"Pokoknya Abi gak mau tau. Kalian berdua harus menikah malam ini juga!" titah Choki Zakaria tegas di depan putra pertamanya.
Annisa langsung mengusap lengan suaminya itu lembut agar Choki tetap menguasai emosi bukan justru dikuasai.
Mendengar perintah yang keluar dari mulut laki-laki yang mana darahnya mengalir pada tubuhnya ini tentu saja membuat Roma terkejut bukan main.
Roma Al Qory adalah putra dari pasangan Choki Zakaria dan juga Annisa Meizani.
Keluarga kecil bahagia ini tinggal di sebuah apartemen yang cukup mewah di salah satu sudut kota.
Di ruang keluarga pada apartemen milik Annisa.
Roma seorang pemuda tampan dengan hidung mancung serta tatapan yang tajam, saat ini tengah memasang wajah di tekuk lantaran kedua orangtuanya tak percaya akan penjelasan darinya.
Sementara gadis cantik tapi judes yang berada tak jauh dari tempatnya duduk ini terdengar mendengus berkali-kali.
Pemuda ini baru saja di wisuda kemarin dan hari ini orangtuanya bermaksud menikahkan dia secara paksa dengan gadis asing pembuat onar.
Dialah, Mikhaela Gonzales. Putri pertama dari Rudi Gonzales yang ternyata adalah sahabat Choki Zakaria, sang Abi.
Roma dengan tatapan takut-takutnya memandang ke arah sang Abi dan berkata, "Roma gak mau Bi. Kenapa juga harus sama nih cewek? Pokoknya Roma gak mau nikah sama dia," tolak Roma dengan nada suara yang masih ia kondisikan agar tidak meninggi.
Sebab, Roma ingat nasihat umma Annisa bahwa seorang anak ketika berbicara pada kedua orangtuanya meskipun itu berdebat tetap tidak boleh menggunakan nada tinggi.
"Kamu gak bisa menolak keputusan Abi. Sore ini Rudi akan kembali dari luar kota, dan dia telah setuju jika putrinya menikah denganmu. Itu lebih baik ketimbang kalian berdua mencoreng nama baik kami!" tandas Choki lagi.
"Abi, kan Roma udah bilang kalo kami berdua itu gak ngapa-ngapain," rengek Roma dengan raut wajah yang mulai frustrasi.
"Bukan tidak, tapi belum! Itu juga karena kegiatan kalian cepat kami ketahui. Coba kalau tidak! Apa kalian berdua sanggup menolak bisikan syetan!" tukas Choki lagi dengan rahang yang saling beradu.
Roma hanya bisa mengusap dadanya yang terasa sesak. Ia melirik sebentar ke arah gadis yang sejak tadi diam saja itu.
"Heh, kamu ngomong dong. Jangan diam aja gini!" bisik Roma dengan tatapan mata menuntut.
Gadis yang memiliki tindik di hidungnya ini, juga mengenakan topi pet dan Hoodie berwarna serba hitam, ia pun membalas tatapan Roma dengan tak kalah sinis.
"Percuma, bukti yang ada dihadapan kedua orang tuamu telah menunjukkan bahwa apa yang mereka pikirkan itu benar. Lagipula, kamu kan emang hampir aja ngapa-ngapain aku," jawab Mikha, santai.
"Eh, enak aja ya kamu. Jangan asal ngomong ya!" kilah Roma, seraya menudingkan jadi telunjuknya ke depan wajah Mikha.
Kelakuan keduanya ini ternyata tak lepas dari perhatian Choki dan juga Annisa.
"Nak, Roma ... Mikha. Hentikan perdebatan kalian!" titah Annisa tegas meskipun masih terdapat kelembutan didalam ucapannya.
Kembali Annisa menegaskan maksud dari sang suami dengan menggunakan bahasanya. "Kami para orangtua pasti menginginkan hal yang terbaik bagi anak-anaknya. Karena Roma dan Mikha sudah saling melihat satu sama lain maka Abi dan Umma memutuskan untuk menikahkan demi menjaga kehormatan kalian juga," jelas Annisa pelan dan lembut.
Sikap keibuan namun tegas serta kebijaksanaannya selalu membuat Choki maupun putra pertama mereka ini tak bisa membantah kata-kata dari Annisa maupun juga keputusannya.
Kedua lelaki yang Annisa miliki terlalu memuja dan menghargainya. Begitulah, Choki Zakaria mendidik putra mereka agar selalu bisa menghormati perempuan, dimanapun dan siapapun itu.
Roma pun menunduk, karena benar kata umma. Dirinya telah melihat sebagian tubuh dari Mikha dan begitupun sebaliknya.
Roma teringat kejadian dua jam lalu yang sekejap akan mengubah rencana masa depannya.
Harapannya yang ingin mengambil hati seorang gadis yang bernama Hanum pun kandas.
Dua jam yang lalu.
Di sebuah kafe ketika Roma tengah merayakan hari kelulusan. Tadi pagi pemuda ini dan juga kawan-kawannya baru saja di wisuda. Sementara Roma lulus dengan nilai IPK tertinggi dan cumlaude.
Sengaja memilih kafe karena Roma tidak mau hari kebahagiannya ini justru diisi dengan cara bermaksiat kepada Allah dengan melanggar larangannya.
Karena sudah bukan menjadi hal yang asing jika kebanyakan manusia akan merayakan hari bahagia mereka justru dengan cara merusak diri dan tentunya juga melanggar segala ketentuan yang sudah Allah tetapkan termasuk pada beberapa hal yang di larang.
Sebab itulah, Roma lebih memilih kafe bukannya klab.
Akan tetapi, sikap dan pembawaannya yang selama ini cuek terhadap wanita membuat beberapa orang merasa tak suka padanya.
Hingga Roma merasa pusing tiba-tiba. Kedua sahabatnya yang bernama Roben dan Danu memasang seringai penuh arti di wajah mereka.
"Kita bawa di ke hotel Ratu sekarang," bisik Danu yang langsung diangguki oleh Roben.
Keduanya pun membawa Roma dan berpamitan pada yang lain dengan alasan jika Roma tak enak badan.
Roma di baringkan di salah satu kamar hotel yang telah di pesan oleh di sahabat dajalnya ini dan Roben terlihat menghubungi seseorang.
"Kita bikin ancur reputasinya sekarang, si manusia sok sempurna dan sok bener ini!" geram Danu dengan tatapan penuh dendam ke arah Roma yang setengah tak sadarkan diri ini.
Sementara itu di sebuah lobi hotel seorang gadis berjalan gontai. Hatinya kesal bukan main terlihat dari bibirnya yang terus komat-kamit dengan berbagai macam umpatan.
"Temen-temen sialan bin laknat Lo semua! Gue udah bilang kalo gak kuat minum, malah di kerjain buat taruhan sama om-om gendut yang jelek. Berengsek banget Lo semua! Awas aja nanti, Lo ya!" umpat terus gadis itu ambil berjalan terhuyung-huyung.
Mikhaela terus membenahi pakaiannya yang sedikit berantakan. Gadis ini memang suka main ke klab malam hanya demi melampiaskan kesepiannya. Tetapi, Mikha sama sekali tidak pernah menyentuh minuman haram maupun obat-obatan terlarang.
"Cewek mana yang mau kita kasih ke dia?" tanya Roben yang telah menghubungi kawannya yang lain agar mereka melapor pada kedua orang tua Roma.
"Cewek mana aja. Di hotel ini pasti ada wanita penghibur," kata Danu.
"Tuh anak punya salah apa sama lu sih, sampe begitu terlihat mendendam? Bahkan lu sampai hati berniat menghancurkan hidup Roma yang hampir sempurna ini?" cecar Roben yang sama sekali belum mengerti dan paham apa motiv dari Danu.
"Karena hidupnya terlalu sempurna maka akan gue bikin cacat sedikit," ucap Danu enteng dengan seringai jahat ketika ia melihat seorang gadis berjalan gontai ke arah mereka.
"Tuh, bawa aja masuk dia! Tuh cewek juga kayaknya mabok," kata Danu.
Dan, mereka berdua pun menyeret paksa Mikha masuk ke dalam kamar dan membaringkannya ke atas tempat tidur di sebelah Roma.
Tak lama Mikha tak sadarkan diri dan Roben langsung membuka atasan Mikha hingga nampak bagian atas tubuhnya yang menggoda.
"Gila nih cewek bikin gue tegang," ucap Roben.
"Diem lu Ben. Nanti gue ajakin lu jajan cewek yang lebih cakep dan seksi dari ini!" omel Danu yang sibuk memposisikan keduanya agar terlihat meyakinkan.
Beberapa menit kemudian mereka keluar ketika salah satu kawan mengabarkan bahwa kedua orang tua dari Roma telah sampai di lobi bawah.
"Mampus Lu Roma gak pake kelapa!" umpat Danu.
...Bersambung...
Selepas ashar Rudi telah sampai di kediaman keluarga Zakaria ini. Duda anak satu itu mengeraskan rahangnya selepas turun dari kendaraannya yang ia parkir di base man hingga tiba di depan kediaman sahabatnya itu.
"Bang, maafin putriku," ucap Rudi yang kini telah duduk di ruang tamu tanpa sedikitpun menoleh kearah Mikha.
"Sudahlah. Kita tidak udah mencari siapa yang salah tetapi mencari cara dan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini," kata Choki.
"Rudi, serahin ini semua ke Bang Jack dan Kak Annisa. Rudi tau jika kalian berdua itu lebih bijaksana dan selalu tepat jika mengambil tindakan. Dulu, andai saja aku lebih dulu menemui kalian mungkin, aku dan Sonia tidak akan berpisah seperti ini. Hidupku pasti masih baik-baik saja," ucap Rudi dengan raut wajah lelah dan stress yang jelas terlihat.
Rudi sejak dulu memang selalu memanggil Choki dengan sebutan Jack. Karena memang Choki lebih terkenal dengan sebutan Jack yang mana itu kependekan dari nama Zakaria.
Bagaimana tidak, pria itu datang dari luar kota pada saat sedang bekerja sehingga Rudi sama sekali tidak membawa satupun pakaian ganti.
Rudi terlanjur panik ketika mantan ketua komunitas Genk motor Speed ini menghubunginya serta mengatakan bagaimana kelakuan putri satu-satunya.
"Kita nikahkan saja mereka malam ini secara agama. Setelah itu, biarkan mereka hidup secara mandiri. Aku telah menyiapkan apartemen kecil yang cukup untuk keduanya tinggal nanti," jelas Choki.
"Baik Bang, jika memang ini adalah keputusan yang paling tepat. Mungkin saja, ini jalan dari Allah untuk menjadikan Abang dan Kak Annisa sebagai besanku," ucap Rudi dengan wajah yang tak lagi sendu. Pria itu telah menemukan hikmah dari masalah yang baru saja menerpa hidupnya.
Rudy pun langsung berpikir dan menghampiri putrinya yang saat ini nampak santai tanpa beban. Terlihat dari luar sih begitu. Tetapi siapa sih yang tau kedalaman hati seseorang? Tentu saja hanya Allah yang tau.
Manusia manapun, sepandai apapun takkan bisa menerka isi hati manusia lainnya.
Rudi pun meletakkan bokongnya perlahan di sebelah Mikha.
"Sayang, kenapa kamu tidak menyapa Ayah?" tanya Rudi sambil merapikan pucuk kerudung Mikha yang berantakan. Bahkan pasmina itu di selempangkan asal saja sehingga leher putrinya yang putih dan mulus tetap terlihat. Bahkan, pakaian Mikha terlalu ketat dengan tubuh gadis itu yang cukup berisi dan membentuk sempurna di usianya yang baru saja lulus SMA.
Mikha hanya melirik sekilas.
"Maaf, Mikha gak ngeh. Kirain tadi itu siapa," sahutnya ketus, tanpa menoleh ke arah orang yang sedang ia ajak bicara.
"Mikha, tataplah lawan bicaramu!" tegas Rudi yang mana sudah tak tahan lagi akan perilaku putrinya ini.
"Malas. Untuk apa aku melihat dan peduli kehadiran orang yang juga tak peduli padaku," jawab Mikha, dengan sorot mata tajam yang melihat ke sembarang arah.
"Ya Allah. Kenapa kau turunkan sifat Sonia kepada putriku," gumam Rudi pelan namun Mikha masih dapat mendengarnya.
"Jangan selalu menyalahkan Ibu. Seharusnya Ayah introspeksi diri!" ketus Mikha dengan tatapannya yang berair.
"Mikha, jaga mulutmu!" tukas Rudi tak terima sang putri berkata tak sopan bahkan di depan keluarga Zakaria.
Mikha kembali membuang pandangannya dan melipat tangan di dadanya.
Annisa dan Choki hanya bisa menghela napas mereka melihat hubungan antara Ayah dan anak itu. Tanpa bisa melakukan apapun karena keduanya tidak atau belum memiliki kuasa untuk mencampuri urusan pribadi keduanya.
Karena pasangan suami istri ini juga tidak tau pasti masalah apa saja yang menimpa keluarga sahabat serta partner bisnis mereka ini.
"Ayah tidak menyangka, meninggalkanmu untuk bekerja ternyata ini yang kau lakukan. Sekarang, kau harus menerima konsekuensinya, menikahlah malam ini demi kebaikanmu," ucap Rudi lagi sebelum meninggalkannya.
Mikha tak menjawab apapun. Gadis itu hanya bisa mendengus dan Rudi tau itu. Gadis kecil yang selama ini ia besarkan sendiri entah kenapa kini begitu sulit untuk ia didik.
Rudi mencoba melupakan rasa sesak didalam dadanya pada saat menerima penolakan dari putrinya sendiri.
Persiapan untuk menikah secara mendadak pun telah rampung. Meskipun terlihat terburu-buru dan sederhana namun Annisa puas dengan apa yang sudah ia siapkan.
Mungkin sudah jalannya sang putra mengalami nasib yang sama dengan kedua orang tuanya. Hanya saja, ia dan suaminya langsung menyumpal para mulut netizen yang kemungkinan besar dapat menyebar berita ini ke tengah masyarakat.
Tentunya hal itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Karena itulah Annisa telah sepakat dengan Choki agar memberi hukuman pada sang putra untuk menunda resepsi pernikahan Roma dan Mikha.
Bukan karena tak sayang, tetapi ini sebagai sebuah pembelajaran dari sebuah konsekuensi, apapun yang melatarbelakangi sebab dari masalah tersebut.
Mikha menatap pantulan dirinya di cermin.
Gadis cantik itu terlihat menghapus air matanya kasar.
"Ibu, kenapa kamu pergi ninggalin Mikha dan kenapa kesalahan ayah kau limpahkan padaku? Mikha gak percaya dengan pernikahan tapi kenapa takdir justru menuntun Mikha untuk menikah di usia muda? Kenapa takdir bercanda selucu ini?" batin Mikha bergolak.
Hingga sang perias membujuknya agar berhenti menangis. Tetapi, tetap saja air mata Mikha menetes. Hingga, Annisa masuk dan memberikan nasihat bijaknya.
"Mikha sayang. Kalau kamu terus menolak, maka masalah ini tidak akan pernah selesai. Sementara waktu terus berjalan maju, sayang," ucap Annisa lembut seraya mengusap punggung gadis yang baru saja mendaftar kuliah itu.
Kali ini pun Mikha tetap terdiam. Annisa menarik tissue untuk mengeringkan pipi calon menantunya yang basah ini.
Mikha menoleh dan mendapati sebuah senyum yang hangat tercetak di wajah teduh calon mama mertuanya ini.
"Sekalipun sudah menikah, kamu masih tetap bisa melanjutkan kuliah dan mengejar cita-cita kamu. Insyaallah apa yang kamu takutkan dari pernikahan dan berumah tangga itu tidak akan terjadi. Insyaallah, Roma mengerti bagaimana cara memperlakukan istrinya," jelas Annisa dengan senyum yang terus memancar dari wajahnya yang masih tetap cantik meskipun usianya sudah menginjak usia di atas kepala empat.
Karena berada di area kamar maka Annisa membuka niqob-nya.
Mikha merespon dengan anggukan pelan dan senyum tipis, sehingga hal itu sedikit membuat hati Annisa tenang.
Annisa terus menemani Mikha hingga selesai di rias. Bahkan, ia membantu memasangkan langsung hijab di kepala calon menantunya itu.
Tak lama Eliana masuk dengan, untuk menjemput calon cucu menantunya yang sudah cantik dengan pakaian pengantin sederhana.
Karena Annisa menyewa dari penata rias saja.
Ijab qobul telah selesai dengan Rudi sebagai wali nikah dari putrinya.
Nampak saksi dari pihak Rudi yaitu Agung dan juga Asrul.
Sementara dari pihak Choki ada sang papa Alberto dan juga Rocky sang ajudan.
Tiba keduanya masuk ke dalam kamar.
Selama setengah jam terdiam tanpa ada satupun yang angkat bicara.
Roma pun masih bingung.
Kemarin wisuda dan malam ini dia menikah dengan gadis asing yang raut wajahnya sepedas boncabe level 50.
"Sebaiknya kita berdua membuat perjanjian," celetuk Mikha tiba-tiba.
Roma pun menoleh ke arah gadis itu dengan kening berkerut.
...Bersambung...
"Perjanjian? Apa maksudmu?" heran Roma. Lelaki berhidung mancung itu tak mengerti apa yang di maksud oleh gadis berpipi chubby yang kini tengah duduk di atas tempat tidurnya.
Mikha berdiri dan mulai mempreteli yang membungkus kepalanya dengan sangat cantik itu.
Hingga, Roma sesekali meringis melihat Mikha menarik kerudungnya dengan kasar.
"Stop! Biarkan aku membantumu," ucap Roma yang sangat geram melihat kelakuan kasar Mikha.
"Tak perlu! Aku bisa melakukannya sendiri!" larang Mikha yang langsung memundurkan tubuhnya.
"Aku hanya ingin membantumu membukanya, karena kau terlihat kesusahan dan nampak terlalu kasar pada dirimu sendiri," kata Roma lagi dan ia pun kembali mendapatkan tatapan tajam dari gadis yang baru saja ia sebut namanya pada saat ijab qobul.
"Aku tidak butuh bantuanmu. jangan berlagak macam suami sungguhan. Pernikahan kita ini terjadi hanya karena salah paham bukan rasa cinta. Jadi, stop bertingkah sok perhatian padaku. Karena aku tidak butuh itu!" tukas Mikha dengan sangat ketus.
"Astagfirullahal adzim," ucap Roma pelan. Ia pun berjalan masuk ke walk in closed untuk membuka kostumnya.
"Baiklah aku akan keluar, ku harap setelah kembali kau pun selesai mengganti pakaianmu," ucap Roma yang berganti pakaian santai. Ia tau dan paham jika Mikha masih belum biasa dan juga risih berada dalam satu ruangan bersamanya.
"Hemm," jawab Mikha asal tanpa melihat ke arah Roma.
Roma pun keluar dan menutup pintu kamar dengan pelan. Pemuda yang baru saja di wisuda ini menoleh sekilas ke arah kamarnya yang nyatanya sekarang telah di huni bukan hanya olehnya saja.
"Cantik, tapi galak," gumam Roma dan ia kembali meneruskan langkahnya untuk menemui kedua orangtuanya di lantai bawah.
Roma baru setengah jalan pada saat menuruni tangga namun laki-laki ini dapat mendengar ucapan apa yang kini tengah di bahas oleh Abi Zakaria dan Paman Rudi.
"Saya harap, Roma dapat membimbing Mikha Bang. Entah apa yang sudah dikatakan oleh keluarganya Sonia sehingga makin kesini Mikha seperti membenci saya. Sebenarnya saya juga mau mengurus Mikha sendiri tetapi kan saya harus menutupi kebutuhan beberapa keluarga. Dan, karena itulah Mikha memilih untuk tinggal bersama neneknya," tutur Rudi.
"Wallahu alam, Rud. Tetaplah berpikiran baik. Mungkin juga sifat dan sikap dari Mikha karena hidupnya terlalu di bebaskan tanpa di terapkan beberapa aturan yang seharusnya mampu mengimbangi gejolak masa remajanya," balas Choki.
"Apa ini yang namanya anak korban broken home ya, Bang? Karena kesalahanku dan Sonia maka Mikha yang terkena imbasnya," tanya Rudi dengan tatapannya yang sendu.
Choki menoleh ke arah sang istri yang langsung menangkap maksud dari suaminya ini.
"Waktu yang telah terbuang dengan anak kita memang takkan bisa di ulang. Tetapi, kamu masih bisa memperbaiki hubungan yang sedikit banyak rusak itu dengan menurunkan ego serendah mungkin. Mintalah maaf sesering mungkin dan berikan perhatian yang lebih banyak lagi saat ini dan ke depannya," jelas Annisa.
"Tapi, Kak. Aku harus kembali ke kota B. Karena Mikha juga sudah ku daftarkan kuliah dan tentu saja ke depannya anak itu akan membutuhkan biaya yang sangat banyak," jelas Rudi.
"Jangan kau pikirkan lagi biaya kuliah Mikha. Semua itu biar aku yang menanggungnya," kata Choki.
"Tapi Bang --"
"Dengar Rud. Mikha sekarang sudah menjadi tanggung jawab putraku. Berhubung, Roma belum memiliki penghasilan tetap maka secara otomatis Mikha menjadi tanggung jawabku," kata Choki lagi.
"Alhamdulillah kalau begitu, Bang. Saya jadi sedikit lebih tenang. Masyaallah, ini semua saya yakin adalah rencana Allah yang ingin menyelamatkan aqidah dan juga agama Mikha," ucap Rudi lagi.
Pria itu pun berdiri karena akan kembali pulang ke kota B.
Rudi masih harus membiayai Ibu dan juga kakak perempuannya yang di tinggal suami ke pangkuan ilahi, sehingga ia harus membiayai ke lima anaknya yang telah menjadi yatim.
Karena itulah Rudi bekerja sangat keras dan giat. Tak kenal waktu dan libur. Bahkan ia sama sekali tak berpikir untuk menikah lagi.
Mikha dan kelima keponakannya adalah prioritas. Tetapi entah kenapa, semakin kesini Mikha sangat jauh darinya. Anak itu seperti menyimpan dendam dan benci padanya.
Selalu menudingnya sebagai laki-laki yang tak tau diri.
"Sering-seringlah datang kesini menengok keadaan putrimu. Meskipun aku akan pastikan bahwa semua yang ia butuhkan sudah pasti akan ku jamin. Setidaknya perhatianmu dapat memberikannya asupan cinta yang cukup," kata Choki lagi.
"Terimakasih, saya sangat tenang karena Mikha ada di sini. Saya pamit ya Bang, Kak Annisa," ucap Rudi lagi seraya menjabat tangan Choki dan keduanya pun berpelukan.
"Bekerjalah yang giat seakan kita hidup di dunia selamanya. Dan, kejarlah akhirat seakan-akan kita akan mati besok," ucap Choki memberikan nasihat sebelum kawannya itu kembali dan entah kapan mereka akan dapat bertemu lagi.
Tak ada yang tau.
Karena setiap manusia bahkan tidak bisa menggenggam nyawanya sendiri.
Lantas kenapa manusia itu merasa memiliki hak terhadap dirinya ketimbang Tuhan yang menciptakan mereka?
Padahal, kapan kentut itu keluar dari dalam tubuh saja manusia tidak bisa mengaturnya.
Lalu, lantas kenapa mereka seakan-akan ingin mengatur dunia yang luas ini?
Roma yang mendengar obrolan para orang tua ini mengambil kesimpulan bahwa, sikap dan tabiat Mikha terbentuk karena pengalaman buruk gadis itu.
Roma menghela napasnya. "Sepertinya aku harus bisa lebih sabar lagi dalam menghadapi Mikha. Setidaknya allah telah menitipkan salah satu hambanya agar dapat ku bimbing ke arah yang lebih baik," batin Roma.
Nampaknya laki-laki berwajah tampan dengan kulit putih dan hidung mancung seperti milik sang Umma. Sudah mampu dan mau menerima takdir yang menghampiri hidupnya.
Roma memejamkan mata dan sekali lagi menghela napasnya. Baru saja tadi dia berniat untuk menyampaikan ketidaksukaannya akan sikap dari Mikha. Akan tetapi, Allah seakan memberi petunjuk padanya sebelum ia mengeluh di depan kedua orangtuanya.
"Roma," panggil Annisa yang lebih dulu menoleh dan mendapati putranya menghampiri mereka.
"Kenapa tinggalin Mikha sendirian. Nanti kalau dia butuh apa-apa gimana?" tegur Annisa lembut.
"Roma cuma sebentar kok, Umma. Cuma mau bilang sama Abi dan Umma. Kalau kita berdua akan pindah ke apartemen mulai besok," kata Roma yang sekilas melihat rasa berat hati dari sang Umma.
Akan tetapi, wanita yang telah melahirkannya itu berusaha kuat dan tegar. Menerima segala ketentuan dari Allah. Bahwa suatu saat yang namanya anak pasti akan pergi meninggalkan para orang tua.
"Iya sayang. Umma akan bantu kamu untuk berkemas besok setelah subuh," sahut Annisa.
"Abi yang akan mengantar kalian. Sekarang kembalilah ke kamarmu dah nikmati pacaran halal kalian. Saat ini apa yang akan kamu lakukan bersama Mikha tidak akan di laknat tetapi justru akan mendapatkan pahala yang besar dan berlipat ganda. Itulah, bedanya hubungan yang halal dan haram. Hubungan yang telah direstui Allah dengan aturan dan syariatnya. Aturan yang memuliakan manusia itu sendiri," kata Choki dengan selipan nasihat.
Tanpa ia tau bahwa Roma telah paham semua itu dan kejadian ini hanya karena ulah beberapa kawnanya yang dengki.
Akan tetapi, Roma tetap menerima nasihat serta hukuman dari sang Abi dengan lapang dada.
"Roma naik ke atas dulu ya, Bi, Um. Maafkan aku yang sudah membuat kalian repot dan pusing karena masalah ini," ucapnya seraya menyeka titik air yang hendak jatuh dari ujung matanya.
Roma kembali ke dalam kamar dan pada saat itu juga, Mikha menyerahkan secarik kertas padanya.
"Perjanjian pernikahan selama satu tahun ke depan? Apa ini Mikha?" tanya Roma seraya menatap lekat wajah cantik alami yang tanpa polesan make up itu.
Sungguh manis.
Dengan rambut hitamnya yang di gerai.
"Ujian apalagi ini ya Allah?"
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!