Suasana kota malam hari didominasi udara dingin sejak pagi hingga malam. Hujan mengguyur kota tiada henti membuat suasana bertambah mencekam
Di sudut kamar yang terlihat sunyi, seorang gadis tengah duduk meringkuk seorang diri. Dia adalah Rachel, seorang wanita muda yang tumbuh tanpa kedua orang tuanya.
Semenjak ditinggal kedua orang tuanya, Rachel harus berjuang seorang diri untuk menyambung hidupnya. Jam telah menunjukan pukul satu dini hari. Rumah-rumah di kota itu tampak telah sunyi dan gelap. Mungkin para penghuninya telah beranjak tidur. Mengisi energi yang akan digunakan keesokan hari.
Rachel bangun dari tidurnya. Di saat orang lain beristirahat, wanita itu bahkan harus bekerja. Suasana malam yang dingin membuat diri lebih enak untuk memejamkan mata, tapi itu tidak berlaku bagi Rachel. Dia harus tetap bekerja untuk menyambung hidup.
Suasana berbeda terasa di sebuah klub malam. Di sana suasana akan semakin meriah dan gemuruh jika hari menjelang subuh. Orang-orang semakin banyak datang berkunjung.
Di lantai dansa dan tempat-tempat duduk mewah banyak terlihat pasangan manusia. Entah mereka pasangan suami istri, sepasang kekasih atau hanya sekedar pasangan selingkuh.
Lampu yang semakin meremang di area tempat duduk tampak kontras dengan cahaya yang bersahutan yang sangat menyilaukan mata di lantai dansa. Suara musik juga terdengar sangat keras berdentam, seolah menguji kekuatan gendang telinga mereka.
Malam minggu membuat suasana di klub tampak semakin ramai tidak terkendali. Para bartender tampak sibuk melayani pengunjung yang meminta jamuan minuman beralkohol di klub malam itu. Para wanita yang berpakaian seksi tampak mulai mencari mangsanya.
Di sudut ruangan ada seorang pemuda tampan sedang duduk sambil termenung. Berbeda dengan pria pengunjung lain, di mejanya hanya ada segelas jus jeruk.
Dari tempat berbeda seorang wanita muda yang sangat cantik dengan berpakaian seksi sedang mengamati pemuda itu. Dengan langkah pasti dia berjalan mendekati pria itu.
"Sendirian saja?" tanya Rachel begitu sampai dihadapan pria muda itu.
Pria muda itu bernama Farhan. Dia tampak sedikit keget melihat kedatangan Rachel. Setelah melihat wanita itu sekilas, dia kembali menunduk.
Sebagai primadona di klub, Rachel merasa tersinggung. Tidak pernah ada seorang pria menolak kehadirannya.
Rachel lalu berjalan menuju sofa tempat Farhan duduk. Dengan tanpa malu dia duduk di samping Farhan.
"Aku boleh duduk di sini menemani kamu?" tanya Rachel.
"Silakan ...." Hanya itu jawaban dari Farhan. Kepalanya masih saja menunduk: Rachel tampak kaget saat melihat di meja hanya ada segelas jus jeruk.
"Apa pria ini tidak salah masuk tempat? Mungkin dia mengira ini kafe?" tanya Rachel dalam hatinya.
Rachel makin merapatkan tubuhnya pada Farhan dan memeluk lengan pria itu. Reaksi dari Farhan sangat mengejutkan Rachel, pria muda itu langsung menepis tangannya.
"Maaf, kamu itu bukan mahram bagiku. Jadi aku harap tolong jangan sentuh aku," ucap Farhan melepaskan tangan wanita itu yang memeluk lengannya. Pria itu lalu menggeser duduknya menjauh dari Rachel.
Dahi Rachel tampak berkerut memdengar ucapan Farhan. Sepertinya dia tidak mengerti dengan apa yang pria itu katakan.
"Apa itu mahram?" Rachel akhirnya bertanya.
"Apa kamu tidak tahu arti mahram?" Bukannya menjawab pertanyaan Rachel, Farhan malah balik bertanya.
"Aku baru mendengarnya,"
"Mahram itu adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi karena nasab dan sebab," jawab Farhan akhirnya.
"Aku tak mengerti. Lupakan saja tentang itu. Kenapa kamu hanya pesan jus jeruk? Semua pria yang datang ke sini memesan minuman yang beralkohol," ucap Rachel.
Farhan tersenyum. Dia tahu jika kehadirannya di sini adalah salah. Namun, dia juga butuh tempat untuk menghilangkan semua beban pikirannya. Jika kedua orang tuanya tahu, Farhan memdatangi tempat ini, pastilah dia akan dimarahi serta diceramahi.
"Bukankah agama kita melarang menyentuh minuman haram itu, pasti kamu juga tahu," ucap Farhan.
"Kamu muslim?" tanya Rachel lagi.
"Ya ... kenapa?" Kembali Farhan bertanya.
"Aku non muslim. Namun, di agama kami juga melarang minuman keras karena dapat merusak moral dan kesehatan," ucap Rachel dengan lirih.
Tampaknya wanita itu tertarik dengan Farhan. Dia selalu saja mencuri pandang dengan pria itu. Farhan yang menunduk dapat merasakan jika dirinya sedang diperhatikan.
"Kamu kenapa ada di sini? Sepertinya ini bukan tempat yang baik bagi wanita," ucap Farhan.
Rachel tersenyum miring menanggapi ucapan pria itu. Semua orang juga tahu jika klub bukan tempat yang baik bagi siapapun, baik pria maupun wanita.
Namun, dia tidak ada pilihan lain. Dia harus menyambung hidup dan pekerjaan yang menjanjikan banyak uang dengan hanya bermodal ijazah SMP adalah di sini.
"Aku bekerja di sini," jawab Rachel.
"Pekerjaan seperti apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?" tanya Farhan.
Pertanyaan Farhan membuat dahi Rachel kembali berkerut. Wanita itu makin tidak mengerti, apa yang ada dalam pikiran pria itu.
"Jangan pura-pura bodoh. Semua orang juga tahu apa yang dilakukan pekerja wanita di tempat seperti ini. Menemani pria minum, jika ingin berlanjut ke tempat tidur juga boleh. Apa kamu mau aku temani ke hotel?" tanya Rachel.
Farhan akhirnya menatap ke arah Rachel. Pria itu terkejut melihat kecantikannya. Matanya terpaku menatap wajah wanita itu.
...****************...
Selamat Pagi. Mama kembali datang membawa karya terbaru. Mohon dukungannya. 💓💓
Farhan memutuskan mengajak Rachel untuk menemaninya ke sebuah kafe yang buka 24 jam. Di sini mereka saat ini berada. Pria itu memesan dua gelas kopi dan sepiring kentang goreng.
"Kenapa aku di bawa ke sini? Bukannya ke hotel? Jika kamu lapar masih bisa pesan di hotel 'kan?" Rachel mengucapkan banyak pertanyaan.
Saat Farhan mengajak dirinya pergi dari klub malam itu, Rachel berharap pria itu akan memyewa jasanya. Melihat perawakannya yang ganteng dan bersih, wanita itu tidak ragu untuk melayaninya.
Sebagai wanita penghibur dan yang menjadi primadona di klub, Rachel tidak mau melayani sembarang pria. Satu lagi syarat mutlak darinya harus menggunakan pengaman. Wanita itu juga takut tertular penyakit kel*min.
"Untuk menemani aku minum kopi," ucap Farhan sambil tersenyum.
"Jadi kamu mengajakku hanya untuk ini? Emang kamu mau bayar aku berapa? Kamu tahu tarifku berapa per-jamnya?"
Rachel bertanya sambil tersemyum miring. Dia tidak menyangka akan semua ini. Wanita itu tidak mungkin membuang waktunya percuma.
"Apa dalam pikiranmu hanya ada uang?" tanya Farhan.
Dia memandangi wajah Rachel. Wanita itu tampak masih muda dan cantik. Sangat disayangkan harus terjerumus di dunia malam, pikir Farhan.
"Tentu saja. Mungkin orang-orang seperti kamu tidak perlu memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak, karena uang yang mencari kalian. Kamu juga pasti belum pernah merasakan bagaimana perut ini lapar, sedangkan uang sepeserpun tidak ada. Aku tidak mau merasakan itu lagi, makanya yang ada dalam pikiranku ini uang. Semua juga hanya untuk penyambung nyawa!" ucap Rachel dengan sedikit emosi.
"Jika aku memenuhi semua kebutuhan hidupmu, apakah kau bersedia meninggalkan pekerjaanmu saat ini?" tanya Farhan.
Seditik Rachel terpaku, bingung mendengar ucapan Farhan. Bagaimana mungkin seorang pria yang baru saja bertemu akan mau menanggung hidupnya. Sedikit dibimbangi keraguan, akhirnya Rachel membuka suara.
"Apa kau akan menjadikan aku simpanan?" tanya Rachel.
Farhan tertawa mendengar pertanyaan Rachel. Wanita itu tampaknya masih sedikit polos. Terlihat dari caranya bertanya.
"Aku tidak akan menjadikan kamu simpanan, tapi seorang istri."
Mata Rachel melotot karena kaget. Dia merasa pria di depannya saat ini hanya ingin bermain-main saja. Mana mungkin seorang pria yang terlihat sebagai pria baik-baik akan menikahi dirinya yang hanya wanita malam. Yang lebih mengagetkan lagi, mereka baru bertemu sekali ini saja. Semua ini pasti salah pendengarannya.
"Kamu ingin menikahiku ...?" tanya Rachel untuk memastikan pendengarannya.
"Ya, aku ingin msnikahimu!" jawab Farhan tegas.
"Kamu sadar dengan ucapanmu? Kamu tau 'kan aku ini siapa? Apa kamu tidak akan menyesal nantinya menikahi aku?" tanya Rachel lagi.
"Tidak ...." Kembali Farhan menjawab dengan tegas.
Farhan telah yakin dengan keputusannya. Dia akan menikahi Rachel. Semua ini untuk menolong wanita itu keluar dari dunia hitam. Bagi Farhan, wanita itu tidak pantas berada di tempat seperti yang tadi dia datangi.
Farhan sampai ke klub juga tidak sengaja. Pikiran kacau menuntun dirinya mendatangi tempat yang kata mereka merupakan surga dunia.
"Kamu muslim dan aku non muslim, bagaimana mungkin kita bisa menikah. Lupakan saja!" ucap Rachel.
Wanita itu berdiri dari duduknya. Rachel merasa sia-sia saja kerjanya malam ini. Dari penampilan Farhan tampak seperti seorang sultan. Ternyata dia hanya pria yang banyak omong. Itu yang ada dalam pikiran Rahel saat ini.
"Aku mau pulang saja. Kamu telah menghabiskan waktuku percuma. Perlu kamu tahu, tarifku satu jam itu satu juta. Kamu telah membuang waktuku dua jam. Untung kamu ganteng, jika tidak ... aku pasti telah meminta seseorang untuk menghajarmu!" ucap Rachel sedikit emosi.
Dia melangkahkan kakinya meninggalkan meja tempat mereka minum kopi. Baru beberapa langkah, terdengar kembali suara Farhan.
"Berapa nomor rekeningmu. Kirimkan ke nomor ponselku. Ini kartu namaku," ucap Farhan dengan menyodorkan sebuah kartu.
Rachel berbalik dan langsung mengambil kartu nama itu. Wajahnya tampak gusar.
"Aku serius dengan ucapanku. Kamu bisa memikirkannya satu malam. Besok malam aku datang ke klub untuk meminta jawaban darimu. Namun, kamu harus mengikuti agamaku. Cobalah berpikir dahulu," ucap Farhan sambil memberikan kartu namanya.
Tanpa menjawab ucapan Farhan, Rachel berjalan meninggalkan pria itu. Dia merasa semua ucapan Farhan hanyalah bualan semata.
...****************...
Rachel berangkat lebih awal kali ini. Dia memakai pakaian yang sangat seksi. Namun, ditutupi dengan jaket jeansnya. Langkahnya ringan, siap bekerja malam ini. Saat ini dia sedang menunggu taksi pesanannya.
Senyuman selalu terpancar dari bibir mungilnya. Dia masih tidak percaya jika Farhan telah mentransfer uang dengan nominal cukup tinggi.
"Rasanya tidak percaya jika pria itu mentransfer uang banyak begini. Jika semua tamu seperti dia, bisa cepat kaya aku," ucap Rachel pada dirinya sendiri.
Rachel berjalan dengan pasti memasuki sebuah club ternama dikotanya. Suara dentuman musik langsung menyambut kedatangan wanita itu.
Tanpa Rachel ketahui, di tempat kemarin, duduk seorang pria yang sedang menanti kehadirannya. Melihat kedatangan wanita itu, Farhan tersenyum.
Rachel berjalan menuju meja bartender dan meminta segelas minuman yang beralkohol. Setengah jam kemudian wanita itu berjalan menuju lantai dansa. Berbaur dengan pengunjung lainnya.
Mata Farhan dan mungkin juga sebagian besar pria yang ada di klub tertuju pada wanita yang sedang menggerakkan tubuh mengikuti alunan musik di klub.
Bukan saja karena gerakan tubuhnya yang membuat kaum adam tertarik, tapi karena paras cantiknya yang sangat imut ditambah dengan balutan pakaian seksi. Rachel, apakah wanita seksi itu tidak menyadari jika dirinya telah menjadi pusat perhatian orang-orang di klub atau mungkin dirinya memang sengaja menggerakan tubuhnya yang seksi untuk menjadi pusat perhatian.
Setelah puas menggerakkan tubuh seksinya, Rachel berjalan menuju salah satu sudut ruangan. Sepanjang kakinya melangkah, dia menjadi pusat perhatian. Para lelaki hidung belang banyak yang menggoda dan mengajaknya untuk menemani mereka, tapi semua ditolaknya.
Rachel berjalan menuju sofa di mana Farhan duduk. Dia tadi menangkap kehadiran pria itu. Sampai dihadapan lelaki itu, bibirnya langsung merekah memberikan senyuman terbaiknya.
"Apa kabar, Sayang?" Rachel bertanya dengan nada manja.
Farhan membalas senyuman wanita itu. Sepertinya dia lupa jika harus menjaga pandangan matanya dari wanita seksi yang berada dihadapannya saat ini.
(Seorang laki-laki haram memandang anggota tubuh perempuan yang bukan mahram selain wajah dan telapak tangan tanpa uzur dan tanpa hajat. Hanya saja seorang laki-laki makruh memandang keduanya. Sebaiknya memandang keduanya ditinggalkan)
"Apa kamu mau menemaniku minum kopi seperti kemarin?" tanya Farhan tanpa basa basi.
"Dengan senang hati. Apa lagi jika bayarannya sebanyak kemarin," ucap Rachel.
"Aku akan membayar lebih dari yang kamu dapat kemarin," ujar Farhan lagi.
Sebagai seorang CEO muda, bagi Farhan uang segitu tidaklah seberapa. Walau terlahir dari keluarga taat beragama dan dari ayah yang seorang Ustad, tapi pria itu tidak mengikuti jejak orang tuanya dan memilih profesi yang jauh berbeda.
Farhan mengajak wanita itu menuju sebuah kafe yang berbeda dari kemarin. Kali ini pria itu memilih ruangan VIP agar lebih nyaman.
Sambil menunggu pesanan mereka tiba, keduanya mengobrol. Farhan tampak menarik napas panjang sebelum memulai obrolan.
"Aku tidak biasa basa-basi. Aku hanya ingin tahu jawaban kamu atas tawaran yang aku berikan kemarin. Apa kamu bersedia menjadi istriku?" tanya Farhan.
Mata Rachel tampak terbelalak mendengar pertanyaan pria itu. Dia pikir semua hanya bualan. Ternyata serius.
Jika boleh jujur, siapapun yang berada di posisi dia saat ini pastilah akan kaget. Seorang pria baik-baik melamar wanita malam. Tidak masuk akal, bukan?
"Katakan satu alasan saja, kenapa kamu ingin menikah denganku?" tanya Rachel akhirnya.
"Aku ingin mengembalikan kehormatan dan harga dirimu sebagai seorang wanita, itu alasan utamanya," jawab Farhan dengan tegas.
Rachel tampak berpikir. Dahinya berkerut. Alasan yang diberikan pria itu cukup meyakinkan baginya. Dia juga ingin terbebas dari dunia malam. Dua tahun cukup baginya melakukan pekerjaan kotor ini.
Akhirnya anggukan kepala yang diberikan Rachel, memberikan jawaban atas pertanyaan yang Farhan ajukan.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!