NovelToon NovelToon

Gus Tampan itu Suamiku

Part 1

Syahira Nazira gadis yang sudah menghabiskan sebagian hidupnya untuk belajar ilmu agama di sebuah pondok pesantren. Syahira sendiri merupakan anak dari pemilik sebuah pesantren, namun dia memilih untuk mencari ilmu di tempat lain karena ingin mandiri juga tidak mau mengaitkan sesuatu dengan  orang tuanya.

Syahira sudah menginjak umur 21 tahun dan masih betah di pondok, tidak ada niatan untuk kembali ke pondok Abahnya. Syahira merupakan gadis yang cantik dan juga penyayang tapi tidak ada seorangpun yang sudah melihat wajah cantiknya kecuali orang tua dan kakak laki-lakinya karena Syahira menggunakan cadar untuk menutupi wajah cantiknya.

Syahira merupakan gadis yang pintar juga berprestasi. Namun saat  ini dia masih fokus pada pendidikannya, namun  Abahnya ternyata berniat menjodohkannya dengan anak dari pemilik pondok dimana dia sedang mencari ilmu agamanya tanpa sepengetahuan Syahira.

Hari ini Syahira sudah ada dalam perjalanan pulang kerumahnya karena di jemput oleh kakak laki-lakinya tanpa memberitahukan maksud dan tujuan mereka meminta Syahira untuk pulang.

Ketika Syahira dan Usman kakaknya kembali ke rumah sudah banyak orang di dalam  rumah Syahira, Usman yang sudah mengetahui maksud tujuan dia menjemput adiknya juga ikut bungkam tidak memberitahuan apapun pada Syahira dan memilih diam.

"Bang ini ada apa sebenarnya? kenapa begitu banyak orang di rumah?" Tanya Syahira bingung melihat begitu banyak orang di rumahnya tapi Usman tetap diam dan menggandeng tangan Syahira untuk masuk ke dalam.

"Assalamualaikum" ucap Syahira dan Usman  saat masuk ke dalam rumah dan mendapat jawaban dari orang yang ada di dalam.

Syahira semakin tidak mengerti saat melihat pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu berada di rumahnya dan duduk di samping orang tuanya.

Syahira menyalami mereka satu per satu dan duduk di samping Umminya meminta penjelasan lewat menggoyangkan tangan Umminya tapi cuma mendapat balasan senyum.

"Baiklah karena Syahira sudah ada di sini kita mulai saja acara perjdohan ini" ucap Abahnya Syahira, jangan tanya bagaimana ekspresi wajah Syahira saat ini dia begitu terkejut saat mendengar apa yang sedang Abahnya katakan.

Ingin rasanya Syahira membantah tapi dia tidak mau membuat kedua orang tuanya malu dan juga merasa tidak enak dengan Kiyai  pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu

" Tapi anak kami belum sampai mungkin sebentar lagi" ucap sang Kiyai.

Tidak lama dari itu terdengar seseorang mengucapkan salam di depan pintu dan mendapat jawaban dari mereka semua termasuk Syahira yang sempat terpana.

Bagaimana tidak yang baru saja mengucapkan salam adalah laki-laki yang begitu tampan, tinggi dan juga terlihat Soleh. Tapi, setelah Syahira sadar kalau itu merupakan Zina mata dan langsung menundukkan pandangannya tidak lupa juga dia beristighfar dalam hati.

" Ya Allah begitu sempurna ciptaan-mu, tapi jangan biarkan hamba terlalu memujinya dan melupakanmu yang merupakan  penciptanya" batin Syahira.

Zaidan yang baru saja kembali dari Mesir tapi sudah dijodohkan oleh Abahnya yang merupakan seorang Kiyai, Zaidan juga tidak bisa menolak permintaan Abahnya karena tidak mau menjadi anak yang durhaka, selama dia masih bisa menerima dan membuat orang tuanya bahagia sebisa mungkin dia akan membuat mereka bahagia termasuk dengan mengorbankan  perasaannya sendiri.

Zaidan juga yakin Abahnya tidak mungkin salah pilih dan juga tau yang terbaik untuknya. Zaidan laki-laki yang begitu sempurna dengan segala yang ada dalam dirinya. Wajah yang tampan, akhlak yang baik, pendidikan yang tinggi, selalu menjaga pandangannya.

Dan sekarang di sinilah dia berada di depan para orang tua yang sudah siap menjodohkannya dengan seorang wanita yang bahkan dia tidak kenal sama sekali yang selalu menundukkan pandangannya.

Selama orang tua mereka berbicara Zaidan maupun Syahira sama-sama larut dalam pikiran mereka sendiri. Sesekali dia melirik ke arah wanita yang dia yakini akan menjadi istrinya nanti yang duduk diam di tengah orang tuanya yang sedang berbicara dengan Abahnya.

Zaidan sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang tua Syahira padanya dengan yakin tanpa ada keraguan di dalam hatinya begitu juga dengan Syahira yang menjawab pertanyaan dari orang tuanya sendiri maupun dari orang tua Zaidan tapi masih saja menundukkan pandangannya hanya melihat Ummi dari Zaidan saat mereka lagi berbicara saja.

Zaidan kagum dengan sosok wanita yang ada di hadapannya tersebut dan tanpa sadar ada sebuah senyuman terukir di wajah tampannya itu.

" Bagaimana Kiyai, apa Kiyai menerima perjodohan ini?" Tanya orang tua Zaidan.

" Siapa yang akan menolak anak Kiyai Ahmad ini, sejujurnya kami sangat bahagia kalau nak Zaidan menjadi menantu kami" balas Abahnya Syahira.

" Tapi bagaimana dengan Syahira sendiri?" Tanya Aminah Ummi dari Zaidan.

"Syahira ikut Ummi dan Abah saja" balas Syahira tidak membantah apa yang akan orang tuanya putuskan.

" Baiklah kalau begitu karena Syahira juga tidak keberatan bagaimana kalau kita nikahkan mereka saja hari ini juga" ucap Kiyai Ahmad membuat Syahira dan Zaidan terkejut.

Tanpa sengaja mereka saling menatap satu sama lain beberapa saat, ingin protes tapi mereka juga tau dengan menerima perjodohan itu otomatis mereka juga akan berakhir di pernikahan.

Yang seharusnya protes malah diam dan sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi pada mereka, namun Usman yang mendengar adiknya akan dinikahkan sekarang juga merasa kurang yakin bukan karena apa-apa tapi ini sangat mendadak.

" Mohon maaf bukan ingin menyela tapi apa ini tidak terlalu cepat, untuk menikahkan mereka juga perlu proses bukan. Kita perlu mendaftarkan mereka ke kantor urusan agama terlebih dahulu" ucap Usman berpendapat.

Ada rasa kehilangan dalam dirinya saat aduk yang sangat dia sayangi sebentar lagi akan menjadi milik orang lain, adik yang selama ini dia jaga dan juga dia manjakan tapi akan menjadi seorang istri dari orang yang tidak dia kenal sama sekali ada rasa tidak rela dalam dirinya saat mengetahui dari Abahnya mengatakan kalau Syahira akan dijodohkan dengan anak temannya.

Usman juga sempat protes pada Abahnya karena terlalu cepat mengambil keputusan tanpa membicarakannya terlihat dahulu dengan Syahira bahkan Abahnya sendiri tidak mengenal laki-laki yang akan menjadi suami dari Syahira nantinya.

Usman akui, Zaidan sangat tampan saat dia pertama kali melihat Zaidan dari foto yang Kiyai Ahmad kasih tapi yang Usman khawatirkan adalah sikap Zaidan.

Dari pertama kali Zaidan masuk ke dalam rumahnya, mata Usman tidak lepas dari Zaidan yang selalu mencuri-curi pandang dengan adiknya dan menundukkan wajahnya saat Syahira mengangkat wajahnya.

"Untuk masalah itu kamu jangan khawatir semua sudah di urus. Kita akan melangsungkan pernikahan mereka selepas sholat ashar di sini. Bagaimana ustadz Zaidan, anda tidak keberatan kan?" Tanya Kiyai Mansur.

" Tidak Kiyai, saya ikut keputusan dari kalian saja." balas Zaidan.

Part 2

Tiba waktu yang sudah di tentukan, kini kedua pengantin sudah siap di tempat mereka masing-masing. Zaidan juga sudah siap di posisinya di depan penghulu dan menjabat tangan Kiyai Mansur yang sebentar lagi akan jadi mertuanya dan disaksikan beberapa ustadz yang sengaja di undang oleh Kiyai Mansur untuk menjadi saksi pernikahan anaknya salah satunya adalah Ilham ustadz yang sudah lama menaruh hati kepada Syahira tapi belum berani melamarnya karena belum punya nyali yang cukup tinggi untuk memperistri anak dari pemilik pondok.

Nasi sudah jadi bubur Ilham hanya bisa pasrah dan juga harus ikhlas menerima takdirnya melepas Syahira untuk pria lain karena  kesalahan dirinya sendiri yang terlambat meyakinkan hatinya sendiri dan menatap pria yang akan menikahi perempuan yang dia sukai.

Sementara Zaidan sebisa mungkin menyembunyikan rasa gugupnya di hadapan semua orang yang ada di sampingnya. Saat ijab kabul mulai diucapkan dan dengan satu tarikan napas juga Zaidan mampu mengucapkan satu kalimat sakral tersebut dengan sangat lantang dan juga penuh keyakinan tidak ada keraguan dalam dirinya.

Sah!

Terdengar semua orang yang ada menyebut kata yang membuat Zaidan lega, kini dia sudah menjadi seorang suami begitu juga dengan Syahira yang masih berada di dalam kamar, air matanya menetes saat dia terdengar kata Sah dari semua orang yang ada. Kini dirinya sudah menjadi milik suaminya dan harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Seseorang mengetuk pintu kamar Syahira yang tak lain adalah Umminya yang datang untuk menjemput Syahira menghadap suaminya.

"Ayo sayang!" Ucap Ummi Fatimah mengajak Syahira anaknya untuk gabung bersama yang lain di bawah.

"Ummi" ucap Syahira memeluk Fatimah dengan sangat erat tidak mau berpisah dengan Umminya.

"Selamat sayang sekarang kamu sudah menjadi seorang istri dan tanggung jawab kamu sekarang lebih besar kepada suami kamu. Jadilah istri yang baik untuk suami kamu" nasehat Ummi Fatimah pada Syahira sambil meneteskan air matanya.

Ummi Fatimah sudah menjelaskan semua kepada Syahira tentang perjodohannya yang terkesan mendadak bagi Syahira padahal keluarganya maupun keluarga Zaidan sudah lama membicarakan masalah perjodohan keduanya bahkan sebelum Syahira hadir kedunia ini.

Syahira maupun Zaidan terpaut usia yang cukup jauh meskipun tidak terlalulu jauh, Zaidan berusia 26 tahun itu artinya memiliki selisih 5 tahun dari usia Syahira.

"Terus doakan Syahira agar menjadi istri yang soleha untuk suami Syahira Ummi" balas Syahira semakin mengeratkan pelukannya.

Usman yang melihat adiknya sudah menjadi istri orang lain datang  dan memeluk kedua perempuan yang sangat dia cintai di dunia ini Ummi dan juga adiknya.

"Sudah jadi istri orang kok masih cengeng sih!" ejek Usman yang sering mengejek Syahira kalau lagi ada di rumah.

"Abang sendiri kapan nyusul, sebaiknya Ummi cepat melamar ustazah Zahra" ejek Syahira balik tidak mau kalah dari  Usman yang selalu mengejeknya.

"Sudah kita keluar dulu, kasian suami kamu pasti lama menunggu kamu" ujar Usman belum siap di introgasi oleh Umminya.

" Ya sudah ayo!" ucap Fatimah menggandeng tangan Syahira begitu juga dengan Usman yang merangkul Syahira ada perasaan tidak rela di hatinya melepas adiknya untuk orang lain tapi cepat atau lambat hal itu juga harus dia lakukan dan sekarang tanggung jawabnya sebagai seorang abang  sudah selesai dalam menjaga adiknya dan bisa fokus pada dirinya sendiri.

Bukan tanpa alasan  Usman belum memperistri seseorang tapi dia ingin melepaskan adiknya terlebih dahulu tapi dia tidak menyangka akan secepat ini.

Syahira berjalan dengan anggunnya menuju Zaidan laki-laki yang tidak dia kenal sama sekaali tapivsudah jadi suami sahnya dimata negara maupun agama.

Zaidan menatap perempuan yang berjalan ke arahnya beberapa saat sebelum membuang kembali wajahnya dia masih tidak percaya kalau perempuan yang sedang berjalan ke arahnya sudah menjadi istrinya sekarang.

Syahira didudukkan di samping Zaidan yang menunduk tidak berani memandang Syahira begitu juga dengan Syahira yang masih malu bercampur gugup. perangai mereka tidak lepas dari pantauan keluarga yang merasa lucu melihat pasangan halal di depannya itu yang sama-sama terlihat malu-malu dan juga gugup.

" Syahira cium tangan suami kamu, Nak" pinta Kiyai Mansur pada anaknya yang masih malu-malu itu.

Meskipun ragu Syahira perlahan mengangkat tangannya begitu juga dengan Zaidan yang melakukan hal yang sama dengan yang Syahira lakukan untuk menyambut tangan Syahira.

" Nggak usah malu-malu kalian sudah sah" ucap penghulu menggoda engantin baru yang terlihat gugup satu sama lain dan yang lain yang merasa lucu ikut tertawa melihat keduanya.

Syahira berhasil menjabat tangan dan mencium pelan tangan Zaidan dengan tangan yang gemetar. Bagaimana tidak! seumur hidupnya dia belum pernah menyentuh tangan lawan jenis yang bukan mahram baginya

Begitu juga dengan Zaidan yang belum pernah menyentuh perempuan manapun kecuali Umminya ada perasan lain saat tangan Syahira menyentuh tangannya meskipun ada kain yang menghalagi sentuhan langsung kedua tangan mereka apalagi saat Syahira mencium tangannya meskipun terhalang cadar yang Syahira gunakan ada rasa yang berbeda yang muncul dalam diri Zaidan saat itu.

" Sekarang giliran suami yang mencium kening istri" titah penghulu, rasa gugup Zaidan semakin menjadi perlahan dia memajukan tubuh dan wajahnya ke arah Syahira yang mematung.

Kedua mata mereka saling menatap beberapa saat membuat Zaidan semakin gugup saat melihat mata indah Syahira bertemu dengan tatapannya.

Zaidan memejamkan matanya dan melakukan apa yang disuruh penghulu untuk mencium kening Syahira, tapi sebelum itu Zaidan menaruh tangannya di atas ubun-ubun Syahira dan membacakan doa yang dianjurkan oleh Rasulullah barulah kemudian dia mencium kening sang istri.

(Allahumma inni as'aluka min khairihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udhu bika min syarri hana wa syarrii maa jabaltaha 'alaih.)

Doa yang dibacakan Zaidan ketika menyentuh ubun-ubun Syahira.

Setelah itu penghulu mulai memanjatkan doa untuk pengantin baru tersebut, selepas itu barulah keduanya menandatangani surat-surat dan buku nikah mereka berdua.

Setelah semua acara selesai dan penghulu juga sudah pulang yang tinggal hanya keluarga int saja yang menukar cerita satu sama lain di ruang keluarga.

Sementara pengantin baru masih diam meskipun dudk bersampingan keduanya sama sekali tidak mengeluarkan suara sama sekali. Usman selaku abangyang baik mulai jenuh dan bosan melihat kedua pengantin itu yang seperti orang asing.

"Ustadz Zaidan!" Panggil Usman, Zaidan yang mendengar panggilan dari abangiparnya menoleh begitu juga dengan yang lainnya yang ikut menoleh tak terkecuali Syahira

"Iya ustadz" balas Zaidan masih sedikit canggung karena ini pertemuan pertama mereka meskipun keduanya sama-sama laki-laki tapi masih juga canggung apalagi melihat tatapan Usman saat pertama kali Zaidan mengucap salam.

Part 3

Ketika malam tiba keluarga Zaidan sudah kembali ke pondok meninggalkan Zaidan di rumah Syahira dan besoknya mereka berdua akan kembali ke pondok, namun kali ini Syahira kembali sebagai istri dari Zaidan bukan seorang santri lagi.

Syahira duduk bersama keluarganya, tapi tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Syahira merasa gugup dengan adanya Zaidan di rumah, Syahira juga tidak kunjung melepaskan cadarnya di hari-hari biasanya Syahira kadang-kadang melepaskan cadarnya karena tidak ada orang lain di rumah tapi sekarang ada Zaidan di tengah-tengah mereka meskipun sudah sah tapi Syahira yang belum terbiasa merasa canggung.

Begitu juga Zaidan yang hanya berbicara dengan abang, ibu dan ayah Syahira saja menjawab beberapa pertanyaan dari mereka.

" Usman ini sudah malam biarkan ustadz Zaidan istirahat. Syahira ajak suami kamu ke kamar" ucap ummi Fatimah meminta.

" Iya ummi, mari ustadz" ucap Syahira sopan dan juga masih segan dengan Zaidan.

Zaidan merasa canggung dengan apa yang diucapkan Syahira dan ummi Fatimah tapi mereka sudah menjadi suami istri pastinya mereka akan tidur satu kamar.

Zaidan meminta izin terlebih dahulu kepada Usman dan kiyai Mansur sebagai rasa hormat, dan bangun dari tempat duduknya mengikuti Syahira yang membawanya ke kamarnya.

Ceklekkk!

Suara pintu terbuka, Zaidan yang masih ragu untuk masuk berdiri di depan pintu beberapa saat kemudian barulah dia masuk setelah meyakinkan dirinya sendiri. Sementara Syahira masih berdiri di depan pintu seraya memegang handle pintu.

Ummi Fatimah yang melihat Syahira masih berdiri tidak bergerak di depan pintu berinisiatif membantu anaknya yang masih canggung dan kaku itu tidak lupa juga wajah tersenyum yang diperlihatkan merasa lucu dengan anaknya sendiri.

" Syahira kenapa masih berdiri di sini, udah nggak papa! Sana masuk, buat cucu yang menggemaskan untuk ummi dan Abah. Jangan lupa kunci pintunya" ucap ummi Fatimah mendorong Syahira masuk ke dalam dan menutup pintu kamar, Fatimah mengerti situasi anaknya saat ini yang masih merasa canggung.

Untung saja Zaidan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh ummi Fatimah, kalau sampai Zaidan mendengarnya Syahira pasti sangat malu dibuatnya.

Zaidan masih fokus melihat isi kamar Syahira yang sangat rapi, semua tertata sangat rapi di tempatnya. Rasa canggung semakin mendominasi keduanya, namun Zaidan sebisa mungkin mencoba untuk tidak memperlihatkan pada Syahira. Syahira yang tidak pernah membawa masuk siapapun ke kamarnya apalagi seorang laki-laki masih enggan bergerak di tempatnya berdiri.

Zaidan yang merasa Syahira masih belum bergerak dari tempatnya menoleh ke belakang dan mendapati Syahira terlihat bengong di sana.

" Maaf membuat kamu tidak nyaman" ucap Zaidan merasa tidak enak dengan Syahira. Zaidan mengucap kata 'kamu' untuk Syahira karena merasa usia Syahira yang dibawanya.

" Saya tidak akan berbuat yang macam-macam jadi kamu tenang saja" sambung Zaidan seolah mengerti apa yang menjadi beban pikiran Syahira.

" Maaf ustadz...saya" Syahira bingung harus bersikap seperti apa untuk saat ini.

" Saya mengerti, kalau kamu merasa tidak nyaman saya akan tidur di sofa" ucap Zaidan.

Satu poin plus muncul di benak Syahira tentang Zaidan, Zaidan yang begitu pengertian dan juga tidak memaksa kehendaknya padahal bisa saja Zaidan protes sekarang karena dia adalah suami Syahira dan apa yang dilakukan Zaidan membuat hati Syahira tersentuh.

" Ustadz bisa tidur di kasur biar saya yang tidur di sofa" balas Syahira merasa tidak enak dengan Zaidan yang begitu pengertian.

" Tidak apa-apa biar saya aja yang tidur di situ," balas Zaidan lagi.

" Kalau begitu kita tidur di kasur saja" ucap Syahira. Tidak mungkin dia membiarkan Zaidan tidur di sofa apalagi sofa yang ada di kamar Syahira tidak akan bisa membuat Zaidan nyaman, Zaidan begitu tinggi pasti tidak akan cukup untuk Zaidan.

" Apa kamu yakin?"Tanya Zaidan memastikan.

" Saya yakin, saya juga tidak mau Allah murka terhadap saya" ucap Syahira, Syahira yang sudah belajar ilmu agama tentu saja paham dengan apa balasan yang akan dia dapatkan.

" Kalau begitu saya juga bisa mendapatkan hak saya malam ini!"

Syahira mematung mendengar apa yang keluar dari mulut Zaidan, Syahira mengeti apa yang dimaksud Zaidan tapi dia belum siap untuk yang satu itu, Syahira menatap ke arah Zaidan berdiri kemudian kembali menunduk karena merasa gugup dan juga takut. Syahira bingung harus menjawab apa sekarang, membiarkan Zaidan mendapatkan haknya tali Syahira belum siap, menolak juga akan membuat Allah marah padanya.

Syahira terdiam membisu tidak berani menjawab apa-apa, dia sedang mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

" Saya hanya bercanda, kalau begitu boleh saya ke kamar mandi sebentar!" Ucap Zaidan kemudian, ada sedikit lega di hati Syahira ketika Zaidan mengucapkan itu tapi ada perasaan tidak enak juga karena secara tidak langsung Syahira sudah menolak suaminya.

" Di mana kamar mandinya?" Tanya Zaidan lagi

" Di sebelah sana ustadz," balas Syahira.

" Terima kasih, dan ya!  Tidak perlu memanggil saya ustadz, saya ini suami kamu" ucap Zaidan sebelum meninggalkan Syahira yang masih betah berdiri di tempatnya.

Setelah Zaidan masuk ke dalam kamar mandi, Syahira semakin tidak enak hari hati dengan Zaidan meskipun mereka baru saja bertemu tapi Zaidan tetaplah suaminya yang sah Dimata negara dan juga agama. Allah sudah menghalalkan mereka sebagai sepasang suami istri, sebuah takdir yang Syahira sendiri tidak bisa menolaknya.

" Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku harus memberikan haknya malam ini tapi aku... Tapi aku juga takut Allah akan murka terhadapku kalau menolak suami"  Syahira di buat bingung dengan pikirannya sendiri di satu sisi dia belum siap tapi di sisi yang lain takut Allah akan murka terhadapnya.

Syahira menarik napas panjang kemudian menghembuskannya pelan, berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di tepi kasur.

Ceklekkk!

Suara pintu kamar mandi terbuka membuyarkan lamunan Syahira dan berdiri kembali. Zaidan merasa gemas sendiri melihat sikap malu-malu Syahira, di tambah Syahira masih saja menggunakan cadarnya padahal sudah ada di kamar. Zaidan melangkah mendekati Syahira, saat di kamar mandi Zaidan meyakinkan dirinya sendiri untuk bersikap santai apalagi dia seorang laki-laki tidak mungkin mereka akan terus canggung seperti sepanjang malam.

" Syahira apa saya bisa meminta sesuatu sama kamu?" Tanya Zaidan ketika sudah ada di dekat Syahira, Syahira menatap ke arah Zaidan dan Zaidan paham dengan itu.

" Tenang saja, saya hanya meminta kamu melepaskan cadar dan hijab kamu saya ingin melihat wajah kamu, kamu tidak keberatan kan?" Sambung Zaidan tidak mau Syahira salah paham dengan permintaannya. Sudah sejak tadi Zaidan ingin melihat wajah istrinya tapi Syahira yang masih malu-malu tidak kunjung melepaskan cadarnya.

Syahira mengangguk tanda tidak keberatan dengan permintaan Zaidan perlahan membuka cadarnya. Begitu cadar lepas dari wajah sang istri Zaidan terpana dengan kecantikan Syahira yang alami.

" Subhanallah," ucap Zaidan mengagumi kecantikan istrinya, begitu juga saat Syahira melepaskan hijab yang dia kenakan.

" Apa boleh saya meminta kalau sedang di kamar seperti ini kamu tidak tetap seperti ini saja" Tanya Zaidan lagi. Syahira mengangguk tanda tidak keberatan denga apa yang di pinta sang suami.

" Terima kasih, kalau begitu istirahatlah saya tidak akan mengganggu kamu lagi. Tapi kamu yakin saya bisa tidur di tempat tidur kamu?" ucap Zaidan.

" Iya silahkan. Saya permisi ingin ke kamar mandi sebentar" ucap Syahira.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!