NovelToon NovelToon

SAYANG

Episode 1

Marlena Susianti adalah seorang gadis yang malam ini akan genap berusia 23 tahun. Lena juga adalah gadis yatim piatu yang selalu hidup mandiri tanpa mau bergantung pada siapapun bahkan meski dirinya mempunyai kekasih yang sangat kaya raya dan juga adalah bos di perusahaan tempatnya bekerja.

“Buru buru banget kamu Len, diluar hujannya deras banget tau. Buru buru nyelesein kerjaan juga pasti percuma. Toh ujungnya pasti bakal nunggu hujannya reda buat pulang. Ya kan?”

Lena hanya tertawa renyah mendengarnya. Mungkin memang tidak ada satupun orang yang tau bahwa malam ini adalah tepat hari dirinya di lahirkan ke dunia. Lena juga tidak berniat memberitahu siapapun termasuk kekasihnya yang setiap hari hanya di sibukkan dengan pekerjaan. Ya, Lena tidak mau merepotkan Alex.

“Lagian Len, pak Alex kan pacar kamu, aku yakin dia nggak akan marah kalaupun kamu bekerja dengan santai.” Tambah rekan kerja Lena lagi. Sasha namanya.

Lena menggelengkan kepalanya kali ini meski masih dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Bukan rahasia umum lagi memang kalau hubungannya dengan Alex sudah di ketahui seluruh pekerja di perusahaan itu. Hal itu lah yang membuat Lena banyak di segani disana meskipun kedudukannya hanya sebagai karyawan di bagian pemasaran.

“Kamu ini ada ada saja. Ya nggak begitu juga dong. Kan walaupun aku ini pacarnya Alex, aku tetap harus bekerja dengan profesional. Aku nggak boleh sombong dengan statusku yang adalah pacar dari bos besar kita di perusahaan ini.” Balas Lena dengan santai sambil mengelap meja kerjanya dengan tisu basah. Lena memang sangat tidak suka merepotkan orang lain sehingga setiap pulang kerja Lena selalu merapikan dan membersihkan lebih dulu meja kerjanya dengan alasan agar tidak menambah beban para OB dan OG disana.

“Hem iya iya deh, calon bu bos.. Terserah apa kata kamu saja. Aku harap sih kebijakan kamu ini nggak akan berubah kalau suatu saat nanti kamu menjadi nyonya muda di keluarga Smith.”

“Tentu saja tidak. Aku akan tetap menjadi Marlena Susianti yang seperti sekarang.” Senyum lebar Lena. Gadis itu mengues tisu basah di genggamannya dan membuangnya ke tong sampah yang ada di dekat kakinya.

“Iya deh.. PERCAYA..” Sasha menganggukkan kepalanya dengan menekan kata percaya di akhir kalimat yang sukses membuat Lena tersipu malu sendiri. Lena merasa dirinya terlalu percaya diri sekarang.

“Ya sudah kalau begitu aku duluan ya Sha..”

“Oke.. Hati hati di jalan. Bawa payung nggak?”

“Bawa dong..” Senyum Lena sambil menunjukkan payung lipat miliknya yang memang hampir setiap hari dia bawa setiap bekerja mengingat cuaca yang tidak menentu akhir akhir ini. Sebentar panas dan sebentarnya hujan.

“Ya sudah..” Sasha balas tersenyum pada Lena yang kemudian melenggang melewati kursinya.

Sasha menghela napas. Sebenarnya Sasha merasa tidak percaya dengan bosnya. Karena memang beberapa kali Sasha melihat Alex bersama dengan wanita lain. Bahkan pernah sekali Sasha mendapati Alex sedang bercumbu panas di mejanya dengan seorang wanita yang penampilannya sudah tidak karuan dibawahnya. Namun Sasha tidak punya keberanian untuk mengatakan pada Lena karena Sasha sendiri tidak punya bukti untuk itu.

“Kamu orang baik Lena.. Aku yakin Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik juga untuk kamu.” Gumam Sasha penuh harap.

Enggan terlalu memikirkan hubungan Lena dan bos brengseknya itu, Sasha pun mencoba fokus kembali dengan pekerjaannya yang sebentar lagi selesai itu sembari menunggu hujan deras diluar reda.

Sementara Lena, dia melangkah keluar dari lift dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya. Lena sangat tidak sabar ingin menemui Alex yang memang hari ini tidak ada di tempat. Ya, Alex memang jarang berada di tempat jika memang tidak ada hal yang penting di kantor. Tapi menjelang sore tadi Lena sudah menghubungi Alex yang mengatakan Alex sudah berada di apartemennya karena merasa kurang enak badan. Lena yang sengaja ingin memberi kejutan untuk merayakan genap 23 tahunnya bersama kekasih tercintanya itu sengaja mengatakan bahwa dirinya tidak bisa datang ke apartemen Alex karena pekerjaan yang menggunung.

“Heum.. Enaknya bawa apa ya ke apartemen Alex? Hujan hujan gini enaknya bawain yang berkuah dan pedes pedes nih.. Apa lagi Alex sedang kurang enak badan..” Gumam Lena berpikir sambil melangkah keluar dari gedung perusahaan tempatnya bekerja. Perusahaan yang juga adalah perusahaan milik keluarga Alex.

Lena membuka payung lipat warna birunya kemudian melangkah melewati parkiran yang masih padat oleh kendaraan. Baik kendaraan beroda dua maupun empat.

Lena melangkah dengan payung biru yang melindungi tubuhnya dari derasnya air hujan yang menetes begitu kompak membasahi bumi. Begitu sampai di depan jalan raya, Lena pun segera menyetop taksi kemudian masuk ke dalamnya.

“Mau kemana neng?” Tanya supir taksi yang sudah berumur itu.

Lena yang sibuk mengeringkan rok span hitam selutut nya yang basah karena air hujan pun tersenyum ramah sembari berkata “Jalan dulu saja pak, nanti saya kasih tau arahnya.”

Supir taksi itu mengangguk saja kemudian mulai melajukan mobil warna biru itu berlalu dari sekitar gedung perusahaan milik keluarga Smith.

Di tengah perjalanan menuju apartemen, Lena menyempatkan memesan makanan yang memang sejak tadi sudah dia pikirkan. Yaitu makanan pedas berkuah yang Lena anggap cocok untuk menemani di malam hujan seperti saat itu dengan Alex nanti.

Tidak sampai 20 menit taksi yang membawa Lena sampai tepat di depan gedung apartemen mewah tempat Alex tinggal. Ya, pria itu memang tidak tinggal dengan kedua orang tua dan adiknya. Alex memilih tinggal sendiri dan membeli apartemen mewah di pusat kota.

“Terimakasih ya pak.. Ini ongkosnya, kalau ada kembaliannya ambil saja pak.” Ujar ramah Lena sebelum turun dari mobil taksi tersebut sembari menyerahkan 2 lembar uang seratus ribuan pada supir taksi tersebut yang menerimanya dengan senang hati.

Saat Lena turun dari taksi, hujan deras belum juga reda. Bahkan hujan itu sepertinya semakin bertambah deras yang di sertai angin serta petir yang menggelegar. Dan karena hujan yang semakin deras itu, payung lipat biru yang Lena gunakan untuk melindungi dirinya seolah tidak berguna karena air hujan itu tetap saja membasahi kemeja pink lengan panjang dan rok span hitam selutut yang Lena kenakan.

Tepat saat Lena sampai di lobi apartemen, seorang kurir yang membawa pesanan yang Lena pesan muncul dan menyerahkan pesanan tersebut pada Lena secara langsung.

“Semoga saja keadaan Alex tidak begitu gawat.” Gumam Lena sambil menilik waktu di jam tangan warna putih yang dia kenakan. Jam tangan yang juga adalah pemberian dari Alex dan selalu Lena kenakan setiap hari.

“Masih ada waktu dua jam sebelum malam bergantian tanggal tiba.” Senyum lega Lena kemudian melangkah dengan santai menuju lift yang akan membawanya menuju lantai dimana apartemen tempat Alex tinggal berada.

Lena menghela napas dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya. Di usianya yang genap 23 tahun ini Lena berencana membicarakan tentang hubungannya dengan Alex ke arah yang lebih serius lagi. Karena Lena merasa sudah dewasa dan sudah bukan lagi waktunya untuk main main dengan hubungannya dan Alex. Lena juga sangat yakin Alex adalah pria terbaik untuknya. Karena selain Alex yang begitu baik dan penuh pengertian padanya, Alex juga bukan tipe pria yang suka memaksakan kehendak padanya.

Episode 2

Pintu lift terbuka secara otomatis begitu Lena sampai di lantai gedung apartemen yang di tuju nya yaitu apartemen Alex, kekasih tercintanya. Pria yang selalu Lena anggap sebagai pria terbaik dalam hidupnya tentunya setelah mendiang ayah tercintanya.

Lena melangkah keluar dari lift. Namun Lena tidak langsung melanjutkan langkahnya. Dia menghela napas kemudian merapikan lebih dulu penampilannya. Ya, Lena ingin selalu terlihat menarik di depan Alex.

“Fiuh..” Lena menarik napas dalam dalam kemudian menghelanya dengan kasar. Setelah itu Lena kembali melanjutkan langkahnya menuju apartemen Alex yang hanya tinggal sekitar 3 meter lagi dari lift.

Bayangan Alex yang terkejut kemudian menatapnya penuh sesal sembari mengucapkan kata maaf karena tidak mengingat lagi hari ulang tahunnya membuat Lena terkekeh geli. Alex memang tidak pernah mengingat hari ulang tahun Lena. Namun Lena tidak pernah marah dan selalu berusaha mengerti. Apa lagi Lena sendiri juga tau bagaimana sibuknya Alex selaku pemilik serta pemimpin di perusahaan tempatnya bekerja.

Langkah Lena terhenti begitu sampai tepat di depan pintu apartemen Alex. Saat tangannya hendak memencet bel, Lena pun tampak berpikir kemudian mengurunkan niatnya memencet bel di samping pintu apartemen Alex sambil menurunkan tangannya. Lena berpikir jika dirinya memencet bel dan Alex yang membuka pintu apartemen tersebut, Alex pasti tidak akan terkejut yang artinya kejutannya gagal.

Lena tertawa sendiri. Dia kemudian memencet beberapa digit nomor yang menjadi kunci apartemen milik kekasihnya itu sehingga terbukalah pintu apartemen serba mewah tersebut. Aroma menenangkan yang juga menyegarkan langsung menyapa indra penciuman Lena begitu pintu apartemen itu dia buka. Hembusan angin pertanda udara dingin AC juga sesaat menerbangkan anak rambut Lena. Lena yakin Alex pasti ada di dalam. Alex tidak mungkin keluar mengingat dirinya yang sedang tidak baik baik saja sekarang.

Lena melangkah pelan masuk ke dalam apartemen mewah milik kekasihnya. Apartemen yang memang dari disain sampai semua barang barang yang berada di dalamnya berharga sangat fantastis.

Lena mengeryit. Dia merasa apartemen itu kosong karena tidak ada tanda tanda keberadaan Alex disana. Padahal Alex mengatakan dirinya berada di apartemen dan sedang mencoba beristirahat karena merasa tidak enak badan.

“Apa mungkin Alex sedang berada di kamar? Ya.. Mungkin dia sedang beristirahat karena merasa tidak enak badan.” Gumam Lena setelah berpikir.

Lena kemudian mempercepat langkahnya menuju dapur. Dia berniat menghampiri Alex nanti setelah menata meja makan menyiapkan makanan yang sengaja dia pesan untuk di makan berdua dengan Alex.

Setelah selesai menata peralatan makan diatas meja, Lena pun bergegas menuju kamar Alex. Namun baru beberapa langkah menjauh dari meja makan, Lena mengeryit begitu indra pendengarannya menangkap suara seorang wanita yang sedang mendesah. Suara itu bahkan berhasil membuat bulu kuduk Lena meremang. Dan lagi suara tersebut berasal dari kamar Alex.

“Apa mungkin itu suara Alex?” Lena mulai bertanya tanya. Meski hatinya menolak itu adalah suara Alex karena yang Lena dengar jelas bukan suara pria, melainkan suara seorang wanita.

Karena penasaran, Lena pun mempercepat langkahnya menuju pintu bercat coklat gelap itu. Kebetulan pintu tersebut juga tidak di tutup dengan rapat membuat Lena bisa mengintip ke dalam kamar Alex tanpa harus mendorong daun pintu kokoh tersebut.

Begitu menilik ke dalam kamar Alex betapa terkejutnya Lena melihat pemandangan yang seketika itu juga membuat hati dan perasaannya hancur.

“Ya Tuhan...” Lena menutup mulutnya yang terbuka akibat dari keterkejutannya. Lena tidak menyangka melihat pemandangan yang sangat menjijikan juga menyesakkan dada itu. Bagaimana tidak? Sekarang Lena melihat dengan kedua matanya sendiri Alex sedang bergumul panas di atas ranjang dengan seorang wanita yang jelas Lena kenal. Wanita itu adalah sahabatnya sendiri, Sherin.

Ya, Sherin begitu pasrah berada diatas kuasa Alex yang begitu lihai bergerak menggagahinya.

Tidak kuasa menahan tangisnya, Lena pun memilih untuk langsung berlari menjauh tanpa berniat menegur kekasih juga sahabat dekat yang sudah Lena anggap sebagai kakak kandungnya sendiri itu. Lena juga enggan terus melihat hal menjijikan yang sedang mereka lakukan.

Sementara Alex dan Sherin, mereka berdua sama sekali tidak menyadari jika Lena memergoki apa yang sedang mereka lakukan. Mereka terus larut dalam kenikmatan itu tanpa tau bahwa Lena telah melihat apa yang mereka berdua lakukan di belakangnya. Sherin bahkan semakin mendesah keras membuat gairah Alex semakin menggebu gebu diatasnya.

Untuk Lena, dengan berderai air mata Lena terus berlari menjauh dari apartemen Alex. Saking ingin menjauh sejauh jauhnya, Lena sampai merasa jarak lift yang biasanya dekat dari pintu apartemen Alex mendadak terasa sangat jauh.

Lena tidak menyangka niatnya memberikan kejutan pada Alex justru malah dirinya yang mendapat kejutan dari Alex. Kejutan yang membuat semua impian indahnya bersama Alex seketika sirna begitu saja.

Lena masuk ke dalam lift dengan tangisannya yang begitu sangat keras. Bahkan saat sampai di lantai dasar gedung apartemen itu, Lena keluar dari lift dengan terus menangis meraung yang berhasil membuat semua orang yang ada di lobi mengeryit bingung juga ada yang menatapnya dengan tatapan aneh. Ada juga yang berbisik mengira Lena adalah orang dengan gangguan jiwa.

Di bawah guyuran hujan deras dengan petir menggelegar, Lena berlari sekencang yang dia bisa. Lena juga tidak perduli dengan banyaknya kendaraan yang sampai berhenti mendadak karena dirinya yang melintas di tengah jalan tanpa menunggu lampu merah menyala. Lena benar benar tidak perduli bahkan pada nyawanya sendiri. Dia begitu kecewa, kalut, bahkan hancur sehancur hancurnya. Melihat kekasih tercinta dan sahabat terdekatnya sedang bercinta begitu panas diatas tempat tidur membuat Lena seperti tidak punya lagi pegangan.

Karena terlalu membabi buta berlari dibawah guyuran hujan yang begitu deras, Lena pun terjatuh yang membuat kedua lututnya tergores aspal kemudian terluka dan mengeluarkan darah. Namun rasa panas dan perih yang terasa di kedua lututnya tidak ada apa apanya jika di bandingkan dengan luka perih di hatinya karena apa yang baru saja dia lihat.

Lena hancur sehancur hancurnya. Impiannya ingin hidup berdua dengan bahagia bersama Alex pupus begitu saja. Lena tidak menyangka jika kekasih yang sangat dia cintai dan dia percaya mengkhianatinya. Apa lagi Alex mengkhianatinya dengan Sherin, sahabat yang selama bertahun tahun sudah Lena anggap seperti kakaknya sendiri karena Sherin yang juga selalu bersikap baik dan penuh pengertian padanya. Bahkan Sherin juga adalah orang yang membuat Lena dekat kemudian menjalin hubungan dengan Alex. Sherin juga adalah tempat curhat segala masalah bagi Lena. Sherin selalu memberinya petuah baik. Sherin selalu memberikannya solusi terbaik jika Lena sedang di himpit oleh masalah. Entah itu masalah pada hubungan Lena dengan Alex atau masalah lainnya.

Episode 3

Merasa putus asa bahkan ingin mati saja, Lena pun akhirnya berjalan tak tentu arah dibawah rintikan hujan yang tidak lagi sederas tadi. Lena menangis di tengah guyuran air hujan yang berhasil menyamarkan derasnya air mata yang membasahi kedua pipinya. Namun tidak bisa menyamarkan hidung serta wajah putih bersihnya yang memerah akibat tangisan kehancurannya.

Terlalu lama berjalan bagai daun kering yang tertiup angin tanpa arah dan tujuan, langkah Lena akhirnya terhenti di depan sebuah club malam yang meskipun bumi di guyur hujan tapi tetap terlihat ramai itu.

Sesaat Lena terdiam menatap kosong club malam tersebut hingga akhirnya bayangan Alex yang sedang bercinta dengan begitu panas dengan Sherin kembali di depan matanya.

Kedua tangan Lena mengepal erat. Dia merasa di khianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Mereka berdua adalah orang yang sangat Lena percaya di dunia ini. Tapi mereka tega melakukan hal menjijikan yang berhasil menghancurkan segala harapan baik dan impian Lena dimasa depan.

“Alex.. Mulai sekarang aku benci kamu. Kamu bukan lagi siapa siapa untuk ku. Aku akan buktikan bahwa aku juga bisa melakukan apa yang kamu lakukan dengan Sherin.” Gumam Lena dengan rahang mengeras serta kedua mata sedikit melebar.

Setelah yakin dengan apa yang akan dilakukannya, Lena pun melangkah mantap menuju club malam itu. Kehadirannya cukup membuat orang orang disana heran karena penampilan Lena yang basah kuyup itu. Namun Lena sama sekali tidak menyadari tatapan tersebut dan langsung duduk di meja kosong.

Lena meringis ketika merasakan ngilu di kepalanya. Di tambah tubuhnya yang terasa sangat menggigil juga alunan musik berdentam yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman itu. Apa lagi ini juga adalah kali pertama bagi Lena menyambangi tempat tersebut.

Namun lagi lagi bayangan Sherin dan Alex yang sedang bercinta berada di depan matanya membuat Lena merasa harus bisa melakukan apa yang Alex lakukan di belakangnya dengan Sherin.

“Aku bisa... Aku pasti bisa melakukan itu.” Lena kembali bergumam.

Tidak mau kalah dengan kondisi tubuhnya, Lena pun bangkit dari duduknya kemudian melangkah gontai menuju meja bar dimana seorang pria bertubuh tinggi tegap juga kekar sedang aktif menyajikan minuman. Sebut saja dia bartender.

“Berikan aku sebotol koktail.” Ujar Lena dengan tenang.

Bartender itu terdiam sesaat. Karena cahaya yang tidak begitu terang di club malam tersebut, bartender tampan itu terpaksa harus sedikit mendekat pada Lena untuk memperhatikan dengan detail sosok yang dirasa tidak asing baginya itu.

“Lena..” Batin bartender tampan itu setelah mendekat dan menatap lekat lekat pada Lena.

Lena yang merasa di perhatikan dengan begitu detail mengeryit. Lena tidak merasa mengenal bartender itu. Tapi sepertinya Lena pernah bertemu dengan pria itu namun Lena tidak mengingat dirinya bertemu kapan dan dimana dengan bartender tersebut.

“Tolong berikan aku satu botol koktail. Apa aku perlu berteriak?” Lena berkata dengan penuh penekanan. Dia merasa kesal karena bartender tampan di depannya tidak se cekatan saat melayani orang lain.

“Oke.. Tunggu sebentar.” Balas si bartender.

Setelah mengambil sebotol koktail dengan gelas kosong pada Lena, bartender itu sedikit menyingkir dari meja bar menjauh dari Lena. Pria yang akrab disapa dengan panggilan Jojo itu mengeluarkan ponsel dari saku celana jins hitamnya kemudian mengirim pesan pada seseorang.

“Dasar brengsek !! Pengkhianat !! Laki laki nggak tau diri !!”

Jojo mengeryit mendengar umpatan yang keluar dari mulut Lena. Lena sudah dalam keadaan mabuk setelah menenggak satu gelas koktail yang di pesannya. Gadis yang masih basah kuyup itu terus meracau yang membuat Jojo merasa penasaran ingin tau apa yang terjadi pada Lena.

“Huhuhu.. Aku sudah setia. Aku tidak pernah marah kamu sibuk. Aku juga tidak pernah marah meskipun kamu tidak pernah mengingat hari ulang tahunku. Tapi kenapa? Kenapa kamu bersama dengan sahabatku? Kenapa kamu melakukan itu di belakangku?”

Detik berikutnya Lena menangis sambil terus meracau tidak jelas. Ditambah lagi dengan alunan musik yang begitu berdentam membuat pendengaran Jojo sedikit tidak jelas.

Jojo menghela napas. Meski Jojo tidak dekat dengan Lena, tapi Jojo tau bagaimana Lena. Apa lagi Lena juga sama sekali tidak mengenal balik Jojo. Jojo tau siapa Lena karena sahabatnya adalah pria yang hampir 8 tahun terus mencari tahu tentang Lena.

“Hay cantik.. Sendirian aja ya? Boleh aku temani?”

Kedua mata Jojo menyorot dengan tajam sesosok pria dengan gaya tengil yang tiba tiba mendekat pada Lena. Tangan Jojo mengepal erat karena tidak suka melihat pria itu mendekat pada Lena.

“Apa? Kamu siapa? Memangnya kamu bisa menemaniku hah?! Kamu bisa memuaskan aku? Kamu bisa membuat dia percaya bahwa aku juga bisa melakukan apa yang Sherin lakukan? Iya?” Tantang Lena yang sudah mabuk berat.

Pria itu menyeringai mendengar tantangan dari Lena. Ketika tangannya hendak menyentuh punggung Lena, tiba tiba dari arah belakang ada yang menahannya.

Jojo yang melihat itu menghela napas lega. Seseorang yang di tunggunya datang tepat waktu.

“Hey..”

“Jangan sentuh milikku atau kamu akan mati.” Sela pria tampan dengan setelan jas hitam di belakang Lena.

Pria tengil yang hendak berbuat tidak baik pada Lena menelan ludah ketika mendapat tatapan tajam dari pemilik club tersebut. Siapapun tau siapa pria tersebut. Karena pria itu bukan hanya tampan, tapi juga sangat berkuasa dengan kekayaan yang tidak bisa di hitung.

Setelah berkata dengan nada mengancam, pria tersebut langsung menghempaskan tangan si pria tengil tadi. Dan itu berhasil membuat pria tengil tersebut terjungkal kebelakang.

Pria dengan setelan jas hitam tadi kemudian menatap pada Lena yang masih meracau tidak jelas sambil menangis. Dia menghela napas menatap sendu pada Lena yang tampak sangat menyedihkan. Yang pria itu tau Lena bukan gadis yang suka menyambangi club malam. Lena adalah gadis baik baik.

“Dia datang dengan baju basah sejak tadi. Sepertinya sesuatu telah terjadi.” Ujar Jojo berusaha menjelaskan pada temannya itu.

Pria dengan setelan jas hitam itu mengangguk pelan. Tidak mau sesuatu yang buruk sampai terjadi pada Lena, dia pun segera meraih tubuh ramping Lena yang sudah lemas tidak berdaya karena mabuk. Lena sempat memberontak namun tenaganya benar benar sangat lemah sehingga Lena hanya pasrah saat di bawa keluar oleh pria bersetelan jas hitam tersebut.

Dengan gaya coolnya, pria itu melangkah menuju mobilnya dengan Lena yang berada di gendongannya. Begitu sampai disamping mobilnya, seorang body guard dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya memasukan Lena ke dalam mobil.

“Saya akan mengendarai mobil sendiri.” Ujar Pria itu dengan tegas.

“Baik tuan.” Angguk si body guard tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!