NovelToon NovelToon

Suci Tak Lagi Suci

Bab 1 ( Malam tragedi )

Nasib malang telah menimpa Suci Pratiwi, gadis cantik berusia 20 tahun, tepat pada malam sebelum acara pernikahannya diselenggarakan.

Sebelum kejadian naas menimpa Suci, Suci pamit kepada Ibunya untuk mengambil kebaya yang besok akan ia kenakan pada acara pernikahannya dengan kekasihnya yang bernama Rian.

Rian dan Suci sudah berpacaran selama tiga tahun, dan Suci begitu bahagia karena akhirnya impian Suci untuk menikah dengan Rian akan segera terwujud.

"Bu, Suci ngambil dulu pakaian yang besok mau Suci gunakan untuk akad ya."

"Nak, ini sudah malam, sebaiknya Suci menyuruh oranglain saja yang mengambilkannya," ujar Bu Asih, yaitu Ibu kandung Suci.

"Bu, kasihan yang lain baru saja pulang untuk beristirahat setelah seharian mempersiapkan acara pernikahan Suci."

"Nak, tapi pamali kalau calon pengantin ke luar malam-malam begini."

"Bu, Suci juga pergi cuma sebentar kok, lagian rumah penjahit nya juga tidak terlalu jauh. Jadi, Ibu tidak perlu khawatir."

"Tapi Nak, perasaan Ibu tidak enak, apalagi tadi kebaya yang akan Suci gunakan tiba-tiba robek tanpa sebab."

"Bu, Ibu jangan terlalu banyak pikiran ya, Suci tidak mau penyakit jantung Ibu sampai kambuh, apalagi hanya Ibu yang Suci miliki di Dunia ini setelah Bapak meninggal dunia."

"Ibu juga hanya memiliki Suci, jadi Ibu tidak mau Suci sampai kenapa-napa. Apa sebaiknya Ibu antar Suci saja?"

"Tidak perlu Bu, kondisi kesehatan Ibu sedang tidak baik, kalau terkena angin malam takutnya malah semakin memburuk. Sebaiknya sekarang Ibu istirahat saja ya," ujar Suci dengan mencium punggung tangan Bu Asih sebelum pergi.

Setelah mengucapkan Salam, Suci melajukan motornya menuju rumah tukang jahit yang kebetulan hanya berbeda kampung saja.

Suci tinggal di Desa terpencil, sehingga masih banyak hutan pinus yang harus Suci lewati untuk sampai di kampung sebelah.

"Duh, kenapa sih motornya pake mogok segala? mana mogoknya jauh dari rumah warga lagi," gumam Suci, karena tiba-tiba motor yang Suci kendarai mogok di tengah jalan.

Saat ini Suci terlihat kebingungan karena tidak ada satu kendaraan pun yang lewat di jalan tersebut, sampai akhirnya terlihat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan Suci.

"Kenapa motornya, mogok ya?" tanya seorang pria tampan yang mengendarai mobil.

"I_iya Mas," jawab Suci dengan gugup.

Setelah pengendara mobil memberikan kode kepada tiga orang temannya, keempat penumpang mobil pun turun untuk menghampiri Suci.

"Mau apa kalian?" tanya Suci dengan

gemetar ketakutan ketika melihat tatapan lapar keempat pria yang saat ini berada di hadapannya, apalagi Suci mencium aroma alkohol pada keempat pria tersebut.

"Sebaiknya kamu ikut kami, dan kita akan bersenang-senang, kami jamin, kamu pasti akan ketagihan," jawab salah satu pemuda dengan memegang dagu Suci.

"Lepaskan tangan kotor kalian, karena aku bukan perempuan murahan," teriak Suci.

Salah satu pemuda bernama Arya langsung membungkam mulut Suci menggunakan sapu tangan yang ia ambil dari saku celananya, karena Arya dan ketiga sahabatnya takut jika aksi bejat mereka dipergoki oleh warga sekitar.

"Cepat bawa gadis ini masuk ke dalam hutan pinus," ujar pemuda bernama Farel kepada Arya, Irwan dan Erwin yang saat ini tengah memegangi tangan Suci.

Suci berusaha melawan keempat Pria yang saat ini tengah menyeretnya ke dalam hutan pinus, tapi sayangnya tenaga Suci tidak sebanding dengan keempat pemuda tersebut, meski pun suci sudah berusaha menendang dan melepaskan diri dengan sekuat tenaga, apalagi keempat pemuda tersebut saat ini tengah berada di bawah pengaruh minuman beralkohol.

"Arya, di antara kita berempat, kamu yang belum merasakan Surga dunia, jadi kami akan membiarkan kamu yang pertama kali mencicipinya," ujar Farel yang saat ini memegang kedua kaki suci yang sudah terlentang di atas tanah, sedangkan Irwan dan Erwin memegang kedua tangan Suci juga membuka paksa kancing kemeja yang Suci kenakan, sehingga kemeja yang Suci kenakan robek.

Awalnya Arya terlihat ragu, tapi saat Farel mengangkat rok yang dikenakan oleh Suci, hasrat Arya tidak dapat ia bendung lagi ketika melihat paha yang begitu putih dan mulus milik Suci, apalagi ketika Arya melihat gunung kembar yang saat ini tengah dimainkan oleh Irwan dan Erwin.

Suci menatap Arya dengan tatapan memohon, karena saat ini mulutnya tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, tapi Arya yang sudah tidak kuat menahan hasratnya, langsung melampiaskannya kepada Suci.

Suci hanya bisa menangis, ketika Arya berhasil melakukan penyatuan dengan dirinya, dan saat ini hidup Suci rasanya sudah benar-benar hancur.

"Kamu beruntung Arya, karena kamu mendapatkan seorang perawan," ujar Farel yang melihat darah perawan mengalir dari bagian inti tubuh Suci.

"Ternyata rasanya nikmat sekali," racau Arya dengan terus memompa tubuh Suci, berbeda dengan Suci yang saat ini tengah merasakan sakit pada sekujur tubuhnya apalagi pada hatinya yang hancur berkeping-keping.

Setelah selesai melakukan pelepasan, Farel menarik tubuh Arya yang saat ini tengah memeluk tubuh Suci, karena Farel sudah tidak tahan ingin segera melampiaskan hasratnya juga kepada Suci.

"Irwan nanti giliran kamu setelah aku selesai menikmati tubuh gadis cantik ini ya," ujar Farel.

"Farel, kalian tidak adil, kenapa aku kebagian belakangan," protes Erwin.

"Sudahlah kamu tidak usah protes, di antara kita berempat, kamu yang paling sering bermain perempuan, yang penting kamu kebagian jatah juga," ujar Farel yang hendak membuka celananya.

Baru juga Farel akan menaiki tubuh Suci, dari kejauhan Arya melihat cahaya senter dengan suara beberapa orang yang berteriak memanggil nama Suci.

"Farel kita harus segera pergi dari tempat ini. Sepertinya mereka sedang mencari gadis ini," ujar Arya, dan Farel akhirnya mengurungkan niatnya, kemudian keempat pemuda tersebut berlari menuju mobil meninggalkan Suci yang saat ini dalam keadaan pingsan.

Keempat Pemuda bejat yang sudah melakukan aksi kejahatan kepada Suci telah berhasil masuk ke dalam mobil, dan Farel bergegas melajukan mobilnya menjauh dari lokasi kejadian menuju tempat tinggal mereka di Ibukota, karena mereka berempat baru saja pulang liburan dari tempat Pariwisata yang tidak jauh dari Desa tempat Suci tinggal.

"Suci, Suci, kamu dimana" teriak Rian yang ikut mencari Suci juga, karena kebetulan Rian masih satu kampung dengan Suci.

Rian yang melihat seseorang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri, langsung menghampirinya, karena Rian tau betul jika itu adalah Suci.

Rian begitu terkejut ketika melihat Suci yang saat ini tengah pingsan, bahkan banyak robekan pada pakaian yang Suci kenakan.

"Sayang, apa yang sudah terjadi kepada kamu?" gumam Rian dengan menangis memeluk tubuh Suci, kemudian Rian membuka jaket yang ia kenakan untuk menutupi tubuh Suci supaya tidak ada orang lain yang melihatnya.

Rian berteriak minta tolong kepada beberapa orang tetangga Suci yang saat ini tengah berpencar mencari keberadaan Suci.

"Tolong, tolong," teriak Rian, dan beberapa saat kemudian tiga orang yang membantu Rian mencari Suci, datang menghampiri Rian.

Semua merasa terkejut ketika melihat keadaan Suci yang pingsan dalam pelukan Rian, sehingga salah satu tetangga Suci melontarkan pertanyaan kepada Rian.

"Rian, apa yang sudah terjadi kepada Suci?"

Bersambung..

Bab 2 ( Suci tak lagi suci )

Rian sebenarnya sudah bisa menduga apa yang telah terjadi kepada Suci, tapi Rian rasanya tidak rela untuk mengatakan dan menerima kenyataan jika Suci sudah mengalami pelecehan, apalagi besok mereka akan melangsungkan pernikahan, sampai akhirnya Rian hanya diam seribu bahasa tanpa bisa mengucapkan satu patah kata pun.

"Rian, kami mengerti kenapa kamu tidak mau menjawab pertanyaan kami. Semoga kamu dan Suci diberikan kesabaran," ujar Tetangga Suci yang bernama Pak Maman, karena beliau masih bisa melihat sebagian pakaian Suci yang terkoyak, meski pun Rian menutupinya dengan jaket.

"Sebaiknya sekarang kita bantu Rian membawa Suci pulang," sambung Pak Maman, kemudian Pak Maman dan dua tetangga Suci yang lain, membantu Rian menggotong Suci untuk menaiki mobil bak milik Pak Maman yang sebelumnya mereka pakai untuk mencari keberadaan Suci.

Pak Maman saat ini mengendarai mobil Bak miliknya, dan dua orang tetangga yang lain mendorong motor Suci yang mogok, sedangkan Rian saat ini duduk di belakang mobil bak dengan menangis memeluk tubuh Suci yang masih pingsan.

"Kenapa semua ini bisa sampai terjadi kepada kamu Suci? padahal besok kita akan melangsungkan pernikahan. Siapa lelaki yang telah tega melakukannya? Suci, maafkan aku karena tidak bisa melindungimu," gumam Rian dengan terus meneteskan airmata penyesalan.

......................

Lain hal nya dengan Rian yang saat ini tengah bersedih karena melihat perempuan yang dicintainya mengalami nasib buruk, sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya, Arya terus saja mengembangkan senyuman karena masih membayangkan rasanya menikmati tubuh Suci.

"Loe bahagia kan karena sudah merasakan perawan?" sindir Farel yang melihat Arya terus tersenyum.

"Jelas bahagia lah, dia kan baru pertama merasakan Surga dunia," sindir Irwan, dan semuanya tertawa tanpa memikirkan nasib Suci yang saat ini masih dalam keadaan pingsan atas perbuatan bejat mereka.

Bu Asih begitu terkejut ketika melihat Suci digendong oleh Rian dalam keadaan pingsan.

"Nak, apa yang telah terjadi kepada Suci?" tanya Bu Asih dengan menangis.

"Ibu tenang dulu ya, biar Dokter memeriksa keadaan Suci," ujar Rian yang mengetahui jika kondisi kesehatan Bu Asih sedang tidak baik, dan Rian takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Bu Asih apabila mengetahui semua yang telah terjadi kepada Suci, karena Bu Asih memiliki penyakit jantung.

Bagaimana ini, aku tidak mungkin menutupi semuanya dari Ibu jika Suci telah mengalami pe*merkosaan, Ibu pasti akan terkejut jika mendengar nasib malang yang menimpa Suci, dan aku takut Ibu tidak akan kuat menerima semuanya, batin Rian.

"Dok, bagaimana kondisi Suci? apa yang telah terjadi kepada Anak saya?" tanya Bu Asih ketika Dokter selesai memeriksa kondisi Suci.

Rian menggelengkan kepalanya kepada Dokter supaya Dokter tidak mengatakan apa pun kepada Bu Asih, tapi Dokter tidak mengerti maksud Rian, dan Dokter juga tidak mengetahui kondisi kesehatan Bu Asih.

"Suci telah mengalami kekerasan sek*sual, sehingga menyebabkan Suci pingsan," jawab Dokter.

Degg

Jantung Bu Asih rasanya berhenti berdetak ketika mengetahui jika Suci sudah tidak lagi suci karena menjadi korban pe*merkosaan.

"A_apa? jadi Suci mengalami pe*merkosaan? padahal besok Suci dan Nak Rian akan menikah," ucap Bu Asih dengan memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, kemudian tubuh Bu Asih terjatuh di atas lantai.

"Bu, Ibu tenang dulu, apa pun yang terjadi Rian akan tetap menikahi Suci," ujar Rian dengan memegangi tubuh Bu Asih.

"Tidak Rian, Mama tidak rela kamu menikahi perempuan yang sudah tidak suci lagi. Apa kata orang kalau kamu sampai menikahi perempuan yang sudah kotor !!" teriak Mama Linda yang baru tiba di rumah Suci.

Mama Linda dari dulu tidak menyetujui hubungan Rian dengan Suci, karena perbedaan status sosial mereka, apalagi Rian adalah Anak tunggal dan berasal dari keluarga berada, tapi Rian bersikeras menentang kedua orangtuanya, karena Rian sangat mencintai Suci.

"Ma, Rian sangat mencintai Suci, dan Rian akan tetap menikahinya."

Plak

Tamparan keras mendarat pada pipi Rian, dan Mama Linda begitu geram karena Rian selalu saja melawannya demi Suci.

"Rian, apa kamu ingin menjadi Anak durhaka karena terus saja melawan orangtua? harus berapa kali Mama mengatakan kalau Mama tidak rela jika kamu menikahi perempuan kotor seperti Suci. Selain Anak yatim yang miskin, apalagi yang bisa kamu banggakan dari Suci? terlebih lagi sekarang dia sudah tidak suci lagi. Pokoknya pernikahan besok batal, karena Mama akan menjodohkan kamu dengan Anak teman Mama yang sepadan dengan keluarga kita. Sekarang juga kamu ikut Mama pulang !!" teriak Mama Linda, dan saat ini Rian ditarik oleh dua bodyguard Mama Linda.

"Ma, lepasin Rian Ma, kasihan Ibu dan Suci, sekarang mereka sedang membutuhkan Rian," ujar Rian dengan memberontak, tapi tubuh Rian tidak sebanding dengan tenaga kedua bodyguard Mama Linda.

Dokter memeriksa denyut nadi Bu Asih yang sudah semakin melemah karena penyakit jantungnya semakin parah.

"Su_suci maafin Ibu Nak, karena Ibu tidak bisa menemani Suci lagi," ucap Bu Asih dengan lirih, kemudian Bu Asih mengembuskan nafas terakhirnya setelah membaca dua kalimat syahadat.

"Innalillahi waina ilaihi raji'un," ucap Dokter dengan menutup kedua mata Bu Asih yang telah meninggal dunia.

Tetangga Suci begitu prihatin melihat nasib Suci dan Bu Asih yang malang, karena seharusnya hari yang bahagia kini berubah menjadi duka.

"Kasihan sekali ya Pak nasib Suci dan mendiang Bu Asih, padahal besok seharusnya menjadi hari bahagia untuk Suci," ujar Bu Inah istrinya Pak Maman.

"Iya Bu, yang namanya umur tidak ada yang tau, kasihan Suci karena setelah sadar dari pingsannya, Suci harus menerima kenyataan pahit jika pernikahannya telah batal, bahkan keluarga satu-satunya telah meninggal dunia," ujar Pak Maman.

"Iya Pak, Suci pasti akan sangat hancur, karena sekarang hidupnya sudah benar-benar hancur akibat perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab," ujar Bu Inah.

"Sebaiknya sekarang Ibu bantu Suci mengganti pakaiannya," ujar Pak Maman.

"Iya Pak, tubuh Suci juga kotor, Ibu akan membersihkannya dulu," ujar Bu Inah, kemudian mengambil air hangat terlebih dahulu untuk membersihkan badan Suci.

Pak Maman merupakan tetangga sekaligus ketua RT di wilayah tempat tinggal Suci, dan akhirnya beliau meminta bantuan kepada warga untuk mengurus jenazah Bu Asih.

Setelah jenazah Bu Asih selesai dimandikan dan dikafani, Jenazah Bu Asih dibaringkan di tengah rumah, karena saat ini sudah tengah malam, jadi rencananya jenazah Bu Asih akan dimakamkan besok.

......................

Keesokan paginya, banyak tetangga yang datang melayat ke rumah Suci, dan mereka begitu prihatin dengan nasib Suci yang harus berduka di hari bahagianya, tapi tidak sedikit juga yang mengatakan jika Suci adalah perempuan tidak benar karena sudah kelayapan pada malam hari.

"Ngapain sih si Suci malam-malam pake kelayapan segala? jangan-jangan dia memang perempuan gak bener," ujar salah seorang Ibu yang melayat.

"Bu, kalau tidak tau yang sebenarnya kita tidak boleh berkata sembarangan, karena yang saya dengar Suci hendak mengambil kebaya ke rumah tukang jahit yang akan dia gunakan pada acara akad yang seharusnya di adakan hari ini," ujar Bu Inah.

"Tapi gara-gara si Suci, Bu Asih jadi meninggal dunia kan," ujar tetangga Suci yang lainnya.

"Bu, kalau masalah meninggal dunia, itu sudah menjadi takdir," ujar Bu Inah yang terus berusaha membela Suci, karena Bu Inah tau betul kalau Suci adalah gadis yang baik.

Suci yang mendengar keributan, secara perlahan mulai membuka matanya.

"Bu, Ibu," ucap Suci dengan lirih.

Bu Inah yang mendengar suara Suci, langsung menghampirinya dengan memberikan Suci segelas air.

"Bu Inah, mana Ibu?" tanya Suci dengan lirih, tapi Bu Inah hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun karena tidak kuasa mengatakan kepada Suci tentang kebenaran mengenai Bu Asih yang telah meninggal dunia.

Suci secara perlahan bangun dari tempat tidurnya tanpa memperdulikan sekujur tubuhnya yang terasa sakit, dan Suci melangkahkan kaki ke luar dari dalam kamarnya dengan dibantu oleh Bu Inah.

Suci yang melihat jenazah Bu Asih telah terbujur kaku di depan matanya, langsung berteriak dan menangis histeris.

"Ibuuuuu"

*

*

Bersambung..

Bab 3 ( Janur kuning menjadi bendera kuning )

Suci menangis pilu di depan jenazah Bu Asih, karena Suci tidak menyangka keluarga satu-satunya yang dia miliki pergi secepat itu.

"Bu, bangun Bu, kenapa Ibu ninggalin Suci secepat ini?"

"Nak, ikhlaskan kepergian Bu Asih supaya beliau tenang dia alam sana, dan jangan sampai air mata Suci menetes pada jenazah Ibu, karena itu akan membuat Ibu merasa berat meninggalkan dunia ini," ujar Bu Inah dengan membantu Suci menjauh dari Jenazah Bu Asih, supaya airmata Suci tidak mengenai jenazah Ibunya.

Saat ini beberapa tetangga Suci kembali berbisik membicarakan tentang kejadian yang menimpa Suci.

"Kalau saja si Suci tidak ke luar malam-malam dan menjadi korban pe*merkosaan, mungkin Bu Asih tidak akan meninggal dunia."

"Bu, jangan seperti itu, kasihan Suci karena pernikahannya dibatalkan, ditambah lagi Ibunya meninggal dunia," ujar salah satu tetangga yang lainnya.

Degg

Jantung Suci rasanya berhenti berdetak ketika mendengar perkataan para tetangganya, Suci baru mengetahui kalau pernikahannya dengan Rian telah dibatalkan.

Pantas saja Rian tidak ada di sini, karena ternyata dia telah membatalkan pernikahan kami. Mikir apa kamu Suci, saat ini kamu telah kotor, sudah pasti Rian akan merasa jijik dengan kamu, batin Suci dengan menahan sesak dalam dadanya.

Suci kembali teringat dengan kejadian malang yang menimpanya, dan Suci merasa jijik dengan tubuhnya sendiri, sampai akhirnya Suci berlari ke dalam kamar, karena dirinya sudah tidak kuat menahan airmata yang sudah tidak dapat dibendungnya lagi.

"Bu, maafin Suci, seandainya semalam Suci mendengar kata-kata Ibu, Suci pasti tidak akan mengalami nasib buruk yang menghancurkan masa depan Suci, dan Suci pasti tidak akan kehilangan Ibu," ujar Suci dengan menangis memeluk fhoto Bu Asih.

Bu Inah yang merasa khawatir kepada Suci, memutuskan untuk menyusul Suci ke dalam kamarnya.

"Nak, Suci jangan mendengarkan perkataan oranglain, Suci tidak boleh menyalahkan diri sendiri, karena semua yang terjadi dalam kehidupan Suci sudah menjadi takdir yang digariskan oleh Tuhan. Suci harus ikhlas, Suci harus tabah menghadapi semuanya," ujar Bu Inah dengan memeluk tubuh Suci.

"Bu, sekarang hidup Suci sudah hancur, Suci sekarang hidup sebatang kara," ujar Suci dengan menumpahkan tangisannya dalam pelukan Bu Inah.

"Nak, Suci tidak sendirian, Allah SWT akan selalu ada untuk umat-Nya yang bersabar, Suci juga masih memiliki Ibu dan keluarga Ibu, kami sudah menganggap Suci sebagai keluarga kami sendiri."

"Makasih banyak ya Bu, Ibu dan keluarga sudah baik sama Suci."

"Sudah seharusnya sesama manusia kita saling membantu. Nak, apa Suci mengenal laki-laki yang telah menodai Suci?"

"Tidak Bu, Suci tidak mengenal mereka, sepertinya mereka bukan orang sini, karena mobil yang mereka gunakan memiliki plat B."

"Nak, memangnya mereka berapa orang? Suci masih ingat tidak wajah mereka?"

"Suci tidak terlalu jelas melihat mereka, hanya satu yang paling jelas Suci lihat, dan mereka memanggil lelaki tersebut dengan nama Arya, dan Arya adalah lelaki yang telah menghancurkan hidup Suci Bu."

Bu Inah hanya bisa menghela napas panjang, karena Bu Inah sangat mengerti perasaan Suci yang saat ini begitu hancur, tapi mereka tidak memiliki bukti apa pun untuk melaporkan pelaku kejahatan yang telah melecehkan Suci.

"Bu, siapa yang semalam menemukan Suci? karena sebelum pingsan, Suci samar-samar mendengar suara Rian yang memanggil nama Suci."

"Semalam Rian dibantu Suami Ibu dan dua tetangga lainnya mencari keberadaan Suci. Bapak bilang, Rian yang pertama kali menemukan Suci. Suci lihat jaket ini, ini adalah jaket Rian yang dia pakai untuk menyelimuti tubuh Suci," ujar Bu Inah dengan memberikan jaket Rian kepada Suci.

Suci menangis dengan memeluk jaket Rian, dan aroma tubuh Rian masih menempel pada jaket tersebut. Ketika Suci meraba saku jaket Rian, Suci menemukan sapu tangan yang dipakai Arya untuk menyumpal mulutnya.

Darah Suci langsung mendidih ketika memegang sapu tangan yang sudah menjadi saksi bisu saat Suci kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, dan Suci meremas sapu tangan tersebut ketika melihat sulaman nama Arya yang menempel pada sapu tangan.

Kamu sudah menghancurkan hidupku Arya, aku bersumpah akan membalas semua yang telah kamu perbuat. Kamu sudah menyebabkan Ibuku meninggal dunia, dan pernikahanku batal karena perbuatan kamu dan teman-teman kamu yang seperti binatang, batin Suci yang sudah dipenuhi oleh kebencian.

"Nak, sebenarnya yang membatalkan pernikahan Suci dan Rian adalah Mamanya Rian, karena Rian bersikeras ingin menikahi Suci, bahkan Rian sampai melawan Nyonya Linda, tapi Nyonya Linda menyuruh kedua bodyguard nya untuk membawa Rian pulang."

"Bu, dari dulu kedua orangtua Rian tidak pernah merestui hubungan kami, apalagi sekarang Suci sudah kotor, jadi Nyonya Linda memiliki alasan yang kuat untuk membatalkan pernikahan Suci dan Rian."

"Tapi Nak, Rian sangat mencintai Suci, dan Ibu tau kalau Suci dan Rian saling mencintai."

"Bu, sekarang Suci sudah tidak pantas untuk Rian, meski pun Nyonya Linda tidak membatalkan pernikahan kami, pasti Suci sendiri yang akan membatalkan pernikahan Suci dengan Rian."

Suci memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum mengantar jenazah Bu Asih menuju tempat peristirahatan terakhirnya, dan Suci terus menggosok tubuhnya dengan kuat, karena Suci merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

"Aku kotor, aku kotor. Rian, maafkan aku yang tidak bisa menjaga kesucianku. Semoga kamu mendapatkan perempuan yang lebih baik segala-galanya dibandingkan dengan diriku," gumam Suci dengan terus meneteskan airmata.

......................

Suci ke luar dari dalam rumahnya untuk mengantar jenazah Bu Asih menuju tempat peristirahatan terakhirnya, dan hati Suci terasa sakit bagai tertusuk ribuan duri ketika melihat janur kuning yang saat ini diturunkan dan diganti menjadi bendera kuning.

Tubuh Suci terasa lemas, dan Suci hampir saja terjatuh seandainya Rian tidak datang dan menangkap tubuh Suci.

"Suci, kamu baik-baik saja kan?" tanya Rian dengan penampilan yang berantakan, karena Rian saat ini telah kabur dari penjagaan kedua bodyguard Mama Linda yang sedang lengah.

"Rian, kenapa kamu ke sini?" tanya Suci dengan mencoba melepaskan diri dari pelukan Rian.

"Suci, aku sangat mencintai kamu, dan aku tidak bisa berpisah dengan kamu."

"Tidak Rian, aku sudah kotor, aku tidak pantas untuk kamu."

"Suci, bagiku kamu akan tetap Suci, dan kita akan tetap menikahi kamu," ujar Rian dengan menangkup kedua pipi Suci.

"Lupakan aku Rian, lupakan cinta kita? mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk hidup bersama, dan aku akan selalu berdo'a semoga kamu mendapatkan perempuan yang lebih baik segala-galanya dibandingkan dengan diriku. Jadi, sekarang juga aku minta kamu pulang dan jangan pernah menemui aku lagi," ujar Suci dengan melangkahkan kaki menuju pemakaman, meninggalkan Rian yang saat ini masih berdiri mematung di depan rumahnya.

"Maafkan aku Rian, semua ini adalah yang terbaik untuk kita," gumam Suci dengan airmata yang terus menetes pada pipinya, karena bagaimanapun juga Suci sangat mencintai Rian, dan Suci merasa berat untuk berpisah dengan Rian.

*

*

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!