Sejuknya udara di siang hari yang tampak mendung, mentari yang biasanya juga berada tepat di atas kepal, akan tetapi langit seakan tidak ingin menurunkan hujan di siang ini. Menyebabkan awan berwarna kelabu membuat seorang wanita berparas cantik yang tengah duduk melamun di balkon kamar, sambil menatap awan yang seakan mewakili hatinya yang sedang gundah.
Ya, dia adalah Alana Alexandra. Anak semata wayang dari nyonya Raisa dan tuan Alexandra yang biasa di sapa tuan Alex. Gadis dengan postur tubuh ideal apalagi di tambah lekukan indah di tubuhnya membuat kaum pria yang melihatnya seakan tergoda ingin mendekat.
Namun sayangnya, Alana bukan tipe wanita yang suka berinteraksi dengan lawan jenis atau bahkan sesamanya. Setelah lulus kuliah dia tampak jauh dari teman-temannya yang memang memutuskan untuk ikut orang tua mereka yang ada di luar negeri.
Alana sendiri adalah gadis pendiam dia bahkan tidak akan bicara dengan orang asing ketika tidak di tanya. Itu semua bukan semata-mata dia ingin menjauh, akan tetapi memang itulah tujuannya yang malah ingin membantu mereka yang tak kasat mata. Bahkan ini masih menjadi rahasia Alana dan teman-temannya tak ada yang mengetahui mengenai penglihatan mata batin Alana ini. Hanya kedua orang tuanya saja yang tahu.
Bisa di bilang kalau Alana itu salah satu dari beberapa orang yang bisa melihat apa yang orang lain tidak lihat, yaitu makhluk tak kasat mata. Kalau di suruh memilih, Alana juga tidak ingin menjadi seperti ini. Ada kalanya dia lelah dan tak peduli dengan mereka yang meminta bantuan padanya. Tapi pada akhirnya Alana juga akan menolongnya. Penglihatan ini di sebut mata batin.
Ya, mata batin Alana terbuka karena memang itu sudah menjadi garis keturunan dari leluhurnya. Dia hanya bisa pasrah dan menerima apa yang telah menjadi kelebihannya itu. Mungkin orang lain bilang itu bukanlah Anugrah tapi bagi Dila itu adalah musibah. Hingga sampai akhirnya dia sadar dan memilih berdamai dengan keadaan. Membantu mereka makhluk tak kasat mata yang biasa kita sebut hantu. Jangan lupakan sebuah jimat antik turun temurun dari leluhurnya ,kini telah menjadi miliknya.
Bahkan hari ini, di siang yang tampak mendung ini ternyata Alana telah menjalankan beberapa misinya untuk menumpas iblis jahat yang memang perlu di musnahkan. Dia bahagia bisa melakukannya, akan tetapi siapa sangka kalau hatinya sekarang sedang merasa gelisah?
Ya, Alana saat ini sedang merasa gundah gulana. Pasalnya dia akan di jodohkan oleh kedua orang tuanya, bahkan dengan orang yang tidak dia cintai bahkan tidak dia kenal sama sekali.
Alana mendengus lalu berkata, "Ish, kenapa harus seperti ini sih? Kenapa juga aku harus menikah dengan pria yang bahkan tidak aku kenal sama sekali!!"
Namun saat dia sedang sibuk menggerutu mengenai perjodohan yang akan terjadi itu, tiba-tiba,,,,
Ceklek
Terdengar suara pintu terbuka, akan tetapi Alana sama sekali tidak menghiraukannya. Alana tampak acuh, karena dia yakin tidak akan ada hantu ataupun iblis yang berani mendekatinya, selama Alana memakai jimat itu bersamanya.
Jimat turun temurun yang awalnya milik leluhur Alana itu, berbentuk seperti diamond kecil dengan corak kemerahan. Alana yang memang tidak ingin kehilangan jimat yang sangat berharga itu, akhirnya dia memutuskan untuk mendesain jimat itu menjadi sebuah kalung yang bisa dia pakai dan bawa kemanapun.
Ada sebuah fakta yang memang sudah di tetapkan oleh leluhur dari Alana. Bahwa nantinya akan ada anak lahir dengan indra keenam atau mata batin yang sudah terbuka sepenuhnya ,anak itu akan lahir dari keturunan ke 4 dari leluhur Alana. Dan benar adanya jika Alana yang menjadi orang terpilih untuk memiliki jimat itu.
"Apa nanti aku akan menikah dengan orang yang sama sepertiku? Tapi apa itu mungkin? Di zaman modern seperti sekarang mana ada yang memiliki mata batin sepertiku yang terbuka? Haish, menyebalkan sekali!!!" Ucap Alana geram dengan pemikirannya sendiri sembari mengacak-acak rambutnya karena frustasi.
"Kenapa juga harus menikah secepat ini? Aku bahkan belum siap!!" Gumam Alana.
"Kau harus siap nak!"
Degg,,,
Alana tersentak mendengar ucapan mamanya yang tiba-tiba itu. Ternyata tadi yang membuka dan masuk ke dalam kamar Alana adalah mamanya.
Alana menoleh ke sumber suara, "Mama? Sejak kapan mama di sini?" Tanya Alana dengan mengernyitkan alisnya. Dia terkejut ketika mengetahui mamanya tiba-tiba ada di kamarnya.
Perlahan mama Dilra yang tidak lain adalah mama dari Alana, berjalan mendekat dan duduk di sisi ranjang Alana , "Mama akan ceritakan ke kamu!" Katanya.
"Cerita apa ma?" Tanya Alana penasaran.
"Apa kamu sebelumnya pernah bertemu dengan anak sahabat papamu yang akan di jodohkan denganmu?!" Tanya mama Dilra pada anaknya itu.
Alana tampak menghela nafasnya dan menjawab, "Mama tau sendiri kan, kalau Alana itu jarang banget deket sama laki-laki?! Bahkan mereka aja takut sama aku!" Alana tampak menunduk ketika mengucapkan kalimat di akhir ucapannya itu.
Mama Dilra mengusap kepala Alana dan berkata, "Justru itu kamu harus segera menikah nak!"
Alana yang menunduk itu pun langsung menatap mamanya seakan ingin menolak perjodohan yang di lakukan ini, "Ma! Aku ini masih muda, aku ingin menikmati masa mudaku! Lihatlah wanita di luar sana yang masih berpacaran!! Sedangkan aku? Kenapa aku tiba-tiba langsung menikah?!" Protes Alana.
"Justru menikah itu lebih baik nak! Itu akan menjauhkan kamu dari fitnah! Kalau mau pacaran ya kan nanti bisa habis nikah!" Ujar mama Dilra menenangkan anaknya yang tampak protes dengan perjodohan yang telah di sepakati kedua keluarga.
Namun nyatanya Alana malah menanggapi ucapan mamanya itu dengan kepolosannya. Dia bahkan terkejut mendengar penuturan mamanya itu, "Apa? Memangnya boleh pacaran kalau udah punya suami?!" Tanyanya dengan polos.
Sang mama terlihat memijat pelipisnya sembari menjawab ucapan Alana yang memang terkesan polos, "Maksud mama itu, kamu pacaran sama suami kamu!" Jelasnya.
Alana menghela nafas jengah, "Huftt, mama gimana sih?" Wajah Alana kini tampak seperti orang yang tengah kecewa akan sesuatu. Sedangkan mamanya justru bingung dengan jawaban anak semata wayangnya itu.
"Kok gitu sih jawabnya?" Tanya mama Dilra.
"Ya aku kira boleh pacaran meski udah punya suami!" Kata Alana tanpa dosa. Mama Dilra yang mendengarnya mencubit gemas hidung Alana, karena di rasa anaknya itu sangat menggemaskan.
Alana meringis, "Aw, sakit ma" katanya sembari memegang hidungnya yang sedikit memerah.
"Lagian kamu aneh-aneh aja sih nak! Mana boleh pacaran sama pria lain setelah kamu menikah dan punya suami?!" Kata mama Dilra sambil mengusap lembut rambut Alana.
"Iya iya, lagian mana Alana tahu kalau nggak boleh, Alana kan belum pernah ngerasain punya suami!" Jawab Alana masih saja bersikap polos pada mamanya itu.
"Maka dari itu lebih baik kamu menikah dan merasakan suka duka dalam berumah tangga nanti bersama suami kamu!" Mama Dilra menasehati anaknya itu.
Namun tampaknya Alana bersikeras menolak permintaan mamanya itu, karena memang dia belum siap untuk menikah.
"Tapi, Ma! Alana benar-benar belum siap untuk menikah dan memiliki suami!"
"Kamu harus bisa meyakinkan diri kamu sendiri untuk menikah, Alana! Dan ingatlah kalau pernikahan kamu akan dilaksanakan 1 minggu lagi!" Ucap mama Dilra tak dapat di ganggu gugat lagi.
Alana yang mendengar ucapan mamanya itu pun menghela nafas kasar, "Ya udah deh, mending sekarang mama keluar aja! Alana ngantuk, mau tidur!" Ucap Alana yang tentunya hanya ingin mengusir mamanya itu dengan cara halus.
Melihat anaknya yang langsung merebahkan tubuh di kasur. Mama Dilra pun tersenyum sendu sembari menatap anaknya yang sudah mulai menyelimuti dirinya dengan selimut.
"Kalau begitu tidurlah nak, mama akan keluar." Ucap mama Dilra yang setelahnya berjalan keluar dari kamar Alana.
Alana yang memang sebenarnya belum ingin tidur pun, masih terjaga dengan memandangi lampu yang ada di meja kecil dekat ranjangnya. Alana masih terus terbayang-bayang akan acara pernikahan yang akan dia lakukan 1 minggu lagi.
Alana seperti memiliki sebuah firasat yang mengatakan akan adanya hal buruk yang terjadi pada pernikahan ini nanti.
Alana seperti memiliki sebuah firasat yang mengatakan akan adanya hal buruk yang terjadi pada pernikahan ini nanti.
Hari H pernikahan,,
Alana tidak menyangka jika hari ini akan datang dengan sangat cepat. Dia yang memang belum siap untuk menjadi seorang istri dari seorang pria yang bernama Axel Argantara. Putra dari seorang pengusaha yang tidak lain adalah sahabat dari papa Alana sendiri yaitu Dave Argantara.
Pernikahan itu di hadiri oleh para rekan bisnis dari kedua belah pihak keluarga. Bahkan terlihat sekali Alana yang baru pertama kali bertemu dengan calon suaminya itu.
Axel Argantara, seorang pria yang sangat terkenal dingin dan tak banyak bicara. Membuat siapa saja yang melihatnya akan menilai Axel sebagai orang yang sangat misterius. Alana bahkan tidak mengetahui hal itu. Lebih tepatnya, Alana tidak begitu peduli dengan calon suaminya itu.
Sampai kata sah terdengar dan mereka kini resmi menjadi sepasang suami istri.
Kini tiba saat acara resepsi pernikahan, terlihat kedua orang tua Alana dan Axel tengah berkumpul di satu meja yang sama. Mereka berbincang mengenai anak-anak mereka yang kini sudah menjadi pasangan suami istri.
"Aku nggak nyangka kalau kita akhirnya jadi besan," ucap tuan Dave Argantara yang tidak lain adalah papa dari Axel.
"Aku sendiri juga nggak nyangka kalau kita jadi besan kayak gini!" Ujar papa Juan Alexandra, papa dari Alana.
"Lihatlah mereka berdua sangat serasi bukan?" Kata nyonya Eren sembari menunjuk ke arah Alana dan Axel yang tengah sibuk dengan sesi fotonya. Eren sendiri adalah mama dari Axel. Eren menjadi sahabat dari mama Dilra karena merasa cocok dengan satu sama lain. Tentunya mereka saling kenal karena para suaminya yang sudah bersahabat dari kecil, sampai kini mereka sudah menjadi rekan bisnis.
"Iya, mereka sangat cocok" timpal mama Dilra menimpali.
Tuan Dave tersenyum melihat anaknya bersanding dengan seorang gadis cantik pilihannya, "Anakku pasti beruntung mendapatkan gadis secantik dan semanis Alana" katanya.
"Hey, begitu juga dengan putriku yang mendapatkan seorang pria tampan seperti Axel itu, mereka akan menjadi pasangan paling serasi" Timpal papa Juan.
Mereka melanjutkan perbincangan sembari menemani para rekan kerja mereka. Terlihat raut bahagia dari wajah mereka, namun tidak dengan sepasang pengantin baru yang tengah menyalami para tamu. Memang mereka kini tersenyum sembari menyapa para tamu. Akan tetapi pada kenyataannya itu hanya rasa terpaksa yang mereka tunjukkan pada semua orang yang ada di gedung pernikahan itu.
Namun Alana yang mendadak terlihat polos, diam diam melirik ke arah pria yang kini sudah menjadi suaminya itu, "Astaga, kenapa dia malah lebih dingin dari gue? Bahkan dia juga diam aja dari tadi!" Batin Alana.
Axel mengadari akan lirikan yang di berikan oleh Alana padanya. Alana sendiri menjadi salah tingkah sendiri setelah ketahuan oleh Axel, kalau dia tadi meliriknya.
"Dasar gadis aneh!" Batin Axel dengan tatapan dinginnya, "Semoga aja dia nggak nyusahin gue! Gue udah jalani hidup yang cukup sulit, semoga saja dia nggak nambahin beban gue!" Tambahnya masih dengan membatin di dalam hati.
*****
Setelah acara pernikahan itu selesai. Kini Alana dan Axel langsung tinggal di sebuah mansion yang tentunya hanya akan ada mereka berdua saja yang tinggal di sana.
Alana dan Axel yang memang hanya makan sendikit saja di acara pernikahan tadi. Kini Alana memutuskan untuk memesan makanan dan setelahnya menata makanan itu di meja makan.
Saat Alana tengah menyiapkan makanan di meja makan. Terlihat Axel berjalan dari kamarnya menuju ke meja makan. Axel dengan wajah datarnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun langsung saja duduk di kursi, sembari menunggu makanan yang tengah di siapkan oleh Alana.
"Haish, pria ini emang nyebelin, apa dia nggak bisa ngomong? Bahkan dari tadi acara pun dia nggak buka mulut, satu kata aja nggak keluar!" Batin Alana sembari menata makanan di meja makan.
Setelah semua hidangan selesai di sajikan di meja makan. Mereka berdua langsung saja menyantap makan malam itu. Axel yang memang tidak mengucapkan sepatah kata pun. Setelah selesai dengan makan malamnya, dengan tanpa bicara dia langsung berjalan menuju ke kamar. Tentunya tanpa menunggu Alana yang makanannya tinggal beberapa suap lagi.
Lagi-lagi Alana hanya bisa menggerutu di dalam batinnya, dengan sikap Axel yang sudah seperti kulkas seribu pintu, "Ish nyebelin amat sih jadi orang, harusnya gue yang bersikap dingin, karena itu udah jadi kebiasaan gue! Tapi kenapa malah kesannya gue kayak musuhnya aja sih?!"
Alana pun mencuci piring masih sambil menggurutu dengan sikap Axel tadi. Kemudian setelah selesai, Alana memutuskan untuk masuk ke dalam kamar yang sama dengan yang di masuki oleh Axel tadi.
Ya iyalah orang udah jadi suami istri,,,
Akan tetapi Alana di buat heran saat melihat Axel yang sudah berada di sofa panjang yang ada di kamar itu. Terlihat Axel tengah bersiap untuk tidur dengan sebuah selimut lain yang dia gunakan.
"Kenapa dia malah tidur di sofa? Eh tapi nggak apa-apa dong, syukurlah kalau dia malah tidur di sana, lagi pula gue juga takut kalau tidur seranjang sama dia! Nanti yang ada gue di apa-apain lagi sama dia!" Batin Alana yang awalnya merasa heran kini dia menjadi lebih lega mengetahui ternyata Axel tidak tidur seranjang dengan dia.
Alana langsung berjalan menuju ranjang dan memposisikan dirinya untuk tidur membelakangi posisi sofa yang memang jaraknya tidak jauh dari ranjang.
Sampai saat Alana yang merasa tidak nyaman dengan posisinya pun memutuskan berbalik, dan matanya melihat seorang pria yang tengah tertidur dengan menggunakan earphone pada telinganya. Namun itu tidak menjadi masalah bagi Alana, tapi justru Alana terpaku pada wajah tampan milik Axel yang tidur menghadap ke arah ranjang.
"Kalau di perhatiin dia tampan juga" batin Alana yang matanya menatap ke arah Axel, "Huftt, mikir apaan sih gue! Bisa-bisanya gue ngakuin dia tampan? Tapi masak iya gue suka sama dia?" Batin Alana merutuki dirinya sendiri.
"Cepat tidur!" Terdengar suara maskulin seorang pria yang membuat Alana langsung terdiam. Alana terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria yang kini sudah menjadi suaminya.
Tubuh Alana seakan membeku dia hanya bisa membatin, "Astaga kenapa dia tiba-tiba bicara? Dan kenapa juga dia bisa tahu kalau gue belum tidur? Bukannya dia tadi udah tidur?" Batinnya.
Alana yang tidak kunjung menjawab pun membuat Axel membuka matanya, membuat Alana yang melihat Axel pun langsung salah tingkah sendiri.
Axel masih pada posisi berbaring pun melepaskan earphone yang dia pakai, "Kenapa lo nggak tidur?" Tanya Axel dengan nada datar.
"Apa urusannya sama lo?" Jawab Alana dengan reflek.
"Terserah!" Jawab Axel dengan singkat yang setelahnya kembali memasang earphonenya dan kembali memejamkan matanya.
Sedangkan di sisi Alana, dia tampak heran dengan sikap Axel. Alana kini justru mulai penasaran dengan pria yang kini sudah menjadi suaminya itu. Alana merasa kalau Axel seperti menyembunyikan sesuatu dan itu terlihat misterius di mata Alana.
"Ini gue yang gila atau dia yang gila sih? Hufttt bodo amat lah, mendingan gue tidur aja!" Ucap Alana di dalam hati. Kemudian dia memutuskan untuk tidur.
"Ini gue yang gila atau dia yang gila sih? Hufttt bodo amat lah, mendingan gue tidur aja!" Ucap Alana di dalam hati. Kemudian dia memutuskan untuk tidur.
Keesokan harinya, tidak terasa malam yang seharusnya menjadi malam pertama bagi pasangan pengantin baru itu telah berlalu tanpa meninggalkan kesan yang bahagia.
Pagi itu juga, ketika Alana tengah sibuk membuat sarapan untuknya dan juga suaminya. Terdengar suara bel berbunyi, menandakan adanya tamu yang datang.
Axel yang berada di meja makan hanya melirik pintu utama sekilas, tidak menghiraukan bel yang berbunyi. Namun karena bel terus berbunyi, Axel menatap ke arah Alana. Hanya memberi kode untuk membukakan pintu.
Alana mendengus dengan sikap Axel yang terkesan menyebalkan itu, "Huftt apa dia nggak punya kaki apa? Kenapa nggak buka sendiri, nggak lihat apa orang lagi masak juga!" Gerutunya dengan membatin.
Karena tidak memiliki pilihan, Alana pun mencuci tangannya. Kemudian langsung melangkah menuju ke pintu depan untuk melihat siapa tamu yang datang sepagi itu.
Ceklek,,
Terdengar suara handle pintu di buka oleh Alana. Dan betapa terkejutnya Alana ketika melihat siapa yang datang bertamu sepagi itu. Ya, mereka adalah kedua orang tua Axel. Tentu saja Alana juga sudah menjadi anak mereka juga.
"Mama, Papa?!" Ucap Alana setelah membuka pintu. Alana sudah di suruh untuk merubah panggilan para mertuanya yang awalnya masih memanggil tuan, kini harus berganti papa dan mama.
"Hey Alana, kenapa kau terlihat kotor, nak?!" Tanya Dave yang melihat penampilan menantunya sedikit kotor akibat memasak tadi. Karena memang Alana tadi lupa untuk memakai celemek.
"Apa Axel menyusahkan kamu nak?" Tanya mama Eren menimpali.
"A-a tidak ma, Alana tadi memang sedang memasak dan lupa pakai celemek jadi gini deh!" Ucap Alana tentunya dengan gugup, karena dia juga belum terbiasa dengan kedua mertuanya itu.
Terlihat papa Dave menghela nafasnya, "Lalu di mana anak manja itu?" Tanyanya.
Saat itu juga , bahkan belum sempat Alana menjawab pertanyaan papa Dave. Terdengar sebuah suara yang berjalan mendekat,
"Aku di sini!" Ucap suara itu yang tidak lain adalah Axel. Tentunya dengan sikap dingin yang dia miliki.
Perhatian mereka bertiga langsung tertuju pada Axel yang berjalan mendekat, "Hey, kau ini seorang pria beristri, apa kau juga sedingin ini pada istrimu?" Tanya Papa Dave dengan penuh selidik pada anaknya itu.
Axel yang mendengarnya pun hanya memutar bola mata malasnya. Namun hal berikutnya cukup membuat Alana terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Axel.
Axel yang tiba-tiba merangkul pundak Alana, membuat Alana seketika terkejut dengan menatap heran ke arah Axel.
"Dia ngapain? Kenapa tiba-tiba aja rangkul pundak gue? Kayaknya ada yang nggak beres nih!" Batin Alana penasaran dengan tujuan Axel.
"Kalian lihat?" Ucap Axel singkat.
Hal itu membuat Mama Eren dan papa Axel tersenyum melihatnya, "Nah gitu dong!" Ujar mama Eren.
Namun senyuman papa Dave sedikit memudar karena dia merasa curiga pada anaknya itu, "Jangan bilang kalau kalian hanya berpura-pura saja?" Ucapnya langsung pada intinya.
"Kamu ini gimana sih! Harusnya kamu itu dukung mereka dong, Biar kita cepat punya cucu!" Kata mama Eren yang kalimat terakhirnya dia pelan kan supaya Axel dan Alana tidak mendengarnya. Tapi tentu saja mereka mendengarnya, karena memang jarak mereka yang tidak terlalu jauh.
Alana yang sedikit mendengarnya pun membulatkan matanya dan tentu saja dia merasa malu. Pipinya bahkan sudah memerah seperti tomat.
"Oh iya nak, kalian berdua perbanyaklah makan makanan yang bergizi agar kalian cepat memiliki keturunan!" Ucap mama Eren to the point.
"Ta-tapi ma-" ucap Alana yang terpotong.
"Aku sama Alana akan memberikan kalian cucu yang sangat menggemaskan!" Kata Axel yang berhasil memotong ucapan Alana. Bahkan Alana langsung membelalakkan matanya ketika mendengar kalimat itu yang keluar begitu saja dari mulut Axel.
"Iya kan sayang?" Ucap Axel sembari mengusap pundak Alana untuk memberinya kode.
"Dasar pria munafik! Di depan mama papa aja sok baik tapi di belakang mereka dinginnya nggak tertolong! Awas aja lo nanti!" Kesal Alana yang tentunya hanya di dalam batinnya saja tanpa bisa dia ungkapkan.
Karena tidak kunjung memberikan jawaban, Axel kembali bertanya Alana, "Hey, kenapa kau diam saja? Bukankah benar begitu?!" Tanya Axel.
Alana mencoba membalikkan keadaan supaya Axel merasa bingung dan juga terkejut. Alana akan membuat Axel menyesal telah membuatnya tersudut seperti itu.
"Ah iya iya, apa yang Axel bilang benar. Kita berdua akan memberikan mama cucu yang sangat menggemaskan!" Kata Alana dengan tersenyum lebar.
Terlihat Axel justru sedikit terkejut dengan pernyataan Alana yang entah kenapa malah membuat dia seakan termakan ucapannya sendiri.
Mama Eren dan papa Axel tersenyum bahagia mendengarnya dari mulut Alana langsung, "Mama sama papa sangat senang mendengarnya. Oke kalau begitu kami permisi dulu ya!" Ujar mama Eren yang tiba-tiba pamit dengan merangkul lengan suaminya.
"Loh ma kok buru-buru sih? Nggak mau ikut sarapan sekalian?" Tanya Alana yang takut kalau kedua mertuanya itu kecewa dengan ucapannya.
"Tenang saja sayang, kami akan ke rumah besan untuk memberi tahu mereka kalau kalian bersedia memberikan kami cucu!" Ucap mama Eren dengan tersenyum ke arah kedua anaknya itu.
Mereka yang di tatap langsung saja membelalakkan matanya, karena mereka tidak menyangka kalau akan seperti ini.
"Ini semua gara-gara Axel! Kenapa tadi harus bilang kayak gitu sih?!" Batin Alana.
"Ini semua gara-gara lo Alana! Harusnya lo nggak perlu nanggepin omongan gue yang berlebihan kayak gitu!!" Batin Axel.
Setelah mereka beradu dengan membatin. Papa Dave dan Mama Eren pun pamit untuk menuju ke rumah besannya.
Setelah mereka sudah benar-benar pergi, tampak Alana langsung saja berkata pada Axel, "Lo tuh suka ya mengambil kesempatan dalam kesempitan!" Ucap Alana yang langsung menuju ke dapur untuk melanjutkan memasaknya.
Axel yang di tinggal begitu saja hanya bergumam, "Dasar gadis aneh!".
Akan tetapi, entah kenapa ternyata Alana justru mendengar gumaman Axel. Dia langsung menghentikan langkahnya.
"Lo tadi bilang apa?" Tanya Alana berbalik.
Tanpa menjawab pertanyaan Alana. Axel langsung pergi begitu saja membuat Alana merasa sangat kesal.
"Hey!! Berhenti!!!" Ucap Alana yang membuat Axel menghentikan langkahnya tanpa berbalik.
"Kita bahkan baru aja menikah kemarin, gue emang nggak kenal sama lo! Tapi bisa nggak sih lo nggak usah terlalu dingin kayak gitu? Apa lo kira gue mau di jodohin sama lo? Bahkan lebih baik gue nikah sama jin dari pada sama kutub kayak lo ini!!" Ucap Alana spontan mengutarakan dengan panjang lebar.
Axel yang masih membelakangi Alana pun mulai buka suara, "Gue harap para jin dengar apa yang lo ucapin tadi dan datang nemuin lo bahkan nikah sama lo!" Ujarnya yang langsung pergi begitu saja.
Sontak saja Alana langsung memegang mulutnya yang tak bisa dia kontrol tadi dalam berucap.
"Haish, nih mulut kenapa sih malah ngomong kayak gitu? Bisa-bisanya gue ngomongin jin! Untung aja bukan iblis yang gue sebut tadi, nanti yang ada gue malah bingung mau musnahin mereka apa menikahi mereka!! Astaga, kenapa gue malah mikir kayak gini sih? Dasar Alana bego!" Batin Alana sambil memukuli kepalanya sendiri.
Tanpa Alana sadari Axel diam-diam melihatnya dari jauh, "Gadis gila! Apa dia udah nggak waras sampai mukulin kepalanya sendiri?" Gumam Axel.
Setelah itu Alana melanjutkan memasak, sedangkan Axel baru saja datang dari kamar menuju meja makan untuk sarapan.
Kemudian tanpa berpamitan dengan Alana, setelah selesai sarapan Axel memakai earphone nya dan pergi begitu saja. Axel akan pergi ke perusahaannya untuk bekerja.
Alana geram dengan tingkah Axel yang semakin membuatnya jengkel, "Apa dia emang nggak sopan kayak gitu? Pergi nggak pamit, emang gue segede gini di anggap apa sama dia? Makhluk tak kasat mata gitu?!" Gerutu Alana yang menatap kesal kepergian Axel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!