Deru suara mesin motor meraung-raung di udara malam yang sangat gelap. Ini sudah tengah malam, waktunya orang-orang mengistirahatkan tubuh yang lelah. Namun, yang anak-anak muda geng motor itu lakukan malah membuat keributan. Mereka melakukan balap liar di sebuah jalanan sepi.
Salah seorang anggota geng motor itu tersenyum menyeringai menatap lawan yang akan beradu dengannya malam ini. Dia adalah Brian Atmaja, seorang pembalap liar yang selalu ditakuti lawan karena tak pernah kalah dalam setiap pertandingannya.
“Nyali lo gede juga, Bro! Gue udah nggak sabar buat terima duit dari temen-temen lo!” cibir Brian seraya mengangkat satu alis matanya. Dia juga mengangkat sebelah sudut bibirnya menciptakan senyum sinis yang meremehkan lawannya.
“Baacoot banget lo! Lihat aja nanti, siapa yang pulang sambil nangisin duit yang gue terima!” balas pemuda yang menantang Brian itu tidak mau kalah.
Memang, taruhan kali ini tidak main-main. Brian bahkan rela mengeluarkan uang sepuluh juta untuk pertandingan malam ini. Jika dia menang, kemungkinan yang akan Brian bawa pulang akan bernilai ratusan juta.
Pemuda yang menantangnya saat ini adalah geng motor dari kota sebelah. Dia sangat penasaran dengan Brian yang memang tak pernah dikalahkan.
Saat ini, seorang wanita mengangkat kain kecil tanda pertandingan akan dimulai. Brian bersiap dengan menutup kaca helm dan mulai fokus pada jalanan aspal di depannya.
Begitu hitungan selesai dan kain yang dijadikan bendera itu dilemparkan tinggi-tinggi, Brian segera menarik gasnya dan berkonsentrasi. Dia seorang pemuda kompetitif yang selalu ingin menang dalam pertandingan apa pun. Oleh sebab itu, tidak heran jika Brian selalu menang dalam balapan karena dia akan melakukan semuanya dengan maksimal.
Sesuai prediksi, Brian berhasil memenangkan pertandingan karena mencapai garis finish terlebih dahulu. Pemuda itu bersorak menyombongkan diri dengan melakukan selebrasi kecil bersama teman-temannya. Namun, sialnya ia tak sempat melakukan selebrasi besar-besaran dan menerima uang taruhan karena setelah musuhnya mencapai garis finish, polisi yang menyamar tiba-tiba menangkap mereka.
Brian dan teman-temannya digiring ke kantor polisi untuk diamankan. Rupanya, polisi memang tengah melakukan razia usai kejadian perampokan yang melibatkan kelompok geng motor di minimarket yang tak jauh dari lokasi mereka balapan.
Brian menunduk saat diinterogasi dan diharuskan untuk menghubungi ayahnya. Namun, ia bersikeras menolak dan mengatakan bahwa dia tak memiliki orang tua.
Sampai akhirnya, polisi menghubungi nomor telepon rumah Brian malam-malam begini karena di data yang mereka punya, Brian masih memiliki seorang ayah.
Papa Brian datang ke kantor polisi dan menebus putranya yang sangat bandel itu. Laki-laki itu tak menyangka jika putranya terlibat dengan geng motor yang merampok minimarket. Memang hasil penyelidikan polisi terbukti bahwa geng motor Brian terlibat, tapi saat kejadian itu, Brian tidak ikut serta.
“Anak cuma satu, disuruh jadi orang yang bener kok susah bener! Kamu ini maunya apa sih?” marah papa Brian saat mereka keluar dari kantor polisi.
“Yang jelas aku nggak mau jadi anak Papa!” jawab Brian seraya membuang muka.
Papa Brian hanya bisa menghela napas dengan berat dan mulai memikirkan cara untuk membuat putranya itu jera. “Kalau gitu, kamu bisa tinggalkan rumah dan jangan kembali sebelum kamu mau jadi anak papa!”
Brian memicingkan mata usai mendengar pernyataan sang ayah. Dia sama sekali tidak menyangka jika papanya akan setega itu mengusirnya dari rumah.
“Jadi, Papa mau usir aku biar Papa bisa bebas bawa perempuan pulang ke rumah?” cibir Brian.
“Itu kemauan kamu, Brian! Kalau kamu nggak mau jadi anak Papa, artinya kamu tidak bisa tinggal di rumah Papa? Nggak ada hubungannya sama perempuan mana pun!” balas papa Brian.
“Oke, aku akan pergi, biar Papa bisa puas!” Kebencian Brian pada sang ayah kini terasa semakin besar karena ayahnya itu bisa dengan tega mengusirnya dari rumah tanpa menahannya, atau setidaknya memberikan tempat tinggal yang layak.
Brian berlalu meninggalkan papanya di kantor polisi. Laki-laki itu kini melajukan motornya di malam yang hampir habis tanpa tujuan yang pasti.
Berbekal uang sepuluh juta yang tadinya akan dipakai untuk taruhan, akhirnya Brian mendatangi kos salah satu sahabatnya saat pagi menjelang.
“Brian! Tumben lo pagi-pagi ke sini!” seru teman Brian, Iyan.
“Gue boleh numpang di sini nggak? Gue diusir sama Pak Atmaja!”
Sahabat Brian itu tertawa, lalu mengajak Brian untuk beristirahat di kamar kosnya. Beruntung anak bandel itu masih punya sahabat yang baik yang mau menampungnya. Kalau tidak, mungkin Brian akan menjadi gelandangan.
*
*
*
Dua hari menumpang, Brian sadar bahwa dirinya tidak akan selamanya menjadi benalu. Uang yang dia miliki juga lama-lama pasti akan habis. Untuk itulah, dia harus mencari pekerjaan demi menyambung hidup.
“Daripada lo bingung nunggu dapat kerjaan yang pas, gimana kalau lo gantiin gue sementara jadi drive-food. Lumayanlah, sambil nunggu kerjaan yang sesuai sama kemauan lo!”
Brian pikir, ide Iyan bukanlah ide buruk. Dia juga harus membuktikan pada ayahnya bahwa dia bisa bertahan di dunia luar tanpa bantuan sang ayah. Akhirnya, Brian pun mengambil pekerjaan sampingan Iyan itu. Jika nanti dia sudah terbiasa, Iyan berjanji akan membantunya untuk mendaftar langsung.
Hari pertama, usaha Brian membuahkan hasil yang lumayan. Dia mendapat cukup banyak orderan dan juga mendapat tips yang lumayan. Alasannya sebagian besar mengatakan wajah Brian terlalu tampan untuk menjadi drive-food. Mereka bilang, Brian lebih layak menjadi seorang artis karena wajahnya yang memang putih bersih, dan tampan.
Sebuah awal yang baik untuk Brian, dan dia pun merasa yakin dengan pekerjaan yang menurutnya cukup menjanjikan. Sampai akhirnya, dia menerima orderan nasi goreng dari seorang pelanggan bernama Naomi.
Brian mengetuk pintu dan berteriak memanggil nama customer-nya itu. Tak berapa lama, seorang wanita cantik dengan rambut dicepol ke atas keluar dari kamar kos-nya dengan wajah panik.
“Drive-food, ini pesanannya, Mbak!” ucap Brian dengan sopan.
“Mas, Mas. Bisa tolongin saya nggak? Di kamar mandi saya ada kalajengking. Saya takut banget!” seru Naomi dengan ekspresi memohon.
Gadis itu benar-benar ketakutan saat melihat hewan beracun itu muncul di kamar mandinya. Mau dibunuh, dia tidak tega, tapi mau dibiarkan dia juga takut kena sengatnya. Untung saja ada driver-food yang datang tepat waktu.
Jiwa gentle-man Brian merasa tertantang karena permintaan tolong dari gadis cantik di hadapannya itu. Hitung-hitung, dia bisa jadi pahlawan di mata wanita itu. Akan tetapi, melihat keadaan sekitar rumah Naomi yang sangat sepi, haruskah dia membantunya?
**
Assalamualaikum, nupel baru lagi ya gaess, semoga suka hihi. Jangan lupa subscribe, like dan komen yang banyak ya 😘😘😘
WARN!NG
Kalau kurang suka alur, cerita, karakter dsb. Bisa kasih kritik dan masukan di kolom komentar ya. Akan aku terima dengan senang hati dan jadi evaluasi untuk lebih baik. Tapi, TOLONG BANGET jangan kasih rating 1-4 itu nggak akan ada guna dan untungnya buat pembaca dan kemajuan cerita. Malah bikin mood nulis hancur, dan mungkin bisa memaksa otak penulis untuk tamat tanpa kejelasan ya.
Mau menghujat atau kritik boleh banget di komentar, tapi kalau masih kasih rating buruk, terpaksa aku blockk ya. Mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏🙏
Setelah berpikir cukup lama, rupanya Brian memutuskan untuk tetap membantu Naomi. Dia pikir, tidak ada salahnya membantu gadis cantik ini, lagi pula tidak ada orang lain lagi. Bisa-bisa nanti hewan beracun itu melukai Naomi.
“Di mana kalajengkingnya? Biar saya urus!”
Brian dan Naomi mengecek ke dalam kamar mandi. Binatang berbahaya yang memiliki racun itu masih berdiam di kamar mandi dengan sikap waspada. Tampaknya, kalajengking itu sangat peka dengan kehadiran Brian dan Naomi yang hendak menyakitinya.
Saat Brian dan Naomi ada di kamar mandi, seorang tetangga yang selama ini membenci gadis itu pun berbuat jahat dengan mematikan lampu utama kamar Naomi yang letaknya tak jauh dari pintu. Karena lampu kamar dan lampu kamar mandi terpisah, tentu saja Brian dan Naomi tak menyadari saat lampu di ruangan depan padam.
Setelah mematikan lampu, sang tetangga pun menutup pintu kamar Naomi dan pura-pura mengintip apa yang terjadi di dalamnya saat melihat dari kejauhan ada tetangga lain yang akan lewat depan kamar kontrakan Naomi.
“Bu Lisa, lagi apa?”
Wanita bernama Lisa yang sengaja mematikan lampu kamar Naomi itu pun pura-pura kaget. “Eh, Bu Wati, Bu Dian. Ini loh, saya lagi ngintipin kamarnya Naomi. Perasaan tadi ada cowok yang masuk, terus sekarang kamarnya gelap. Kira-kira mereka lagi apa ya?”
Lisa memang menaruh benci pada Naomi karena gadis yang tinggal sendirian di rumah kontrakan sepetak dengan kamar mandi dalam itu sering membuat Lisa dan suaminya ribut. Suami Lisa yang seorang playboy kelas kakap sesekali menggoda Naomi saat Lisa ada di dalam rumah. Ya, rumah mereka bersebelahan dan kegenitan suaminya itulah yang membuat Lisa terobsesi untuk membuat Naomi terusir dari kampung mereka.
“Hah? Sama cowok?”
“Iya, itu motornya!” jawab Lisa sembari menunjuk motor sport Brian yang terparkir tak jauh dari mereka.
Bu Wati dan Bu Dian yang penasaran pun ikut mengintip ke dalam. Sementara Brian dan Naomi saat ini tengah sibuk membunuh kalajengking itu dan memastikannya mati sebelum membuangnya ke toilet.
Saat Brian membunuh hewan itu dengan sepatunya, ponsel Iyan yang dia pinjam jatuh tanpa sempat terselamatkan. Ponsel yang menurut Brian terbilang murah itu pun mati seketika.
“Aduh, HP-nya rusak ya, Mas?” tanya Naomi merasa tidak enak hati. Karena harus membantu dirinyalah, ponsel milik Brian rusak.
Brian bersikap santai. Di hadapan wanita cantik itu, ponsel Iyan tak ada artinya apa-apa dibanding pujian yang akan diterimanya nanti. “Nggak apa-apa. Emang sudah waktunya di LEM-BI-RU!” jawab Brian dengan santai. “Ini nggak apa-apa dibuang di sini?” tanya Brian sebelum menyiram kalajengking itu ke closet.
“Nggak apa-apa, Mas. Daripada dibuang di luar, tempat sampahnya agak jauh. Kalau dibuang di tempat sampah sini malah takutnya dia hidup lagi,” jawab Naomi.
Brian terkekeh mendengar jawaban Naomi dengan imajinasinya yang aneh. Laki-laki itu lalu menyiramkan air banyak-banyak agar kalajengking itu benar-benar masuk ke pembuangan.
Kedua pemuda-pemudi itu tidak tahu jika di luar sudah mulai banyak orang yang akan menggerebek mereka. Sampai akhirnya, Brian menumpang ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Naomi keluar dari kamar mandi lebih dulu. Wanita itu langsung dikejutkan oleh banyaknya orang di luar kamarnya sementara lampunya masih padam.
“Loh, kok ramai sekali!” gumam Naomi sembari berjalan keluar menemui para warga yang sudah berkerumun di depan rumahnya. “Maaf, ada apa ini?” tanya wanita itu sembari menyalakan lampu kamarnya. “Ya Tuhan, siapa yang mematikan lampunya. Aku pikir ini tadi rusak!”
“Nona Naomi, apa yang kamu lakukan dengan laki-laki di kamar dalam keadaan gelap?” tanya seorang laki-laki yang merupakan ketua RT di lingkungan itu.
Jelas saja Naomi merasa bingung. Belum sempat dia menjawab, Brian keluar dari kamar mandi dan langsung terkejut dengan kemunculan banyak orang di luar kamar Naomi.
“Wah, ramai sekali!” seru Brian tanpa rasa berdosa. Sementara wajah Naomi sudah pucat pasi di depannya.
“Bisa kalian jelaskan apa yang terjadi! Kenapa kalian bisa ada di kamar berduaan?” sahut Lisa memprovokasi yang akhirnya membuat para warga ikut ribut.
“Berani-beraninya seorang gadis membawa laki-laki ke kamar. Malam-malam begini pasti mereka mau berbuat messum!” sahut salah seorang warga.
“Jelaskan apanya? Dia drive-food yang mengantar makanan. Kebetulan di kamar mandi saya ada kalajengking, jadi saya minta tolong sama dia. Apa itu salah? Siapa yang berbuat messum?”
Ketua RT memeriksa makanan yang Naomi pesan. Laki-laki paruh baya itu juga memeriksa ponsel Naomi untuk memastikan. Sayangnya, nama dan foto yang tertera di applikasi itu berbeda dengan wajah Brian. Jelas saja, karena Brian memakai akuun milik sahabatnya yang sialnya kini ponselnya pun sudah tak bisa diselamatkan.
“Wajahnya beda, nomor plat motornya beda. Kalian mau coba mengelabuhi kami? Pasti kalian bertindak messum di kamar ini, kan?”
**
**
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋 maacih ya yang udah mampir, semoga suka sampai ending kalau kurang suka, langsung sampaikan di komen ya, mohon jangan kasih rating 1-4 🤗🤗 ditunggu rating bintang 5 nya 🥰🥰
Nasib sial memang sepertinya sedang menghampiri Brian dan Naomi. Mereka belum lama bertemu, bahkan belum berkenalan secara resmi, tapi mereka harus menghadapi masalah yang cukup pelik. Karena sebuah fitnah, mereka berdua dituduh melakukan hal yang macam-macam.
“Saya bisa jelaskan. Sebenarnya saya drive-food pakai akuun teman saya, tapi HP-nya tadi jatuh dan rusak!” Brian masih berusaha menjelaskan supaya para tetangga Naomi itu tidak salah paham. Dia juga menunjukkan ponsel Brian yang kini mati total.
“Alah, itu pasti cuma alasan saja, Pak RT. Mana ada maling yang mau ngaku. Udah tertangkap basah berduaan di kamar begini malah cari banyak alasan!” sahut Lisa yang semakin berada di atas awan.
Tetangga Naomi itu sangat yakin bahwa sebentar lagi, Naomi akan diusir dari lingkungannya. Lalu, setelah itu kehidupan rumah tangganya dengan sang suami akan baik-baik saja dan jauh dari ancaman Naomi yang Lisa anggap sebagai peelakor.
“Ibu-ibu, Bapak-bapak! Tolong percaya sama saya. Orang ini memang driver yang antar makanan kok. Saya nggak tau kenapa akuunnya beda sama yang datang.” Naomi membela diri. Dia terlihat memohon dengan wajah panik. Siapa yang bisa tenang dalam keadaan seperti dirinya saat ini?
“Pak RT, ini nggak bisa dibiarkan! Naomi sudah membuat malu kampung kita. Lebih baik, kita arak saja dia keliling kampung, kita lempari batu dan kita usir!” sahut salah seorang bapak-bapak di belakang Pak RT dan Lisa.
Brian merasa tidak enak hati kalau sampai Naomi diusir dan dipermalukan karena kesalahpahaman ini. Meski sebenarnya dia juga tidak bersalah dan tidak perlu bertanggung jawab, tapi melihat wajah panik Naomi membuat Brian merasa sangat kasihan.
“Tunggu, biar mereka pilih. Mau diarak keliling kampung dan diboikot dari kampung ini, atau mereka kita nikahkan sekarang untuk menghilangkan sial!”
Naomi benar-benar terjebak dalam pilihan sulit. Dia tidak ingin membuat malu mendiang kedua orang tuanya jika sampai diarak keliling kampung. Namun, menikah dengan laki-laki asing juga tampaknya bukan pilihan yang bagus.
Naomi tidak mengenal Brian. Tidak tahu asal-usul dan keluarga Brian. Belum tentu juga Brian dan keluarganya akan menerima dirinya.
Brian mengepalkan tangan dan kembali bersuara, “Saya sama Mbak Naomi ini nggak saling kenal! Mana bisa kami menikah. Ini fitnah, saya bisa tuntut kalian! Saya punya saksi kalau akuun yang saya pinjam itu memang punya teman saya!”
Nada bicara Brian yang tinggi mulai membuat semua orang bungkam. Laki-laki itu lalu menghubungi temannya, Iyan dan meminta bantuan. Sayangnya, Iyan sedang ada kepentingan dan tidak bisa datang. Teman Brian itu menyarankan agar Brian menghubungi papanya dan meminta bantuan.
‘Sial! Kenapa malah jadi begini! Papa nggak akan mungkin mau datang. Jelas aku sudah bilang kalau aku tidak mau jadi anaknya,’ pikir Brian yang kembali menemui jalan buntu untuk menyelamatkan diri.
Brian mengotak-atik ponselnya dan mengirimkan pesan pada sekretaris papanya. Sayangnya, kaki tangan papa Brian itu tak mau membantu karena mematuhi perintah papa Brian sendiri.
Yang Brian lakukan sekarang hanya bisa garuk-garuk kepala dan mencari solusi lain. Sementara para warga yang sudah menunggu terlalu lama tak bisa memberi toleransi lagi.
“Gimana?” tanya Naomi saat melihat wajah frustrasi Brian.
“Temanku nggak bisa datang. Keluargaku juga nggak ada yang bisa diandalkan,” jawab Brian putus asa.
Mendengar hal itu, Lisa tersenyum penuh kemenangan dan langsung berucap, “Sudahlah Pak RT, kita usir saja mereka. Izinkan juga warga melempari mereka dengan batu karena sudah berbuat asusila di kampung kita!”
Brian menatap Lisa dengan sinis. Dia tak mau mati konyol kalau sampai ucapan Lisa itu benar-benar terjadi. Laki-laki itu lalu menarik napas panjang dan membuat keputusan. “Saya akan menikahinya!”
Sontak saja jawaban yang keluar dari mulut Brian itu membuat Naomi menatap laki-laki itu dengan sinis. “Menikah kamu bilang?”
Brian memejamkan mata sejenak, menghela napas dalam, dan kembali menatap Naomi yang masih berdiri di sampingnya. “Aku nggak mau mati konyol! Masa depan aku masih panjang, hidupku masih menyenangkan!”
Naomi mendesaahkan napas dengan kasar. Dia sendiri juga tidak punya pilihan. Mau tidak mau, gadis itu harus menikah dengan laki-laki asing hanya karena kalajengking. Sungguh sial memang.
“Baiklah, kita nikahkan mereka. Semuanya sudah terpenuhi karena Naomi tidak punya orang tua dan kerabat. Tinggal keluarga dari mempelai pria saja,” putus Ketua RT.
“Keluarga saya tidak akan datang!” balas Brian dengan ketus.
Malam ini juga, kedua pasangan yang tak saling kenal itu akhirnya dinikahkan di tempat. Brian dan Naomi terpaksa menjadi suami istri meski tak ada perasaan sama sekali di antara mereka.
“Selamat ya, Naomi. Yang namanya jodoh tidak ada yang tahu,” bisik Lisa dengan senyum licik. “Oh iya, setelah ini kamu pasti akan pindah ke rumah suamimu, nanti aku bantu kemas-kemas!”
“Naomi tidak perlu kemas-kemas. Karena saya yang akan tinggal di sini dengannya!” sahut Brian yang membuat mulut Lisa ternganga lebar.
Mata Lisa pun terbuka lebar menatap Brian dan Naomi dengan kesal. Cara apa lagi yang harus dia lakukan untuk mengusir Naomi dari kampung itu?
**
Ekhem, enak kan jadi Brian sama Nomnom, gak perlu keluar duit banyak langsung sah 💋💋💋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!