NovelToon NovelToon

BAHALA

Bab 1

Hari itu, terlihat sebuah mansion nan megah milik beberapa pasang pasutri dengan anak-anak mereka yang akan memulai aktifitas pagi mereka masing-masing. Mereka sudah hidup bersama semenjak memutuskan menikah dengan orang yang mereka cintai, sampai akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu mansion besar itu.

Walau mereka tidak memiliki hubungan darah namun sangat terlihat kalau mereka sudah menganggap satu sama lain sebagai keluarga, hingga terbentuklah keluarga besar tanda adanya sesepuh. Ya, bisa dibilang kalau mereka menjadi anak yatim piatu, hingga akhirnya tumbuh dewasa dan saling mengenal orang-orang baik dan menjadi keluarga besar.

Bukan kemauan mereka sebenarnya jika menjadi anak yatim piatu, tapi karena keadaan di masalalu dari masing-masing dari mereka yang memang sudah di tinggalkan kedua orang tua mereka untuk berpulang ke sang pencipta terlebih dahulu. Sampai akhirnya entah takdir atau apa, mereka saling bertemu di usia remaja hingga kini memiliki pasangan bahkan buah hati mereka.

Di pagi hari yang cerah saat itu seluruh anak-anak mereka hendak pergi ke sekolah.

Dira salah satu anak Aleana mengatakan bahwa dirinya sedang tidak enak badan , berjalan menghampiri Mamanya dan memberitahu kalau dirinya tidak bersekolah dulu untuk hari itu.

"Ma, aku sedang tidak enak badan, bolehkah aku meminta libur hari ini?" Ucap Dira yang memang sedang tidak enak badan.

Aleana yang tidak lain adalah Mama Dira lalu menyentuh kening anaknya itu untuk memastikan bahwa Dira memang benar-benar sakit.

"Aleana ada apa?" tanya Arga yang baru saja keluar dari kamar dan melihat Dira yang sedang bersama dengan Aleana.

"Arga, ini Dira badannya kurang sehat katanya dia mau minta izin dulu!" kata Gisela memberitahu Arga.

"Apa benar begitu Dira?" ucap Arga memastikan.

Dira hanya menjawabnya dengan anggukan. Lalu kemudian Arga menelpon dokter V (dokter pribadi) untuk datang ke Mansion dan memeriksa kondisi Dira.

Di saat yang bersamaan para anak-anak yang lain sudah berangkat ke sekolah dan juga ke kampus.

Anak-anak tertua mereka yang sudah berkuliah ada 4 orang. yaitu anak dari Arga, Alex ,Nathan dan juga Leon. Masing-masing mereka memiliki anak yang umurnya hampir sama hanya saja Aleana memiliki anak kembar dan yang lainnya memiliki 3 orang Putra dari masing-masing pasangan.

Setelah mereka semua berangkat selang beberapa apa menit dokter V datang untuk memeriksa kondisi Dira. Dira yang saat itu sudah menunggu di dalam kamarnya , terlihat sedang memberikan tubuhnya. Dokter V masuk ke dalam kamar Dira bersama dengan Aleana.

Setelah selesai memeriksa Dira dokter memberikan beberapa obat untuk diminum Dira nantinya.

"Nah Dira kamu dengar sendiri kan apa yang dibilang sama dokter V tadi? kamu harus segera makan kalau minum obat dan beristirahat yang cukup!" ucap Aleana setelah dokter beranjak pergi dari kamar Dira .

"Iya Mama aku tahu kok!" Jawab Dira mengerti.

Setelah itu Aleana memutuskan untuk menyuapi anaknya makan ,karena takutnya Dira tidak menghabiskan makanannya. Setelah Aleana selesai menyuapi Dira dirinya juga memberikan obat yang tadi sudah di bawakan oleh dokter V secara khusus, dan Dira pun meminumnya lalu tertidur.

Sebelum melanjutkan cerita, di sini Autor akan kasih tau tentang siapa saja nama orang tua dan anak-anak yang tinggal di Mansion itu. Beserta panggilan mereka ke para orang tua mereka.

Yang pertama ada sepasang pasutri yang memiliki kelebihan diantara mereka yaitu Aleana dan Arga. Ya, walau hanya Aleana saja yang sebenarnya memiliki kelebihan itu. Namun Arga sangat mencintai istrinya dan selalu mendukung apapun yang dilakukan istrinya, tentunya selagi itu tidak membahayakan dirinya sendiri. Mereka kini dikarunia 4 orang anak, diantaranya ada anak kembar identik yang bernama Dila dan Dira. Dila dan Dira juga memiliki kakak bahkan adik bungsu, kakak pertamanya bernama Alfin dan adik bungsunya yang bernama Alfian. Alfin yang sudah masuk universitas menginjak semester 4 sedangkan adik kembarnya baru menginjak kelas 12 SMA dan adik bungsunya yang masuk kelas 11 SMA. Aleana sendiri sering di panggil dengan sebutan mama oleh anak-anaknya bahkan anak dari para sahabat-sahabatnya.

Pasangan tertua di mansion itu adalah Nathan dan Nadia, mereka kini memiliki 3 orang anak. Anak pertama yang seusia dengan Alfin memasuki semester 4 bernama Stefan. Adik kedua memiliki usia yang sama dengan si kembar Dila dan Dira ,dia bernama Brian. Sedangkan adik bungsunya yang bernama Renald masuk ke kelas 11 SMA sama dengan Alfian. Nadia dipanggil dengan sebutan bunda oleh anak-anaknya dan di ikuti juga oleh para saudara yang tidak lain anak dari Aleana, Jeni dan Lisa.

Kemudian ada pasangan ketika yang bernama Leon dan Jeni, mereka juga di karuniai 3 orang anak. Mereka memiliki usia yang sama dengan para pasangan lain di mansion itu. Dengan Lucas yang kini memasuki semester 4 dan adik pertamanya Maxime memasuki kelas 12 SMA. Kemudian adik bungsunya yang bernama Tania. Jeni di panggil Mommy oleh mereka.

Pasutri yang terakhir yaitu Alex dan Lisa mereka juga sama memiliki 3 anak yang jarak usianya sama dengan anak pasutri lain. Mereka bernama William, Alisya dan yang paling bungsu bernam Rafi. Lisa sebagai orang tua paling muda di panggil dengan sebutan Mami oleh anak-anaknya dan juga yang lain.

Sebenarnya mereka memiliki panggilan masing-masing karena seringnya salah memanggil dengan menyebut panggilan mama yang sama. Sehingga para suami mereka menyarankan untuk merubah panggilan istri-istri mereka supaya tidak lagi ada kebingungan diantara mereka, khususnya untuk anak-anak.

Bukan hanya itu anak-anak mereka yang paling besar sudah berkuliah sedangkan anak-anak mereka yang lainnya masih bersekolah duduk di bangku kelas 11 dan juga 12 dan dengan berada di kelas yang sama juga

SMA, kelas 11

Seperti yang author udah jelasin di episode sebelumnya Alfian adalah anak bungsu dari Gisela dan juga Arga. dan kebetulan Alfian juga satu kelas dengan Rafi ,Renald ,Tania.

Saat itu Alfian sedang berada di kelas. Terlihat seorang guru sedang menjelaskan di depan kelas. Akan tetapi pandangan racun bukanlah pada guru itu, melainkan pada jendela yang terletak di dekat sebuah pohon yang ada di kelas itu.

Beruntungnya guru itu tidak tan kalau Alfian tidak menyimak apa yang dijelaskan oleh guru di depan kelas.

Sampai tiba-tiba,,,,

"Pak!" ucap Alfian yang menyala penjelasan dari guru itu.

"Iya ada apa?" Tanya guru itu menoleh ke arah Alfian berada, begitu juga dengan murid yang lain, karena pertanyaan Alfian yang tiba-tiba membuat seluruh murid berdecak kaget.

"Saya, mau minta ijin ke toilet sebentar Pak!" kata Alfian yang beralasan ingin pergi ke toilet.

Alfian yang meminta izin kepada guru itu, langsung dipersilakan oleh guru yang memang sedang mengajar di kelas Alfian.

Alfian yang mendapat kesempatan untuk keluar dari kelas. Langsung segera keluar dari kelas itu dan bukan pergi ke toilet, Namun dirinya justru malah pergi ke sebuah lorong yang sepi untuk menemui satu sosok yang dari tadi menarik perhatiannya.

"Apa sebenarnya yang kamu inginkan! Katakan! Aku tidak ingin mengganggu!" kata Alfian yang berbicara pada sosok itu, karena memang dari tadi Alfian tidak bisa berkonsentrasi saat berada di dalam.

Bab 2

"Apa sebenarnya yang kamu inginkan! Katakan! Aku tidak ingin mengganggu!" kata Alfian yang berbicara pada sosok itu, karena memang dari tadi Alfian tidak bisa berkonsentrasi saat berada di dalam.

Akan tetapi saat ditanya oleh Alfian sosok itu hanya diam tak menjawab ucapan dan pertanyaan yang di lontarkan oleh Alfian.

"Baiklah! di sini kamu membutuhkan aku, bukan aku yang membutuhkan kamu! Jadi sia-sia aja aku datang ke sini untuk bertanya padamu dan ingin menolong mu tapi ternyata kau sama sekali tidak menggubris !" kesal Alfian pada sosok itu karena dirinya merasa diabaikan.

Alfian hendak berjalan pergi, hantu itu pun berkata dengan tatapan mengerikannya.

"Aku ingin kau membalaskan dendam ku!" pinta hantu itu ketika Alfian sudah membelakangi hantu itu.

Alfian yang mendengarnya seketika langsung membalikkan badannya dan berkata,,

"Apa? Tidak! Aku tidak mau!" Alfian langsung menolak dengan mentah-mentah.

"Salah satu gurumu telah menodai diriku! dan dia dengan kerja membunuhku ketika aku meminta pertanggung jawabannya!" Jelas hantu itu memberitahu Alfian tentang kejadian yang telah menimpanya hingga membuat dirinya meninggal.

Alfian yang mendengar itu menaikkan satu alisnya ke atas "Itu salah kamu sendiri! kenapa kamu mendekati seorang guru?" Alfian menatap kearah hantu itu.

"Bukan aku yang mendekatinya! Aku hanya menginginkan kelas tambahan karena nilai ku menurun! Dan guru itu saja menyuruhku untuk datang ke rumahnya, tapi tidak aku sangka ternyata itu adalah siasat buruknya!" Ucap sosok hantu itu dari jauh, dan membuat Alfian memilih untuk mendengarkan ceritanya "Apa aku tidak bisa mendapatkan keadilan, bahkan setelah aku mati? Arwah ku hanya akan tenang jika guru itu mau mempertanggungjawabkan perbuatannya!" ucap hantu itu memberi tahu lagi.

"Kau salah!! Sebenarnya kamu bisa pergi,,,," ucap Alfian terpotong.

"Alfian!!" Sebuah suara dari ujung lorong itu sontak membuat Alfian langsung berbalik.

Alfian, anak bungsu dari Aleana yang memiliki kelebihan sama seperti ibunya, bisa dibilang kalau dia itu anak indigo. Dia bisa melihat apa yang orang awam tidak bisa lihat yaitu mereka, para makhluk tak kasat mata. Alfian menerima apa yang sudah menjadi kelebihannya ini. Akan tetapi terkadang dia juga muak dengan mereka para makhluk tak kasat mata yang suka mengganggu dirinya. Tentu Aleana sebagai orang tua sudah tau mengenai hal ini. Bahkan tak jarang dirinya memberikan nasihat pada Alfian untuk tidak terlalu mempedulikan mereka yang tak kasat mata.

"Renald? Lo ngapain?" Tanya Alfian pada Renald yang memanggilnya tadi.

Renald adalah anak bungsu dari Nathan dan juga Nadia. Anak bungsu mereka berada dalam satu kelas yang sama dengan anak bungsu mereka yang lain, karena usia anak bungsu mereka sama.

"Gue ke sini karena disuruh sama guru buat manggil lo, Lagian ngapain sih lo Iama banget nggak balik-balik!" ujar Renald yang ternyata datang untuk memanggil Alfian, karena ternyata Alfian sudah pergi lebih dari 15 menit.

Alfian yang heran pun langsung melihat jam yang ada di tangannya.

Dengan menghembuskan nafas panjang, "Haish, Lagian tinggal 5 menit lagi kita istirahat, Mendingan kita nggak usah balik ke kelas, Kita ke kantin aja yuk!" ajak Alfian pada Renald untuk mengalihkan pembicaraan karena dia tidak ingin Renald tahu apa yang dia lakukan di sana sendirian tadi.

Hingga akhirnya Alfian pun mengajak Renald untuk pergi ke kantin, Renald yang bisa dibilang masih polos langsung menurut saja. Dengan merangkul pundak Alfian mereka berjalan menuju kantin.

"Untung aja gue bisa ngalahin pembicaraan, kalau nggak bisa bingung gue harus jawab apa ke Renald!" Batin Alfian saat berjalan bersama dengan Renald ke arah kantin.

5 menit berlalu dan mereka pun akhirnya istirahat lalu menuju ke kantin.

Terlihat Alfian dan juga Renald duduk di salah satu kursi yang ada di kantin, dengan menenggak minuman yang sudah mereka pesan.

Beberapa saat kemudian, mereka yang berada di dalam kelas keluar dari kelas mereka masing-masing karena memang jam istirahat telah tiba. Semua pun berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

"Woi kalian ngapain ninggalin kita?" ucap Rafi yang baru datang dan duduk di samping mereka bersama dengan Tania.

"Tau nih! Eh kalian berdua tuh tau nggak tadi si Rafi juga disuruh buat manggil kalian berdua yang nggak balik balik ke kelas!" kata Tania.

Alfian dan Renald saling menatap satu sama lain,"Ya kita pikir karena kurang lima menit lagi istirahat, daripada kita harus balik ke kelas mending kita ke kantin!" ucap Alfian dengan wajah tak berdosanya.

"Iya benar tuh apa kata Alfian!" ujar Renald membenarkan ucapan Alfian tadi.

Rafi dan juga Tania hanya menghela nafas mendengar alasan dari mereka berdua , lalu kemudian mereka berdua pun memesan makanan.

"Al, gue perhatiin dari tadi lo nggak nyimak apa yang dijelasin sama guru! Sebenarnya ada apa sama lo?" Renald bertanya kepada Alfian ,karena dirinya dari awal pelajaran sampai Istirahat melihat Alfian yang terus menerus tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.

"Ya elah lo kayak nggak tahu Alfian aja sih!" ucap Rafi yang sudah tahu kalau Alfian memang seringkali tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.

"Ya sebenarnya sih enggak ada apa-apa kok, Cuma-“ucap Alfian tiba-tiba terpotong.

"Halo adik-adikku yang tampan dan juga cantik! Tapi masih tetap tampan Brian!" siapa Brian yang yang mendekat kearah adiknya.

Brian datang bersama dengan Dila ,Maxime dan juga Alisya. Karena memang mereka berempat satu kelas. Mereka adalah anak-anak kelas 12 yang sebenarnya dari keluarga besar mereka Ada 5 orang yang kelas 12. Akan tetapi karena Dira yang sakit dan tidak masuk jadi hanya ada 4 orang saja yang datang saat jam istirahat untuk pergi ke kantin.

"Untung aja kak Brian sama yang lain dateng jadi gue nggak perlu bingung harus ngomong apa sama mereka!" Ucap Alfian menghela nafas lega, karena tidak perlu mencari lagi.

"Apaan sih, gantengan juga gue!!" Ucap Renald yang tak mau kalah dari kakaknya, Brian.

"Apa lo anak curut! Wlee!!" ujar Brian yang sering sekali menggoda adik kandungnya itu sampai merasa kesal.

"Ini sebenarnya yang kakak mana dan yang adik mana sih! Kelakuan kakak udah kayak anak kecil nih sebaliknya kelakuan adiknya malah sok dewasa!" ucap Maxime yang menatap bingung ke arah mereka berdua.

"Kayaknya sih gue kakaknya tapi Bunda lebih dulu ngeluarin dia!" ucap Renald.

"Apa lo bilang?" Tanya Brian anak kedua dari Nathan dan Nadia.

"Gue bilang gue yang kakaknya dan lo yang adik!" ucap Renald penuh dengan penekanan.

"Oh kalau gitu nanti pas jam pelajaran di kelas gue, lo yang gantiin gue oke! Soalnya gue males ketemu sama guru killer!" ucap Brian yang emang yang paling benci dengan yang namanya guru killer.

"Dih ogah banget! gue tadi aja bolos!" kata Renald yang tidak sengaja malah bicara jujur pada kakaknya itu kalau tadi dia bolos, meski hanya 5 menit.

"Apa? Jadi lo tadi bolos? Wah gue bilangin sama bunda lo!" Ancam Brian pada Renald.

"Apaan sih maina ancam-ancam aja! Orang gue tadi boleh cuma 5 menit doang!" kata Renald yang memang tidak mau disalahkan dan tidak mau Bundanya tahu kalau dirinya bolos jam pelajaran.

"Alasan aja lo!"

"Udah-udah apaan sih kalian kenapa malah pada ribut di sini? Mending daripada kalian berdua ribut nih makan!" kata Dila yang geram melihat kakak beradik itu terus saja bertengkar, Dila lalu memberikan beberapa bungkus makanan pada mereka berdua agar mereka diam dan makan.

Para adik-adik mereka yang masih duduk di bangku kelas 11, tidak tahu kalau Dira ternyata tidak masuk karena dia sedang tidak enak badan.

Lalu setelah mereka diberi tahu, mereka semua memutuskan untuk menengok Dira . Ya, Meskipun mereka tinggal di satu Mansion yang sama tapi mereka sangat menyayangi satu sama lain.

Setelah jam istirahat selesai, mereka kembali ke kelas mereka masing-masing.

Bab 3

Setelah jam istirahat selesai, mereka kembali ke kelas mereka masing-masing.

*****

Di kelas 12,

Yang lebih tepatnya di tempati oleh para anak ke 12 para pasangan itu.

"Ini gurunya nggak datang apa gimana sih?" tanya Dila sambil menyandarkan kepalanya pada jendela yang ada di dekat tempat duduknya.

"Halo guys Brian yang paling ganteng datang!" ucap Brian yang baru saja datang dari ruang kantor guru.

"Nah tuh Brian datang! Mending tanya aja sama dia!" kata Alisya yang melihat Brian masuk ke dalam kelas.

"Brian, gurunya enggak dating apa gimana sih?" tanya Dila pada Brian.

"Gue mau kasih tahu kalian ,kalau guru nggak jadi ngajar kita karena katanya kucingnya mati!" kata Brian yang berkata yang sebenarnya.

"Hah? Gimana-gimana? Gue nggak salah dengar nih?" tanya Alisya.

"Iya nggak salah dengar katanya sih kucing itu adalah kucing kesayangan guru killer itu! Jadi dia pulang buat ngurus pemakaman tuh kucing!" jelas Brian pada mereka semua yang ada di kelas 12 A. Brian memang menjadi salah satu murid yang yang sering dipanggil oleh guru untuk memberitahukan berita-berita terkini pada teman-temannya. Lebih tepatnya dia menjadi ketua kelas di kelas itu.

"Hhh, kucing doang sampai segitunya!" ucap Dila sambil memutar bola mata malasnya.

"Iya nih tampangnya aja galak ternyata peliharaannya kucing!" kata Alisya sambil terkekeh kecil.

Brian pun menyampaikan kalau disaat jam pelajaran guru killer itu. Mereka harus mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang tadi sempat diberikan oleh guru killer itu. Tugas itu juga harus di kumpulkan hari itu juga.

Mereka semua yang bahkan belum mengerjakan 1 soal pun merasa bingung. Karena memang pada dasarnya mereka semua tidak pernah memperhatikan guru killer itu saat sedang menjelaskan.

Akan tetapi berbeda dengan Dila yang selalu mengerjakan tugas bahkan sebelum diminta untuk mengerjakannya.

"Apa? Gue bahkan tadi pagi tuh nggak merhatiin tuh guru! Terus sekarang tiba-tiba disuruh buat ngumpulin ?" ucap Alisya yang memainkan bibirnya karena kesal.

"Udah kalau semua tenang aja, Nih!" ucap Dila sambil melempar bukunya tepat di depan meja tempat duduk Alisya.

"Hah? Lo udah selesai? Wah hebat banget loh!" ucap Alisya yang kagum pada Dila. DiIa sendiri hanya tersenyum mendengar pujian dari Alisya tadi.

"Woy siapa yang udah ngerjain tugas?” Teriak Maxime pada semua murid yang ada didalam kelas. Namun hanya gelengan yang ia dapat, karena mereka semua memang sengaja tidak memperhatikan guru killer itu saat menjelaskan.

"Alisya, lo udah belum?" Tanya Jeno pada Alisya.

"Udah nih baru gue tulis!" Ucap Alisya dengan santainya.

"Lah, kok di tulis? Kan harusnya di kerjain!" Tanya Maxime heran pada Alisya.

"Gue nyontek sama Dila nih! Dia udah ngerjain, lebih tepatnya udah selesai." Kata Alisya sambil menulis tanpa menatap waja h Maxime.

Victor yang mengetahui itu adalah buku Dila langsung menoleh ke arah Dila. Dila hanya tersenyum ke arah Maxime.

"Kalau gitu gue juga mau nyontek!" Ucap Maxime.

"Lah, kok nyontek sih?" Kata Brian yang tiba-tiba membuat Maxime merasa tidak enak, dan menoleh kasar pada Brian. Karena Maxime kira Brian akan mengadu pada guru killer itu.

"Kenapa nggak bilang sama gue? Gue juga mau nyontek!" Ucap Brian setelahnya.

Victor menghela nafas kasar dan juga memutar bola mata malasnya.

"Sama aja lo!" Ucap Maxime.

*****

Di sisi lain, tepatnya di sebuah Universitas. Terlihat anak-anak pertama yang kini duduk di bangku kuliah.

Lucas sedang duduk sambil memainkan ponselnya di kursi dekat jendela, sambil sibuk mengurusi para mafioso yang nantinya akan menyerang markas milik musuh. Lucas sendiri memiliki bakat yang di miliki oleh Daddy Leon menjadi seorang mafia berdarah dingin, Namun sikapnya pada keluarganya masih sangat periang dan hanya dingin pada orang lain atau pun musuhnya.

Ya, Leon adalah seorang ketua mafia berdarah dingin di masa mudanya dulu. Namun kini sepertinya dia sudah memiliki penerus untuk menggantikannya menjadi ketua mafia berikutnya.

*****

Alfin, Dia adalah anak dari Arga dan juga Aleana yang memiliki hobi bermain basket, Dia hari itu ingin pergi ke perpustakaan dan berniat mengajak Lucas.

"Lucas, ikut gue!" Ajak Alfin pada Lucas yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Mau ke mana? Perpus? Lo ajak yang lain aja, Gue lagi sibuk banget ini!" Jawab Lucas tanpa menoleh pada Alfin.

"Sama gue aja!" Ucap salah seorang dari belakang Alfin, dan berdiri mengajak Alfin. Ya, dia adalah Stefan anak pertama dari Ayah Nathan dan juga Bunda Nadia.

Alfin menoleh ke arah Stefan lalu berkata, "Ya udah kalo gitu ayo!" Ajak Alfin yang kemudian berjalan lebih dulu menuju ke perpustakaan, dengan meninggalkan Stefan yang mengekori di belakangnya.

"Haish, kenapa mesti buru-buru sih?" Ucap Stefan sambil mengekor di belakang Alfin.

Sesampainya mereka di perpustakaan. Terlihat Alfin yang ingin mengambil buku ekonomi, Dia pergi ke bagian sisi kanan perpus. Sedangkan Stefan pergi mencari buku grafis untuk dia baca dan pelajari.

Karena buku yang mereka cari berada di tempat yang berbeda. Jadi mereka memutuskan untuk mencarinya sendiri sendiri dan bertemu di meja perpus yang sudah mereka janjikan.

Namun tiba-tiba,

Brukkk,,,,

Tanpa sengaja Alfin menabrak seorang perempuan yang mengenakan jaket berwarna hitam dengan rambut hitam terurai.

"Maafin gue, Gue tidak sengaja!" ucap wanita itu meminta maaf pada Alfin.

"Iya nggak apa-apa! Apa lo baik-baik aja?" tanya Alfin yang mendadak peduli pada gadis itu.

"Iya gue nggak apa-apa!" jawab Gadis itu sambil menunggu tanpa menatap Alfin.

"Sepertinya Gue baru melihat lo disini! Apa Lo mahasiswa baru?" tanya Alfin penasaran karena menurutnya dia baru pertama kali melihat gadis itu di perpustakaan.

"Apa kita bisa berkenalan?" tanya Alfin yang berniat untuk mengajaknya berkenalan..

Akan tetapi gadis itu langsung pergi begitu saja Dengan mengatakan bahwa dirinya sedang terburu-buru.

"Maaf gue buru-buru!" ucap Gadis itu yang setelahnya berjalan pergi meninggalkan Alfin di sana yang masih menatap kearah gadis tadi pergi.

Alfin hanya menatap wanita itu dengan posisi yang masih berdiri di empat, Sampai gadis itu berlalu pergi dan tidak terlihat lagi.

Akan tetapi entah kenapa Alfin merasa penasaran pada gadis itu. Bahkan setelah punggung gadis itu tidak terlihat lagi. Alfin memutuskan untuk mengejarnya dan mengajaknya untuk berkenalan. Namun sayangnya Alfin tidak menemukan gadis itu di mana pun, Alfin juga tidak menemukan jejaknya di mana pun. Sampai akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Karena merasa tidak ada harapan, Alfin kembali masuk ke dalam perpustakaan dan menemui Stefan, yang ternyata sudah menunggunya di salah satu meja yang ada di perpustakaan.

Alfin terkenal sebagai orang yang dingin pada orang asing. Namun entah kenapa dirinya seperti merasa ada yang berbeda dengan gadis yang dia temui tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!