Saat ini langit terlihat sangat indah di mata Shanika, karena dipenuhi dengan awan putih dan sinar matahari yang sangat bersinar. Tidak hanya itu, Shanika juga dapat dengan jelas melihat burung yang sedang berterbangan, hingga tanpa sadar membuat dirinya tersenyum sendiri sambil mendengarkan musik cinta kesukaannya.
"Akhirnya hari ini tiba juga," ucap Shanika dengan perasaan lega sekaligus perasaan bebasnya, karena akhirnya ia dapat menyelesaikan masa sekolahnya yang sejak awal ia pikir kurang menyenangkan.
Shanika sendiri bukanlah tipe anak yang mudah bergaul di sekolah dan temannya sangat mudah untuk dihitung dengan jari-jemari, karena hal itu juga lah terkadang Shanika sering mendengar gosip tentang dirinya sendiri dari orang-orang yang ia tidak begitu kenal.
Beberapa menit setelah duduk santai menikmati pemandangan terakhir yang dapat ia lihat di gedung sekolahnya, Shanika pun bergegas untuk pulang ke rumahnya dan lagi-lagi ia mendengar perkataan orang-orang mengenai dirinya yang cukup tidak masuk akal, seperti dirinya yang suka memancing pria mendekatinya atau menyukainya.
"Abaikan saja, Shanika!" ucap Shanika kepada dirinya sendiri agar ia tidak memiliki pikiran buruk dan dapat terus menjaga hatinya untuk tetap tenang. Karena bagaimana pun juga, bagi Shanika mulai saat ini ia hanya akan berjalan di jalan yang terang dan penuh harapan untuk masa depannya.
Tapi, siapa sangka jalan Shanika yang terang dan penuh harapan mendadak menjadi sangat gelap dan harapan
untuk masa depannya seketika itu juga tertutup rapat “TIN!!!!” suara klakson membuat pendengaran Shanika sakit “BRAK!” dan secara tiba-tiba mobil besar menghantam mobil taksi yang saat ini sedang ia tumpangi, dengan begitu keras.
***
Beberapa jam setelah Shanika sadarkan dirinya dari pingsan, untuk pertama kalinya ia mendengar hal yang sangat tidak masuk akal melebihi hinaan dan makian teman-temannya di sekolah. “A-aku tidak akan bisa melihat lagi?” gumam Shanika dengan suara yang sangat bergetar.
“Shanika tenanglah,” ucap Ibu Shanika sambil mengusap punggung anaknya itu dengan sangat lembut dan penuh prihatin.
“A-apa itu benar?!” tanya Shanika dengan nada bicaranya yang sangat tinggi dan keras kepada Dokter yang saat ini masih berdiri depan dirinya.
Karena tidak mendengar jawaban apapun dari Dokter dihadapannya, Shanika pun segera melepas penutup matanya dengan paksa dan benar saja, ia sama sekali tidak bisa melihat apapun “Tenanglah! Untuk saat ini kami akan terus melakukan pemeriksaan dan mencari cara!” panik Dokter sambil berusaha menutupi mata Shanika yang
tidak bisa melihat, agar tidak mengalami iritasi yang lebih parah.
Shanika yang mendengar perkataan Dokter, mulai kehilangan akal sehatnya dan dengan penuh amarah, Shanika melempar semua barang yang ada didekatnya bahkan tanpa sangaja ia juga mendorong tubuh Ibunya yang ingin memeluknya “Cara katamu?! Saraf mataku rusak dan saat kecelakaan mataku kemasukan pecahan kaca!” bentak
Shanika.
“Menurutmu aku masih bisa melihat setelah semua ini?! Jangan pernah memberiku harapan palsu, Dokter!” sambung Shanika dengan nada bicaranya yang penuh emosi dan penuh penekanan yang sangat berapi-api.
Ibu Shanika yang mendengar perkataan anaknya itu pun hanya bisa menangis karena melihat kondisi anaknya, sedangkan Dokter yang melihat kondisi Shanika terus berusaha menenangkan Shanika agar tubuhnya tidak semakin terluka.
“Aaa… bagaimana ini?! Mataku!” tangis Shanika dengan perasaannya yang sangat kacau.
***
Setelah tragedi mengerikan itu, Shanika terus terdiam dan masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi kepada dirinya. Hari demi hari ia lalui untuk pemeriksaan tanpa harapan sedikitpun, hingga akhirnya ia memberanikan dirinya untuk bicara kepada Ibu dan Ayahnya untuk segera menghentikan pengobatannya, karena ia berpikir kalau orang tuanya hanya akan menghabiskan uang tanpa ada hasil.
Ibu yang awalnya menentang perkataan Shanika akhirnya mengiyakan perkataan Shanika, saat melihat kondisi Shanika yang semakin terpuruk jika terus berada di Rumah Sakit. Sedangkan Shanika yang benar-benar sudah frustasi dan putus asa, hanya bisa mendengar suara isakan tangis Ibunya saat ia sudah pulang ke rumahnya sendiri.
Saat sedang merasa bosan, Shanika pun berusaha melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar loteng yang ada dirumahnya dan sesampainya di dalam kamar loteng itu, Shanika membuka jendela untuk merasakan udara malam yang sejuk.
“Sejak tidak bisa melihat, entah kenapa telingaku menjadi jauh lebih tajam!” ucap Shanika dengan senyuman tipis dan perasaan mirisnya.
Beberapa detik kemudian, entah kenapa tiba-tiba udara sejuk dihadapan Shanika berubah menjadi udara yang hangat dan Shanika pun mendengar suara wanita yang berbisik “Bagaimana dengan mataku?” yang seketika itu juga membuat Shanika merasa takut sekaligus bingung.
“Si-siapa? Siapa yang barusan bicara?!” tanya Shanika sambil melangkah mundur dan berusaha mempertajam pendengarannya.
“Aku akan memberikan mata ini untukmu dan kamu akan menjadi miliknya, menggantikan diriku.” Suara wanita misterius itu kembali terdengar secara samar ditelinga Shanika, yang saat itu juga membuat Shanika kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke lantai dalam posisi terlentang “Akh!” lenguh Eliza saat kepelanya terbentur lantai
dengan cukup kencang.
“Tidak perlu takut, karena semuanya akan menjadi lebih buruk lagi!” bisik wanita misterius itu lagi dengan suara yang terdengar semakin dekat dan detik itu juga, secara perlahan udara hangat disekitar tubuh Shanika mulai memasuki bola matanya “A-apa yang kamu lakukan?” ucap Shanika sambil terus berusaha menutupi matanya dengan kedua tangannya.
Secara cepat dan singkat, Shanika juga sempat merasa terintimidasi saat melihat bayangan wanita cantik di dalam kepalanya yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Hingga beberapa detik kemudian, saat Shanika berusaha menggerakkan tubuhnya, kesadarannya mulai menghilang dan membuatnya jatuh pingsan di dalam kamar loteng yang penuh debu itu.
BERSAMBUNG…
Seperti terbangun dari mimpi buruk, Shanika terbangun dari tidurnya dan terduduk di atas tempat tidurnya dengan kedua bola matanya yang terbuka dengan sangat lebar. Nafas Shanika sangat terengah-engah, ia bahkan mengeluarkan cukup banyak keringat pada pelipisnya.
Hingga beberapa detik kemudian, Shanika mulai tersadar kalau saat ini ia dapat melihat kembali dengan sangat jelas “Ma-mataku… kembali?” gumam Shanika sambil melirikkan bola matanya ke segala arah.
“Tidak mungkin! Apa ini sungguh terjadi?!” sambung Shanika dengan nada bicaranya yang meninggi dan dengan penuh perasaan tidak yakin, Shanika mulai menatap kedua tangannya setelah itu menatap bayangan dirinya sendiri yang ada di dalam cermin.
Satu-satunya kata yang terlihat di dalam kepala Shanika hanyalah “Keajaiban!” hingga tidak lama kemudian, ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka dan melihat kedatangan Ibunya yang sedang membawa sebaskom air es.
“Ibu,” ucap Shanika sambil menunjukkan senyuman bahagianya dihadapan Ibunya.
“Sha… matamu! Kamu bisa melihat?!” panik Ibunya Shanika yang seketika itu juga langsung bergegas meletakkan baskom air es di atas meja dan berlari untuk memeluk Shanika yang sedang menatapnya “Akh! Anakku! Bagaimana bisa? Syukurlah!” kata Ibu Shanika sambil memeluk dan menangis terharu dengan penuh rasa syukur.
***
Semua hal buruk terjadi hampir sekitar satu bulan. Mau itu pada saat kecelakaan, hilangnya pengelihatan, hingga kembalinya pengelihatan. Shanika benar-benar tidak habis pikir dan memutuskan kalau itu semua hanyalah pengalaman buruknya yang tidak boleh terulang lagi. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di dalam
hatinya.
Shanika pun menaiki kamar lotengnya lagi dan menatap ruangan penuh debu itu dengan sangat teliti sambil bergumam “Sebelum jatuh pingsan, siapa wanita yang bicara kepadaku?” dengan ekspresi bingungnya, karena Shanika yakin kalau saat itu ia sedang seorang diri.
“Hantu atau Dewa?” gumam Shanika lagi sambil berusaha memutar otaknya dengan sangat serius.
“Ah, sudahlah! Yang penting aku bisa kembali melihat… Mau yang memberikan mata ini adalah Iblis sekalipun, aku akan tetap merasa bersyukur!” sambung Shanika lagi seakan sedang bicara kepada dirinya sendiri dengan perasaan senangnya.
Dan tanpa mau mengambil pusing dan membuang-buang waktunya lagi, Shanika kembali melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar loteng dan lanjut beberes pakaiannya yang akan ia bawa ke Apartement bersama dengan Ibunya.
Keesokan harinya, setelah semua barang bawaan Shanika tertata rapi di dalam bagasi mobil, dengan raut wajahnya yang ceria Shanika bergegas mendatangi Ayahnya dan berkata “Padahal kos-kosan yang biasa saja aku sudah sangat senang, kenapa Ayah membelikan aku Apartement di dekat Kampus!” dengan nada bicaranya yang sangat manis.
“Anggap saja Apartemen itu hadiah untukmu, karena sudah berhasil melalui hal buruk,” balas Ayahnya Shanika sambil mengusap kepala Syanika dengan sangat lembut dan penuh perhatian.
“Haha, baiklah!” ucap Shanika sambil menganggukkan kepalanya.
Dapat dengan jelas Shanika melihat ekspresi bahagia dari wajah Ayah dan Ibunya, yang seketika itu juga membuat dirinya kembali merasa bersyukur karena bisa kembali melihat kedua orang tuanya tersenyum ceria.
“Karena sudah pindah tinggal di sana sendirian, kamu harus tetap rajin belajar! Mengerti, kan?” pinta Ibunya Shanika sambil membukakan pintu mobil untuk anaknya itu.
“Jangan khawatir! Ibu kan tahu sendiri kalau aku ingin mengambil alih bisnis Ayah!” balas Shanika yang lagi-lagi berhasil membuat kedua orang tuanya tertawa dengan penuh rasa bahagia.
“Senangnya bisa melihatmu kembali ceria, Shanika.” Gumam Ibunya Shanika saat melihat anaknya mulai memasuki mobil, setelah itu melambaikan tangannya dengan sangat ceria ke arahnya.
Tidak lama kemudian, Ayah Shanika pun berpamitan kepada Ibunya Shanika untuk mengantar Shanika ke Apartementnya yang ada di dekat Kampus. Setelah itu Ayah pun bergegas menyalakan mesin mobil dan mengendarai mobilnya dengan penuh kewaspadaan.
Bagi Shanika saat ini semua hal berjalan sangat lancar, ia bahkan merasa tidak ada rintangan yang bisa menghalanginya lagi dan dengan santainya Shanika mulai menyalakan radio di dalam mobil Ayahnya untuk mendengarkan lagu.
Tapi, sebelum Shanika berhasil menyalakan radio mobil. Detik itu juga, tiba-tiba ia melihat wanita berpakaian serba putih sedang berdiam diri di depan mobil yang Ayahnya kendarai “Awas!” teriak Shanika, yang seketika itu juga membuat Ayahnya menginjak rem secara mendadak.
“Kenapa?! Ada apa?!” panik Ayahnya Shanika dengan wajah pucatnya sambil menolehkan kepalanya ke arah Shanika yang duduk di sebelahnya.
“Tadi!” perkataan Shanika pun terputus, karena saat ia kembali melihat ke depan mobil Ayahnya wanita yang memakai pakaian serba putih itu sudah menghilang entah kemana “Kamu lihat apa?!” tanya Ayah Shanika lagi dengan tatapan lekatnya.
“Tadi ada wanita di tengah jalan! Ayah tidak menabraknya, kan?” balas Shanika sambil membalas tatapan Ayahnya dengan tatapan takutnya.
Ayah Shanika yang ikut merasa takut itu pun langsung bergegas keluar dari dalam mobilnya untuk memeriksa mobil hingga jalanan yang ia laluinya aman “Tidak ada apapun, kamu pasti salah lihat.” Ucap Ayahnya Shanika sambil memasuki mobilnya kembali.
“Tapi, tadi… jelas sekali ada wanita!” sebelum Shanika menyelesaikan perkataannya, dengan cepat Ayahnya kembali berkata “Sudah, cukup! Kamu tidur saja deh,” dengan perasaan tidak nyamannya, yang seketika itu juga membuat Shanika mau tidak mau harus menahan perkataannya dan rasa penasarannya.
***
Sedangkan di sisi lain, ada seorang pria yang paling disegani karena kekayaan dan wibawanya bernama Xyan. Sejak lahir ia sudah terlihat sangat tampan dan penuh karisma. Tapi, dari semua kesempurnaannya Xyan memiliki latar belakang yang menyeramkan, karena ia berasal dari keluarga yang memiliki darah keturunan Sang
Iblis yang hidup di dunia kegelapan.
Puluhan tahun yang lalu, karena kesalahan yang Xyan lakukan saat masih kecil Ibunya yang merupakan seorang manusia harus meninggal dunia dan sejak saat itu Ibunya yang sangat mencintai alam kegelapan karena sang Iblis, memutuskan untuk memberikan matanya kepada pengantin anaknya dan karena hal itu juga lah Xyan tidak bisa asal menikahi wanita yang ia mau hingga saat ini.
Sekitar lima belas tahun yang lalu, akhirnya Xyan berhasil menemukan manusia yang memiliki mata pengantin dari Ibunya lagi. Tapi, belum lama ini wanita itu ditemukan sudah meninggal dunia karena melakukan bunuh diri.
“Sial!” ucap Xyan dengan perasaan kesalnya.
“Maafkan saya, Tuan.” Ucap bawahan setia Xyan yang bernama Gavin sambil menundukkan kepalanya dengan penuh rasa menyesal.
“Sudah aku bilang, seharusnya kamu terus mengawasinya dengan benar!” balas Xyan dengan tatapan marahnya yang sangat tajam kepada Gavin.
“Sekali lagi saya minta maaf, Tuan!” panik Gavin sambil bertekuk lutut dihadapan Xyan yang saat ini masih berdiri menghadap ke arah mayat wanita yang sudah sangat pucat dan dingin.
“Seperti yang anda tahu, setiap manusia memiliki cara menyelesaikan masalah yang berbeda-beda! Sepertinya wanita ini tidak mau menerima kenyataan kalau ia adalah pengantin anda,” sambung Gavin dengan panjang lebar sambil terus berusaha menahan rasa takutnya yang meluap-luap.
Xyan yang mendengar perkataan Gavin itu pun merasa kalau perkataan Gavin sangatlah masuk akal, ia bahkan sampai berpikir “Lagipula wanita tidak waras mana yang ingin menikahi manusia setengah Iblis yang penuh kutukan sepertiku ini!” dengan perasaan pasrahnya, karena sudah kesekian kalinya wanita pilihan mata Ibunya harus mati secara tragis.
Xyan yang sudah muak itu pun segera membalik tubuhnya untuk melangkah pergi. Tapi, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang ganjal dan dengan cepat kembali membalik tubuhnya untuk memeriksa mata dari mayat wanita yang ada didekatnya itu.
“Tidak ada!” ucap Xyan saat ia memastikan kalau mata pengantin pemberian Ibunya benar-benar tidak ada pada mayat wanita itu “Seharusnya mata pengantin itu tetap ada pada jenazah, sampai jenazah selesai di kremasi!” pikir Xyan dengan perasaan bingungnya.
Gavin yang mendengar perkataan Tuannya itu pun juga segera memeriksa mata jenazah yang ada dihadapannya, yang seketika itu juga membuatnya ikut merasa kebingungan “Benar! Bagaimana hal ini bisa terjadi?” ucap Gavin dengan wajah polosnya.
Xyan yang benar-benar sudah sangat kesal dan kehilangan kesabarannya, detik itu juga menghela nafasnya dengan sangat kasar dan memerintahkan Gavin untuk segera mengkremasi jenazah wanita yang berada dihadapannya itu “Sa-saya mengerti, Tuan!” balas Gavin dengan reflek dan sangat patuh sambil menundukkan kepalanya.
Tanpa berlama-lama lagi, Xyan pun kembali membalik tubuhnya dan melangkah pergi dari kamar mayat yang sangat dingin itu dengan ekspresi kesalnya “Sebelum arwahnya pergi ke akhirat… ia pasti memindahkan mata pengantinnya kepada orang lain!” pikir Xyan dengan wajah seriusnya sambil terus melangkahkan kakinya untuk
mendekati mobil mewahnya.
Saat Xyan sudah duduk dibangku kemudi mobil mewahnya, dengan kasar ia memukul stir mobil yang ada dihadapannya sambil berkata “Sial! Wanita itu benar-benar sudah menguras kesabaranku!” dengan perasaan yang sangat frustasi.
“Hah… padahal aku sudah sangat baik dan memberikan harta yang selama ini ia inginkan!” gerutu Xyan sambil menyenderkan kepalanya ke belakang “Dasar tidak tahu terima kasih!” sambung Xyan sambil menyalakan mesin mobilnya dan segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
Jujur saya, sejak mengetahui kalau ia harus menikahi wanita pilihan Ibunya melalui mata pengantin Ibunya sendiri, Xyan sudah kehilangan minat untuk menikah apalagi memiliki keturunan, karena seperti yang ia tahu wanita yang dipilih oleh Ibunya akan terus mengalami kesialan tanpa akhir.
Xyan bahkan sudah terlalu malas untuk menghitung, berapa banyak wanita pilihan mata pengantin Ibunya yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Beberapa menit kemudian, Xyan yang ingin menghilangkan rasa penat akhirnya memutuskan untuk pergi ke salah satu Club mewah untuk minum bersama para wanita kenalannnya. Bagi Xyan, daripada harus memikirkan calon pengantin pilihan Ibunya lebih baik ia bersenang-senang dengan wanita yang sama sekali tidak ada kaitan dengan dirinya.
Dipenuhi dengan lampu berwarna-warni yang berkelap-kelip dan musik yang terdengar sangat kencang, secara satu per satu wanita cantik menyapa dan menggoda Xyan dengan pakaian terbuka mereka.
Hingga akhirnya ada seorang wanita merangkul lengan kiri Xyan dengan sangat berani, sambil berkata “Tuan! Senang bisa melihat anda disini lagi!” dengan senyuman menggodanya, yang seketika itu juga membuat Xyan ikut tersenyum dan mengikuti langkah wanita itu untuk memasuki ruang VVIP yang sudah disiapkan khusus untuk
dirinya.
Tidak hanya satu wanita, ada tiga wanita lagi yang datang untuk menghibur Xyan dan beberapa detik kemudian, salah satu wanita mulai bertanya “Saya dengar Tuan memiliki banyak gedung mewah! Apa itu benar?” dengan tatapan kagumnya sambil menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas milik Xyan secara perlahan.
“Jika benar, kamu mau satu?” balas Xyan dengan nada dan tatapan santainya yang selalu berhasil memikat siapapun.
“Haha! Tuan pasti bercanda!” ucap wanita dihadapan Xyan itu dengan tawanya yang malu-malu.
Xyan yang selesai menggoda para wanita didekatnya itu pun langsung meneguk minuman yang ada di dalam gelasnya. Tapi, dalam seketika moodnya berubah saat mendengar perkataan salah satu wanita yang ada didekatnya.
“Saya dengar… di salah satu gedung mewah milik anda pernah ditemukan mayat pria yang kurus kering karena kehabisan darah. Apa rumor itu benar?” tanya salah satu wanita dengan tatapan lekatnya kepada Xyan, yang saat itu juga membuat beberapa wanita yang lain ikut merasa penasaran.
“Ya… hal itu terjadi, karena ada Iblis haus darah yang sudah lama tinggal disana,” balas Xyan dengan tatapan serusnya, yang detik itu juga membuat semua wanita dihadapannya terkejut dan memasang ekspresi takut mereka.
“Haha! Aku hanya bercanda! Kalian ini terlalu banyak menonton film fantasi!” sambung Xyan sambil bergegas bangkit dari duduknya dan merapikan pakaiannya.
“T-tuan sangat lucu! Haha, tentu saja anda hanya bercanda!” balas salah satu wanita dengan tawa canggungnya yang disusul juga dengan tawa wanita yang lainnya.
Karena merasa kalau moodnya sudah hancur, tanpa banyak bicara lagi Xyan bergegas pergi dari Club mewah itu walaupun ia baru saja datang dan belum menghabiskan minumannya yang mahal “Ah, kenapa hariku hari ini sangat kacau?” gerutu Xyan sebelum ia memasuki mobil mewahnya.
***
Sekitar dua puluh menit kemudian, Xyan pun sampai di salah satu Apartement miliknya untuk istirahat. Tapi, sebelum ia melangkah memasuki lift tiba-tiba seorang penjaga keamanan berjalan mendekatinya dan berkata “Tuan, hari ini mungkin anda akan mengalami gangguan kecil dari kamar yang ada dibawah anda,” dengan nada
bicaranya yang terdengar sangat gugup.
“Kenapa begitu?” balas Xyan dengan tatapan tajamnya.
“Ka-karena hari ini ada yang pindahan ke kamar Apartement itu… Te-tenang saja, Tuan! Nona itu sudah berjanji kalau ia tidak akan berisik dan akan merapikan barangnya dengan sangat… lembut!” kata penjaga keamanan dihadapan Xyan itu dengan sangat bertele-tele karena perasaan gugupnya kepada Xyan.
“Ya-ya! Aku mengerti,” balas Xyan lagi dengan ekspresi tidak pedulinya, sambil mengibaskan tangan kirinya dan melangkahkan kakinya dengan cepat ke dalam lift yang pintunya sudah terbuka.
“Selamat istirahat, Tuan!” ucap petugas keamanan itu lagi sambil menundukkan kepalanya dihadapan Xyan, sebelum pintu lift tertutup.
Sesampainya di dalam kamar Apartemennya, Xyan pun mengganti pakaiannya dan bersiap untuk tidur. Tapi, saat Xyan mulai menutup matanya, kedua telinganya mulai menajam dan mendengar suara-suara plastik yang sangat mengganggu “Akh! Sial!” keluh Xyan sambil terbangun dari tidurnya lagi dengan sangat kasar.
***
Keesokan harinya, tidak seperti Xyan yang menghabiskan harinya dengan penuh kemarahan. Di sisi lain, Shanika terlihat sangat menikmati kehidupan barunya dan dengan perasaan senangnya, Shanika membawa kantung plastik besar yang berisikan sampah dari dalam lift Apartementnya.
“Ting!” saat pintu lift terbuka, dengan langkahnya yang santai dan ringan Shanika berjalan keluar. Tapi, tiba-tiba seorang petugas keamanan menghampirinya “Pagi Nona!” sapanya dengan senyuman yang sangat ramah.
“Ya, pagi!” balas Shanika dengan reflek, sambil berusaha menunjukkan keramahannya juga.
“Apa semalaman ini anda terus merapikan barang anda tanpa berhenti?” tanya petugas keamanan itu dengan nada bicaranya yang terdengar agak ragu “Ya… benar! Karena aku sedang sangat bersemangat!” jawab Shanika tanpa perasaan curiga sedikitpun.
Petugas keamanan yang mendengar perkataan Shanika itu pun, langsung mengalihkan pandangannya dan menganggukkan kepalanya yang seketika itu juga membuat Shanika kebingungan dan bertanya “Memangnya ada apa ya?” dengan tatapan lekatnya.
Petugas keamanan itu pun memberitahu Shanika kalau pemilik kamar Apartemen di atas kamar Shanika membuat keluhan kalau ia keberisikan dan merasa sangat terganggu, yang seketika itu juga membuat Shanika semakin kebingungan “Padahal aku sudah sangat pelan, aku juga tidak memukul tembok atau menata barang-barang yang
berat! Apa-apaan ini? Apa aku sangat mengganggu?” ucap Shanika dengan perasaan kecewanya.
“Tidak Nona, bukan begitu… hanya saja, pria itu memang sangat sensitif! Karena itu, ada banyak orang yang tidak betah tinggal dibawah kamarnya,” balas petugas keamanan itu dengan ekspresi julidnya.
Shanika yang mendengar perkataan petugas keamanan itu pun hanya bisa menahan tawanya, setelah itu bergegas melanjutkan langkah kakinya untuk membuang sampah miliknya. Tapi, pada saat Shanika akan melewati pintu masuk gedung, saat itu juga ia menubruk seorang pria bertubuh tinggi dan atletis.
“Maafkan saya!” kata Shanika tanpa melihat wajah pria yang ia tubruk, karena Shanika harus menahan plastik besar bawaannya agar tidak jatuh.
Shanika pun bergegas melanjutkan langkah kakinya lagi. Tapi, tidak sesuai dugaannya. Pria yang ditubruk olehnya itu segera menarik tangan kanannya dengan sangat kasar, yang seketika itu juga membuat mata mereka berdua saling bertatapan.
“Kamu!” ucap pria dihadapan Shanika dengan tatapan lekatnya, yang bukan lain adalah Xyan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!