NovelToon NovelToon

Rahasia With Ipar

Siapa Dia?

Happy reading...

Di sebuah rumah yang terbilang megah, di kediaman Laksono. Seorang wanita saat ini tengah menyiapkan keperluan suaminya untuk berangkat ke kantor.

"Sekarang tinggal panggil Mas Darius deh," gumam Amanda. Kemudian dia berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk memanggil suaminya sarapan.

Saat masuk ke dalam kamar, Amanda mendapati Darius baru saja selesai menelpon seseorang, kemudian dia memeluk tubuh pria itu dari belakang.

"Sayang, sarapan dulu yuk! Aku udah buatin kopi kesukaan kamu tuh di meja makan. Mama dan Papa juga sudah kumpul di bawah. Ayo!" ajak Amanda sambil melepas pelukannya.

Darius cukup kaget saat tiba-tiba saja Amanda memeluknya dari belakang. Untung saja dia sudah selesai menelpon.

'Apa Amanda tadi mendengar pembicaraanku ditelepon ya?' batin Darius.

"Sayang, kok malah bengong sih? Ayo Mama sama Papa udah nunggu tuh," ujar Amanda membayarkan lamunan sang suami.

Darius mengangguk, "Ayo!" ajak Darius. Kemudian dia menggenggam tangan sang istri menuruni tangga menuju meja makan, di mana semua orang sudah berkumpul.

Saat sampai di sana, Darius langsung duduk di kursinya. Sementara itu Amanda menyiapkan nasi dan juga ayam goreng ke dalam piring, lalu memberikannya kepada Darius sang suami.

"Amanda, gimana kemarin program hamilnya? Apa berhasil?" tanya mama Dina mamanya Darius.

"Nggak tahu Mah. Soalnya kan baru kemarin aku program, semoga saja aku dan juga Mas Darius cepat diberi momongan ya Mah! Mama dan Papa doain, semoga kami bisa langgeng dan cepat diberi keturunan," jawab Amanda sambil menggenggam tangan Darius dan tersenyum ke arah suaminya.

"Aamiin! Mama dan Papa selalu doakan, semoga kalian cepat diberi keturunan ya. Kamu juga Fitri, Haris, kalian harus segera memiliki keturunan," ujar Mama Dina sambil melirik ke arah Putra keduanya.

"Iya Mah, aku dan juga Fitri lagi berusaha supaya kami cepat memiliki momongan," jawab Haris sambil menatap lekat ke arah sang istri, sedangkan Fitri menganggukan kepalanya sambil tersenyum manis.

Darius Laksono, pria berumur 30 tahun. Dia menikah bersama dengan wanita bernama Amanda Dwi Hardiyanta, yang berusia 27 tahun. Anak sahabat dari kedua orang tuanya. Kebetulan mereka menikah sudah 5 tahun, namun belum juga memiliki momongan.

Kebetulan Darius adalah anak pertama, dan anak kedua dari kedua orang tuanya adalah Haris Laksono. Dia pria berusia 28 tahun, dan memiliki istri bernama Fitri yang tak lain adalah adik dari Amanda.

Memang saat itu Haris terpesona kepada Fitri, selaku adik dari kakak iparnya saat acara pernikahan Darius dan Amanda. Dan pada akhirnya, Haris memberanikan diri untuk melamar Fitri hingga mereka sudah menikah selama dua tahun lamanya.

"Papa senang deh, melihat keharmonisan rumah tangga kalian. Entah itu dari kamu Darius, ataupun dari kamu Haris. Kalian ini kepala keluarga, Imam dalam keluarga dan untuk istri kalian. Jadi Papa hanya berharap dan meminta, jagalah pasangan kalian masing-masing! Jangan pernah menyakitinya, apapun yang terjadi. Setiap ujian dalam rumah tangga itu berbeda-beda, termasuk juga soal momongan," ujar Papa Samuel orang tua dari Harris dan juga Darius.

"Iya Pah, Papa tenang saja. Darius akan menjaga dan mencintai Amanda dengan tulus," ucap Darius sambil menggenggam tangan istrinya, kemudian mengecupnya dengan penuh cinta.

"Betul! Haris pun sama kok, akan menjaga Fitri dengan segenap jiwa dan raga Haris," timpal Haris sambil mengecup kening sang istri.

Mama Dina dan juga Papa Samuel tersenyum bahagia melihat keharmonisan rumah tangga kedua putranya. Tidak ada kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tua selain melihat putranya bahagia.

Apalagi Papa Samuel hanya memiliki dua anak, saja yaitu Haris dan juga Darius.

"Ya sudah, kalau gitu aku mau ke kantor dulu ya. Sebentar lagi ada meeting soalnya, nggak enak kalau telat. Masa pimpinan perusahaan mencontohkan yang tidak baik?" ujar Darius sambil merapikan dasinya, kemudian Amanda membantu sang suami memakai jas.

Amanda mencium tangan Darius, kemudian mengantarkannya sampai pintu utama begitupun dengan Fitri.

"Oh ya Mas, jangan lupa ya nanti siang transfer. Soalnya aku mau hangout sama temen-temen!" pinta Fitri sambil bergelayut manja di lengan Haris.

"Iya sayang, kamu tenang aja nanti aku transfer ya. Kalau gitu aku pamit dulu, kamu nanti pulangnya jangan kesorean. Nanti malam kan kita mau dinner," ujar Haris sambil mengusap pipi Fitri dengan lembut.

"Siap tuan raja!" jawab Fitri sambil mengangkat tangannya dan menaruhnya di atas kening, membuat Haris menjadi gemas.

Kemudian dia mendekatkan wajahnya mendekat ke arah Fitri, hendak mencium bibir wanita itu. Namun segera ditahan oleh sang kakak.

"Jika ingin mencium istrimu, sebaiknya di dalam kamar jangan di sini! Tidak malu apa banyak pelayan?" jawab ketus Darius.

Amanda sempat heran melihat reaksi suaminya, namun seketika dia terkekeh, "Kamu ini Mas, biarin aja. Mereka kan udah halal ini? Kecuali kalau mereka masih pacaran. Kamu ini macam papa aja?" heran Amanda sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya wajar sih, kan aku cuma mengingatkan aja. Ya udah deh, aku mau berangkat dulu ya sayang." Kemudian Darius mencium kening Amanda, lalu pergi meninggalkan istrinya dan masuk ke dalam mobil.

"Aku juga berangkat ya. Kamu hati-hati di rumah, ingat nanti diantar sopir aja kalau emang nggak mau nyetir sendiri," ujar Haris sambil mencium pipi Fitri.

"Iya, suamiku tersayang. Nanti aku bawa mobil sendiri aja ya," jawab Fitri dengan nada yang manja.

Melihat kemanjaan istrinya, membuat Haris seketika ingin melahapnya. Namun sayang, pekerjaannya di kantor saat ini tidak bisa ditinggalkan, karena ada klien dari luar negeri yang datang untuk berinvestor di perusahaannya.

Setelah dua pria tampan tersebut meninggalkan kediaman Laksono, Amanda dan juga Fitri pun masuk ke dalam rumah.

"Oh ya mbak, kamu mau ikut aku nggak hangout?" tanya Fitri saat mereka mulai memasuki meja makan.

"Enggak deh. Soalnya nanti Mbak mau ke rumah sakit menjenguk teman Mbak yang baru aja lahiran. Ya siapa tahu kan, kalau mbak gendong bayinya mbak juga bisa hamil," jawab Amanda.

"Wah! Aku juga pengen, tapi sayang, udah ada janji. Nanti deh kalau ada teman Mbak yang lahiran lagi, ajak aku ya!" pinta Fitri.

Amanda mengangguk sambil tersenyum, kemudian Fitri pamit ke kamar untuk bersiap-siap, sementara itu Amanda membantu para pelayan membersihkan meja makan.

Walaupun Amanda tinggal di rumah yang mewah dan banyak pelayan, dia juga masih mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti menyapu atau mencuci piring, karena Amanda merasa badannya kaku jika tidak digerakkan dengan hal-hal seperti itu.

.

.

Saat Amanda tengah berada di mobil, dia ingat belum membeli hadiah sama sekali untuk anak dari sahabatnya tersebut. Kemudian wanita itu pun membelokkan mobilnya ke sebuah mall untuk membeli baju bayi.

Setelah menemukan toko di mana perlengkapan bayi dijual, Amanda pun membeli beberapa dan meminta pelayan membungkuskannya untuk kado.

Setelah membayar wanita itu pun keluar. Namun saat dia akan menaiki eskalator, tiba-tiba saja matanya tertuju pada lift yang sedang berjalan naik ke atas.

"Loh. Itu bukannya Mas Darius? Tapi siapa wanita yang dirangkulnya? Tapi masa iya sih? Mas Darius bilang kan kalau hari ini dia mau ke Bogor, karena ada proyek yang harus ditinjau?" gumam Amanda dengan heran saat melihat pria di balik kaca lift, karena kebetulan lift itu terbuat dari kaca jadi siapa yang berada di dalamnya pasti terlihat dengan jelas.

Namun, saat Amanda ingin mengejarnya ke atas, dia merasa ragu. Karena pria itu juga terlihat dari samping. Namun entah kenapa, Amanda sangat yakin jika itu adalah Darius.

'Tapi wanita itu seperti aku mengenalnya? Tapi siapa?' batin Amanda bertanya-tanya.

BERSAMBUNG...

JANGAN LUPA DONG, TINGGALKAN JEJAK KALIAN🤗SEPERTI LIKE,KOMEN, DAN VOTENYA.

DAN JANGAN MEMBERI RATING DI BAWAH 5 YA🙏🏻DEMI MENGHARGAI KAMI PARA PENULIS🙏🏻SEBAB MEMBUAT SEBUAH KARYA ITU TIDAKLAH MUDAH😘

Sindiran Ibu-ibu Rese

Happy reading....

Sepulang dari rumah sakit, pikiran Amanda masih saja berkecamuk tentang pria yang ia lihat di mall beberapa jam yang lalu.

Jujur saja, Amanda sedikit ragu jika itu adalah suaminya. Dan untuk membuktikannya, Amanda pun menelpon nomor Darius.

Satu kali tidak diangkat, dan itu membuat Amanda merasa heran, tidak biasanya Darius tidak mengangkat teleponnya. Kemudian dia Coba menelpon satu kali lagi.

Dan ternyata kali ini teleponnya diangkat.

"Halo! Assalamualaikum Mas, kamu lagi di mana?" tanya Amanda saat telepon tersambung.

"Waalaikumsalam, kenapa sayang? Tumben kamu nelpon? Maaf ya tadi nggak keangkat, soalnya lagi ngecek proyek nih. Ada apa?" tanya Darius di seberang telepon.

"Oh lagi ngecek proyek. Nggak papa sih Mas, kangen aja," bohong Amanda.

Dia tidak mungkin mengatakan kepada Darius jika baru saja melihat pria yang mirip dengannya. Namun, lagi-lagi Amanda menepis pikiran itu. Dia yakin apa yang dikatakan Darius memang benar, jika pria itu tidak berbohong.

"Nanti malam kan aku juga pulang sayang, tidak usah khawatir. Nanti aku kasih kamu 5 ronde," ujar Darius sambil terkekeh kecil.

Mendengar ucapan dari suaminya, membuat Amanda tersipu malu.

"Ya udah sayang, aku tutup dulu ya teleponnya. Soalnya ini masih ada kerjaan yang harus aku cek juga. Aku hari ini lumayan sibuk, jadi mungkin nanti jarang ngabarin kamu."

"Iya Mas, nggak papa. Aku ngerti kok. Kamu pulangnya jangan terlalu kemaleman ya, nanti kan kita mau makan malam juga."

"Iya sayang aku. Ya sudah, aku tutup dulu ya, assalamualaikum," ucap Darius kemudian telepon pun terputus.

TUT!

Amanda sedikit lega sebab ternyata Darius ada di kerjaannya. "Berarti apa yang kulihat tadi di mall itu bukan mas Darius. Sepertinya aku saja yang terlalu merindukannya, sampai-sampai berhalusinasi. Pria itu juga aku lihat dari samping, jadi mungkin itu memang bukan mas Darius. Hanya perawakannya saja yang mirip," gumam Amanda pada dirinya sendiri.

Mobil pun melaju membelah jalanan yang padat. Mau di siang hari, pagi hari, sore hari ataupun malam hari, jalanan di kota itu akan selalu padat. Sebab orang-orang selalu saja berlalu lalang dan tidak ada sepinya sama sekali.

"Assalamualaikum," ucap Amanda saat masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam. Eh sayang, baru pulang? Sini duduk sebentar!" ajak mama Dina saat melihat Amanda pulang.

Terlihat di sana ada beberapa ibu-ibu, dan mereka sedang mengadakan arisan yang biasa setiap bulan dilaksanakan oleh Mama Dina. Tapi kali ini giliran di kediaman Laksono arisan itu di adakan.

Amanda mencium tangan Mama Dina, kemudian bergantian dengan beberapa ibu-ibu yang ada di sana.

"Nak Amanda baru pulang? Habis dari mana? Shopping?" tanya salah satu sahabat Mama Dina yang bernama Nia.

"Iya Bu. Ini habis dari rumah sakit menjenguk teman yang baru saja lahiran," jawab Amanda dengan lembut sambil tersenyum manis.

"Oalah ... baru menjenguk teman yang habis lahiran. Lalu, Nak Amanda sendiri kapan dong lahirannya? Kami juga ingin mendengar kabar bahagia dari keluarga Laksono, loh. Namun Amanda kapan mengandungnya?" jawab ibu Nia namun terkesan menyindir.

"Doakan saja Bu, semoga saya cepat mengandung," jawab Amanda yang masih dengan nada lembut.

"Iya didoakan juga harus barengi usaha dong Mbak Amanda! Kalau cuma didoakan saja dan tidak usaha, mana mungkin bisa hamil? Atau jangan-jangan ... mbak Amanda itu mandul ya?" timpal seorang ibu-ibu yang bernama Lusi.

Amanda memejamkan matanya, menarik nafas dengan dalam saat mendengar ucapan dari Bu Lusi. Bukan apa. Perkataan seperti itu sudah biasa Amanda dengar dari ibu-ibu yang lain, mereka mengatakan jika Amanda wanita mandul.

Terkadang manusia suka menilai orang dari luarnya saja. Suka menyindir tanpa tau kenyataannya. Mereka tak memikirikan, yang di sindir akan sakit hati atau tidak?

Karena hati mereka selalu puas setelah berbuat julid sama orang. Sebab lidah lebih tajam dari pedang.

Namun kenyataannya dia sudah periksa dengan Darius, dan mereka sama-sama subur, tidak ada masalah dan juga kendala apapun. Cuman memang Allah masih belum memberikan mereka rezeki, entah Amanda pun tidak tahu kenapa itu bisa terjadi.

"Mah, kalau begitu Amanda ke kamar dulu ya. Mau siap-siap belum shalat dzuhur soalnya," ujar Amanda berpamitan pada Mama mertuanya.

"Iya sayang," jawab Mama Dina sambil tersenyum ke arah sang menantu kesayangan.

Setelah kepergian Amanda, Ibu Lusi pun berkata, "Jeng Dina. Kenapa sih masih saja mempertahankan menantu mandul seperti itu? Bukan apa ya Jeng. Rumah tangga itu bukan hanya soal cinta, tapi kalau tidak ada kehadiran anak, biasanya rumah tangga itu tidak akan langgeng? Karena walau bagaimanapun, seorang pria kan juga menginginkan keturunan? Kalau wanitanya tidak bisa memberikan anak, lalu siapa yang tahu kan jika nanti Darius mencari wanita lain? Atau mungkin, saat ini dia sudah mempunyai selingkuhan?" tuduh Bu Lusi sambil menyenggol Ibu Ningsih yang ada di sampingnya.

Mendengar ucapan dari sahabatnya, mama Dina masih diam. Dia sudah terbiasa dengan ucapan seperti itu dari semua rekan arisannya.

Bohong jika Mami Dina juga tidak berpikiran seperti itu. Tapi dia melihat sendiri bahwa di antara menantu dan juga putranya sama-sama subur, tidak ada kendala apapun. Namun, Mami Dina percaya jika Allah memang belum memberikan mereka rezeki.

Jujur, sebenarnya Mama Dina juga sangat khawatir jika Darius mempunyai wanita idaman lain. Karena benar apa yang dikatakan Bu Lusi, pria menginginkan keturunan. Namun, Mama Dina percaya jika Darius tidak akan pernah melakukan itu.

"Iya, Ibu benar. Keturunan memang penting dalam rumah tangga. Karena tanpa seorang anak, rumah terasa sepi. Tanpa tangisan bayi, rasanya keluarga itu tidak lengkap. Namun, apa yang bisa kita lakukan? Kita hanya manusia biasa, berusaha dan berdoa itu sudah dilakukan menantu dan juga Putra saya, tapi pada akhirnya memang Allah belum memberikan mereka keturunan. Bukan karena Amanda mandul, karena dia subur, keduanya sama-sama subur. Namun memang belum saatnya saja," jawab Mama Dina yang masih tenang.

"Sudahlah Jeng Lusi. Jangan memanas-manasi keadaan! Lagian ibu Dina nya saja menerima keadaan menantunya dengan tangan terbuka. Kenapa Jeng Lusi yang rempong? Sudahlah, kita sambung lagi yuk acara arisannya yang tertunda!" ujar Bu Nia menengahi perdebatan tersebut.

.

.

Sementara itu Amanda baru saja selesai mandi, lalu dia menunaikan shalat dzuhur, setelahnya Amanda membaca Alquran beberapa lembar lalu menutupnya dengan kalimat shadaqallahul adzim.

Kedua tangannya terangkat ke atas, memohon kepada sang pencipta untuk semua kehidupan dan juga ujian yang dihadapi oleh Amanda saat ini.

"Ya Allah, sakit rasanya saat orang lain mengatakan jika diri ini mandul. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu kesuburan dalam diriku, dalam rahimku. Sesungguhnya Engkaulah yang memberikan rezeki, dan aku hanya meminta kepadaMu ya Allah, berikanlah rezeki itu kepadaku. Aku juga ingin terbangun di malam hari karena tangisan bayi, dan aku juga ingin merasakan bagaimana seorang anak kecil memanggilku dengan mama. Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah zat yang Maha Kuasa, yang menciptakan bumi dan langit serta isinya. Maka kabulkanlah doa-doa aku, agar aku bisa mengandung benih mas Darius, aamiin."

Amanda tidak menyadari jika di pintu kamaranya, ada seseorang yang mendengarkan doanya dan dia juga mengaminkan doa wanita tersebut.

BERSAMBUNG....

Sapu Tangan

Happy reading.....

Sore ini Amanda sedang membantu pelayan di rumah untuk memasak makan malam. Dia memang selalu melakukan tugasnya sebagai seorang istri, walaupun di sana banyak pelayan dengan tugasnya masing-masing.

Bagi Amanda, menyenangkan suami itu adalah hal yang utama, apalagi soal masakan. Dia ingin suaminya memakan masakan dari tangannya sendiri, kecuali saat Amanda memang tidak bisa memasak.

Ketika wanita itu sedang memotong wortel untuk dibuat sup ayam, tiba-tiba Fitri masuk ke dapur dan mengambil air minum di kulkas.

Namun seketika tatapan Amanda menyipit dengan heran, menatap ke arah Fitri dari atas rambut sampai ujung kaki.

"Kamu habis dari mana, Dek?" tanya Amanda.

"Habis shopping," jawab Fitri dengan cuek, kemudian dia melenggang keluar dari arah dapur.

'Kenapa bisa sama ya?' batin Amanda. 'Tidak. Tidak mungkin. Mungkin memang hanya sama saja, tidak mungkin jika Fitri itu ...' Amanda menggantungkan ucapannya di dalam hati.

Dia mencoba untuk berprasangka baik kepada adiknya, kemudian wanita itu pun melanjutkan masaknya kembali.

.

.

Tepat jam 07.00 malam, Darius pulang masuk ke dalam kamar dan langsung melepaskan dasinya. Amanda yang melihat itu pun berjalan ke arah sang suami, kemudian dia membuka kancing kemeja pria tampan tersebut.

Seketika penciuman wanita itu terganggu, karena dia mengendus sesuatu yang berbeda dari kemeja suami tersayangnya.

'Kenapa bau parfum perempuan ya?' batin Amanda, kemudian dia menatap ke arah Darius yang saat ini juga sedang menatap ke arahnya.

"Ada apa, sayang?" tanya Darius.

"Nggak papa, Mas. Cuma kemeja kamu, kok bau parfum perempuan ya?" Amanda menatap dengan menyipit ke arah Darius.

Mendengar ucapan Amanda, Darius sedikit gugup. "Ah, masa sih sayang? Hanya perasaan kamu aja kali. Lagian kan kamu juga tahu, aku ini bekerja sayang, sudah pasti kerumunannya sama wanita. Jadi mungkin parfum mereka nempel di baju aku. Jangan berpikiran yang tidak-tidak." Darius mengacak pucuk kepala Amanda, kemudian dia mengecup kening wanita itu.

"Udah ah, aku mau mandi. Kamu siapin baju salinnya ya!" Setelah itu Darius meninggalkan Amanda masuk ke dalam kamar mandi.

Wanita tersebut masih memegang kemeja milik suaminya, dia menatap ke arah punggung tegap Darius yang hilang di balik pintu.

"Mungkin Mas Darius benar, ini hanya perasaanku saja, aku terlalu bernegatif thinking. Sudahlah Amanda, jangan berpikir yang tidak-tidak, yang nantinya malah akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri. Mas Darius orang yang setia, tidak mungkin dia bermain belakang," gumam Amanda meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah menyiapkan baju ganti, dia pun turun ke lantai bawah untuk membuatkan kopi suaminya, dan di sana ternyata sudah ada Fitri dan juga Haris yang sudah duduk.

"Malam kakak ipar," sapa Haris.

"Malam," jawab Amanda sambil tersenyum.

Tak lama Darius, Om Samuel dan juga Tante Dina pun datang ke meja makan, lalu pelayan mulai menyiapkan makan malam untuk mereka. Sementara Amanda menyiapkan makanan untuk Darius begitu pula dengan Fitri.

"Oh iya Darius, Amanda, apa kalian tidak ingin honeymoon lagi?" tanya om Samuel kepada anak dan juga menantunya.

UHUUK! UHUUUK!

Mendengar ucapan sang Papa, Darius tersedak makanannya sendiri. Kemudian Amanda menyerahkan air putih dan langsung ditegak oleh pria itu.

"Kamu ini, baru Papa bertanya seperti itu aja sudah kesedak?" Om Samuel menggelengkan kepalanya.

"Ya, gimana aku nggak kaget. Papa nyuruh aku sama Amanda honeymoon? Lah, kita aja nikah udah 5 tahun Pah, bukan pengantin baru lagi." Darius kembali melanjutkan makannya kembali.

slSementara itu Amanda hanya diam saja, menyimak.

"Iya, Papa tahu. Tapi kan karena kalian lagi program hamil, jadi tidak ada salahnya kalian honeymoon untuk kedua kalinya kan? Lagi pula, kalian sudah lama juga tidak keluar negeri jalan-jalan dan juga liburan bersama. Jadi saran papa sih, kamu luangkan waktu untuk liburan bersama dengan Amanda. Rumah tangga itu bukan tentang harmonis saja, tapi keduanya harus meluangkan waktu satu sama lain. Apalagi kamu," jelas Om Samuel kepada putranya.

Darius hanya menganggukkan kepala, "Iya Pah, nanti Darius pikirkan ya. Lagi pula, jadwalnya sekarang juga lagi padat banget."

Bukannya dia tidak mau mengajak Amanda untuk liburan, hanya saja memang pekerjaan Darius akhir-akhir ini sangatlah padat dan tidak bisa ditinggalkan, itu kenapa dia tidak sempat untuk mengajak istrinya liburan bersama.

Sementara di sisi lain Amanda juga sangat mengerti tentang pekerjaan Darius. Dia tidak ingin mengekang pria itu, apalagi mengajaknya untuk liburan saat pekerjaan sedang menumpuk. Amanda tidak ingin dicap sebagai seorang istri yang terlalu menuntut.

"Apa yang dikatakan Mas Darius itu benar, Pah. Pekerjaannya saat ini sedang banyak sekali dan tidak bisa ditinggalkan. Tidak apa-apa kok, lagi pula tidak harus liburan juga, hanya dekat-dekat sini juga tidak masalah Pah. Tidak harus keluar negeri," jawab Amanda sambil tersenyum ke arah mertuanya.

"Iya Papa tahu, tapi ini kan demi kelanggengan rumah tangga kalian juga. Karena rumah tangga itu bukan hanya untuk dibina saja, tapi harus ada kesadaran dari setiap pasangan masing-masing untuk membahagiakan pasangannya, dan waktu itu adalah hal yang sangat berharga, yang tak bisa diulang kembali. Jadi jangan sampai jika nanti kalian menyesal, karena setelah kalian mempunyai anak, maka akan jarang sekali untuk bisa liburan bersama."

Pasangan suami istri itu pun menganggukkan kepalanya bersamaan.

Setelah makan malam selesai, Amanda dan juga Darius masuk ke dalam kamar. Namun setelah beberapa menit, Darius kembali ke luar sambil membawa laptopnya.

"Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Amanda.

"Aku mau ke ruang kerja dulu ya, masih ada kerjaan. Kamu kalau mau tidur, tidur aja duluan. Soalnya aku lembur kayaknya deh." Darius berjalan ke arah Amanda kemudian mengecup pipi wanita itu.

"Ya sudah, tapi jangan malam-malam ya Mas. Jangan terlalu diforsir."

"Iya sayang."

Amanda tersenyum sambil menatap tubuh Darius yang hilang di balik pintu, dia benar-benar bersyukur memiliki suami yang mengerti akan dirinya, bahkan selalu bersikap hangat dan romantis di saat cobaan tengah melanda rumah tangga mereka.

'Semoga saja kamu masih bisa bersikap romantis ini ya Mas, sama aku sampai kita tua dan sampai ajal menjemput.' batin Amanda penuh harap.

Dia melihat ke arah tas kerja milik Darius, kemudian wanita itu ingat jika pulpennya semalam dipinjam oleh suaminya. Akhirnya Amanda pun membuka tas tersebut untuk mengambilnya.

Dia memasukkan tangannya dan merogoh dan meraba. Namun, bukan pulpen yang ia dapatkan melainkan sebuah sapu tangan.

"Loh, ini sapu tangannya siapa?" gumam Amanda dengan bingung sambil mengangkat sapu tangan bercorak bunga berwarna pink.

Entah kenapa Amanda seperti tidak asing dengan sapu tangan itu, tapi dia lupa pernah melihatnya di mana dan siapa pemiliknya.

'Rasanya Mas Darius tidak punya sapu tangan ini deh? Dia juga jarang membawa sapu tangan, dan tidak mungkin warnanya pink seperti ini. Kenapa perasaanku jadi tidak enak ya?' batin Amanda sambil memegangi dadanya.

Dia akan keluar dari kamar untuk menuju ruang kerja, namun seketika terhenti. Amanda takut jika nanti pertanyaannya malah akan membuat Darius tidak nyaman dan malah jadi pertengkaran untuk mereka berdua.

Namun dia juga penasaran sapu tangan siapa itu, sehingga berada di tas suaminya.

"Tidak. Mas Darius tidak akan marah hanya karena pertanyaan ini. Aku harus bertanya baik-baik sama Mas Darius, sebenarnya punya siapa sapu tangan ini," gumam Amanda.

Kemudian dia melanjutkan jalannya kembali menuju ruang kerja milik suaminya, namun saat dia akan memegang knock pintu terdengar suara perempuan di dalam.

"Itu suara perempuan siapa yang sedang ngobrol bersama Mas Darius?" ucap lirih Amanda bertanya-tanya.

BERSAMBUNG .....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!