

"Kak Arsen, Rara. Bunda kan sudah bilang, kalian berdua ajak Mawar bermain bersama. Tapi kenapa jadi berebut mainan seperti ini?" tanya Nindi pada kedua anaknya.

"Kak Mawar duluan Bun, yang mengambil boneka punyaku. Aku tidak mau memberikan boneka ini kepadanya. Karena boneka ini hadiah ulang tahunku dari Ayah," jawab Rara sambil mengambil boneka yang terjatuh, dan memeluk boneka yang di inginkan oleh Mawar.

"Mungkin maksud kak Mawar itu pinjam boneka, bukan mau mengambil boneka Rara," ujar Nindi yang berusaha meluruskan.

"Tidak Bun. Kak Mawar memang menginginkan boneka punyaku, tuh buktinya tangan bonekanya rusak." Rara memperlihatkan bonekanya, yang rusak akibat saling tarik dengan Mawar.

"Yang di katakan Rara benar, Bun. Kak Mawar memaksa Rara memberikan boneka itu kepadanya," timpal Arsen yang membela Rara.

"Boneka pemberian dari Ayah. Jadi rusak seperti ini, Bun." Rara bersedih melihat bonekanya yang rusak.

"Sudah, sudah Rara jangan menangis. Nanti boneka yang rusak, akan Bunda jahit. Toh itu hanya sedikit saja yang rusaknya. Kalian berdua main lagi di sini, tapi ingat! Jangan berantem," kata Nindy sebelum ia keluar dari kamar. Untuk bertemu dengan Mawar, yang sudah lebih dulu keluar dari kamar anaknya.

Saat Nindy akan menghampiri Mawar, ia mendengar pembicaraan antara suaminya dengan Mawar.

"Mawar kenapa menangis?" tanya Rendra pada Mawar, yang datang menghampirinya sambil berlinang air mata.

"Mawar mau pinjam boneka punya Rara, tapi Rara dan Arsen tidak meminjamkannya. Papa tolong belikan Mawar boneka seperti Rara yah," jawaban Mawar yang meminta di belikan boneka pada Rendra membuat Nindy kaget. Karena ia mendengar ucapan Mawar, yang memanggil Rendra dengan sebutan Papa.

Degh.

"Kenapa Mawar memanggil Mas Rendra dengan sebutan Papa?"

Bab 3 Pergi ke rumah sakit

"Iya, Sayang. Nanti Papa akan membelikan boneka untuk Mawar," ucap Rendra sambil menghapus air mata Mawar.

"Asyik. Terima kasih, Pah. Mawar sayang .... Papa," sahut Mawar dengan senyuman manisnya, dan ia langsung memeluk Rendra.

"Kenapa Mawar memanggil Mas, dengan panggilan Papa?" tanya Nindi yang memutuskan datang menghampiri Rendra dan Mawar, yang sedang berbicara berdua.

"Sa___sayang." Rendra kaget melihat kedatangan Nindi, yang datang menghampirinya yang sedang bersama Mawar.

"Jawab pertanyaanku, Mas! Kenapa Mawar memanggil Mas dengan panggilan Papa? Siapa sebenarnya Mawar, Mas?" tanya Nindi sekali lagi.

"Mawar itu sudah terbiasa memanggil Mas dengan panggilan Papa bukan Om, dan Mas tidak keberatan dengan panggilan itu. Kamu kenapa menanyakan tentang Mawar lagi? Padahal tadi  Mas sudah bilang sama kamu, masa kamu tidak percaya dengan ucapan suami sendiri," jawab Rendra yang berusaha menjelaskan pada Nindy. Kalau Mawar itu anaknya Adit teman kerjanya.

Nindi tidak menanggapi jawaban Rendra, ia memperhatikan raut wajah Rendra dan Mawar secara bergantian.

"Apakah yang di katakan Mas Rendra itu benar?" gumamnya dalam hati yang bertanya pada dirinya sendiri.

"Mas mau mengantar Mawar ke dalam kamar tamu dulu. Ayo Mawar, Papa antarkan kamu tidur di kamar tamu," sambung Rendra berpamitan kepada Nindi. Sebelum ia mengajak Mawar pergi ke dalam kamar tamu.

"Aku merasa tidak yakin dengan jawaban dari Mas Rendra. Sebaiknya aku menyelidiki siapa Mawar sebenarnya,'' batin Nindi yang curiga dan tidak percaya dengan jawaban Rendra suaminya.

____________

Keesokan paginya.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Rendra kepada anak dan istrinya, yang sudah menunggu kedatangannya di meja makan.

"Selamat pagi juga Ayah," sahut Arsen dan Rara secara bersamaan sambil tersenyum. Karena melihat kedatangan Rendra ayahnya, yang sudah mereka tunggu di meja makan. Untuk sarapan pagi bersama.

"Pagi Mas." Nindi pun ikut menjawab, sapaan dari Rendra suaminya.

Rendra pun mendekati Nindi, dan mencium keningnya. Sebelum ia duduk di meja makan bersama kedua anaknya.

Saat Rendra akan duduk di kursi meja makan, tiba-tiba saja Mawar yang baru datang langsung memeluk Rendra dari belakang.

"Papa, kapan Mawar bertemu dengan Mama?" tanya Mawar pada Rendra. Karena ia merindukan Mamanya, yang dirawat di rumah sakit.

Rendra melepaskan pelukan Mawar, dan berbalik ke arah Mawar yang berada di belakangnya.

"Nanti yah, Sayang. Kalau Mama sudah sembuh, dan di bolehkan pulang sama dokter. Mawar doakan saja. Semoga Mama cepat sembuh," jawab Rendra yang memberi pengertian kepada Mawar.

"Ayah, kok Mawar panggil Ayah dengan panggilan Papa sih?" tanya Arsen yang mendengar ucapan Mawar yang memanggil Rendra dengan sebutan Papa.

"Mawar itu sudah menganggap Ayah, sebagai Papanya juga, Sayang. Jadi Mawar bisa memanggil Ayah, dengan panggilan Papa bukan Om."  Rendra memberikan penjelasan pada Arsen putranya.

"Rara gak suka, melihat kak Mawar dekat dengan Ayah. Apalagi sampai berpelukan seperti itu," ungkap Rara sambil melipat kedua tangannya di atas dada. Karena ia tidak suka melihat kedekatan Rendra ayahnya dengan Mawar.

"Bukannya kemarin Rara itu ingin punya kakak perempuan? Ini kak Mawar bisa Rara anggap, sebagai kakaknya Rara juga," ujar Rendra yang mengingat ucapan Rara kemarin. Saat ia mendapatkan tulisan Rara, yang menggambar sebuah keluarganya yang ada gambar seorang kakak perempuan.

"Rara kan, kemarin sudah bilang! Kalau Rara tidak jadi, berarti Rara tidak mau punya kakak perempuan. Kakaknya Rara cuman kak Arsen saja, titik." Rara berlari ke arah Nindi dan memeluknya.

Nindi pun menerima pelukan dari Rara, dan ia hanya melihat perdebatan antara anak dengan suaminya tanpa ikut campur.

"Aku akan menyelidiki tentang Mawar dan ibunya. Setelah Mas Rendra pergi bekerja," batin Nindi yang melihat kedekatan Rendra dan Mawar, yang di tunjukkan di depan kedua anaknya.

Kini Nindi berusaha menenangkan kecemburuan anak perempuannya, yang tidak suka melihat Mawar dekat dengan Rendra ayah dari kedua anaknya.

"Rara, Ayah akan tetap menjadi ayahnya Rara dan kak Arsen. Kak Mawar itu sudah terbiasa memanggil Ayah dengan panggilan Papa, tapi bukan berarti Ayah itu papanya kak Mawar. Sebaiknya, sekarang ini kita sarapan dulu yah. Rara dan kak Arsen kan mau berangkat ke sekolah," ucap Nindi yang berusaha membujuk Rara. Agar mau sarapan pagi bersama.

"Rara tidak mau sarapan pagi bersama kak Mawar," tolak Rara sambil menunjuk ke arah Mawar, yang berada tidak jauh di dekat Rendra.

"Rara. Jangan seperti itu, Nak. Ayo kita sarapan pagi bersama," ajak Rendra yang datang menghampiri Rara.

"Rara tidak mau sarapan pagi bersama kak Mawar, dan Rara juga tidak suka melihat kak Mawar berdekatan dengan Ayah," ungkap Rara yang mengeluarkan isi hatinya, yang tidak suka melihat kedekatan ayahnya dengan Mawar.

"Ayah tahu. Kalau Rara itu cemburu melihat kedekatan Ayah dengan kak Mawar, tapi kak Mawar melakukan seperti itu. Karena dia cuman mengenal Ayah di sini, dan dia itu sedang merindukan orang tuanya yang berada di rumah sakit," tutur Rendra yang memberi pengertian pada Rara.

"Yuk kita sarapan pagi bersama. Nanti Rara dan kak Arsen terlambat pergi ke sekolahnya," sambung Rendra yang berusaha mengajak Rara, untuk ikut sarapan pagi bersama.

"Iya yah," balas Rara yang akhirnya menerima ajakan dari Rendra, yang mengajaknya sarapan pagi bersama.

Mereka semua pun sarapan pagi bersama. Setelah terjadi sedikit perdebatan, di antara Rara yang cemburu melihat kedekatan Rendra dengan Mawar.

_______

"Bunda. Ayah berangkat ke kantor dulu ya," pamit Rendra pada Nindi istrinya. Ketika ia dan kedua anaknya sudah selesai sarapan pagi.

"Iya Mas," sahutnya.

"Kamu baik-baik di rumah yah, Sayang." Rendra beralih pada Mawar, yang berada di samping Nindi.

Rendra mencium kening Mawar. Sebelum ia masuk ke dalam mobil, untuk mengantar kedua anaknya pergi ke sekolah.

"Ayah, ayo buruan. Nanti aku terlambat masuk sekolah," teriak Rara yang kesal. Karena ia melihat ayahnya, mencium kening Mawar di depan matanya.

"Iya, Nak." Rendra pun bergegas masuk ke dalam mobil, dan pergi meninggalkan rumahnya. Untuk mengantarkan kedua anaknya pergi ke sekolah, dan sekalian ia pergi bekerja ke kantor.

Setelah kepergian Rendra dan kedua anaknya. Nindi segera mendekati Mawar, yang berada di dalam rumahnya.

"Mawar, Tante boleh bertanya?" tanya Nindi pada Mawar. Saat keadaan di dalam ruang tamu hanya ada mereka berdua.

"Boleh," jawab Mawar singkat.

"Mama kamu sakit apa? Dan di rawat di rumah sakit mana?" cerca Nindi yang bertanya tentang mamanya Mawar. Karena ia penasaran, dan ingin mengetahui kebenarannya.

"Kalau tidak salah, kemarin itu Mama di rawat di rumah sakit kasih ibu. Karena kemarin itu, saat kita mau pulang ke rumah. Dede bayi dalam perut Mama kontraksi, dan Mama harus di rawat dulu di rumah sakit. Hanya itu yang aku dengar, Tante." Mawar memberitahukan alamat rumah sakit, dan ia juga memberitahukan tentang apa yang ia dengar pada Nindi.

"Kamu di sini, sama Bi Narsih dulu ya. Tante ada urusan sebentar di luar," ujar Nindi yang langsung berpamitan pergi pada Mawar. Setelah mengetahui alamat rumah sakit, tempat mamanya Mawar di rawat.

"Iya Tante," sahutnya.

Nindi pun segera pergi ke rumah sakit kasih ibu, untuk melihat kondisi mamanya Mawar yang di rawat di rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit.

Nindi langsung masuk ke dalam kamar rawat mamanya Mawar. Saat ia membuka sedikit pintu kamar rawat, ia begitu syok melihat suaminya yang berada di dekat mamanya Mawar, dan mereka berdua terlihat seperti sepasang suami istri.

"Makan yang banyak, Sayang. Biar kamu dan Dede bayi sehat dan bisa cepat pulang," ucap Rendra sambil menyuapi mamanya Mawar.

Degh!

"Kenapa Mas Rendra memanggil mamanya Mawar dengan kata sayang? Ada hubungan apa antara mereka berdua?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!