NovelToon NovelToon

Sebening Dukamu

Bab 1. Rencana Buruk

"Assalamu'alaikum, Ra malam ini temani aku ke Cafe xx, yuk! Ada undangan pesta ulang tahun sahabat ku. Kamu jadi partner ku, ya?" pinta Viola setengah memelas pada Tiara Chandani Putri melalui sambungan telfon.

"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi ... Insya Allah, Vi. Aku sekarang sedang mengurusi Toko Chandani Herbal yang baru aku rintis tiga bulan terakhir ini. Alhamdulillah ... sudah terlihat ramai dan berkembang pesat," ucap Tiara dengan penuh sukacita, sehingga membuat Viola merasa risih dan tidak senang mendengar keberhasilan Tiara.

"Awas saja, kau Tiara Chandani! Aku pastikan kebahagiaan dan kesuksesanmu tidak akan bertahan lama," bathin Viola Arzeta dengan seringai jahatnya.

"Kenapa, diam Vi? insya Allah aku akan datang memenuhi permintaan mu, nanti malam kamu jemput aku kemari, ya?" ucap Tiara berusaha menyenangkan Viola. Sesibuk apapun dirinya, ia tidak ingin mengecewakan sahabat karibnya.

"Oke Ra, pukul 19.00 wib aku jemput kamu! acaranya sekitar jam setengah delapan malam ba'da Isya," ucap Viola antusias. Ia sudah tidak sabaran ingin melancarkan aksinya untuk menjatuhkan reputasi Tiara yang selama ini terkenal baik nan sholiha.

"Baiklah, Vi. Tunggu sebentar, ya! toko sedang ramai." Tiara nampak gesit melayani para customer Chandani Herbal miliknya.

Tiara sengaja tidak mematikan telfonnya, sebab ia tidak ingin mengecewakan Viola sahabatnya. Viola pun berusaha sabar menunggu Tiara yang sedang fokus melayani customernya. Sampai akhirnya Tiara pun selesai melayani semua customer yang membelikan berbagai macam obat-obat herbal di tokonya. Ia pun berniat mengambil ponselnya yang ia letakkan diatas meja kasirnya, ia ingin segera bercengkrama dengan Viola sahabatnya.

Di sana, dikediamannya Viola nampak santai ngemil rujak buah sambil menjulurkan kakinya di atas meja, ia pun nampak fokus menonton tayangan televisi favoritnya.

"Lama betul si Tiara, emang ia Ratu yang harus ku tunggu-tunggu!" umpat Viola dengan terus memasukkan aneka macam rujak buah ke mulutnya.

Viola meloudspeker ponselnya, agar sewaktu-waktu Tiara bicara ia bisa mendengarkan suaranya.

"Hallo, Vi. Maaf, tadi toko benar-benar sedang ramai. Aku janji malam ini akan menemani mu!" ucap Tiara dengan mode serius.

"Baiklah, kau tunggu saja! aku pasti menjemputmu!" sarkas Viola dengan seringai liciknya.

Di tengah perbincangan kedua sahabat itu, hadirlah seorang pemuda yang hendak menuju ke toko Chandani Herbal milik Tiara Chandani Putri.

"Assalamu'alaikum, calon bidadariku!" ucap pemuda tampan nan mempesona itu sembari mengucapkan kata-kata manis pada Tiara sang belahan jiwanya.

"Wa'alaikumsalam, Mas Bram." Tiara nampak kaget dengan kehadiran calon imamnya, Brama Adyaksa Kyswara.

"Tumben datang kemari tidak memberi kabar, Mas!" ucap Tiara dengan senyuman khasnya.

"Kejutan untuk calon istri," ucap Brama Adyaksa Kyswara. Membuat Viola yang masih berada di seberang telfon merasa kepanasan mendengar percakapan Brama dan Tiara.

"Dasar wanita murahan, sok kecantikan!" bathin Viola geram. Ia merasa iri dengki dengan kebahagiaan dan kesuksesan Tiara yang bisa menggaet hati seorang Dokter tampan dan sekeren Brama Adyaksa Kyswara.

Viola pun mematikan ponselnya secara sepihak, ia terus menggerutu dan mengumpat Tiara.

"Hallo ... hallo, ya dimatikan!" ucap Tiara sembari mengelus dadanya.

"Kenapa, Ra? lagi telfonan dengan siapa?" tanya Brama sambil mengerutkan keningnya.

"Sama Viola sahabat ku, Mas. Nanti malam, ia mengajak ku menghadiri acara ulang tahun temannya." Tiara memberikan penjelasan yang akurat pada Brama calon suaminya.

"Oh iya, hati-hati! setelah acara jangan lupa kabari Mas. Mas nanti malam ada jadwal operasi pasien, jadi tidak bisa menemani mu."

"Tidak apa-apa, Mas. Insya Allah aku aman bersama Viola, Mas." Tiara Chandani Putri tampak meyakinkan calon suaminya Brama Adyaksa Kyswara akan keamanan dirinya. Brama pun tidak keberatan dengan itu semua, meskipun sebenarnya dirinya tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan party apalagi harus kumpul di klub malam atau cafe.

Akan tetapi, Brama tidak ingin terlalu mengekang calon istrinya. Ia sengaja memberikan kebebasan pada Tiara dengan syarat bisa menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik, pergaulan bebas dan yang semisalnya.

"Baiklah, Mas percaya pada mu Tiara. Mas yakin dirimu bisa menjaga diri," ucap Brama penuh keyakinan.

"Insya Allah Mas, Tiara yakin Allah maha menjaga." Tiara tersenyum dengan penuh keyakinan diri bahwa ia akan baik-baik saja.

Brama pun ikut menerbitkan senyuman termanisnya, entah kenapa hatinya begitu teduh jika terus berada di dekat calon istrinya.

"Oh ya, Mas sendiri kenapa pagi-pagi sudah berkunjung kemari? Tiara khawatir nanti bisa menimbulkan fitnah di antara kita. Pernikahan kita kan tinggal dua bulan lagi," pungkas Tiara dengan mencatat semua produk herbal yang terjual pagi ini.

"Aku mau pesan madu pahitnya satu botol, Dek!" ucap Brama dengan memperhatikan wajah calon istrinya yang baru satu bulan ini dikenalnya.

Kedua orang tua mereka telah menjodohkan mereka untuk menjadi sepasang suami istri. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Tiara pun menerima lamaran Brama Adyaksa Kyswara untuk menjadi calon imamnya. Begitu pula sebaliknya Brama pun tertarik dengan pesona dan kecantikan Tiara Chandani Putri yang sangat luar biasa. Membuatnya ingin cepat-cepat menikah dengan Tiara agar tidak di ambil orang lain.

"Lho, kok Mas Brama pesan obat herbal juga? Bukankah biasanya seorang dokter sangat bertentangan dengan obat-obat herbal, mereka lebih fokus dengan obat-obat kimia Farma, dibandingkan dengan obat-obatan herbal." Tiara melakukan aksi protes pada calon suaminya tersebut.

"Meskipun Mas seorang dokter, Mas sudah mempelajari jika obat-obat herbal itu sangat baik untuk kesehatan tubuh, Dek. Digunakan secara terus menerus pun boleh untuk menjaga imunitas tubuh kita, lain halnya dengan obat dokter, tidak boleh digunakan secara terus-menerus kecuali pada saat sakit saja. Jika digunakan terus-menerus dapat memicu kerusakan fungsi hati dan ginjal!" ucap dokter Brama Adyaksa Kyswara dengan menatap lekat wajah calon istrinya yang sangat dirindukan olehnya.

Walaupun perkenalan mereka berdua hanya lewat prosesi ta'aruf melalui kedua orang tua mereka, hal itu sudah cukup membuat dokter Brama tertarik pada sosok Tiara Chandani Putri. Rencana pernikahan mereka yang masih tinggal dua bulan lagi sudah di aturkan oleh Brama dan keluarga dengan sesempurna mungkin melalui Wedding Organizer ternama. Jadi, Tiara cukup duduk manis, menantikan hari bahagia mereka.

Tiara nampak kagum pada sosok Brama Adyaksa Kyswara, dirinya merasa beruntung di persunting oleh dokter muda yang baru berusia 27 tahun tersebut, selain tampan dokter Brama pun adalah sosok pemuda yang Sholih yang sangat digandrungi oleh para kaum hawa. Tiara menjadi salah satu wanita yang istimewa di hati Brama, sebab keanggunan dan kesholihan Tiara mampu menyentuh hati seorang dokter Brama yang terkenal dengan kesantunan dan kesholihannya.

"Mas, Tiara kagum dengan Mas Bram. Jujur Tiara tidak pernah menyangka bisa mengenal Mas Bram. Mas Bram sangat menguasai segala bidang, keren lho Mas seorang dokter bisa menguasai ilmu pengobatan herbal At Thibbun Nabawi juga!" terang Tiara dengan di penuhi rasa kagum pada calon suaminya.

"Alhamdulillah, atas izin Allah Mas bisa mempelajari hal tersebut secara perlahan, Dek! insya Allah, nantinya kita akan saling melengkapi satu sama lain. Mas mempelajari praktek ilmu kedokteran. Tiara menguasai pengobatan ilmu herbal. Jika ada pasien kita yang sedang operasi nanti Mas perkenalkan tentang resep herbal juga!" ucap Brama sambil melirik sekilas wajah calon istrinya yang sangat didambakan olehnya.

"Maa syaa Allah!" ungkapan rasa kagum pun tersemat di hati Tiara terhadap calon suaminya.

"Mas berangkat kerja dulu, ya? sebentar lagi jadwal operasinya di mulai." Brama melirik jam tangannya. Ia pun menyerahkan dua lembar uang kertas merah untuk Tiara calon istrinya.

"Ini kelebihan, Mas! madu pahitnya hanya sembilan puluh ribu rupiah saja, ini lebih seratus sepuluh ribu, Mas!" ucap Tiara hendak menyerahkan kembali uang senilai seratus sepuluh ribu yang ada di tangannya.

"Kembaliannya untuk mu saja, Dek! anggap saja itu tips dari calon suami, jangan lupa belikan makan siang untuk mu agar tetap semangat beraktivitas, tetap jaga kesehatan agar terus bugar sepanjang hari!"

Brama Adiyaksa Kyswara menampakkan senyuman termanisnya yang menghiasi wajah tampannya. Brama pun mengucapkan salam penuh keberkahan, sebelum dirinya berangkat ke RSUD xx. Setidaknya, ia mempunyai semangat untuk menjalani aktifitas kerjanya hari ini setelah menatap wajah calon istrinya yang begitu sangat dikaguminya.

"Maa syaa Allah, Mas Bram. Ia sangat luar biasa!" batin Tiara dengan tersenyum bahagia, dirinya merasa sangat beruntung bisa memiliki calon suami seperti Brama Adyaksa Kyswara.

Tiara tidak menyadari jika sahabatnya Viola Arzeta melihat interaksi antara dirinya dan Brama di balik kaca mobil dengan menatap sinis ke arahnya.

Viola yang semula masih berada di dalam rumahnya, setelah mematikan sambungan telfonnya dengan Tiara pun segera menyambar kunci mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, hanya dalam waktu 5 menit saja ia pun sampai di Toko Chandani Herbal yang tak jauh dari kediaman rumahnya.

"Awas saja kau Tiara, hari ini adalah hari terakhir kebahagiaan mu! malam nanti ku pastikan dunia mu akan runtuh. Aku akan merebut Mas Bram dari tangan mu, setelah aku dapat menghancurkan masa depan mu malam ini!" batin Viola dengan rencana buruknya yang kini bermain-main di akal bulusnya. Ia pun mengenakan kacamata hitamnya dan segera meninggalkan Toko Chandani Herbal dengan seringai jahatnya.

Bab 2. Akibat Mati Lampu

Waktu pun sudah menunjukkan pukul 18.50 Wib. Tiara pun menutup toko herbal miliknya. Ia telah bersiap-siap untuk menyambut kedatangan sahabatnya Viola Arzeta yang hendak menjemputnya untuk menghadiri acara pesta ulang tahun teman Viola di Cafe xx.

Tiara duduk di teras tokonya sembari mengelus benda pipihnya, ia pun mengangkat deringan ponselnya.

"Assalamu'alaikum, Mas Bram!" sapa Tiara dari seberang telfonnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi, kamu dimana Dek? apakah sudah berangkat bersama Viola?" suara lembut dan penuh perhatian terdengar merdu dari sosok Brama Adyaksa Kyswara terhadap calon istrinya Tiara Chandani Putri.

"Belum, Mas. Tiara masih menunggu Viola, insyaAllah 10 menit lagi mungkin ia kemari." Tiara nampak terpukau atas perhatian khusus yang diberikan oleh Brama padanya.

"Ya sudah, Mas tunggu sampai Viola datang menjemput mu. Kebetulan jadwal operasi Mas akan di mulai ba'da Isya." Brama pun masih terus setia menemani Tiara dari seberang telfon.

"Maa syaa Allah, terimakasih atas semua perhatian Mas Bram! Tiara benar-benar bersyukur memiliki Mas. Tiara harap agar Allah mudahkan urusan kita sampai hari H nantinya. Sungguh, diriku benar-benar merasa menjadi wanita yang paling bahagia jika bisa bersanding dengan Mas!" ucap Tiara penuh harap.

"Aamiin ... aamiin ya rabbal'alaamiin, begitu juga yang Mas harapkan!" ucap dokter Brama Adyaksa penuh ketulusan.

Percakapan kedua anak manusia yang hendak merajut janji suci itu pun terhenti ketika Viola Arzeta datang menjemput Tiara untuk menghadiri acara ulang tahun temannya yang telah mereka sepakati sebelumnya.

"Mas Brama, aku berangkat dulu ya? Viola sudah datang, semoga operasi Mas malam ini berjalan lancar!" do'a yang disematkan oleh Tiara special untuk Brama calon suaminya sebelum dirinya mengakhiri percakapan mereka.

"Baiklah, kalian hati-hati di jalan! jika ada apa-apa kabari Mas, terima kasih atas do'anya!" ucap Brama tersenyum bahagia ketika mendapat support dan do'a dari calon istrinya Tiara Chandani Putri.

Tiara pun mematikan ponselnya, setelah berpamitan dengan Brama calon suaminya. Ia pun segera menghampiri Viola sahabatnya yang telah menunggunya di dalam mobil.

"Kita go cafe xx!" ucap viola terdengar renyah.

Viola semakin tidak sabaran ingin melancarkan aksinya, sedangkan Tiara yang tidak mengetahui niat jahat sahabatnya pun terlihat santai dan tenang tanpa berpikiran buruk sedikitpun terhadap sahabat karibnya.

"Siapppp, Vi!" ucap Tiara sambil mengenakan sabuk pengamannya.

Viola mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Mereka pun asyik bercengkrama satu sama lain, sebelum sampai di cafe xx.

Hanya dalam waktu 15 menit, mereka pun sampai di cafe xx. Tiara yang notabenenya tidak pernah menghadiri party di malam hari, iapun dibuat takjub dengan keadaan suasana di malam hari yang ada di cafe xx tersebut.

"Maa syaa Allah, nuansanya sangat indah dan keren sekali Vi?" pekik Tiara dipenuhi rasa kagum ketika melihat dekorasi yang terlihat mewah di cafe xx milik teman Viola yang akan merayakan party malam ini.

Tiara baru pertama kalinya melihat keindahan di malam hari, dengan lampu berkelap-kelip menghiasi cafe xx tempat di mana acara pesta ulang tahun tersebut akan dilaksanakan.

Viola, hanya tersenyum sinis. Dalam hatinya seolah-olah mengumpat habis Tiara, "Dasar gadis bodoh! lihatlah apa yang akan aku lakukan pada mu nanti," batin viola menyeringai licik. Ia pun mengajak Tiara masuk ke dalam cafe xx yang telah disulap menjadi sedemikian rupa, indah dan menakjubkan di pandang mata.

Benar saja, semua orang nampak terpesona dengan kehadiran Tiara yang sedang berjalan beriringan dengan Viola Arzeta yang baru saja masuk ke dalam cafe xx. Semua orang nampak terpukau dengan kecantikan dan keanggunan Tiara berbalut hijab syar'i ala artis Inara Rusli istri vokalis band the Virgoun. Tiara nampak berbeda dari tamu undangan lainnya, ia begitu terlihat sempurna bak bidadari yang turun dari atas kahyangan.😍😍

Viola dan Tiara pun di sambut baik oleh teman-teman Viola lainnya. Namun, ada beberapa teman Viola yang ikut menatap sinis pada Tiara. Mereka saling mengedipkan mata, seolah-olah sedang merencanakan hal yang buruk untuk Tiara.

"Oh ya Tiara, ini acara pesta ulang tahun kakak kelas kita sewaktu SMA dulu. Aku yakin kamu sangat mengenal Gala Abiseka Gyantara, kakak tingkat yang sangat dikagumi oleh remaja putri kala itu!" terang Viola, dengan mengingatkan kembali memori mereka pada masa putih abu-abu dahulu.

"Gala Abiseka Giyantara?" Tiara mencoba meningat kembali kakak kelas tingkat tiga mereka sewaktu dirinya baru mengikuti MOS yakni Masa Orientasi Siswa, ketika dirinya pertama kali menginjakkan kakinya di SMA xx, sekolah favoritnya 8 tahun yang telah lalu.

"Oh, jadi yang berulang tahun itu kak Abi yang sangat digandrungi para siswi kala itu?" tanya Tiara dengan nada santai dan tenang.

"Benar sekali, sekarang ia menjadi vokalis band Gyantara grup. Aku yakin kau pun akan tertarik dengannya ketika melihat ketampanan dan pesonanya." Viola nampak mempengaruhi pikiran Tiara.

Namun, Tiara sama sekali tidak tertarik untuk membahas tentang Gala Abiseka Gyantara, sebab di dalam hati dan pikirannya hanya ada Brama Adyaksa Kyswara calon suaminya yang telah membuatnya jatuh hati tanpa bisa untuk berpaling lagi pada pria manapun. Brama menjadi satu-satunya lelaki, yang kini bersemayam di hati Tiara.

Acara pesta ulang tahun pun di mulai, pencahayaan lampu pun sengaja dimatikan oleh teman-teman Gala Abiseka untuk sesaat sehingga cafe xx terlihat gelap. Tiara sangat ketakutan sebab ia memang takut dalam kegelapan, ia pun berteriak histeris.

"Viola Arzeta, kau dimana?" pekik Tiara sambil bangkit dari duduknya dan mencari keberadaan sahabatnya.

Tiara pun meraba-raba didalam kegelapan, ia mencari keberadaan Viola dan memeluk erat tubuh seseorang yang ia yakini sebagai sahabatnya itu. Tiara membenamkan wajahnya dalam pelukan hangat tersebut, ia sama sekali tidak menyadari jika pencahayaan lampu telah kembali menyala dan berkelap-kelip di cafe xx tempat di mana kini dirinya berpijak. Tiara juga tidak menyadari jika dirinya kini begitu erat berada di dalam dekapan dada bidang seorang pemuda yang sama sekali belum dikenalnya yang ia kira itu adalah Viola Arzeta sahabatnya.

Semua orang pun, tampak mengabdikan momen berharga itu di dalam ponsel masing-masing ketika melihat kemesraan yang tak disengaja antara Gala Abiseka Giyantara dan Tiara Chandani Putri yang kini terpampang nyata di hadapan mereka.

"Gala Abiseka Gyantara, Gala ... Gala ... Gala!" pekik para tamu undangan yang hadir ketika melihat Gala mendekap mesra tubuh Tiara dan tanpa sengaja mengusap lembut pucuk kepala Tiara yang masih tertutup hijab, guna memenangkan Tiara yang terlihat ketakutan akan kegelapan.

Tiara mengerjapkan netranya ketika mendengar pekikan yang menggema di sekelilingnya.

"Astaghfirullah! maaf," ucap Tiara dengan mendorong pelan tubuh Gala Abiseka yang begitu erat mendekapnya seperti seorang kekasih.

Wajah Tiara nampak bersemu merah menahan malu, akibat mati lampu ia harus mengalami kejadian yang sangat memalukan dalam pandangan hidupnya lantaran sepanjang umur hidupnya baru sekali ini dirinya bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Tiara melihat sekelilingnya, ia mencari keberadaan sahabatnya Viola Arzeta yang kini menghilang dari pandangannya diantara ratusan pengunjung cafe xx yang menghadiri acara ultah Gala Abiseka yang ke-25 tahun tersebut.

"Viola mana?" bathin Tiara dengan menekan rasa malunya. Ia sama sekali tidak ingin melihat ke arah Gala Abiseka Giyantara yang menatapnya dengan sejuta pesona. Tatapan yang tak biasa terhadap seorang wanita yang sangat dikagumi olehnya.

Gala Abiseka memiliki rasa kagum terhadap sosok Tiara Chandani Putri dengan keanggunan hijab yang menghiasi dirinya.

"Gala Abiseka Gyantara!" ucap Gala dengan menjulurkan tangannya hendak memperkenalkan dirinya pada Tiara.

"Tiara Chandani Putri!" ucap Tiara dengan menelungkupkan tangan di dadanya. Meskipun sebelumnya, dirinya tanpa sengaja mendekap erat dada bidang pemuda yang kini telah berdiri tegak di hadapannya dengan kegagahan dan ketampanannya yang sangat luar biasa. Boleh dibilang sebelas dua belas dengan calon suaminya Brama Adyaksa Kyswara.

Ketegangan di antara Gala Abiseka dan Tiara pun ternetralkan ketika mendengar nyanyian ulang tahun dari teman-teman yang di tujukan untuk Gala Abiseka.

"Happy birthday to you ... happy birthday Gala ... happy birthday ... happy birthday ... happy birthday Gala!" ucap semua teman-temannya yang datang menghadiri acara ulang tahunnya.

"Tiup lilinnya! tiup lilinnya ... sekarang juga! sekarang juga!" ucap Viola Arzeta yang baru keluar dari persembunyiannya bersama teman-temannya dengan membawa cake ultah dengan hiasan gitar cokelat di atasnya, sebagaimana dunia musik yang sangat dicintai oleh Gala Abiseka dari sejak zaman putih-biru dan putih abu-abunya dahulu, hingga detik ini dunia musik menjadi hiburan yang sangat bermakna dalam hidupnya.

Gala Abiseka pun meniup lilin tersebut, sambil menyematkan do'a di dalam hatinya yang entah kenapa pertemuan tak terduga dengan Tiara Chandani Putri malam ini menjadi sesuatu yang paling indah dan sangat bermakna dalam hidupnya, itu lah yang dirasakan oleh Gala saat ini.

Berbeda dengan Tiara, ia tiba-tiba merasa risih berada di tempat tersebut setelah kejadian yang tidak menyenangkan menimpa dirinya dan Gala Abiseka, pemuda yang telah menggelar acara pesta ulang tahun tersebut.

"Viola Arzeta!" pekik Tiara ketika melihat kehadiran Viola bersama teman-teman lainnya datang memberikan ucapan selamat pada Gala Abiseka. Tiara merasa tidak terima ditinggalkan begitu saja oleh sahabatnya bersama seorang pemuda yang masih terasa asing baginya.

"Iya, aku disini. Maaf aku meninggalkan mu sebentar, kemarilah!" Viola menarik lengan Tiara untuk ikut bergabung dengannya dan teman-teman lainnya guna ikut memberikan do'a dan ucapan selamat pada Gala Abiseka Gyantara.

Bab 3. Di Jebak

Bagai kerbau dicucuk hidung Tiara terpaksa mengikuti ke mana arah langkah sahabatnya viola membawanya untuk ikut memberikan ucapan selamat pada Gala Abiseka.

"Jangan cemberut, aku kan sudah minta maaf! Gala adalah pemuda yang baik. Kau tenang saja, ia tidak mungkin macam-macam padamu. Semua yang terjadi antara kalian barusan semua itu tanpa sengaja, jangan terlalu dipikirkan." Viola terlihat santai tanpa beban, setidaknya ia merasa sedikit senang sebab telah berhasil merekam video mesra antara Tiara dan Abiseka barusan.

"Mampus kau, Ra! kartu mu sudah ada dalam genggaman ku, aku yakin Mas Brama Adyaksa Kyswara akan segera membatalkan pernikahan dengan mu setelah kejadian ini. Lihatlah setelah ini, kau akan mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa lebih dari ini!" batin Viola dengan seringai liciknya.

"Jadi, dia sahabat mu?" tanya Gala Abiseka, ketika melihat Viola nampak terlihat akrab dan bersebelahan dengan Tiara.

"Iya, Kak. Cantik bukan? Tiara ini adik kelas kakak juga, ingat nggak dengan gadis lugu nan polos yang selalu aktif di perpustakaan sekolah dahulu yang sering kakak tanyakan tentang kepribadiannya padaku? namun, sayangnya ia selalu fokus dengan belajar dan tidak sedikitpun niat ingin pedekate dengan laki-laki manapun. Sekarang Tiara sudah menjelma menjadi gadis cantik jelita dan penuh dengan keanggunan!" tutur Viola dengan mengedipkan matanya.

"Oh, ya. Jadi, dia gadis lugu itu! ku kira cupu ternyata suhu!" ucap Gala Abiseka terdengar penuh canda, namun dihatinya tiba-tiba dipenuhi rasa ketertarikan pada Tiara Chandani Putri.

"Vi, kita pulang saja! aku sudah tidak betah di sini, aku merasa risih dengan keramaian. Kau lihat semua orang penampilannya tampak modis sekali." Tiara merasa gerah berada di dalam ruangan tersebut. Sebab, itu bukan dunianya. Ia lebih menyukai suasana yang dipenuhi dengan nuansa religi. Ia tidak suka berhura-hura seperti ini.

"Pulangnya nanti saja, acaranya kan baru saja dimulai. Ini potongan kue pertama untuk mu!" ucap Gala Abiseka dengan menyodorkan piring berisi potongan kue ulang tahun pada Tiara Chandani Putri.

"OMG, so sweet! Terima ... terima ... terima!" pekik para tamu undangan dengan memberikan dukungan untuk Gala dan Tiara.

"Ayo terima, Ra! anggap saja ini tanda persahabatan." Viola menyenggol lengan Tiara agar menerima potongan kue ulang tahun dari Gala Abiseka.

"Ta-tapi, Vi. Ini terlalu berlebihan, kenapa harus aku?" timpal Tiara yang merasa berdosa sebab dirinya bersama laki-laki lain sedangkan dirinya sudah memiliki calon suami.

"Sudah, terima saja! kau beruntung mendapatkan keistimewaan dari kak Gala, banyak yang ingin berada di posisi mu." Viola terus meracuni pikiran Tiara. Ia berusaha untuk menjebak Tiara agar masuk didalam perangkapnya.

"Maaf, aku tidak bisa!" ucap Tiara dengan setengah berlari, namun pergelangan tangannya langsung di tarik oleh Gala Abiseka yang merasa tertantang dengan penolakan Tiara terhadapnya.

"Gyantara Music!" ucap Gala Abiseka dengan menjentikkan jarinya pada Gyantara Music Group miliknya.

Teman-teman Gala pun segera memainkan alat musiknya, sedangkan Gala Abiseka langsung berlutut dengan posisi masih memegang jemari tangan Tiara dan melantunkan syai'r terindah untuk gadis pujaan hatinya yang baru pertama kali melihatnya mampu mengaduk-aduk rasa di kedalaman hatinya.

Tiara hendak menghindari, namun Gala Abiseka begitu erat menggenggam jemarinya. Semua pandangan tertuju kepada mereka, langkah kaki Tiara seakan mati rasa ketika dengan kharisma dan pesonanya Gala Abiseka yang tampak begitu menjiwai melantunkan sya'ir lagunya yang ditujukan atas namanya.

Tiara ... menggamit kenangan zaman persekolahan

Tiara ... ku mimpi kita bersanding atas kayangan

Seakan bisa kusentuh peristiwa semalam

Di malam pesta engkau bisikkan kata azimat di telinga

Kita terpaksa berpisah untuk mencari arah

Kita dipukul ombak hidup alam yang nyata

Engkau jauh meniti puncak menara gading

Yang menjanjikan hidup sempurna

Tapi aku hanya tunduk ke bumi hidup tertekan

Semua yang hadir di acara pesta ulang tahun Gala, nampak terhipnotis dan terpukau oleh penampilan dan alunan suara yang merdu dari sosok vokalis band gyantara group yang dibawakan oleh Gala Abiseka Gyantara. Tak terkecuali Tiara, ia tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini dari seorang Gala Abiseka di acara ulang tahun yang ia sendiri tidak mengetahui jika Gala dengan begitu mudahnya sok kenal, sok dekat, sok akrab dengannya. Yang Tiara ketahui Gala Abiseka hanyalah sebatas kakak kelasnya pada zaman putih abu-abu dahulu, tanpa ada sedikitpun hubungan istimewa diantara keduanya hingga detik ini.

Namun, entah kenapa malam ini pemuda tersebut berani-beraninya menyentuh dirinya seolah-olah Tiara adalah miliknya. Padahal sebenarnya, Tiara sama sekali tidak pernah berhubungan dengan Gala Abiseka. Tiara masih mematung di tempatnya, ketika Gala terus melantunkan sya'irnya.

Jika kau bertemu aku begini

Berlumpur tubuh dan keringat membasah bumi

Di penjara terkurung terhukum

Hanya bertemankan sepi

Bisakah kau menghargai

Cintaku yang suci ini

Oh Tiara pedihnya

Dapatkah kau merasakan

Oh Tiara pedihnya dapatkah kau merasakannya ...

Gala Abiseka pun terus mengulang-ulang untaian nada cintanya sampai di akhir syai'rnya Gala pun melepaskan genggaman tangannya. Semua penonton pun bersorak ria menyaksikan adegan romantis tersebut.

"Gala ... Gala ... Gala ... Tiara ... Tiara ... Tiara!" mereka pun menaburkan manik-manik yang penuh dengan warna-warni yang ditujukan pada Gala dan Tiara.

"Ini terlalu berlebihan!" ucap Tiara dengan menelungkupkan wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Mas Brammm! Aku harus segera pulang!" batin Tiara dengan mengingat senyuman dan wajah calon suaminya Brama Adyaksa Kyswara. Tiara merasa sangat menyesal dan berdosa sebab tidak bisa menjaga marwahnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari seorang Gala Abiseka setelah bertemu kembali semenjak 8 tahun yang silam.

Namun, lagi-lagi pergerakan Tiara ditahan oleh Viola sahabatnya. "Minum air ini dulu, Ra! kau sepertinya haus dan butuh ketenangan untuk melepaskan dahaga mu!" ucap Viola dengan seringai jahatnya.

Tiara pun segera mendudukkan bokongnya pada kursi cafe yang berada di dekatnya. Ia pun meneguk minuman pemberian sahabatnya sampai tandas, untuk menetralkan denyut nadinya yang masih spot oleh kejutan yang diberikan Gala Abiseka padanya.

"Aku minta maaf pada mu, aku terbawa suasana!" terang Gala Abiseka dengan permohonan maafnya pada Tiara Chandani Putri. Gala pun ikut menyeruput minuman yang telah terhidangkan di atas meja.

"Iya!" ucap Tiara ketus tanpa melihat ke arah Gala, sebab yang ada dalam pikirannya adalah Brama Adyaksa Kyswara calon suaminya.

Gala dan Tiara tidak menyadari jika mereka berdua telah dijebak oleh Viola dan berapa orang teman-temannya dengan memasukkan obat perangsang pada minuman yang telah diteguk oleh kedua anak muda tersebut.

Viola dan teman-temannya saling lirik pandang, mereka tersenyum syetan di saat menyaksikan minuman yang telah dibubuhi obat perangsang tersebut tandas diseruput oleh Gala dan Tiara.

"Yesss, kita berhasil menjebak Tiara dan kak Gala!" bisik Viola Arzeta pada teman-temannya. Mereka pun saling mengedipkan matanya mengisyaratkan senyum kemenangan atas berhasilnya rencana mereka.

"Vio, aku ke toilet dulu!" ucap Tiara yang mulai merasakan hawa panas di tubuhnya. Ia merasakan keanehan diarea privasinya.

"Iya, Ra. Jangan lama-lama! sebentar lagi kita akan pulang!" timpal Viola dengan sok bijaknya.

Begitu pun dengan Gala Abiseka, di tengah kerumunan dan keramaian para pengunjung cafe xx, ia pun menjauh dari keramaian ketika merasakan kelenjar aneh yang menyengat di seluruh tubuhnya.

"Kau lihat kak Gala sepertinya ikut kepanasan, obat tersebut benar-benar ampuh dan meresap dengan cepat!" bisik Viola pada teman-temannya ketika Tiara dan Gala telah hilang dari pandangan mereka.

"Oh shittt! apa yang terjadi pada ku?" Gala pun setengah berlari hendak menuju toilet pria. Namun, ia pun tidak sengaja melihat Tiara yang keluar dari dalam toilet wanita.

"Tiara, kauuu!" ucap Gala yang kini terselimuti kabut hawa nafsu ketika melihat tubuh Tiara seperti nampak menggoda dalam pandangannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!