"Selamat datang Tuan dan Nyonya. Perkenalkan nama saya Anjani, saya pelayan di rumah ini. Senang bertemu dengan anda, Nyonya Donita," ucapnya berusaha bersikap ramah.
"Sayang, kok pembantu di rumahnya masih muda gini sih? Kenapa gak cari yang sudah tua aja? Aku kurang suka," protes Donita dengan nada merengek nya.
"Kenapa gak suka? Dia kerja di sini sudah lama dan selama ini kerjanya bagus-bagus saja. Bukannya yang masih muda biasanya selalu semangat kerjanya ya?" tanya Kevin balik, sudah menduga Donita akan protes.
"Ck aku tuh cuman jaga-jaga aja, takut ada skandal yang sering di film-film gitu loh. Yang pembantu ceweknya godain Tuannya pas istrinya lagi kerja di luar," kata Donita yang terlalu parnoan.
Anjani sempat melirik ke arah Kevin, tapi saat pandangan mereka bertemu segera Ia alihkan. Mendapati dirinya sedang di perhatikan oleh Donita, membuat Anjani sedikit gugup, mungkin sedang memperhatikan penampilannya.
Tetapi Anjani merasa pakaiannya rapih dan cukup tertutup, Ia juga tidak memakai make up karena lebih suka natural. Agak lucu sebenarnya saat mendengar Donita yang berpikir jauh begitu, tapi Ia mengerti ke khawatiran perempuan itu. Namanya juga seorang istri.
Kalau saja Donita tahu yang sebenar nya, Anjani tidak bisa bayangkan se terkejut apa reaksinya. Jika ternyata Anjani adalah istri Kevin juga. Rahasia ini Ia dan Kevin jaga baik-baik, bukan, lebih tepatnya Kevin yang memaksa menyembunyikannya.
"Hahaha kamu ini pikirannya terlalu jauh, jangan samain kehidupan nyata sama film dong. Lagian kamu juga aneh ah, masa aja aku ada main sama pembantu sendiri. Aku sudah punya istri cantik kaya kamu," ucap Kevin sambil merangkul bahunya, berusaha meyakinkan.
"Awas aja ya kalau sampai kamu macem-macem sama pembantu itu. Apalagi kan aku model dan gak akan sering di rumah, aku juga kerja jadi gak bisa lihatin kamu terus. Kamu cuman milik aku!" tegas Donita dengan nada cemburunya.
"Sudah ah jangan bahas itu terus, jangan terlalu berpikir terlalu jauh juga. Kamu kan pasti capek dan butuh istirahat, lebih baik sekarang kita ke kamar yuk. Biarin barang-barang nya Anjani aja yang ambil," ajak Kevin mengalihkan obrolan.
Donita mengangguk lalu memeluk tangan suaminya itu mengikutinya pergi dari sana. Saat Kevin melewati Anjani, pria itu sempat menatapnya memberi kode untuk membawakan koper Donita ke kamar utama di lantai atas. Anjani pun menurut saja.
Setelah dua orang itu naik ke lantai atas, Anjani menghela nafasnya berat berusaha mengurangi rasa sesak di dada. Ekspresi wajahnya dari tadi terlihat tenang, tapi hatinya sakit sekali melihat suaminya sedekat itu dengan perempuan lain, sekalipun istrinya juga. Anjani cemburu, tapi hanya bisa dipendam.
Tidak mau membuat mereka menunggu dan sampai Ia dimarahi, Anjani pun segera melakukan tugasnya membawakan koper ke lantai atas. Ia memang cukup kesusahan karena berat, tapi Anjani terus berusaha. Setelah perjuangan berat, akhirnya Ia sampai juga di lantai atas.
Tok tok!
"Permisi saya izin masuk, Nyonya Tuan?" ucap Anjani sambil mengetuk pintu dahulu, takut dianggap tidak sopan.
"Masuk saja, bawa barangnya dan pindahkan ke ruang pakaian. Kamu ternyata bisa juga bawa kopernya ke lantai atas, aku kira tidak bisa," Kata Kevin dengan nada sedikit meledek nya, tapi juga merasa bangga di waktu bersamaan.
"Bisa kok, tapi tidak usah dibantu, aku bisa sendiri. Permisi saya mau masuk, anda menghalangi jalan Tuan Kevin. Saya jadi tidak bisa lewat," ujar Anjani dengan menekan setiap nama pria itu, ekspresinya tetap datar.
Dan Kevin pun bergeser begitu saja mempersilahkan, matanya itu dari tadi terus memperhatikan Anjani. Anehnya Ia juga malah mengikuti perempuan itu masuk ke ruang pakaian, lalu berdiri di ambang pintu sambil tetap memperhatikan.
Perasaan Anjani sekarang campur aduk sekali saat masuk ke kamar ini, yang dulu adalah kamarnya juga. Tetapi sayangnya setelah Donita datang, terpaksa Anjani pun harus pindah ke kamar lain. Kevin bilang agar Donita itu semakin yakin jika dirinya di sini hanya pelayan.
Anjani lalu mulai merapihkan barang-barang milik Donita, memindahkannya ke lemari. Namanya juga seorang model, jadi barangnya sangat banyak dan pasti bagus-bagus. Anjani jadi sedikit khawatir takut merusaknya, Ia pasti tidak akan mampu ganti rugi.
"Apa masih ada barang Donita di bawah? Kamu baru bawa kopernya saja kan? Bukannya dia bawa barang banyak?" tanya Kevin baru membuka suara lagi.
"Iya ada, satu koper lagi dan kotak besar. Nanti saya akan pindahkan satu-satu, mau merapihkan yang ini dulu biar cepat selesai. Kenapa memangnya?" Anjani menjawab sambil menatap pria itu.
"Ya sudah kamu rapih kan yang itu, biar aku bawa sisa barang dia di lantai bawah. Tadi barang-barangnya masih di bawah tangga kan?" tanya Kevin.
Anjani terkejut mendengar itu, "Tidak usah, nanti biar saya saja yang bawa. Kalau Nyonya tahu, dia pasti akan marah. Anda tidak perlu repot-repot, saya bisa melakukannya sendiri," tolak nya cepat.
Tatapan Kevin tanpa sadar menyendu, merasa kesal pada dirinya sendiri yang malah menjadi tidak tegaan begini kepada Anjani. Padahal Ia sendiri yang kejam waktu itu meminta Anjani berpura-pura menjadi pembantunya saat Donita datang.
Kevin juga sudah meminta pada Anjani untuk menikah lagi dengan Donita, cinta pertamanya. Awalnya Anjani tidak mau memberikan izin, tapi karena Ia desak terus dengan sedikit ancaman akhirnya mau juga. Bukannya sekarang Kevin senang, Ia malah merasa terbebani sekarang.
Melihat Anjani yang bersikap formal begitu sampai memanggilnya Tuan, Kevin merasa terlalu jahat saja karena perempuan itu juga kan istrinya. Sudah pasti Kevin menyakiti perasaan Anjani, tapi egonya terlalu tinggi untuk minta maaf. Ya semoga saja perempuan itu baik-baik saja.
"Kevin, kamu sedang apa di sini? Loh kok ada dia di sini? Jangan bilang kamu dari tadi nemenin dia beresin baju-baju aku?" tanya Donita yang baru datang, Ia pun kembali sensi menduga sesuatu.
"Kamu sudah selesai mandinya? Tumben cepet, biasanya juga suka lama. Sekarang giliran aku yang mandi, kamu juga mending di baju." Kevin malah mengalihkan pembicaraan, tidak menjawab pertanyaan Donita tadi.
"Iyalah cepet, waktu itu kan selesai nikah gerah banget dan bersihin make up nya lama. Sekarang cuman mandi, gak luluran juga berendam. Ya sudah sana mandi, kita kan mau makan di luar," kata Donita yang bahkan lupa begitu saja dengan pertanyaan tadi.
Selepas kepergian Kevin, Anjani langsung kembali fokus merapihkan baju-baju Donita. Ia sadar perempuan itu sedang memperhatikannya di ambang pintu, mungkin masih merasa curiga. Apakah Donita akan datang kepadanya lalu melabrak nya?
***
Jangan lupa mampir ke cerita baru saya berjudul "Si Manja Milik Tuan Muda" pastinya ceritanya gak kalah seru loh 😉
Ternyata dugaan Anjani benar, Ia bisa merasakan Donita berjalan mendekatinya. Entah kenapa, Ia pun tiba-tiba menjadi gugup. Hanya itu saja tidak akan membuat Donita curiga kan? Lalu menuduhnya aneh-aneh.
Awalnya Anjani berusaha bersikap acuh seolah tidak merasa kehadirannya dan tetap fokus membereskan baju-baju. Tetapi saat Donita beralih berdiri di depannya, membuat Anjani pun mengangkat kepala untuk melihat. Anjani lalu berusaha tersenyum.
Untuk beberapa saat keduanya saling diam, dengan saling menatap satu-sama lain. Donita dari tadi terus memperhatikannya dengan tatapan curiganya itu, Anjani juga kan lama-lama tidak nyaman. Merasa tidak nyaman dengan suasana ini, Anjani memutuskan bertanya lebih dahulu.
"Maaf Nyonya, ada apa ya? Apa anda butuh sesuatu? Minuman mungkin atau makanan? Nanti saya bawakan," tanya Anjani sambil berdehem pelan menghilangkan gugup.
"Kamu sudah berapa lama memangnya kerja di sini? Apa sudah dari saat orang tua Kevin masih ada? Atau baru kerja?" Tanpa diduga, itulah hal yang ditanyakan Donita kepadanya.
"Oh saya sudah kerja dari saat orang tuanya Tuan Kevin masih ada, ya sudah lumayan lama lah. Dulu juga ada pembantu, tapi sudah berhenti karena sakit-sakitan," jawab Anjani tanpa membuat curiga.
"Kalau begitu, berarti kamu juga sudah banyak tahu kebiasaan Kevin ya. Kevin bilang kerja kamu cukup bagus, saya akan lihat dulu bagaimana cara kerja kamu. Bekerjalah dengan baik, saya gak suka pembantu yang malas-malasan," kata Donita dengan nada angkuhnya.
Anjani mengangguk pelan mendengar itu, Ia berusaha akan menuruti perintah Donita. Sebenarnya Anjani sedikit tersinggung harus berakting sebagai pembantu begini, padahal Ia juga kan di sini statusnya istri Kevin. Lalu kenapa Anjani malah menerima permintaan konyol suaminya itu ya?
Mau bagaimana lagi, Anjani tidak mau diceraikan Kevin. Ia selalu teringat janjinya kepada almarhum mertuanya, janji akan menjaga Kevin dengan baik. Ini memang baru awal, Anjani masih bisa bertahan. Hanya saja entah bagaimana ke depannya, apakah Ia masih bisa bertahan atau tidak.
Untung saja Anjani termasuk orang yang rajin, Ia juga suka kebersihan. Dari dulu juga sebagai Ibu rumah tangga, jadi sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Hanya saja jika statusnya dianggap sebagai pembantu, rasanya tetap saja berbeda.
"Berapa usia kamu Anjani, apa kamu sudah menikah? Kayanya kamu masih muda ya, atau mungkin kita seumuran?" Donita terlihat ingin banyak tahu tentang Anjani.
"Sekarang saya dua puluh dua tahun, saya belum menikah mau fokus dulu bekerja. Kalau boleh tahu umur Nyonya berapa? " Apakah sekarang akting Anjani sangat meyakinkan? Ia sampai berbohong dengan statusnya.
"Kita beda tiga tahun, aku lebih tua dari kamu. Tapi kenapa kamu belum nikah? Di usia kamu segitu sudah cukup untuk menikah. Lagian pasti kamu juga punya pacar kan?" Donita berusaha tidak memuji Anjani, karena Ia akui pembantunya itu memang cantik.
"Belum ketemu jodoh yang cocok saja, lagian saya juga belum siap untuk menikah karena ingin bekerja dulu. Nanti kalau sudah takdirnya juga pasti kita akan dipertemukan, Nyonya," jawab Anjani sambil tersenyum tipis.
Donita hanya mengangguk, lalu perempuan itu berbalik untuk keluar dari ruangan itu. Sepertinya sudah cukup banyak juga yang diketahui tentangnya. Anjani sendiri langsung menghela nafas lega, Ia bisa merasakan detak jantungnya menjadi cepat.
Anjani merasa sedikit tidak nyaman harus berbohong begitu, padahal selama ini Ia selalu jujur pada apapun. Semua gara-gara Kevin, pria itu sudah membuat statusnya jadi begini dan terpaksalah Ia ikut berbohong. Tetapi tidak apalah, yang penting Donita tidak curiga.
Beberapa menit kemudian, akhirnya semua pakaian Donita sudah di pindahkan ke lemari. Anjani tersenyum lebar merasa lega, pekerjaannya berkurang satu. Ia lalu keluar dari ruangan baju itu untuk membawa barang lain di bawah, tapi panggilan dari toilet menghentikan langkahnya.
"Sayang tolong ambilin aku baju dong, baju santai aja. Jangan lupa ********** juga, aku mau di baju di kamar mandi aja deh. Cepetan, aku kedinginan nih," teriak Kevin dari dalam kamar mandi.
Anjani menggigit bibir bawahnya karena di kamar tidak ada Donita, entah kemana perempuan itu. Merasa tidak tega, akhirnya Anjani pun yang membawakan baju untuk Kevin. Tidak apalah, kan pria itu juga masih suaminya.
Setelah memilih sesetel baju dan **********, Anjani pun segera kembali untuk memberikan. Ia sempat mengetuk pintu dua kali, lalu pintu kamar mandi pun terbuka sedikit. Anjani pun segera mengulurkan baju itu, tapi ternyata Kevin melengokan kepalanya mengintip keluar.
"Loh Anjani, kamu ngapain di sini? Kamu yang bawain saya baju? Terus dimana Donita?" tanya Kevin terlihat terkejut, lalu melihat kamarnya mencari Donita.
"Maaf kalau lancang, soalnya istri Mas yang itu gak tahu kemana. Apa aku panggilin dia aja? Ya sudah aku kembaliin bajunya, aku panggilin Donita dulu," ucap Anjani menahan sedih, seperti mendapat penolakan.
Tetapi Kevin segera menahan tangan Anjani, "Hei mau kemana? Gak usah lah, aku pakai yang kamu bawa aja. Aku cuman kaget aja, takut Donita ada di kamar. Dia pasti bakalan kaget kalau kamu yang bawain," ucapnya.
"Gak mungkinlah Mas aku seberani itu, kalau ada dia status aku ya jadi pembantu. Kan Mas juga yang minta aku untuk pura-pura, sampai ngancam akan cerain aku. Sekarang Mas pasti senang bisa bersama dia, kan?" tanya Anjani menahan sesak di dada.
Tidak mau mendengar jawaban jujur Kevin, Anjani pun segera menyerahkan baju itu dan pergi dari sana. Untuk apa juga Ia bertanya begitu, sudah pastilah Kevin senang bisa menikahi pacarnya. Dari pada dengannya yang hanya di jodohkan, makanya sampai sekarang tidak bisa menerima kehadirannya.
Karena terlalu terburu-buru keluar kamar sambil menunduk juga, Anjani tidak melihat jalan sampai bertabrakan dengan Donita. Ia langsung meminta maaf saat mendengar perempuan itu meringis kesakitan, tapi tangannya yang akan memegang langsung ditepis kasar.
"Ck kalau jalan itu lihat-lihat dong, jangan nunduk-nunduk juga. Gimana kalau saya sampai jatuh? Sakit nih bahu saya!" kesal Donita menggerutu.
"Maaf Nyonya, saya beneran gak sengaja. Saya lagi buru-buru, soalnya.. Soalnya saya sakit perut. Nanti setelah buang air besar, mau beresin barang Nyonya yang lain," ucap Anjani beralasan.
"Dasar, ya sudah sana keluarin dulu. Pokoknya semua barang-barang saya sebelum malam harus sudah rapih. Nanti sore jangan lupa masak untuk makan malam, harus tepat waktu pokoknya semuanya!" tegas Donita memerintah.
"Iya Nyonya, kalau begitu saya permisi," pamit Anjani. Ia pun berjalan cepat segera pergi dari sana, sambil menggerutu di dalam hati karena kecerobohannya lalu mendapat omelan dari Donita. Sudah tahu perempuan yang satu itu cukup cerewet, kalau salah pasti akan kena omel.
***
Hei aku akan usahakan update 2 bab setiap hari, beri dukungan kalian dengan like dan komen ya. Makasih yang sudah berbaik hati ❤💞
Pekerjaan Anjani belum sepenuhnya selesai, setelah membereskan baju dan barang Donita, Ia harus memasak untuk makan malam. Jujur saja tubuhnya lelah sekali ingin istirahat. Nanti malam Ia pasti akan tidur nyenyak.
Karena bahan-bahan makanan di kulkas sudah hampir habis, Anjani masak tidak terlalu banyak. Ikan goreng, tumis kangkung, sambel saja. Menu makanannya juga biasanya hanya itu, suaminya saja menyukainya. Tetapi entahlah bagaimana tanggapan Donita nanti.
Saat sedang asik menumis kangkung, perhatian Anjani teralih melihat Kevin masuk ke dapur. Pria itu membuka kulkas untuk minum air. Anjani berusaha mengacuhkan dan tetap fokus memasak, tapi cukup tidak nyaman di perhatikan.
"Bahan makanan sudah habis ya? Kapan kamu mau belanja lagi? Nanti kalau mau belanja, aku akan transfer uangnya ke kamu," tanya Kevin dari balik punggungnya.
"Kayanya besok saya mau belanja, tapi mau lihat-lihat dulu apa saja bahan yang sudah habis. Kayanya lumayan banyak, bumbu-bumbu juga stoknya mau habis," jawab Anjani tanpa menoleh sedikit pun.
"Pffft kamu ini formal banget Anjani, aku jadi kaya ngobrol sama klien kerja. Santai saja, di sini kan tidak ada Donita. Kamu bicara begitu malah kelihatan lucu," ucap Kevin tidak bisa menahan tawanya lagi.
Anjani pun menoleh, "Bukannya Mas sendiri yang minta kita minta profesional? Mas bilang selama Donita di rumah, kita harus kelihatan kaya orang asing. Ya aku sudah lakuin apa yang diminta Mas," ucapnya menohok.
Anjani pun kembali melanjutkan pekerjaannya, tidak mempedulikan Kevin. Plin-plan sekali suaminya itu, padahal waktu itu yang membuat peraturan. Khawatir Donita curiga lah, Kevin kan katanya tidak mau membuat istri kesayangannya itu cemburu.
Sanking terus menggerutu kesal di dalam hati, Anjani sampai tidak hati-hati saat menggoreng ikan ke minyak panas. Ia terpekik kecil merasakan percikan minyak yang mengenai tangannya. Spatula di tangannya pun repleks jatuh ke lantai.
Tetapi hal yang lebih membuat Anjani terkejut adalah saat Kevin membawa tangannya itu. Anjani memperhatikan ekspresi wajah Kevin yang terlihat khawatir itu, atau hanya perasaannya mungkin. Pria itu lalu mematikan kompor.
"Ck makanya kalau masak itu hati-hati. Kalau mau goreng ikan memang di minyak yang panas, tapi apinya kecilin dulu. Lihat tangan kamu sampai melepuh gini kena minyak panas," tegur Kevin menahan kesal dengan kecerobohannya.
Anjani memilih menarik tangannya, tidak nyaman dipegang terus, "Ini juga sudah hati-hati kok, lagian aku gak tahu bakal nyiprat gitu minyaknya. Tapi gak papa, nanti bisa pakai salep. Sekarang mau goreng lagi ikannya," ujarnya.
"Jangan di obatin nanti, harus di obatin sekarang biar lukanya gak membekas. Nanti saja masaknya bisa di lanjut. Ayo duduk dulu, biar aku yang bawain kotak obatnya," ajak Kevin kembali menarik tangan Anjani, lalu mendudukan di kursi makan.
Baru saja Anjani akan menolak dan bisa membawa sendiri, tapi Kevin itu menolak lalu melenggang pergi begitu saja. Anjani menghela nafasnya berat, merasa bingung dengan perubahan sikap suaminya itu. Anjani tidak mengerti kenapa Kevin masih bersikap sok perhatian begitu.
Tidak butuh waktu lama, Kevin kembali sambil membawa kotak obat berukuran sedang. Pria itu pun duduk di kursi sebelahnya, mulai mengobati luka-luka di tangannya. Anjani hanya diam saja membiarkan, tidak bisa bohong sekarang Ia berdebar.
Melihat Kevin yang masih perhatian begini, membuat Anjani bingung sendiri. Memangnya pria itu tidak takut apa jika Donita memergoki mereka? Dasar Kevin itu tidak punya pendirian sekali, padahal yang waktu itu membuat peraturan sendiri.
"Tadi aku searching di google katanya kena cipratan minyak bisa membekas, tapi kalau dipakain salep terus bisa sembuh. Untung aja kulit kamu gak sampai melepuh. Nanti kalau kena air harus hati-hati," kata Kevin sambil menatapnya dalam.
"Iya, makasih Mas sudah bantu obatin. Tapi memangnya Mas gak takut kalau Donita lihat? Mending sekarang Mas pergi, nanti dia salah paham lagi lihat kita berduaan di sini," ucap Anjani, sesekali terus melirik ke ambang pintu.
"Dia di lantai atas, lagi teleponan sama Manajernya. Kamu ini kenapa sih kayanya dari tadi parnoan banget? Santai aja kali. Emangnya gak suka aku perhatian begini?" tanya Kevin sambil mendekatkan wajahnya.
"Bu-bukan gitu, tapi kan kalau kita ketahuan Donita pasti marah besar. Terus gimana kalau dia juga tahu kalau sebenarnya kita suami istri? Bukannya Mas gak mau itu terjadi? Masa baru menikah, sudah mau pisah lagi," ledek Anjani sambil menarik sebelah sudut bibirnya.
Melihat wajah muram menahan kesal Kevin, membuat Anjani berusaha menahan tawanya. Dipikirnya berani juga Ia meledeki suaminya itu, tapi jujur saja hatinya merasa lega. Anjani memutuskan berdiri menuju pantri untuk melanjutkan masak.
Sayangnya Ia jadi tidak bisa fokus karena Kevin itu dari meja makan terus memperhatikannya. Posisi mereka memang saling berhadapan, walau ada jarak. Anjani berusaha mengabaikan, menahan perasaan salah tingkahnya di tatap se dalam itu oleh suaminya sendiri.
Setelah semua makanan jadi, Anjani pun mulai memindahkannya satu persatu ke meja makan. Kevin masih di sana, pria itu entah kelaparan atau apa tidak beranjak pergi. Tidak lama Donita pun datang ke ruang makan, untung saja masakan pun sudah siap. Jadi Anjani tidak akan di omelin lagi.
"Sayang kamu dari kapan di sini? Aku tadi cariin kamu ke belakang tapi gak ada. " Donita sempat melirik Anjani, "Kamu gak dari tadi kan di sini?" tanyanya merasa curiga.
"Enggak, aku baru kok ke dapur. Kamu sudah selesai ngobrolnya sama Manajer kamu? Emangnya kalian ngobrolin apa sih sampai aku gak boleh denger?" Kevin malah bertanya balik, Ia selalu menghindar saat Donita sudah curiga.
"Tentang pekerjaan, lagian kamu juga gak akan ngerti ah. Oh iya besok aku sudah mulai kerja lagi, kamu juga sudah masuk kantor kan? Sayang banget ya, kita sama-sama sibuk sampai gak ada waktu untuk bulan madu," kata Donita menahan sedih.
Kevin lalu menyahut, "Masih banyak waktu, kita bicarakan lagi nanti."
Anjani yang dari tadi sedang menata makanan di meja makan tentu saja mendengar baik percakapan mereka. Mendengar kata bulan madu, membuatnya jadi merasa iri. Anjani dan Kevin juga belum pernah berbulan madu. Kevin tidak pernah mengajaknya, mungkin tidak mau juga.
Karena tidak mau mendengar percakapan pasangan suami istri baru yang pasti akan semakin romantis, Anjani pun memutuskan pergi keluar dari sana. Ia akan mandi dulu, nanti baru makan. Tidak apalah sendiri juga, statusnya kan sekarang bukan lagi Tuan rumah. Sudah tergantikan oleh Donita, miris sekali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!