Air mata wanita yang memiliki nama lengkap Lisa Ayunda Wijaya itu mengalir deras saat mengetahui suaminya menikah lagi tanpa sepengetahuannya.
Wanita yang selalu di panggil Lisa itu tidak menyangka kalau suaminya akan mengkhianati pernikahannya, terlebih hari ini adalah hari pernikahannya yang ke 2 tahun, tapi ia di berikan kejutan yang sangat tidak terduga, ia tidak menyangka suami dan sahabatnya berkhianat.
Lisa pikir hari ini akan di berikan kejutan yang paling manis seperti hari pernikahan yang ke 1 tahun, apa lagi suaminya baru saja sembuh dari lumpuhnya selama 3 bulan.
Lisa pikir suaminya akan merayakan hari pernikahannya lebih sepesial, tapi ternyata suaminya mengungkapkan penghianatan yang selama ini di tutupi darinya.
"Suka tidak suka Luna akan tetap tinggal di sini, karena Luna bukan hanya istriku, tapi Luna juga sedang mengandung benihku!!"
Lelaki yang berbicara itu adalah Rafa Anderson, suami dari Lisa dan putra tiri dari Bagas Samudra Anderson.
Lisa tadi merasakan seperti tertusuk oleh ribuan pisau saat tau kalau suaminya menikah lagi, dan sekarang ia merasa telah di buang ke dalam dasaran jurang saat tau Luna sahabat sekaligus istri siri suaminya itu sedang mengandung benih dari suaminya.
"Iya kamu benar Rafa, kamu tidak perlu meminta ijin padaku untuk membawa wanita murahanmu ini ke rumah ini, karena ini bukan rumahku!!"
Plak!!!
Satu tamparan keras itu langsung mengenai pipi kanan Lisa. Bahkan bukan hanya itu Lusi juga menarik kerah baju menantunya dan mendorongnya hingga terjatuh ke lantai dan hingga kalung yang di pakai Lisa putus karena jatuh ke lantai.
"Mama!!!"
Rafa berteriak marah saat melihat istrinya masih di perlakukan buruk oleh Mamanya.
"Apa Rafa?! Kamu mau membela istri mandul dan tidak berguna ini?! Kamu harus ingat kalau kamu sekarang akan memiliki anak dari Luna!"
Rafa hanya diam, ia langsung berjongkok di depan istrinya yang sedang memungut kalung dan bandulnya di lantai dengan air mata semakin mengalir deras dan sudut bibir istrinya mengeluarkan darah.
Rafa baru saja akan menarik istrinya dalam pelukannya, tapi istrinya sudah menepis ke dua tangannya dengan kasar.
"Jangan menyentuhku! Aku tidak sudi di sentuh dengan lelaki penghianat sepertimu!!"
Nafas Lisa memburu naik turun, terlebih kalungnya terputus, bahkan ia belum tau siapa pemilik kalung yang memiliki bandul love itu, karena selama ini mimpinya masih saja belum terlihat jelas, yang ia tau dalam mimpi itu sosok lelaki yang memberikan dua kalung berbentuk love yang ia yakini kalau bandul love itu isinya adalah sebuah foto, dan satu lagi kalung yang memiliki bandul kalung batu permata merah.
"Dasar wanita mandul tidak tau diri! Kamu masih bersyukur tidak di ceraikan oleh Rafa! Lagi pula kamu itu sudah tidak berguna, kamu tidak bisa memberikan keturunan selain hanya bisa mengangkang di atas ranjang saja!!"
Saat Lisa mendengar ucapan dari Mama mertuanya ia langsung berdiri sambil mengepalkan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggenggam kalungnya.
"Kalau berpisah adalah jalan terbaik, Lisa lebih memilih untuk berpisah Ma, karena Lisa tidak pernah mau untuk di madu!"
Setelah mengatakan itu kini Lisa melihat ke arah suaminya yang ikut berdiri sambil menatap ke arahnya.
"Rafa, kalau memang kamu sudah tidak mencintaiku, kamu bilang padaku bukan menghadirkan wanita lain di tengah-tengah rumah tangga kita!"
Rafa hanya diam dan setetes air matanya jatuh saat melihat istri yang sangat di cintainya tidak mau lagi di sentuh olehnya.
"Rafa, ingat apa kata Papa, kalau kamu sudah tidak mencintai putriku lagi kembalikan putriku pada Papa lagi, dan jangan sampai kamu menyakiti putri Papa, apa kamu masih ingat ucapan itu Rafa?! Kamu bukan hanya mengkhianati aku, tapi kamu juga mengkhianati kepercayaan Papa!!"
Rafa hanya diam, memang benar kalau Papa mertuanya yang bernama Ardi Wijaya itu pernah mengatakan itu karena pernikahannya dulu sempat tidak di restui oleh ke dua orang tua istrinya mau pun orang tuanya. Kina tatapan Lisa melihat ke arah Luna yang sedang tersenyum mengejek padanya.
"Luna, kenapa kamu setega ini padaku?!"
"Kamu bilang tega? Rafa adalah lelaki yang sangat aku cintai dari dulu Lis, tapi kamu bahkan menyakiti hatiku berkeping-keping dengan kamu menikah dengan Rafa, bukan'kah rasa sakitku ini dengan rasa sakitmu ini seimbang?!"
Lisa menggeleng pelan, ia tidak tau kalau Luna mencintai suaminya dari dulu, apa lagi Luna memang tidak pernah curhat tentang masalah percintaannya.
"Kamu jahat Lun, kamu berbuat seperti ini denganku yang tidak tau apa-apa, aku tidak tau kalau kamu mencintai Rafa karena kamu tidak pernah mengatakan hal itu, tapi memang benar kamu dan Rafa sangat cocok, kalian berdua sama-sama murahan!"
Plak!!
Tamparan keras itu langsung mengenai pipi kiri Lisa hingga Lisa tersungkur ke dua kalinya ke lantai, terlebih sudah hampir 2 bulan ini ia memiliki darah rendah, jadi ia tidak memiliki tenaga.
"Dasar wanita bodoh!! Berani sekali kamu menampar istriku!!"
Rafa berteriak marah pada istri ke duanya yang telah berani menampar istri pertamanya.
"Lisa memang pantas mendapatkan itu Raf."
Bagas yang baru saja masuk ke dalam rumah ia sangat terkejut saat melihat menantunya sedang terduduk di lantai.
"Kamu kenapa nak?"
Bagas bertanya sambil berjongkok untuk melihat menantunya, ia juga mengangkat dagu menantunya yang mengeluarkan darah di ke dua sudut bibir menantunya.
Lisa hanya menjawab dengan gelengan kepala saat mendengar pertanyaan dari Papa mertuanya dengan air mata yang masih terus mengalir deras.
Bagas langsung menarik menantunya dalam pelukannya, dadanya terasa sakit saat melihat wanita yang di cintai selama 18 tahun lamanya, apa lagi terakhir kali ia melihat menantunya menangis saat menantunya berusia 7 tahun, saat ke dua orang tua menantunya terbunuh.
"Siapa yang menampar menantuku?!!"
Bagas bertanya masih sambil memeluk menantunya dan sambil menatap tajam ke arah Luna, wanita yang sudah menyandang status istri siri dari putra tirinya 2 bulan yang lalu.
"Lu-Luna Pa."
Luna sangat takut saat melihat tatapan dari Papa mertuanya, terlebih ia tidak menyangka kalau Bagas adalah Papa tiri dari suaminya, karena selama ini nama Lusi tidak pernah di liput di media, jadi ia tidak tau kalau Lusi di nikahi oleh Bagas.
"Jangan memanggil saya dengan panggilan Papa! Saya tidak akan pernah sudi memiliki menantu sepertimu, karena sampai kapan pun hanya Lisa yang akan selalu menjadi menantu saya!!"
Luna hanya diam sambil menghela napas berat, ia merasa iri pada Lisa yang sedang di peluk oleh Papa mertuanya.
"Bagas, apa yang sedang kamu lakukan? Bukan'kah kamu dulu sangat membenci Lisa?"
Lusi merasa sangat aneh saat melihat suaminya yang sedang memeluk menantunya dengan sangat erat, ia juga bisa melihat raut wajah kuatir dari wajah suaminya.
"Dulu aku memang tidak pernah suka dengan Lisa, tapi sekarang aku merasa sangat kasian karena telah di ditindas oleh kalian, kalian bertiga tanpa iba menindas Lisa hingga ke dua sudut bibirnya berdarah. Lusi, aku tidak pernah suka kamu melakukan kekerasan, apa lagi pada Lisa!"
Bagas berbicara sambil menatap tajam ke arah istrinya, jelas ia tidak pernah suka melihat menantunya ditindas, karena selama 16 tahun ia selalu menjaga menantunya dalam diam.
Lisa masih diam dalam pelukan Papa mertuanya dengan air mata yang mengalir deras, ia merasa pelukan dari Papa mertuanya itu sangat hangat dan tidak asing, ia merasa pelukan Papa mertuanya sebelumnya pernah ia dapatkan.
Lisa juga merasa seperti terlindungi saat merasakan pelukan hangat dari Papa mertuanya, ia tidak tau perasaan apa itu, apa lagi ia tidak dekat dengan Papa mertuanya karena ia tau kalau Papa mertuanya dulu tidak merestui pernikahan ia dengan Rafa.
Setelah jauh lebih tenang Lisa langsung melepaskan pelukan dari Papa mertuanya, lalu ia langsung melihat ke arah suaminya yang sedang menyeka air matanya sendiri.
Lisa tidak tau kenapa suaminya menangis, bukan'kah yang tersakiti di pernikahan ini hanya ia sendiri, tapi ia merasa suaminya seperti merasa tersakiti juga.
"Mari kita berpisah."
Walau pun berat Lisa mengucapkan kalimat itu, tapi ia terpaksa mengucapkannya karena ia tidak mau di madu, walau pun ia sangat mencintai suaminya, tapi bukan berarti ia mau di madu.
Rafa sangat terkejut saat mendengar permintaan dari istri pertamanya, kalau pada akhirnya ia tidak bisa mempertahankan istrinya, untuk apa ia menikahi Luna.
"Rafa, mari kita berpisah."
Lisa mengatakan untuk ke dua kalinya karena melihat wajah suaminya yang terlihat terkejut dan tidak menjawab ucapannya.
"Aku tidak akan pernah mau berpisah darimu sayang, karena cintaku dan sayangku hanya untuk kamu."
Lisa berdiri sambil tertawa getir saat mendengar suaminya mengatakan cinta tanpa tau malu. Begitu pun dengan Bagas ia juga ikut berdiri di samping menantunya.
"Kamu bilang cinta? Apa masih pantas kamu mengatakan cinta di saat kamu mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri? Rafa, di mana akal sehatmu?"
Bagi Lisa suaminya memang setengah gila, bagai mana bisa suaminya mengatakan cinta di saat suaminya sudah mengkhianati pernikahannya.
"Untuk apa kamu mempertahankan Lisa Rafa?! Lisa sudah ingin berpisah, jadi kamu tinggal ikuti saja kemauannya, lagi pula Lisa itu wanita tidak berguna!!"
"Mama bilang Lisa tidak berguna?! Ma, kalau bukan untuk mempertahankan rumah tangga Rafa dengan Lisa, untuk apa Rafa menikahi wanita pilihan Mama?!"
Rafa bertanya sambil menatap tajam pada Mamanya, untuk pertama kalinya ia menatap tajam pada Mamanya karena sudah hilang batas kesabarannya, selama ini ia selalu menuruti keinginan Mamanya, tapi ia tidak menyangka kalau Mamanya selalu tidak pernah puas dengan apa yang Mamanya inginkan.
"Kamu menatap Mama karena wanita mandul itu Rafa?! Dan kamu Lisa, ini semua karena kamu hingga Rafa tadi membentakku dan menatap tajam padaku!"
Andaikan saja di ruangan itu tidak ada suaminya, Lusi sudah ingin mencakar habis wajah menantunya karena putranya telah membentaknya.
"Cukup Ma! Mama jangan pernah terus menyalahkan istri Rafa, istri Rafa di sini hanya korban karena keegoisan Mama, dan Mama bisa-bisanya masih menyalahkan istri Rafa, di mana hati nurani Mama?!"
"Ini semua karena kamu bodoh!"
Lusi berteriak sambil mendorong menantunya dan suaminya dengan sigap menahan tubuh menantunya.
"Jangan keterlaluan Lusi! Sekali lagi kamu menyakiti menantuku, jangan salahkan aku kalau aku ingin kita berpisah!"
Lusi yang mendengar ucapan dari suaminya, ia sangat terkejut, ia tidak tau ada apa dengan hari ini, putra yang selalu penurut sekarang membentak ia, dan suami yang sangat pendiam dan terkesan tidak peduli dengan apa pun juga sekarang memarahinya.
Lusi tidak tau kenapa suaminya sangat membela menantu, padahal dulu suaminya sangat membencinya, ia sangat iri dengan menantunya yang mendapatkan perlakuan baik dari suaminya.
Apa lagi selama 16 tahun menikah Lusi tidak pernah mendapatkan pelukan hangat dari suaminya, bahkan saat melakukan layaknya suami istri, suaminya selalu menggunakan pengaman dan suaminya selalu mengatakan tidak ingin mengkhianati wanita yang bernama Lisa.
Lusi pernah melihat foto Gadis berusia 7 tahun saat 16 tahun yang lalu, wanita yang sangat suaminya cintai, kalau saja dulu suami pertamanya tidak meninggal dan tidak meminta Bagas untuk menikahinya, mana mungkin ia dan Bagas menjadi sepasang suami istri.
Apa lagi sebelum suaminya menikahi Lusi suaminya mengajukan tiga syarat, syarat pertama suaminya tidak ingin ia hamil, syarat ke dua suaminya akan menceraikan ia kapan pun setelah putranya dewasa, dan syarat ke tiga suaminya meminta ia untuk tidak berharap membalas cintanya, tapi ia tetap menyetujui permintaan suaminya.
Lusi pikir dengan berjalannya waktu ia akan mendapatkan cinta dari suaminya, ternyata hingga sekarang ia belum bisa mendapatkan cinta dari suaminya.
Bukan hanya Lusi yang terkejut dengan ucapan dari Bagas, tapi semua orang yang ada di ruangan itu sangat terkejut, terutama Rafa, ia sangat terkejut dengan ucapan dari Papa tirinya, ia merasa kalau Papa tirinya itu seperti sangat mencintai istrinya, terlihat jelas wajah Papa tirinya yang menunjukkan wajah kuatir dan marah.
Apa lagi selama ini Rafa tau kalau Papa tirinya sangat membenci istri pertamanya, kejadian itu sudah 2 tahun lebih saat ia memutuskan untuk melamar Lisa.
"Sudah Pa, Lisa tidak kenapa-napa, Papa jangan pernah di masukin ke hati, aku baik-baik saja."
Bagas hanya menganggukkan kepalanya sambil menyeka darah menantunya yang ada di ke dua sudut bibir menantunya.
"Jangan sedih lagi nak, kamu tidak pantas menangisi lelaki seperti Rafa, lelaki yang berani menghadirkan wanita lain tanpa sepengetahuan kamu."
"Seharusnya begitu Pa, seharusnya Lisa tidak boleh menangisi lelaki bajingan seperti Rafa, tapi dada Lisa sangat sakit Pa."
Lisa berbicara sambil memukul dadanya yang terasa sangat sakit, ia tidak mungkin tidak menangis, kalau lelaki yang ia cintai dari usia 18 tahun itu tega mengkhianati pernikahannya.
Sedangkan Rafa menatap Papa tirinya dengan perasaan tidak percaya saat mendengar ucapan dari Papa tirinya yang seolah-olah menjadi kompor dalam kisah rumah tangganya.
Rafa ingin sekali menarik istri pertama dalam pelukannya, tapi ia tidak bisa melakukan itu, ia hanya menatap istri pertamanya yang sedang di peluk oleh Papa tiri untuk yang ke dua kalinya.
Rafa merasa kalau Papa tirinya sedang merayu istri pertamanya, ia mengenal Papa tirinya sudah 16 tahun, Papa tirinya tidak pernah mau dekat dengan seorang wanita, apa lagi menyentuh wanita, tapi kali ini Papa tirinya berani memeluk istrinya.
"Sudah, lebih baik kamu istirahat nak, Papa akan mengantarmu ke kamar."
Lisa langsung melepaskan pelukan dari Papa mertuanya sambil menganggukkan kepala, lalu ia di rangkul oleh Papa mertuanya dan langsung berjalan ke arah kamar.
Setelah di kamar Lisa langsung duduk di tepi ranjang dengan air mata yang mengalir semakin deras saat mengingat kenangan di kamar.
"Iya sudah Papa keluar dulu nak, kalau ada apa-apa kamu bilang Papa, Papa tidak mau kalau kamu sampai di sakiti oleh orang jahat seperti mereka."
Lisa yang mendengar ucapan dari Papa mertuanya, ia langsung melihat ke arah Papa mertuanya, ia tidak tau kenapa di saat seperti ini yang mengerti perasaannya hanya Papa mertuanya.
"Apa Papa kasihan pada Lisa? Untuk itu hanya Papa yang mengerti posisi Lisa?"
"Bagai mana Papa tidak kasihan kalau kamu adalah wanita yang sangat Papa cintai Lisa?" batin Bagas
Sayang ucapan itu hanya Bagas ucapkan di dalam hatinya, ia sama sekali tidak ingin mengungkapkan perasaannya pada menantunya, ia masih ingin menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan cintanya.
"Iya nak."
Setelah Papa mertuanya keluar Lisa membaringkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya yang terasa sepi seperti 1 bulan yang lalu, ia pikir kamarnya akan terasa hangat seperti dulu lagi, ternyata tidak, bahkan kamarnya membuat ia semakin lebih sakit hati saat mengingat kenangan lamanya bersama suaminya.
Lisa berbaring masih sambil menggenggam kalung yang tadi putus, saat mengingat kalung itu putus tangisannya semakin menjadi, ia merasa lebih sakit saat mengingat kalung itu putus.
Bahkan isak tangis Lisa terdengar hingga ke ruang tamu tempat tadi ia berdebat dengan suaminya, ia juga berkali-kali memukul dadanya sendiri.
Lisa merasa sudah cukup ia sabar dan diam seperti orang bodoh di rumah itu, ia selalu di perlakukan seperti budak oleh Mama mertuanya, namun ia tetap diam, tapi kali ini ia sudah tidak bisa diam lagi, dan ia juga tidak tau harus ikut siapa ia di rumah ini sekarang.
Dulu Lisa tinggal di rumah itu karena mengikuti suaminya, tapi sekarang suaminya mengkhianati pernikahannya, kalau ia harus pulang, ia malu karena dulu ia menentang ke dua orang tuanya dan meyakinkan ke dua orang tuanya kalau Rafa adalah lelaki yang cocok untuk bersamanya, tapi ternyata Rafa bukan lelaki yang cocok untuknya.
Suaminya bukan hanya mengkhianati pernikahannya, tapi suaminya mengkhianati kepercayaan dari ke dua orang tuanya. Rafa masuk ke dalam kamar dengan tubuh sedikit gemetar saat mendengar suara isak tangis dari istri pertamanya.
Rafa menyesal karena memilih untuk menikahi Luna agar Mamanya tidak menyiksa istrinya, tapi ternyata Mamanya masih tetap berbuat kasar pada istrinya, dan membuat hati istrinya semakin hancur.
"Sayang."
Rafa memanggil istri pertamanya dengan suara sangat pelan dan bergetar, hatinya semakin hancur saat melihat istrinya menangis sambil menatap kalung yang putus tadi.
Lisa yang mendengar suara dari suaminya, ia langsung duduk, matanya menatap mata suaminya dengan penuh kekecewaan.
"Rafa, mari kita berpisah, atau aku yang akan mengurus perpisahan kita dengan bukti kamu menikah lagi?"
Lisa bertanya sambil mengusap air matanya dengan sangat kasar.
"Tidak sayang, aku tidak mau kita berpisah, kalau kita berpisah untuk apa aku menikahi Luna? Aku menikahi Luna hanya untuk mempertahankan rumah tangga kita dan aku tidak mau kamu di perlakukan seperti budak oleh Mama, tapi nyatanya Mama masih tetap berbuat semena-mena, maafkan aku sayang karena telah menghancurkan hatimu berkeping-keping."
"Kamu bilang pernikahan kalian karena paksaan? Lalu kenapa Luna bisa hamil Raf? Itu artinya kamu menikmati pernikahan kalian!"
"Mama meminta aku agar segera memberikan cucu, maafkan aku sayang."
"Kalau kamu ingin aku memaafkan kamu, mari kita berpisah Rafa, selama 2 tahun aku tidak pernah meminta apa pun, aku tidak pernah mengeluh di perlakukan seperti budak oleh Mama, aku tidak pernah mengeluh mengurus kamu saat kamu lumpuh, aku tidak mengeluh saat aku mengambil alih perusahaan Setiawan Grup, jadi aku mohon kabulkan permintaanku."
Memang benar yang di katakan Lisa, ia tidak pernah mengeluh sedikit pun tentang apa yang terjadi padanya, tapi kalau ia harus diam tentang suaminya menikah lagi, ia tidak bisa, hatinya sangat hancur, apa lagi wanita yang di nikahi suaminya sahabatnya sendiri.
"Walau pun kamu mengajukan gugatan cerai aku tidak akan pernah menyetujui itu sayang, karena sampai kapan pun kamu hanya akan tetap menjadi istriku dan tetap menjadi milikku."
"Cui!"
Lisa meludah ke lantai karena rasa benci terhadap suaminya.
"Apa kamu masih mau menyiksa aku Raf? Kalau kamu memang mau menyiksa tubuh dan hatiku, kamu cukup ambil saja pisau dan bunuh aku, agar kamu puas Raf, tapi kalau kamu menginginkan aku agar tetap menjadi milikmu, aku tidak sudi! Kamu bisa mencari wanita murahan di luar sana, aku juga bisa mencari kepuasanku sendiri, karena aku jijik untuk menyentuhmu, apa lagi burung sialan mu!"
Lisa memang tidak menyukai lelaki yang sudah pernah tidur dengan wanita lain, ia merasa jijik dengan milik lelaki yang sudah pernah tidur dengan wanita lain, jadi ia tidak akan mau untuk melakukan hubungan layaknya suami istri lagi bersama suaminya, sekali pun ia sangat mencintai suaminya, terutama masalah kebersihan tubuhnya, ia tidak mau kalau nanti suaminya menularkan penyakit.
Rafa menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan dari istrinya, ia juga memukul dinding untuk menyalurkan rasa sakit di hatinya.
Bug..! Bug..!
Dua kali Rafa memukul dinding hingga tangannya mengeluarkan darah, bahkan darah itu menetes ke lantai, tapi tetap saja rasa sakit di tangannya lebih sakit di hatinya.
"Aku tidak bisa kehilangan kamu, aku pikir dengan cara ini kita akan selalu sama-sama."
"Kamu bilang kita akan selalu sama-sama setelah apa yang kamu lakukan Raf?! Kamu dulu pernah bilang kalau anak tidak penting bagimu, asalkan kamu bisa bersamaku, kamu bilang kalau kita membutuhkan anak kamu akan mengadopsi anak, tapi ternyata kamu bahkan tega menabur benihmu pada wanita lain!"
Lisa berbicara sambil sesekali memukul dadanya yang terasa sakit.
"Maafkan aku sayang."
Lagi-lagi yang Rafa ucapkan hanya kata maaf, ia sangat menyesal karena langkah yang ia ambil ternyata salah.
"Maaf tidak akan membuat hubungan kita baik-baik saja, aku mohon ceraikan aku Rafa, Hiks... Hiks..."
Rafa langsung menarik istrinya dalam pelukannya, ia sangat merindukan istrinya karena sudah 1 bulan ini ia tidak pulang.
"Lepas Rafa!!"
Lisa berbicara sambil mendorong paksa suaminya, ia juga langsung menampar suaminya.
Plak!!
"Jangan pernah menyentuhku, aku jijik denganmu!'
Air mata Rafa semakin deras, bukan rasa sakit yang ada di pipinya, tapi rasa sakit di hatinya semakin sakit saat istrinya benar-benar tidak ingin di sentuh, bahkan istrinya hingga mengibaskan tangan di seluruh tubuhnya sendiri, seolah-olah istrinya sudah benar-benar jijik padanya.
"Dengan apa agar kamu tidak merasa jijik lagi sayang? Apa aku harus mandi seharian? Atau aku harus mandi 1 minggu agar kamu tidak merasa jijik dengan tubuhku? Kalau memang harus seperti itu, akan aku lakukan semua itu, tapi mohon jangan meminta untuk berpisah."
Rafa berbicara sambil berlutut di kaki istrinya, ia tidak bisa melihat air mata istrinya jatuh, ia tidak bisa melihat orang yang sangat ia cintai terluka oleh ulahnya sendiri.
"Aku tidak tau kenapa kamu tidak ingin berpisah denganku Raf? Jelas-jelas kamu sudah memiliki Luna. Luna wanita yang sangat sempurna, Luna juga pilihan Mama kamu, Luna juga bisa memberikanmu keturunan, sedangkan aku hanya wanita mandul, atau kamu ingin menyakitiku lebih dalam lagi untuk itu kamu tidak mau bercerai?"
"Pikiran itu tidak pernah terbesit di pikiranku."
"Pembohong! Aku benci kamu Rafa!!"
Luna baru masuk ke dalam kamar mereka, ia tersenyum lebar saat melihat hati Lisa sangat terluka, dari dulu ia membenci Lisa, karena dari kecil Lisa begitu di manja oleh ke dua orang tuanya, sedangkan ia hanya orang biasa, ia tidak bisa memiliki apa yang Lisa miliki.
Bukan hanya itu Luna juga benci karena Lisa selalu peringkat satu di sekolah hingga ia harus berakhir di pukuli oleh Papanya, lalu saat ia mencintai Rafa, tapi Rafa juga mencintai Lisa, untuk itu ia sangat membenci Lisa, karena Lisa selalu mendapatkan apa pun yang Lisa inginkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!