NovelToon NovelToon

Istri Tengil Sang Presdir

Pertemuan Lea dan Vano

"Berhenti! Mau lari kemana kau? Kau harus bertanggung jawab!"

2 orang pria berbadan kekar yang merupakan anak buah dari salah satu pengusaha tua kaya raya di kota tersebut, terus berteriak dan mengejar seorang wanita.

"Gawat, aku nggak bisa terus berlari seperti ini. Bagaimanapun juga aku pasti akan kalah," gumam gadis muda berusia 20 tahun bernama Azalea Natasha Milton.

Gadis yang akrab disapa Lea ini terpaksa harus kabur karena tidak mau dinikahkan oleh orang tuanya dengan pria tua hidung belang yang akan menjadikannya istri ketiga, akibat dari orang tuanya yang bangkrut dan terlibat hutang dengannya.

"Duh, capek banget. Tapi aku nggak bisa pasrah begitu aja, aku nggak mau menikah dengan pria tua bangka yang sudah beristri," gumam Lea dengan nafasnya yang ngos-ngosan sembari terus saja berlari dari kejaran preman.

------

Sementara itu di lokasi yang tidak jauh …

"Kenapa sih Kakek harus memerintahkan aku turun tangan langsung untuk menangani proyek ini? Kakek 'kan tahu sendiri kalau aku lebih suka berada di kantor daripada ada di sini," kata seorang pria muda dan tampan bernama Vano Carl Anggara lewat telepon.

"Diam! Jika kau tidak bisa menangani proyek ini langsung, maka Kakek pastikan kau tidak akan pernah bisa menjadi pewaris tunggal perusahaan Anggara."

Mendengar suara tersebut dari seberang telepon, membuat Vano pun bungkam. Ia tahu jika keinginan kakeknya itu memang tidak bisa dibantah, apalagi selalu saja mengancam tidak akan memberikan warisannya. Padahal hanya dialah cucu kandung satu-satunya dan pewaris tunggal di keluarga besar Anggara. Karena tidak mau lagi mendengar ocehan kakeknya, Vano pun memutuskan panggilan telepon begitu saja, tak peduli jika saat ini kakeknya itu pasti akan mengumpat kesal dan sangat marah padanya.

"Sekarang juga kita harus ke lokasi," ucap Vano yang melangkahkan kaki dengan cepat dan diikuti oleh Zayn yang merupakan sahabat sekaligus asistennya itu.

"Lokasinya melewati jalan ini," tukas Zayn menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Oh ya? Kalau begitu aku akan menunggu di sini. Sekarang juga kau yang pergi lokasi itu!" Titah Vano yang melihat jalanan begitu sempit untuk menuju ke sebuah pemukiman.

"Oke! Baik Tuan Vano. Aku yang akan ke sana sekarang juga," kata Zayn yang langsung saja pergi, ya tahu betul bagaimana Vano sangat tidak menyukai tempat seperti itu.

------

Masih dalam situasi yang sama, Lea yang di saat itu sudah tak sanggup lagi untuk berlari, ia pun memilih berhenti sejenak tepat di jalan sempit pemukiman warga yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Di saat itu pula tidak sengaja ia melihat Vano yang sedang menunggu asistennya. Tiba-tiba saja muncul ide di dalam otak Lea agar ia bisa terhindar dari kejaran para preman.

"Hei, siapa kau? Apa yang kau lakukan!" Bentak Vano yang sangat terkejut karena Lea tiba-tiba saja menariknya ke sebuah gang sempit.

"Hust … aku Mohon Tuan, tolong bantu aku. Aku sedang dikejar oleh orang jahat," ucap Lea yang tak sadar jika saat ini posisi mereka begitu dekat dan saling berhadapan, yang ia pikirkan hanyalah keselamatan dirinya.

Deg …

"Sial! Perasaan apa ini? Kenapa setelah lama tidak berdekatan dengan wanita, jantungku malah berdetak tidak karuan seperti ini," umpat Vano dalam hati, ia merasa sangat benci dengan perasaan itu. Mengingat bagaimana dulu ia pernah dikhianati oleh kekasihnya yang lebih memilih pergi dengan pria lain.

"Brengsek! Dimana wanita itu? Kenapa dia cepat sekali pergi. Jika kita tidak bisa menemukannya, pasti Tuan Carlos akan sangat marah," ucap salah satu preman yang tadi mengejar Lea.

"Aku yakin pasti dia belum jauh dari sini. Ayo kita cari ke sana," kata preman 2, hingga di saat itu kedua preman sudah berjalan mendekati Lea dan Vano.

Dengan refleks Lea langsung saja menarik tengkuk Vano dan menempelkan bibirnya itu dengan mata yang terpejam. Tentunya posisi Lea ada dibalik tubuh Vano, sehingga para preman tidak mengetahui siapa wanita tersebut meskipun ada di dekat mereka. Bertepatan di saat itu pula, salah satu dari preman ada yang melihat apa yang sedang mereka lakukan.

"Dasar anak muda jaman sekarang, pacaran tidak tahu tempat," umpat preman yang langsung saja pergi.

Vano membelalakkan matanya, ia sangat terkejut dengan perlakuan Lea yang tiba-tiba dan juga baru pertama kalinya ia menemukan seorang wanita seberani Lea yang sudah dengan terang-terangan menciumnya, padahal mereka adalah 2 orang asing yang sama sekali tidak mengenal dan tidak sengaja bertemu. Bahkan para wanita yang mengejarnya pun tidak ada yang berani bersikap lancang seperti itu karena mengetahui siapa dirinya.

"Kau? Berani sekali kau menciumku!" Bentak Vano sembari menolak tubuh Lea dengan kasar, serta menatapnya begitu tajam seperti harimau lapar yang hendak menerkam mangsanya.

"Maaf, tapi aku tadi benar-benar terpaksa dan aku minta maaf Tuan. Terima kasih karena kau telah menyelamatkanku, suatu saat nanti aku pasti akan membalas semuanya!" Ucap Lea yang pergi begitu saja meninggalkan Vano.

*****

"Dari mana saja kau? Kenapa jam segini kau baru pulang?" Bentak Lucas Carl Anggara, yang merupakan kakek Vano dengan nada membentak.

"Aku baru saja pulang dari perusahaan Kek, bukankah Kakek sendiri yang memintaku untuk menangani proyek besar ini secara langsung?" sahut Vano.

"Jangan bohong Vano. Bukankah sejak tadi sore kau sudah tidak berada di perusahaan? Tapi kenapa jam segini kau baru pulang ke rumah?" Lucas mengulangi pertanyaannya.

"Aku tadi ada urusan Kek," jawab Vano dengan malas, lalu melanjutkan langkah kakinya.

"Berhenti!" Teriak Lucas, hingga di saat itu pun Vano membalikkan tubuhnya dan menghadap sang kakek kembali.

"Ada apa lagi Kek?" Tanya Vano yang rasanya sudah sangat lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya. Akan tetapi kakeknya akhir-akhir ini selalu saja membuatnya merasa kesal.

"Vano, apa kau pikir dengan semudah itu kau akan mewarisi perusahaan Kakek dan juga semua harta warisan Kakek," kata Lucas yang membuat Vano pun tercengang.

"Lalu apalagi Kek, Bukankah itu adalah syarat dari Kakek supaya aku bisa menjadi pemilik tunggal perusahaan Kakek dan semua harta warisan Kakek ini," ucap yang masih mengingat jelas jika kakeknya pernah berkata seperti itu.

"Ya itu memang benar, tapi ada syarat khusus yang harus kau penuhi terlebih dulu dan kakek mau secepatnya. Jika kau bisa memenuhi syarat itu, maka kau akan menjadi Presdir di perusahaan sambil menunggu Kakek mengubah nama perusahaan dan seluruh harta warisan Kakek atas namamu," kata Lucas dengan serius.

Mendengar akan hal itu, tentu saja membuat Vano pun merasa sangat senang. Karena pada akhirnya Kakeknya itu akan mengubah posisinya dari seorang Direktur keuangan menjadi menjadi Direktur Utama.

"Apa syaratnya Kek? Apapun itu syaratnya pasti akan aku penuhi," tanya Vano yang begitu antusias.

"Kau terlihat begitu semangat Vano, dan Kakek sangat menyukai semangatmu. Tapi apa kau yakin jika kau akan memenuhi apapun syaratnya?" Tanya Lucas untuk memastikan.

"Ya, tentu saja Kek. Asalkan syarat itu tidak sulit untukku," sahut Vano dengan sangat yakin.

"Tentu saja syarat itu sangat mudah dan Kakek yakin kau pasti akan mampu untuk memenuhinya," kata Lucas yang sangat yakin dengan cucunya itu.

Vano mengernyitkan dahinya, seakan meminta penjelasan dari sang kakek tanpa bertanya.

"Kau harus segera menikah," ucap Lucas yang membuat Vano pun sangat terkejut mendengarnya.

Bersambung …

Azalea Natasha Milton

Vano Carl Anggara.

Bertemu Kembali

"Aku tidak setuju!" Tolak Vano dengan tegas.

"Terserah kau saja, tapi jangan pernah berharap untuk bisa menduduki posisi yang lebih tinggi di perusahaan. Apalagi bisa sampai memiliki perusahaan kakek, lebih baik selamanya kau berada di posisimu saat ini atau Kakek akan menurunkan jabatanmu, bila perlu menjadi cleaning service," kata Lucas dengan tegas tetap tetap santai.

"Kek, kenapa sih kakek selalu saja mengancamku seperti itu? Aku ini sebenarnya cucu kandung Kakek atau bukan," hardik Vano.

"Mendengar ucapanmu itu membuat Kakek menjadi ragu, sebenarnya kau itu cucuku atau bukan? Karena jika kau cucuku pastinya kau akan menuruni sifat ayahmu yang selalu menurut apa yang Kakek katakan, tapi kau selalu saja membangkang. Bahkan menikah untuk kebaikanmu sendiri saja kau tidak mau," kata Lucas. "Pikirkan itu baik-baik Vano, keputusan ada di tanganmu." Lucas pun langsung saja membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Vano menuju ke kamarnya dengan mengulas senyum tipis. Ia sangat yakin dengan gertakannya itu pasti akan membuat Vano menjadi tak berkutik.

"Nggak kakek, Mami, Papi, semua sama saja. Sepertinya mereka kompak ingin aku segera menikah. Padahal aku sengaja lari ke Indonesia supaya tidak disuruh-suruh lagi untuk menikah, tetapi pada kenyataannya Kakek tidak ada bedanya dengan Mami dan Papi," umpat Vano yang sangat kesal.

*****

"Loh Ma, ini ada apa? Kenapa barang-barang kita semuanya dikemas seperti ini?"

Ketika bangun tidur Lea dibuat terkejut dan kebingungan melihat keadaan rumahnya yang sudah sangat berantakan.

"Apa kau pikir dengan kesalahan yang sudah kau lakukan, kita masih bisa tetap tinggal di sini?" Kata Anita Natasha Bagaskara, ibunya Lea.

"Maksud Mama apa? Memangnya aku salah apa Ma?" Tanya Lea tak mengerti, sehingga membuat Anita pun menghentikan aktivitasnya.

"Kau masih bertanya juga apa salahmu? apa kau tahu Lea, karena ulahmu yang waktu itu kabur, kau menghindari Tuan Lucas dan anak buahnya, sekarang Tuan Lucas sangat marah, rumah dan perusahaan Papamu sudah diambil alih oleh Lucas. Kita sudah tidak memiliki tempat tinggal atau apapun lagi, bahkan sekarang kita tidak tahu harus tinggal dimana. Dan 1 lagi jika ayahmu tidak bisa melunasi sisa hutangnya dalam waktu dekat ini, Papa akan dijebloskan ke dalam penjara. Puas kau sekarang hah? Ini semua gara-gara kau Lea, anak tidak tahu balas budi," kata Anita penuh emosi dan tatapan tajam.

"Ma, kenapa jadi aku yang disalahkan. Kenapa aku harus menjadi korban, aku tidak mau menikah dengan Tuan Lucas, pria tua yang mau menjadikanku istri ketiga. Aku juga masih kuliah, aku masih punya cita-cita Ma," ucap Lea dengan tatapan sendu.

"Kuliah, kuliah dan kuliah, sudah Mama katakan kau itu tidak perlu kuliah. Nantinya kau juga akan berada di dapur, kau juga akan melayani suamimu. Sekarang kau mau membayar kuliahmu itu pakai apa?" Ucap Anita.

"Ma, Lea, ada apa ini? Kenapa pagi-pagi seperti ini kalian malah ribut. Lebih baik cepat lanjutkan kemas barang-barangnya, kita akan segera pergi dari sini. Kebetulan Papa sudah mendapatkan rumah kontrakan untuk tempat tinggal kita yang baru," kata Cakra Dermawan Milton, ayahnya Lea yang di saat itu baru saja kembali.

"Apa? Rumah kontrakan? Tapi kenapa kita harus pindah dari sini? Apalagi pindah ke rumah kontrakan, aku tidak mau Pa," protes Lea yang tidak menyetujuinya.

"Lea, tapi rumah ini bukan rumah kita lagi. Maafkan Papa ya, karena perusahaan Papa yang bermasalah membuat Papa jadi terlilit hutang dengan Tuan Lucas. Bahkan kau hampir saja menjadi korban tua bangka itu. Tapi jika kau tidak mau menikah dengannya, Papa sama sekali tidak akan memaksa. Sebenarnya Papa juga tidak rela, jadi lebih baik sekarang kita pindah saja dari sini," ucap Cakra, sehingga membuat Lea pun mengerti.

"Terus bagaimana dengan hutang Papa yang tersisa?" Tanya Lea yang masih tampak khawatir. Setelah ini apalagi yang akan Lucas lakukan terhadap keluarganya? Apakah ia benar-benar akan menjebloskan ayahnya itu ke dalam penjara, tentunya Lea sangat tidak mau jika hal itu akan terjadi.

"Kamu tidak perlu memikirkan hal itu Sayang, tugas kamu adalah kuliah sampai selesai. Papa akan mencari pekerjaan apapun itu, yang terpenting bisa untuk menghidupi keluarga kita, untuk kamu kuliah dan juga membayar hutang Papa kepada Lucas," ucap Cakra yang tak mau membuat anaknya merasa khawatir.

"Maafkan aku Ma, Pa, besok adalah hari magang pertamaku. Mudah-mudahan aku bisa mendapatkan gaji di sana, jadi bisa membantu Papa dan Mama," ucap Lea begitu antusias.

"Lea, Lea, apa kau pikir dengan gaji magangmu nanti bisa untuk menghidupi Mama dan Papa. Lea, seandainya kau menurut pasti ini semua tidak akan terjadi. Sudahlah, lebih baik kau cari saja calon suami yang bisa menghidupimu, yang bisa membantu melunasi hutang Papa. Dengan menikah kau juga tidak akan menjadi beban di keluarga ini lagi," ucap Anita yang entah kenapa terlihat begitu sensi terhadap anaknya sendiri.

"Jaga ucapanmu Anita dan cukup kau memarahi Lea seperti itu. Sekarang cepat kita pergi dari rumah ini," kata Cakra, sehingga membuat Anita pun bungkam tetapi terasa dongkol di hatinya, karena lagi-lagi suaminya itu membela anaknya.

------

"Keesokan harinya, karena baru saja pindah ke rumah kontrakan yang rasanya begitu sempit, sehingga membuat Lea pun tidak dapat tidur dengan nyaman. Bahkan kamarnya juga terlihat berantakan karena ia belum sempat untuk mengemasi semua barang-barangnya, hanya ala kadarnya saja untuk dipakai hari itu. Karena tubuh mereka juga sudah terasa sangat lelah dan tidak sanggup lagi untuk mengemasinya.

Hingga saat ini pun Lea terlihat terburu-buru untuk segera pergi ke perusahaan, setelah tadi bersusah payah mencari dimana letak pakaian dan juga lainnya yang akan ia gunakan. Dan yang membuat Lea semakin kesal, ia harus menunggu taksi online yang baru saja dipesannya. Karena saat ini mereka sudah tidak memiliki mobil lagi, hanya ada satu motor yang baru dibeli oleh Cakra untuk ia gunakan mencari pekerjaan.

"Ma, Pa, aku pergi dulu ya. Doakan hari pertama magangku ini berjalan dengan lancar!" Teriak Lea, meskipun ia tahu di saat itu ayah dan ibunya masih tertidur pulas.

*****

Dengan langkah terburu-buru kini Lea pun memasuki sebuah gedung perusahaan besar tempat dimana ia magang dan langsung saja menemui Human Resource Development (HRD) di sana, sesuai perintah dari resepsionis.

"Baru hari pertama magang saja kau sudah terlambat 5 menit. Bagaimana kedepannya nanti?" Tegur Laras yang merupakan HRD di perusahaan tersebut.

"Maafkan saya Nona, tapi tadi benar-benar ada hal yang darurat dan membuat saya menjadi terlambat," ucap Lea.

"Untuk hari ini saya maafkan, tetapi jika besok kau terlambat lagi, saya tidak menjamin jika kau masih bisa magang di perusahaan ini. Aturan di perusahaan ini sangat ketat, apalagi jika sampai Bos mengetahui ada karyawan magang yang tidak bisa menghargai waktu sepertimu. Tidak menerima alasan apapun, pasti kau akan segera dikeluarkan dari perusahaan ini," ucap Laras dengan tegas.

"Baik Nona, terimakasih banyak. Saya berjanji tidak akan terlambat lagi," ucap Lea.

"Ya sudah sekarang kalian berempat ikut saya. Kalian harus bertemu dengan bos di perusahaan ini terlebih dulu," ucap Laras yang langsung saja membawa Lea beserta tiga karyawan magang lainnya menuju ke ruang direktur.

Tok … tok … tok …

"Permisi Tuan," ucap Laras yang langsung saja masuk ke dalam ruangan tersebut dan membawa keempat karyawan magangnya.

Di saat itu terlihat seorang direktur perusahaan yang sedang menunduk, melihat berkas yang ada di tangannya, tetapi dapat terlihat jelas bagaimana wajah tampan dan berwibawa yang dimiliki olehnya. Tak heran jika 2 karyawan magang selain Lea adalah wanita, langsung terpesona melihat ciptaan Tuhan yang paling indah ada di hadapan mereka saat ini.

Akan tetapi berbeda dengan Lea, ia dibuat terkejut setengah mati saat menyadari jika direktur tersebut adalah seseorang yang tak asing baginya.

Bersambung …

Menikah Denganku

Lea tertunduk, sebisa mungkin mencoba untuk menyembunyikan wajahnya agar pria di depannya itu tidak mengenali dirinya saat ini. Mengingat apa yang pernah dilakukannya kepada pria tersebut, tentunya membuat Lea merasa takut, bahkan merasa karirnya akan hancur sebelum di mulai.

"Kamu boleh keluar!" Titah direktur perusahaan kepada HRD tanpa melihat ke arahnya sedikitpun. Siapapun yang belum mengenalnya, pasti akan menganggap direktur tersebut adalah pria dingin yang sangat angkuh.

Segera saja HRD keluar dari sana dan tersisa 4 karyawan magang yang saat ini berada di dalam ruangan tersebut.

Perlahan tapi pasti pria tampan yang terkenal sangat dingin itu mendongakkan wajahnya, lalu melihat 3 karyawan magang yang di saat itu juga melihat ke arahnya secara bergantian. Berbeda dengan 1-nya, siapa lagi kalau bukan Lea yang masih tampak bersembunyi karena sangat takut untuk melihatnya.

"Kenapa kau bersembunyi? Apa kau takut melihatku?" Tanya Vano.

Ya direktur tersebut adalah Vano yang merupakan cucu dari Lucas, pemilik perusahaan tersebut. Pria yang temui tanpa sengaja oleh Lea di pemukiman warga saat itu.

Mendengar Vano menegurnya, dengan memberanikan diri Lea mengangkat wajahnya dengan mata yang masih terpejam, lalu membukanya secara perlaja dan menatap ke arah Vano.

"Maaf Tuan," ucap Lea lirih.

"Kenapa kau meminta maaf padaku?" Apa kau pernah berbuat salah padaku atau kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Vano menatap sinis.

Sejujurnya hal tersebut membuat Lea terkejut tetapi juga merasa sangat senang, karena ternyata Vano sama sekali tak mengenalinya. Mungkin karena dia yang sangat tampan tentunya banyak wanita yang mendekatinya, sehingga Lea adalah wanita yang sama sekali tidak penting untuk diingat, pikir Lea.

"Saya minta maaf karena sudah bersembunyi, saya hanya gugup saja bertemu dengan direktur perusahaan secara langsung, karena ini merupakan pertama kalinya," ucap Lea mencari alasan dengan lancarnya, hanya itulah yang saat ini terlintas di dalam otaknya.

"Baiklah, sekarang kalian semua boleh keluar dan temui Laras kembali untuk mengetahui apa posisi kalian sesuai jurusan kalian masing-masing!" Titah Vano.

"Baik Tuan," jawab keempat karyawan magang secara bersamaan, lalu mereka semua pun keluar untuk kembali menemui Laras sesuai perintah dari Vano.

*****

"Tuan, tapi ini sudah kesekian kalinya Anda meminta ganti sekretaris. Sebenarnya sekretaris seperti apa yang Anda inginkan?" Tanya Zayn tak mengerti, karena bos-nya itu selalu saja mengganti sekretaris setiap bulannya dengan alasan yang berbeda.

"Tapi kali ini aku tidak akan mengganti sekretaris lagi, asalkan dia yang menjadi sekretarisku," kata Vano dengan tegas.

"Siapa Tuan?" Tanya Zayn penasaran.

"Salah satu karyawan magang yang mulai bekerja hari ini. Panggil wanita ini untuk menemuiku sekarang," ucap Vano sembari memberikan berkas Lea kepada Zayn.

Zayn yang mengerti itu pun langsung saja mencari keberadaan Lea untuk menyampaikan pesan bos-nya itu. Hingga tidak berapa lama kemudian …

Tok … tok … tok …

Lea mengetuk pintu ruangan direktur dan langsung saja dipersilahkan masuk oleh Vano.

"Permisi Tuan, apa Tuan memanggil saya?" Tanya Lea yang terlihat gugup.

"Ya. Mulai sekarang kau akan menjadi sekretarisku," kata Vano yang enggan untuk berbahasa-basi dan tentunya membuat Lea sangat terkejut.

Bagaimana mungkin Vano memintanya untuk menjadi sekretaris, sementara ia hanyalah karyawan yang baru magang di perusahaannya.

"Tuan, apa Tuan tidak salah memintaku untuk menjadi sekretaris Tuan?" Tanya Lea untuk memastikan.

"Memangnya apa yang salah?" Tanya Vano.

"Tuan bisa saja mencari sekretaris terbaik, sekretaris yang sudah berpengalaman untuk perusahaan sebesar ini. Sedangkan saya hanyalah karyawan magang, saya baru mau memulai karir saya di sini Tuan," ucap Lea masih dalam keadaan berdiri, karena Vano memang sama sekali tak memintanya untuk duduk.

Vano menatap Lea dengan tajam, lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Lea.

"Jadi apakah kau tidak percaya dengan kemampuanmu sendiri?" Tanya Vano yang menyodorkan kepalanya hingga begitu dekat dengan wajah Lea, bahkan Lea juga dapat mencium harumnya tubuh Vano yang membuatnya rasanya ingin terbang melayang. Persis saat pertama kali ia bertemu dengan pria tersebut waktu itu.

"Maaf Tuan, bukannya saya tidak mempercayai kemampuan saya sendiri. Tapi jika Tuan memang menginginkannya, oke saya tidak takut," ucap Lea.

Vano sangat senang mendengarnya, ia pun kembali berdiri tegak lalu berjalan menjauhi Lea dan kembali duduk di kursi kebesarannya.

"Duduk!" Titah Vano dan langsung saja Lea mendudukkan dirinya di kursi seberang Vano.

"Karena kau menyetujuinya, mulai hari ini kau akan menjadi sekretarisku. Tempatmu ada di depan ruanganku, tepat di samping Zayn asistenku. Apa kau melihatnya tadi di depan ada meja dan kursi kosong di sana," kata Vano.

"Iya Tuan saya melihatnya," jawab Lea diiringi anggukkan kepalanya.

"Ya sudah sekarang pergi saja ke tempat dudukmu!" Titah Vano.

Lalu Lea pun bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan direktur menuju ke tempat dimana ia seharusnya berada. Sementara itu Vano tersenyum smirk saat melihat punggung Lea yang keluar dari ruangannya hingga menghilang dari pandangan matanya.

*****

"Baik Tuan, saya akan usahakan dalam minggu ini uang itu akan ada. Tapi tolong Tuan, jangan masukkan saya ke dalam penjara, jika saya masuk penjara bagaimana dengan anak dan istri saya, siapa yang akan bertanggung jawab atas mereka?" Cakra terus aja memohon di saat 2 anak buah Carlos yang lebih mirip dengan preman datang untuk menagih hutang.

Sementara itu terlihat juga Anita yang di saat itu menangis tidak tega karena melihat suaminya yang terus saja berlutut di hadapan kedua para preman itu.

"Stop! Apa sih yang ada di pikiran kalian? Kenapa kalian terus aja membuat hidup keluargaku menderita. Bukankah Bos tua kalian itu sudah menyita rumah, mobil peserta harta yang kami miliki? Kenapa sekarang masih mengganggu keluarga kami?" Kata Lea yang di saat itu baru saja tiba dan dengan beraninya menentang 2 preman. Ia juga meminta ayahnya untuk segera berdiri.

"Lea, apa-apaan kau ini! Jangan menambah masalah," bentak Anita yang sama sekali tak digubris oleh Lea.

"Heh gadis kecil, kau itu sudah membuat Tuan Carlos marah dan sekarang kau berani menentang kami. Hutang keluargamu itu sangat banyak, apa kau pikir dengan rumah dan mobil itu sudah cukup membayarnya," kata preman 1.

"Aku yang akan membayarnya. Memangnya berapa lagi hutang yang Ayahku miliki?" Tanya Lea ingin mengetahuinya.

"Lea sudah, kau tidak perlu melakukan hal itu," kata Cakra.

"Sudah Pa, biar aku yang menghadapi mereka," ucap Lea dengan yakin.

"Apa kau yakin ingin melunasi hutang ayahmu yang berjumlah 100 juta lagi? Jika dalam minggu ini tidak lunas, maka aku akan membawa ayahmu ke penjara atau kau harus menikah dengan Tuan Carlos," kata preman 2.

"Apa? 100 juta dalam minggu ini? Apa kau sama sekali tidak punya otak? Apa kalian pikir itu uang dengan jumlah sedikit," kata Lea yang sangat terkejut mendengarnya.

"Itu bukan urusanku. Dengar ya, jika kau tidak ingin ayahmu masuk penjara atau kau tidak mau menikah dengan Tuan Carlos, maka segera lunasi hutang itu. 3 hari lagi kami akan datang, jika uang itu tidak ada maka bersiap-siaplah!" Ancam preman 1, lalu keduanya pun segera pergi meninggalkan kediaman Milton saat ini.

"Sudah puas kau Lea, sudah puas kau membuat ulah dengan menentang para preman itu. Hutang yang seharusnya Papamu bayar seminggu lagi dan sekarang sudah dimajukan menjadi 3 hari, apakah kau sangat puas, hah! Teriak Anita yang membuat Lea pun tertunduk dan meneteskan air matanya.

Rasanya begitu sangat sakit karena terus saja dibentak dan disalahkan oleh ibunya sendiri, padahal bukan dialah yang menyebabkan hal ini terjadi.

*****

Keesokan hari, saat di perusahaan Lea tampak termenung karena terus saja memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan uang agar bisa menebus semua hutang ayahnya dalam waktu 3 hari. Tentunya itu semua tidak akan mudah, Lea sempat berpikir akan meminjam uang dari bos di perusahaannya, tetapi apakah itu mungkin? Karena ia hanyalah Karyawan Magang yang baru saja magang selama 2 hari di perusahaan tersebut.

 

Sementara itu di dalam ruangannya, Vano juga tampak pusing memikirkan keinginan sang kakek yang memintanya untuk segera membawa calon istri ke rumah.

"Dimana aku harus mencari calon istri dalam waktu sedekat ini. Kakek ada-ada saja sih, apa Kakek pikir mencari calon istri itu semudah membalikkan telapak tangan? Ya aku tahu aku ini tampan, tidak akan ada wanita yang menolak untuk menikah denganku. Tapi aku terlalu bosan dengan wanita-wanita yang seperti itu, aku sudah tahu mereka hanya mengincar ketampanan dan juga kekayaanku saja," batin Vano di dalam kebingungannya.

"Ingat Vano, jika dalam minggu ini kau tidak memperkenalkan calon istrimu kepada Kakek, maka kau harus mau Kakek kenalkan dengan cucu dari sahabat Kakek."

Ucapan kakeknya itu terus aja terngiang-ngiang di pikirannya, hingga di saat itu …

Tok … tok … tok …

Terdengar suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunannya.

"Silahkan masuk!" ucap Vano.

Vano melihat jelas dimana ada seorang wanita yang membuka pintu, lalu masuk ke dalam ruangannya. Wanita tersebut adalah Lea, karena tidak ada pilihan lain, pada akhirnya ia memberanikan dirinya untuk menemui Vano.

"Maaf Tuan saya mengganggu, saya ada keperluan," ucap Lea.

"Katakan!" Titah Vano, seperti biasa yang tanpa menyuruh Lea duduk terlebih dulu.

"Tuan, apakah saya boleh meminjam uang. Maaf Tuan? Saya tahu saya sudah lancang karena berani meminjam uang padahal saya hanyalah Karyawan Magang yang baru bekerja 2 hari di sini. Tapi saya benar-benar butuh untuk membayar seluruh hutang-hutang keluarga saya Tuan. Saya tidak tahu lagi harus meminjam ke siapa karena 2 hari lagi uang itu harus ada dan jumlahnya sangat banyak, 100 juta. Bukankah jumlah itu bukan jumlah yang main-main? Saya bersedia mengabdi dengan Tuan Vano seumur hidup, saya akan mengikuti apapun kemauan Tuan Vano asalkan Tuan Vano bisa membantu saya," ucap Lea dengan tatapan mendamba, tak memikirkan apa efek dari ucapannya tadi, yang terpenting ia bisa mendapatkan uang.

"Oke aku setuju, dengan syarat kau harus menikah denganku," ucap Vano tanpa basa-basi.

"Hah menikah?" Lea membelalakkan matanya, sangat terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut bos-nya itu.

Bersambung …

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!