NovelToon NovelToon

Menikah Karena Amanah

Bab 1

Hari ini papa meninggalkan ku bersama mama, tepat disaat hari bertambahnya usia ku menjadi 26 tahun. Papa berwasiat agar aku segera menikah dengan anak dari teman papa yang sebelumnya aku tak mengenalnya. Tetapi wasiat itu harus dilaksanakan karena papa sudah berjanji kepada pak Rahmat temannya itu, bahwa Bagas akan di jodohkan dengan Ayu dirinya sendiri.

"Nak, tolong penuhi janji papa kepada pak Rahmat. Menikahlah kamu dengan anaknya setelah kepergian papa 100 hari nanti." Pak Wahyu pun menghembuskan nafasnya yang terakhir pada saat itu.

Ayu tak kuasa menahan air matanya dan rasa sedihnya, seketika semuanya telah berubah semenjak papa sudah tiada bersama mereka lagi.

"Ayu..., Kamu ngapain melamun disitu?"

"Kamu teringat lagi dengan almarhum papa ya?"

"Sekarang sudah malam yang ke seratus, mengapa masih terus di ingat kepergian papa."

"Ayo bantu para ibu-ibu agar acara untuk papa nanti malam terlaksana dengan lancar." Ucap mamanya yang menasehati Ayu.

"Iya ma, Ayu akan kesana sebentar lagi." Ucap Ayu yang ingin mencuci mukanya karena habis menangis teringat kepergian papanya.

Semua orang pada sibuk menyiapkan semuanya untuk acara nanti malam, seluruh keluarga dan saudara pun memenuhi rumah Ayu dan mamanya. Malam ini ada kenduri memperingati 100 hari kepergian papanya Ayu, jadi semua orang datang untuk membantu. Tetangga juga tak segan untuk ikut mempersiapkan semuanya sampai selesai.

Keluarga Ayu merupakan keluarga yang sedikit berpengaruh di sekitar tempat tinggal mereka, pak Wahyu seorang Ustadz yang sangat di segani oleh masyarakat di sekitaran rumah. Sedangkan Ayu seorang guru Madrasah yang sangat santun dan sudah lulus dari akademinya. Keluarga Ayu sangat baik terutama mamanya yang selalu perhatian dengan ibu-ibu di sekitar perumahan mereka.

****

Malam sudah tiba, pelaksanaan kenduri papanya Ayu pun berjalan dengan lancar. Disaat acara sudah berakhir, Ayu dan mamanya pun berdiri di depan pagar rumah untuk menghormati para pengaji yang ingin pulang ke rumah.

"Terima kasih pak Harun.." ucap Ayu dan mamanya memberi salam dengan menempelkan kedua telapak tangannya.

"Iya Bu, dan nak Ayu terima kasih juga. Assalamualaikum..." Ucap salam dari pak Harun.

"Wa'alaikumsalam..." Ucap serentak Ayu dan mamanya menjawab salam itu.

Seluruh para pengaji sudah hampir berpulangan semua, tapi seorang pria yang dari tadi masih berada di depan pintu rumah mencari sesuatu yang membuatnya bingung berputar kesana kemari Ayu perhatikan. Gadis itu pun menghampirinya dan mencoba bertanya kepada pria yang ada di hadapannya.

"Maaf mas, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ayu perlahan dari jarak yang tak begitu dekat.

"Oh, maaf. Saya mencari sandal saya, padahal tadi ada disini tapi kenapa sekarang sudah tidak ada ya?!" Pria itu pun menjelaskan tapi tidak menatap ke arah Ayu.

Seperti apa warna sandal mas rupanya?" Ayu bertanya lagi dan bermaksud akan membantunya.

"Warna coklat tua, dan ada garis hitam di sekitar talinya." Pria itu menjelaskan sekali lagi.

"Oh.., warna coklat tua dan ada garis hitam di talinya." Ayu bergumam dalam hatinya.

Setelah beberapa lama mencari Ayu baru sadar bahwa ia memakai sandal yang bukan miliknya. Dengan cepat Ayu melihat sandal yang ia pakai sama persis seperti ciri-ciri yang di beri tahu oleh pria itu. Ayu dengan cepat bertanya kepada pria itu dan menunjukkan sandal itu kepadanya.

"Apakah ini sandal yang mas cari?" Ayu segera melepas sandal itu dari kakinya.

"Oh iya itu sendal saya mbak..., Eh, Assalamualaikum Ayu..?" Ucap pria yang ada di hadapan Ayu.

"Wa'alaikumsalam mas Dion, maafkan Ayu ya mas sudah memakai tanpa izin dulu." Ayu menjadi malu karena ketahuan memakai sandal Dion.

Setelah itu Dion pun memakai sandalnya dan permisi pulang ke Ayu, saat Dion menatap ke arah Ayu, gadis itu merundukkan wajahnya. Dan begitu sebaliknya kepada Dion, mereka seperti ada sesuatu namun tak pernah ada yang tahu.

"Eh nak Dion terima kasih ya sudah mendoakan bapak." Ujar mamanya Ayu.

"Assalamualaikum Bu, Dion pamit pulang.

"Sama-sama Bu, saya juga terima kasih." Dion pun pergi.

"Wa'alaikumsalam..." Balas mamanya Ayu.

****

Di dalam kamar Ayu masih teringat kejadian tadi, gadis itu pernah menyimpan hati pada Dion sewaktu mereka di Universitas dulu. Dion itu kakak seniornya di kampus, dan banyak yang kagum padanya, akhlaknya bagus, dia juga sangat cerdas. Ayu hanya dapat memendam rasa saja karena banyak wanita yang jatuh hati padanya bukan cuma Ayu saja.

Namun Ayu sadar bahwa ia sekarang sudah dijodohkan oleh teman papannya yang bernama Bagas, tetapi ia belum mengetahui bagaimana pria yang bernama Bagas itu. Bagas adalah seorang pengusaha yang menggantikan papanya untuk mengelola perusahaan mereka. Minggu depan keluarga Pak Rahmat akan datang ke rumah Ayu mereka akan melamar Ayu dan menentukan tanggal pernikahan saat itu juga.

Pak Rahmat memilih Ayu untuk menjadi calon istri dari Bagas karena Ayu memiliki akhlak yang baik dan juga begitu santun. Pak Rahmat ingin Bagas ke depannya menjalani rumah tangga yang sakinah dan warahma bersama Ayu nantinya.

****

Keesokan harinya Ayu masuk kembali mengajar di sekolah madrasah, dan Dion di sana adalah kepala sekolah dari sekolah madrasah tersebut. Tak dapat dipungkiri Ayu dan Dion pasti akan sering bertemu di sana namun kedua perasaan mereka harus memendam di dalam hati karena dia pun sudah mengetahui bahwa Ayu akan dijodohkan dengan pilihan kedua orang tuanya. Dion dan Ayu hanya bisa berteman dan menjadi rekan kerja di Madrasah itu saja.

"Ayu?!" Seseorang memanggil dirinya saat tengah berjalan menuju kantor sekolah.

Ayu pun berhenti, iya menoleh ke arah belakang untuk melihat siapa yang memanggil dirinya. Seorang gadis berkulit putih bernama Aisyah, ia juga rekan kerja di sekolah madrasah itu. Aisyah juga anak teman dari almarhum papanya, ia lulusan dari Al Azhar dan sangat cantik parasnya. Aisyah juga mengetahui bahwa Ayu akan dijodohkan oleh Bagas teman dari almarhum papanya Ayu. Bagas dan Aisyah dulu pernah satu sekolah saat di SMA, Aisyah mengerti bagaimana Bagas dan juga akhlak Bagas di saat duduk di bangku SMA.

Sedikit banyaknya Ayu bertanya tentang Bagas beberapa hari ini, karena Ayu ingin mengetahui tentang Bagas dan bagaimana diri Bagas yang belum ia ketahui. Namun Aisyah hanya tahu di saat mereka duduk di bangku sekolah SMA saja, untuk saat ini Aisyah tidak mengetahui bagaimana Bagas karena tidak pernah bertemu dengannya lagi. Ayu pun tidak dapat bertanya lebih banyak kepada Aisyah, minggu depan Ayu akan mengetahui bagaimana Bagas dan juga paras pria yang akan menikahinya itu.

Bab 2

Sedikit banyaknya Ayu bertanya tentang Bagas beberapa hari ini, karena Ayu ingin mengetahui tentang Bagas dan bagaimana diri Bagas yang belum ia ketahui. Namun Aisyah hanya tahu di saat mereka duduk di bangku sekolah SMA saja, untuk saat ini Aisyah tidak mengetahui bagaimana Bagas karena tidak pernah bertemu dengannya lagi. Ayu pun tidak dapat bertanya lebih banyak kepada Aisyah, minggu depan Ayu akan mengetahui bagaimana Bagas dan juga paras pria yang akan menikahinya itu.

Sekarang sudah hari Jumat, dan besok adalah hari dimana keluarga Bagas akan datang bertemu dan langsung melamar Ayu di rumahnya. Aisyah teman Ayu pun ikut hadir untuk temani Ayu di rumahnya, dan sekalian membantu-bantu mamanya Ayu. Beberapa saudara juga datang ke rumah Ayu untuk ikut menghadiri dan menjadi saksi di acara lamaran tersebut.

"Nak Ayu bagaimana kabarnya saat ini?" Tanya Pak Rahmat kepada Ayu secara langsung.

"Alhamdulillah saya baik Pak bagaimana keadaan bapak dan Ibu sendiri?" Ayu udah nggak sopan menanyakan keadaan kedua orang tua Bagas.

"Lihat ma, menantu kita belum menjadi istri Bagas saja dia sudah menanyakan kabar kita, bagaimana kalau sudah menjadi istrinya Bagas, pasti kita akan diperhatikan terus kesehatannya." Ucap Pak Rahmat memuji Ayu di depan Bagas.

"Iya, iya pak, nggak salah pilihan menantu papa Mama suka dan dia juga begitu santun." Mamanya Bagas sangat senang dengan Ayu.

"Ah bu Neti bisa saja, Alhamdulillah kalau Bu Neti dan sekeluarga menyukai Ayu." Mamanya Ayu tersenyum ketika anaknya dipuji oleh kedua orang tua Bagas.

Lamaran itu pun berlangsung dengan lancar bu Neti menyematkan sebuah cincin Di jari manis Ayu saat itu. Kini Ayu telah resmi menjadi calon istri dari Bagas, dan mereka sudah menentukan tanggal untuk pernikahan Bagas dan Ayu segera mungkin. Sementara Bagas tidak berkata apapun, bahkan dirinya sama sekali tidak melirik ke arah Ayu. Dalam hati Bagas sesungguhnya ia tidak ingin menikah dengan Ayu, iya sudah memiliki seorang wanita pujaan hatinya yang berada di kantor. Akan tetapi mereka harus putus karena wanita itu mengetahui Bagas telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Karena hal itu Bagas menjadi kesal dan marah, dirinya menyalahkan sepenuhnya kesalahan itu kepada Ayu. Bagi Bagas lamaran itu terjadi karena Ayu tidak ikut sependapat dengannya untuk menolak atau membatalkannya saja.

2 jam sudah berlalu saat ini keluarga Pak Rahmat berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Dan bulan depan Pak Rahmat dan bu Neti akan kembali ke rumah Ayu untuk meresmikan dan mengesahkan hubungan Ayu dan Bagas. Di hari itulah merupakan hari pernikahan mereka berdua, mereka nikah karena dijodohkan dan tanpa ada cinta sedikitpun yang tumbuh di dalam hati. Bagas hanya terpaksa menerima rencana dari kedua orang tuanya, sebab dirinya tak ingin dikirim ke kampung tempat tinggal pamannya dalam mengurus peternakan. Ayu menerima perjodohan itu karena ingin menjadi anak yang berbakti dan menjalankan wasiat dari almarhum papanya sudah tiada.

Malam itu acara pun sudah berakhir dan Ayu masih belum tidur di dalam kamarnya, pikirannya melayang entah kemana. Bnahkan dia memikirkan bagaimana nasibnya ketika harus pergi meninggalkan ibunya setelah ia menikah nanti dengan Bagas. Sementara itu Ayu harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang ada di sekolah madrasah itu, dan menulis surat pengunduran diri karena setelah menjadi istri dari Bagas Ayu tidak diizinkan untuk bekerja lagi di luar rumah. Mama Papa Bagas sudah mengutarakan semua yang mereka inginkan, kedua calon mertua Ayu itu menginginkan Ayu tetap stay di rumah menjadi seorang ibu dari anak-anak Bagas nanti.

Menurut mereka Ayu tidak perlu bekerja lagi di luar untuk mencari uang, karena Bagas calon suami Ayu sudah sangat berkecukupan untuk memenuhi semua kebutuhan di dalam rumah tangga mereka. Mamanya Ayu pun bersyukur, Ayu mendapatkan keluarga baru yang sangat peduli dan sayang kepada putrinya itu. Itulah yang diharapkan dari orang tua di saat anaknya mendapatkan pendamping hidup dan sudah dapat hidup mandiri.

****

Keesokan paginya di saat Ayu masuk kerja di sekolah madrasah tersebut, Aisyah dari arah belakang memanggil Ayu dengan hati yang senang. Terlihat wanita itu berlari kecil menghampiri Ayu yang berada di depannya, dengan nafas terengah-engah Aisyah mengajak Ayu untuk ke ruang guru yang ada di sekolah itu. Dengan wajah merona dan tersenyum bahagia Aisyah mengatakan bahwa kedua orang tuanya akan menjodohkan dirinya dengan dia, pria yang selama ini disukai oleh Ayu secara diam-diam.

Ayu pun terkejut dan ia hanya diam saja, ia membuat ekspresi bahagia di depan Aisyah sahabatnya itu. Ayu hanya bisa mengatakan selamat kepada Aisyah dan mensupport wanita yang sedang dilanda kebahagiaan itu. Ayu pun tak dapat melakukan apapun, sebab dirinya juga sudah dijodohkan bahkan sudah dilamar menjadi calon istri orang lain. Segera Ayu membelah hatinya dan membuang semua segala perasaan yang tak baik bagi kelangsungan hidupnya di masa mendatang bersama Bagas. Mulai saat ini ayo mencoba untuk dapat menerima batas sebagai calon suaminya nanti, dan ayo juga banyak bertanya kepada calon mertuanya bagaimana tentang Bagas.

"Janganlah memanggil dengan sebutan Ibu lagi kepada saya, panggil saja Mama sama seperti Bagas memanggil saya." ujar mamanya Bagas kepada Ayu.

" Baiklah ma, Ayu akan turuti kata Mama saja." Ucap Ayu yang memanggil mama.

Hari Pernikahan Ayu dan Bagas...

Hari pernikahan itu berjalan dengan lancar, begitu banyak tamu undangan yang datang untuk memberi doa restu kepada mereka berdua. Ayo terlihat sangat sedih karena papanya sudah meninggal, dan yang menikahkan dirinya saat ini adalah adik dari almarhum papanya. Suasana juga begitu terharu di saat ijab kabul Ayu pun menangis teringat akan almarhum papanya. 

"Bagaimana para saksi sah?!" Tanya pak penghulunya.

"Sah..!"

"Sah..!"

Semua orang menjawab dan kini Ayu dan Bagas pun sah menjadi suami istri, Aisyah sangat senang melihat Ayu sahabatnya saat ini sudah menjadi seorang istri dari Bagas temannya di masa kuliah. Dilakukan menghadiri pernikahan Ayu saat itu, pria itu hanya bisa menatap dan terdiam. Ayu pun hanya bisa menerima bagaimana jalan hidupnya yang di garisi oleh Allah kepadanya, sekarang pemikiran Ayu hanya memikirkan keluarga kecilnya.

Setelah sudah dinyatakan sah seluruh para tamu pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang ada di sana, begitu juga dengan Ayu dan Bagas mereka di sajikan makanan dan minuman yang di letakkan di nampan dan sebuah meja kecil. Sejak dari tadi pagi Ayu dan Bagas juga belum mengisi perut mereka dengan makanan sedikit pun. Hari itu terlaksana lah sudah janji almarhum papanya Ayu, menikahkan kedua anak insan berbeda ini harus penuh kesabaran.

Bab 3

Setelah sudah dinyatakan sah seluruh para tamu pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang ada di sana, begitu juga dengan Ayu dan Bagas mereka di sajikan makanan dan minuman yang di letakkan di nampan dan sebuah meja kecil. Sejak dari tadi pagi Ayu dan Bagas juga belum mengisi perut mereka dengan makanan sedikit pun. Hari itu terlaksana lah sudah janji almarhum papanya Ayu, menikahkan kedua anak insan berbeda ini harus penuh kesabaran.

2Minggu sudah berlalu...

"Mas, apa kamu sudah shalat?" Tanya Ayu yang ingin tahu.

Bagas hanya diam saja, dan tak mengatakan apa pun kepada Ayu. Sekarang mereka sudah tinggal di rumah sendiri, Bagas tak ingin satu rumah dengan orang tuanya. Dia bukan tanpa sebab melakukannya, baginya sudah cukup dengan mengikuti keinginan dari mereka, yang menjodohkan wanita tanpa ia cintai.

Kali ini Bagas tak mau kalau rumah tangganya di urus oleh kedua orang tuanya. Bagas pergi tidur ke ruang kerjanya, dia pergi meninggalkan Ayu begitu saja tanpa jawaban dari pertanyaan wanita itu yang sudah menjadi istrinya. Ayu hanya menghela nafasnya dan bersabar, ia berpositif dalam menghadapi Bagas suaminya yang baru ia kenal saat ini. Ayu pun masih meraba serta mencari tahu bagaimana sifat dan watak suaminya.

"Kenapa mas Bagas masuk ke ruang kerja ya?" bertanya dalam hatinya.

Ayu pun tak ada banyak berpikir panjang, dia lalu masuk ke dalam kamarnya menunggu Bagas di dalam kamar untuk beristirahat bersama-sama. Sudah satu jam lebih Ayu menunggu suaminya namun masih belum masuk ke dalam kamar mereka, ayo tetap berpositif mungkin Bagas sangat banyak pekerjaan. Iya masih terus menunggu sampai 2 jam kemudian dirinya sudah sangat kelelahan dan mengantuk secara tak sadar air telah tertidur di atas kasur dalam kamarnya.

Keesokan harinya ayo terkejut dan terbangun saat mendengar suara adzan dari masjid sebelah rumahnya. Ayo melihat ke sekeliling kamarnya seperti mencari sesuatu, namun dia tidak dapat menemukan apapun di sana. Ayu keluar dari kamarnya, berjalan menuju ke ruang kerja Bagas. Ternyata dari tadi Ayu mencari-cari suaminya ingin mengajaknya salat subuh berjamaah. 

Tok, tok, tok...

"Mas..?"

"Mas Bagas, kita subuh berjamaah dulu yuk?" Ayu membangunkan suaminya dengan lembut.

Namun Bagas diam saja dan malah marak serta berkata ketus dengan Ayu. Bagas tak pernah menunaikan ibadah subuh setiap hari, bahkan ke dua orang tuanya selalu mengingatkan Bagas untuk beribadah, tapi dia tak pernah mendengarkannya.

"Mas..." Ayu mencoba kembali membangunkannya.

"Sudah pergilah dari sini kalau mau sholat. Jangan mengganggu aku yang masih tidur!" Bagas dengan kasar berbicara pada Ayu.

Wanita itu terkejut akan ucapan suaminya itu, hatinya sedikit terluka akan perkataan kasar Bagas kepadanya. Akhirnya Ayu pun pergi dan tak membangunkannya lagi, Bagas semakin menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya saat itu. Dengan rasa kecewa Ayu pun menunaikan subuh sendirian, kali ini ia bermunajat agar suaminya berada di jalannya Allah SWT.

****

Hari sudah pagi, cahaya mentari menerobos lewat jendela-jendela rumah Ayu dan Bagas. Sebagai istri yang baik, Ayu menyiapkan sarapan untuk suaminya yang nanti akan berangkat ke kantor. Ayu juga menyiapkan bekal untuk makan siang Bagas dengan makanan sehat.

"Mas, sudah bangun?"

"Ayo duduk sarapan dulu, Ayu sudah siapkan sarapan dan bekal untuk mas bawa ke kantor." Ayu menyerahkan bekal itu dengan tersenyum.

Bagas tidak mengambil bekal itu, ia malah berjalan dan memalingkan wajahnya dari Ayu. Bagas berjalan keluar menuju mobilnya, lalu masuk ke dalam sambil Ayu mengikutinya dari belakang.

Duk! Terdengar suara pintu mobil di tutup oleh Bagas.

"Aku tak ingin bekal mu itu, dan aku juga tak suka masakan mu."

"Kita bisa menikah tanpa cinta, tapi jangan harap aku akan menerima diri mu begitu saja."

"Sampai kapan pun bagi ku, kau hanya istri di atas kertas saja."

"Jalan pak?!" Bagas menyuruh supirnya untuk melajukan mobilnya.

Kotak bekal itu terjatuh ke lantai terlepas dari tangannya, bagai disambar petir di siang hari, hati Ayu sangat sakit mendengar perkataan dari suaminya Bagas. Retina mata wanita itu bergetar, tubuhnya lemas dan jatuh terduduk di lantai. Seakan tak percaya, Bagas dengan semudah itu berkata seperti itu tanpa memikirkan perasaan Ayu istrinya. Wanita itu pun masuk ke dalam rumah sambil menangis, usia pernikahan baru seumur jagung, tapi sudah begitu banyak konflik antara mereka. 

"Tring...., Tring..."

"Assalamualaikum..." Ucap Ayu dengan suara seraknya habis menangis.

"Wa'alaikumsalam..., Ayu kamu kenapa nak?"

"Suara mu seperti...?" Mamanya Ayu bertanya.

"Gak apa kok ma, Ayu hanya lagi flu dan gak enak badan. Mungkin kelelahan karena pindahan kemarin.

Mama Ayu pun percaya dengan kebohongan anaknya, Ayu terpaksa melakukannya karena itu merupakan rahasia dalam rumah tangganya. Dan mereka asik berbicara lewat ponsel yang mereka pegang, mamanya ingin Ayu dan Bagas datang di acara arisan Minggu depan. Mamanya meminta tolong Ayu untuk membantu di rumah mamanya tersebut.

Ayu pun menyetujui dan berjanji akan datang untuk membantu mamanya di sana. Lagi pula mamanya tak ada yang membantu hanya tinggal berdua dengan sepupu yang sibuk dengan kuliahnya.

"Baiklah ma, InsyaAllah Ayu akan ke sana Minggu depan ma..." ujar Ayu yang setelah itu mengucap salam untuk menutup pembicaraan.

****

Malam harinya, Ayu sudah selesai semua segala pekerjaan dan juga kewajiban lima waktunya. Menunggu Bagas kembali ke rumah dan menyiapkan makan malam itu yang ingin ia lakukan. Namun waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 malam, Bagas belum juga kembali dari kantornya. Wanita itu sedikit cemas dan khawatir, dengan cepat Ayu menelpon Bagas ke ponselnya segera.

Tut.., Tut..

Ponsel Bagas tidak aktif dan sudah beberapa kali menelponnya, tapi tetap tak bisa di hubungi. Ayu berinisiatif menelpon mamanya Bagas malam itu juga, dan Ayu pun mendapat kabar dari mamanya. Bahwa Bagas ada di rumah orang tuanya dan pulang dalam ke adaan mabuk berat. Mamanya mengira Ayu sudah tahu akan hal itu, hingga tak ada seorang pun yang memberi tahu keadaan Bagas malam itu.

Mamanya berkata sedikit menyakitkan, karena Bagas menjadi seperti ini. Mamanya juga berkata Bagas gak pernah seperti ini sebelumnya, dan seolah-olah itu menjadi tanggung jawab Ayu sebagai istri. Mamanya menyuruh agar selalu menunggu Bagas yang memberi dan jangan suka meminta apa pun itu. Kini mamanya Bagas menjadi ikut mencapuri rumah tangga anaknya, terbongkarlah sifat asli mamanya yang ingin anaknya selalu di urus dan diperhatikan. Sedangkan papanya tak tahu tentang semua yang di katakan oleh mamanya Bagas ke Ayu istrinya.

BERSAMBUNG....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!