NovelToon NovelToon

Pengantin Pelunas Hutang

Hanya Anak Pungut

Udara pagi menyapa, membelai dedaunan basah, menyeruakkan aroma khas yang sarat akan segarnya pagi ini.

Burung-burung yang berkicau di atas dahan menambah indahnya suasana pagi, mengabarkan pada dunia bahwa sang penguasa hadi telah siap untuk kembali bekerja mendampingi bumi disiang hari.

Kelopak mata itu terbuka dengan perlahan, memperlihatkan sepasang hazel yang indah. Kemudian pandangannya menyapu, bergulir pada jam yang menggantung di dinding.

"Eungg... Sudah pagi rupanya." Gadis itu bergumam pelan.

Setelah mandi dan berpakaian lengkap. Gadis bernama lengkap Jessica Su itu pun segera keluar dan membantu sang ibu menyiapkan sarapan.

Dari jarak dua meter. Jessica melihat keberadaan dua perempuan berbeda usia tengah berkutat di dapur menyiapkan sarapan. Jessica melanjutkan langkahnya dan kemudian bergabung bersama mereka berdua.

"Wow, Tuan Putri sudah bangun rupanya." Sinis seorang wanita yang terlihat seumuran dengannya. Alih-alih menanggapi, Jessica malah mengabaikannya dan hal itu membuat si wanita naik pitam.

"Yakk!! Aku bicara denganmu dan berani sekali kau mengabaikanku!!" Bentak wanita itu penuh emosi.

Jessica mendengus berat. Gadis itu berbalik dan menatap tajam wanita di sampingnya.

"Aku sedang malas berdebat denganmu, jadi diamlah dan berhenti bicara!!" ucapnya dingin.

"Ma, kau dengar itu? Dia mulai berani mencari masalah denganku. Aku tidak mau tau, pokoknya Mama harus menghukumnya!!" pinta Jenny.

"Cukup, Jenny!!" Bentak wanita setengah baya yang di panggil Ibu oleh Jenny itu. "Sebaiknya kalian jangan bertengkar lagi, bantu Mama menyiapkan sarapan sekarang!! Bukankah kalian harus pergi kuliah?" ucap wanita itu sambil menatap kedua putrinya bergantian.

Jenny melepas apronnya dan pergi begitu saja meninggalkan Jessica dan ibunya. "Dasar manja, menyebalkan sekali dia." Jessica terus saja menggerutu. Sikap menyebalkan saudara perempuannya itu terkadang membuatnya naik darah.

Tak ingin ambil pusing. Jessica melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda. "Biar aku saja yang mencuci buah dan sayurnya." Ucap Jessica yang segera di balasan oleh sang ibu.

"Oya, Sica, sebaiknya malam ini kau tidak pergi kemana pun, bantu Mama di boutique. Boutique kebanjiran orderan dan kita kekurangan tenaga." ucap wanita paruh baya itu.

"Tidak masalah. Kebetulan aku free hari ini, jadi aku bisa membantu Ibu satu hari full di boutique kita." Jessica tersenyum.

Wanita itu tersenyum lembut. "Terimakasih, Sayang. Memang hanya dirimu yang paling mengerti dan memahami, Mama. Jika saja kau terlahir dari rahim Mama, pasti Mama akan menjadi Ibu paling beruntung karena telah melahirkan anak seperti dirimu." ujarnya.

Jessica memeluk wanita yang sejak 15 tahun lalu itu menjadi ibunya. "Meskipun aku bukan anak yang terlahir dari rahim, Mama. Tapi percayalah jika aku sangat menyayangi, Mama."

"Mama, juga sangat menyayangimu, Nak." kemudahan mereka berdua saling berpelukan.

Jenny menggerakkan tangannya. Dia benci melihat pemandangan memuakkan itu. Jelas-jelas ia adalah putri kandungnya. Tapi sang ibu malah lebih menyayangi si anak pungut.

Kemudian Jenny berbalik, dan dia nyaris saja berteriak karena kemunculan sang ayah yang begitu tiba-tiba. "Pa!! Kau hampir saja membunuhku!!" ucapnya kesal.

"Maaf, Sayang. Papa, tidak bermaksud mengejutkanmu. Ngomong-ngomong apa yang sedang kau lihat?" Tuan Su mengikuti arah pandang putrinya.

"Aku tidak suka pada anak pungut itu. Kenapa Mama sangat menyayangi dan memanjakannya?! Aku adalah putrinya, tapi dia lebih menyayangi, Jessica. Ini sangat tidak adil untukku, Pa." ujar Jenny.

Tuan Su mendesah berat. "Bukan hanya kau saja. Papa, juga sangat tidak menyukainya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ibumu terlalu menyayanginya." ujarnya

"Aku ingin Papa menyingkirkan dia dari rumah ini, bagaimanapun caranya!!" pinta Jenny.

"Secepatnya, dan Papa sudah memiliki caranya." Tuan Su menyeringai.

"Bagus. Aku ke kamar dulu untuk bersiap-siap. Aku ada kuliah pagi ini." Tuan Su mengangguk. Pria itu berbalik dan pergi dari sana.

.

.

Usai sarapan. Semua sibuk dengan urusan dan kesibukan masing-masing. Arya Su sudah berangkat ke kantor untuk bekerja, sedangkan Jenny pergi kuliah. Di rumah itu hanya menyisakan Jessica dan Maria.

Jessica menghampiri sang ibu yang terlihat sibuk dengan setumpuk sketsa terbaru dari musim dingin.

"Ma, bisa kita berangkat sekarang?" Seru Jessica yang segera di balas anggukan oleh sang Ibu.

"Tentu, Sayang. Kau saja yang mengemudikan mobilnya." Jessica tersenyum dan kemudian mengangguk.

"Bukan masalah," ucapnya. Keduanya pun berjalan beriringan menuju halaman, tempat di mana mobil Maria di parkirkan.

.

.

"Presdir, ingin supaya Anda mengembalikan semua uang yang Anda pinjam darinya."

"Apa tidak bisa memberi tempo lagi? Aku pasti akan melunasi semuanya. Tapi tidak sekarang, perusahaanku sedang mengalami masalah keuangan. Bagaimana jika bulan depan?" mohon Arya Su.

Pria berkaca mata dan berjas hitam itu menggelengkan kepala. "Maaf, Tuan Su. Tapi batas waktu yang Presdir berikan pada Anda sudah pada batasnya."

"Anda sudah terlalu lama mengulur waktu dan membuat Presdir marah. Jika Anda tidak bisa mengembalikan semua hutang Anda pada perusahaan kami dalam waktu satu Minggu, maka Anda harus siap-siap kehilangan perusahaan ini." ucap pria berkacamata itu.

"Apa?!" Kedua mata Arya Su membelalak setelah mendengar apa yang pria berkaca mata itu sampaikan. "Apa hal ini tidak bisa di bicarakan lagi?"

Pria itu menggeleng. "Maaf, Tuan. Saya tidak berani mengambil keputusan. Karena semua keputusan ada di tangan ,Presdir Xi. Jika Anda ingin, saya bisa mempertemukan Anda dengan beliau. Kebetulan hari ini Beliau kembali dari China."

"Tidak masalah, atur saja waktunya dan aku akan menemuinya untuk membahas masalah ini." ucap Arya.

Pria berkaca mata itu membungkuk. "Kalau begitu saya permisi dulu." Pria itu beranjak dan pergi begitu saja.

Arya Su memijit pelipisnya yang terasa pening. Jika dalam satu Minggu dia tidak bisa mengembalikan semua hutang-hutangnya. Maka dia harus rela kehilangan perusahaannya.

Arya menggeleng. Pria itu mengepalkan tangannya."Ini waktunya kau membalas Budi padaku, Jessica Su. Aku akan menyerahkanmu para Tuan Muda sombong dan arogan itu!!"

Sebuah seringai tercetak di bibirnya. Bagaimana dia bisa sangat bodoh? Bukankah dia memiliki sebuah permata, jadi kenapa tidak di gunakan saja? Arya akan menyerahkan Jessica sebagai alat Pelunas hutang-hutangnya pada Tuan Muda keluarga Xi.

.

.

"Tuan Muda."

Seruan itu mengalihkan perhatian seorang laki-laki muda yang sedang memandang bunga-bunga cantik di taman belakang miliknya melalui dinding kaca di ruangan pribadinya.

Pria berdarah China itu hanya melirik sekilas pada pria berkaca mata yang menegurnya. "Kau sudah bertemu dengannya?"

"Sudah, Tuan Muda. Dan dia ingin bertemu dengan Anda secara langsung. Jika Anda tidak ingin menemuinya, Saya bisa membatalkannya dan mengatakan padanya jika Anda sedang sibuk."

"Tidak perlu!! Aku akan menemuinya, atur tempat dan waktunya. Pastikan itu adalah tempat yang memiliki privasi." ucap laki-laki itu.

"Baik, Tuan. Saya mengerti."

Nathan Qin, adalah putra tunggal dan satu-satunya pewaris dalam keluarga Xi. Kedua orang tuanya meninggal ketika Nathan berusia 15 tahun dalam sebuah kecelakaan mobil.

Sejak saat itu. Nathan di asuh dan di besarkan oleh kakak dari ayahnya. Bukan karena mereka tulus melakukannya, tapi karena mengincar harta kekayaan keluarga Xi yang tak terbatas jumlahnya.

Kehilangan kedua orang tuanya dan kerasnya hidup. Merubah Nathan menjadi pribadi yang dingin dan tertutup. Nathan juga di kenal memiliki tempramen yang sangat buruk, arogan dan jarang menggunakan hati pada mereka yang berani mencari masalah dengannya.

Dan harga mahal yang harus mereka bayar untuk sebuah kesalahan fatal adalah dengan kematian!!

.

.

Bersambung.

Flashback

Sebuah mobil mewah melaju kencang pada jalanan malam kota Seoul yang padat akan kendaraan yang berlalu lalang, baik itu pribadi maupun umum.

Di jok depan seorang pria berkacamata duduk di samping pria berjas yang mengemudikan mobil hitam tersebut. Di jok belakang, seorang pria muda dengan ketampanan di atas rata-rata tengah duduk tenang sambil menatap keluar.

Perlahan pria itu menutup matanya dan sekelebat kenangan masa lalu melintas di ingatannya.

Flashback:

Lantunan lagu natal menggema di sepanjang jalanan kota Seoul yang di selimuti warna putih salju. Terlihat seorang anak laki-laki berusia 16 tahun tengah menikmati indahnya malam natal tahun ini seorang diri.

Mendongakkan kepalanya, anak laki-laki itu memandangi langit di atasnya. First snow. Ya ini pertama kalinya salju turun di malam natal. Dan juga natal pertama yang harus dia lewati tanpa kedua orang tuanya.

Pukkk...

Anak laki-laki itu sedikit terlonjak kaget saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh punggung tangannya yang tak tertutup sarung tangan.

Sontak ia menoleh dan mendapati seorang anak perempuan berdiri beberapa meter dari tempatnya berada. "Apa yang kau lakukan?" Sinis anak laki-laki itu bertanya.

Si anak perempuan menggeleng. "Tidak ada. Hanya ingin mengajakmu bermain. Kau terlihat kesepian dan sendirian," jawab anak perempuan itu.

Tiba-tiba anak perempuan itu mengulurkan tangannya. "Aku, Jessica." Ucap anak kecil itu memperkenalkan diri. Alih-alih menerima uluran tangan Jessica. Anak laki-laki yang beranjak remaja itu hanya menatap tangan yang terulur di depannya itu datar. 

Jessica berdecak sebal. "Raih tanganku seperti ini dan perkenalkan dirimu. Apa sulitnya, pria cantik siapa namamu?",

Anak laki-laki itu menepis tangan Jessica dan menatapnya sinis. "Aku punya nama dan namaku, Nathan!! Bukan pria cantik, dan jangan coba-coba memanggilku dengan panggilan menggelikan seperti itu!! Atau ku bunuh kau!!"

Jessica terkekeh. "Bukannya mengerikan, kau malah terlihat menggemaskan. Aku juga sendirian, sebaiknya kita melewatkan malam natal ini bersama." Dengan seenaknya, Jessica menarik lengan Nathan, bahkan dia tak menghiraukan nada protes dari pemuda itu.

Mereka menghentikan langkahnya setelah tiba di Sungai Han. Nathan menoleh, menatap gadis di sampingnya. Wajah cantiknya tampak murung padahal beberapa saat yang lalu sebuah senyuman terukir di bibir tipisnya.

"Salju lagi," Jessica menghela napas. Malam ini adalah malam di mana salju pertama turun ke muka bumi. Salju tahun ini memang sedikit lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya.

"Aku benci salju," Nathan menoleh setelah mendengar gadis disampingnya mulai bicara.

"Kenapa,?"

"Karena salju itu dingin dan suram. Tapi aku juga a latidak bisa membohongi perasaanku jika aku selalu menantikan kedatangannya. Aneh bukan?" Jessica menoleh, membuat kontak mata diantara mereka tak terhindarkan

"Ya, sama sepertimu, aneh." jawab Nathan dingin.

Jessica menggembungkan pipinya dan mendecih sebal. Tidak hanya berwajah dingin dan minim ekspresi. Tapi Nathan juga bermulut tajam.

"Kalimat macam apa itu, dasar rusa kutub menyebalkan!!" dia menggerutu pelan.

Keheningan kembali tercipta di antara mereka. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jessica selalu melewatkan malam natal seorang diri. Duduk di bawah pohon oak di taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Namun tidak untuk tahun ini...

Meskipun baru bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain. Namun kehadiran Nathan cukup membantunya fan membuatnya merasa lebih baik.

"Kau mau kemana?" Seru Jessica melihat Nathan yang tiba-tiba saja bangkit dari duduknya. 

"Pulang!!"

Jessica meletakkan kedua tangannya di depan mulutnya dan berteriak kencang. "Aku harap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti. Dan aku harap kau tidak melupakanku, ingat selalu namaku ini. Namaku adalah Jessica!"

Flashback End:

Nathan membuka kembali matanya dan mendesah berat. Itu adalah kenangannya 12 tahun yang lalu. Di mana dia bertemu dengan gadis aneh bernama Jessica.

Sudut bibir Nathan tertarik ke atas. Entah kenapa dia tidak bisa mengenyahkan nama dan bayangan gadis kecil bernama Jessica itu dari benaknya, meskipun 12 tahun telah berlalu.

Terkadang dalam hati Nathan bertanya-tanya, seperti apa gadis itu sekarang? Apakah dia masih mengingat dirinya atau tidak?

"Tuan Muda, kita sudah sampai." Ucap pria berkaca mata yang duduk di jok depan. Dan suara berat pria itu menyandarkan Nathan dari lamunan panjangnya.

"Hn,"

Pintu di samping kanan Nathan terbuka lebar. Pria itu lekas turun dan berjalan memasuki sebuah restoran mewah yang terletak di kawasan kota Seoul, tempat di mana dia akan bertemu dengan Arya Su.

Seorang pelayan membukakan pintu untuk Nathan. CEO muda nan tampan itu melangkahkan kakinya secara bergantian menuju ruang VIP yang terletak di lantai dua restoran tersebut.

Cklekk...

Pria dalam balutan tuxedo hitam itu segera berdiri saat mendengar suara decitan pintu terbuka. Tak lama berselang dua lelaki muda memasuki ruangan tersebut.

"Dia adalah Tuan Muda Xi," ucap pria berkaca mata yang datang bersama Nathan.

Rasanya Arya tidak percaya jika CEO dari Xi Empire adalah seorang pria muda yang sangat tampan. Dia pikir Xi Nathan adalah pria yang telah berusia di atas 40 tahun, tapi ternyata dia adalah pria muda yang bahkan belum genap 30 tahun.

Meskipun perusahaannya sudah lama bekerja sama dengan perusahaan milik Nathan. Tapi ini pertama kalinya mereka bertemu.

Selama ini Nathan lebih sering tinggal di luar negeri dan fokus pada bisnisnya di sana. Sedangkan bisnisnya di Korea ia percayakan pada asisten pribadinya 'Leon'

"Tuan Xi, ini pertama kali kita bertemu. Bagaimana jika kita saling berbincang dan..."

"Langsung saja pada intinya. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk hal tidak berguna semacam itu."

"Tuan Muda Xi, saya ingin mengajukan sebuah kesepakatan dengan Anda. Bagaimana jika semua hutang-hutang saya, saya bayar dengan anak gadis saya? Saya memiliki seorang putri yang sangat cantik."

"Sayangnya aku tidak berminat!! Tidak ada dalam perjanjian, jika aku akan menerima putriku sebagai jaminan semua hutang-hutangmu pada Xi Empire."

"Lunasi semua hutangmu dengan segera atau aku akan membawa masalah ini ke jalur hukum!! Dan sesuai perjanjian, perusahaanmu akan menjadi milikku!!"

"Tunggu dulu, Tuan Muda!!" Arya mengeluarkan sebuah foto dari saku jasnya dan menunjukkannya pada Nathan. "Namanya Jessica, dia adalah putri saya. Bukankah dia sangat cantik?"

Nathan mengambil foto itu dari tangan Arya karena rasa penasarannya. Entah sebuah kebetulan atau bagaimana, nama putri Arya sama dengan nama gadis kecil yang ia temui 12 tahun yang lalu.

"Dia putrimu?" Arya mengangguk.

Nathan memperhatikan gadis dalam foto itu dengan seksama. Mulai dari mata, hidung, bibir sampai senyum manisnya. Dia benar-benar mengingatkan Nathan pada gadis kecil itu, Jessica.

"Baiklah. Aku terima kesepakatan itu!! Dengan satu syarat, Minggu depan dia harus tinggal bersamaku!!"

Arya tersenyum lebar. "Kesepakatan di terima," Arya menjabat tangan Nathan sambil tersenyum lebar.

Sekali lagi Nathan memperhatikan gadis dalam foto tersebut. "Akhirnya aku menemukanmu, gadis aneh!!"

-

Bersambung.

Membuat Kesepakatan

Mobil mewah itu melaju pada jalanan yang legang. Di dalam mobil tersebut sangat sunyi, tak ada percakapan sama sekali. Ketiga orang yang ada di dalamnya sama-sama diam dalam keheningan.

Laju mobil tiba-tiba saja terhenti ketika lampu lalu lintas berganti warna merah. "Tuan Muda, masih ada dua pertemuan penting yang harus Anda hadiri hari ini." Lapor Leon setelah memeriksa agenda majikannya.

"Hn," sahut Nathan bergumam.

"Oya, perwakilan dari QS Group menghubungi saya dan mereka ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita. Anda ingin mengambil kerjasama itu atau~" Leon menggantung ucapannya.

"Aku tidak berminat, mereka terlalu banyak membuat drama dan scandal!!" Nathan menyela ucapan Leon.

Leon mengangguk. "Saya akan segera menolaknya." ucapnya.

"Hn,"

Nathan terus menatap ke luar. Sejauh ini tak ada yang menarik perhatiannya, sampai akhirnya iris matanya menangkap siluet seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah boutique yang terletak di seberang jalan. Wajahnya tidak asing dan dia terlihat sangat cantik.

Nathan mengeluarkan foto yang di berikan oleh Arya untuk mencocokkan wajah mereka berdua, dan ternyata sama. Sudut bibirnya tertarik keatas, Nathan mengukir senyuman setipis kertas. "Akhirnya aku menemukanmu gadis aneh." Ujar Nathan setengah berbisik.

"Tuan Muda, Anda mau kemana?" Seru Leon saat Nathan tiba-tiba membuka pintu di samping kanannya dan turun dari mobil. 

Nathan berhenti lalu berbalik badan. "Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Sebaiknya kau duluan saja." ucapnya dan pergi begitu saja.

"Lalu bagaimana dengan Anda, Tuan Muda?" tanya Leon lagi.

"Aku akan naik taxi saja." jawabnya singkat.

"Kalau begitu biar saya saja yang pulang dengan Taxi. Anda bisa membawa mobilnya." Ucap Leon, pria berkaca mata itu lalu turun dari mobil tersebut.

Nathan memberikan sejumlah uang pada Leon dan supirnya. Mereka sempat menolaknya tapi Nathan terlalu pemaksa sehingga mereka tak memiliki pilihan selain menerimanya.

.

.

"Kalau begitu aku akan keluar sebentar untuk membeli makan siang, Ma." Seru Jessica seraya berjalan keluar meninggalkan boutique milik ibunya.

"Tidak usah jauh-jauh, di restoran biasanya saja." Seru Maria dengan nada sedikit meninggi.

"Aku tau, Ma," jawab Jessica di tengah langkahnya.

Jessica berjalan tenang menuju restoran langganannya. Seperti permintaan Maria, Jessica tidak pergi ke restoran yang jauh, tapi dia membeli dari restoran kecil yang letaknya bersebelahan dengan boutique milik ibu angkatnya.

Langkah kakinya tiba-tiba terhenti ketika mata hazelnya melihat seorang anak kecil tiba-tiba berlari ke arah jalan untuk mengejar bolanya yang menggelinding setelah terlepas dari dekapannya.

Kedua mata Jessica membelalak saat melihat sebuah truk dengan kecepatan tinggi melaju menuju anak itu. Tanpa memikirkan keselamatannya sendiri, Jessica berlari dan mendorong anak kecil itu ke tepi jalan.

Semua orang berteriak histeris. Sedangkan Jessica hanya mampu terpaku di tempat. Kedua kakinya terasa keluh, seolah-olah dia kehilangan sel-sel pada kedua lututnya.

Dan yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah pasrah. Gadis itu menutup matanya dengan perlahan. Setitik kristal bening mengalir dari sudut matanya. Lirih hatinya bergumam...

"Ma, aku menyayangimu....!!"

Satu detik...

Sepuluh detik...

Tiga puluh detik...

Enam puluh detik...

Aneh...Jessica tak merasakan apapun pada tubuhnya, termasuk rasa sakit. Ragu dan tak yakin, Jessica membuka kedua matanya, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat seseorang memeluknya dengan sangat erat, orang itu melindunginya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya orang itu memastikan.

Jessica mengangguk kaku. "Aku tidak apa-apa. Tapi kau yang tidak baik-baik saja, Tuan. Kau berdarah," ucap Jessica melihat darah segar mengalir dari kening pria itu tepat di atas alis kirinya.

"Hn, hanya luka kecil saja." ucap orang itu meyakinkan pada Jessica jika dirinya baik-baik saja.

Pria itu membantu Jessica untuk berdiri. "Meskipun hanya luka kecil saja, tapi jika dibiarkan tidak akan sembuh dengan cepat. Ayo, kita obati lukamu di boutique milik ibuku."

"Tunggu dulu." Pria itu yang pastinya adalah Nathan menahan pergelangan tangan Jessica. Membuat gadis itu mau tidak mau menghentikan langkahnya.

Jessica menoleh, membuat kedua matanya bersirobok dengan sepasang mutiara milik Nathan. Melihat sorot matanya, membuat Jessica mau tidak mau menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Tuan?" tanya gadis itu kebingungan.

"Bisa kita bicara empat mata? Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan dan aku katakan padamu. Jika kau ingin mengobati lukaku, kau bisa melakukannya nanti. Kebetulan ada kotak p3k di mobilku." ucap Nathan.

Jessica tampak berpikir, sebelum akhirnya menyetujui permintaan Nathan. "Tapi setelah aku membeli makan siang untuk ibuku. Aku juga harus memberitahunya, dia bisa khawatir."

Nathan mengangguk. "Baiklah."

.

.

Keheningan menyelimuti kebersamaan Jessica dan Nathan. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir mereka berdua, sudah lima belas menit dan mereka masih sama-sama diam. Luka di kening Nathan juga sudah di obati dan di tutup perban.

Nathan mendesah berat. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya dan memberikannya pada Jessica.

Sontak saja Jessica mengangkat wajahnya. "Apa maksudnya ini?" Tanya Jessica meminta penjelasan.

"Ayahmu!! Arya Su, memiliki hutang yang sangat banyak padaku. Dan dia ingin menjadikanmu sebagai jaminan pelunasan hutang-hutangnya pada perusahaanku, dan aku menyetujuinya." jelasnya.

"Apa?!" Jessica memekik kaget. "Lelucon macam apa ini? Apa kau pikir aku ini barang yang bisa diperjualbelikan?! Di mana hati nuranimu?!" Bentak Jessica penuh emosi.

Nathan mendengus berat. "Kau salah paham, Nona. Aku menyetujuinya bukan karena aku kejam dan tidak memiliki hati nurani. Justru yang aku lakukan ini karena aku ingin menyelamatkanmu." ucapnya.

"Ketahuilah jika ayahmu bukanlah orang baik. Jika dia memang menyayangimu, tidak mungkin dia menjualmu dan menjadikan dirimu sebagai alat pelumas hutang!!" lanjut Nathan menambahkan.

"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Jessica. Tatapannya berubah sendu.

"Aku ingin kita bekerja sama. Jika kau mau mengikuti aturan mainku, aku akan memberikan banyak keuntungan padamu." Nathan mulai mengajukan negosiasi pada Jessica.

"Tapi aku tidak mau dirugikan!!" Jessica menyahut cepat .

Nathan menggeleng. "Tidak sama sekali. Kau bisa menikmati seluruh hartaku, aku akan menjadikanmu sebagai nyonya besar di sana. Kau akan memiliki kekuasaan, dan orang-orang tidak akan berani memandang rendah dirimu, bahkan itu ayah dan kakak angkat mu!!" tegasnya .

"Bagaimana kau bisa tau jika mereka bukan keluarga kandungku? Dan dari mana kau bisa tau jika mereka selalu memperlakukan diriku dengan tidak adil? Siapa kau sebenarnya? Dan apa tujuanmu?" tanya Jessica, dia menatap Nathan dengan curiga.

"Aku tidak memiliki tujuan apapun, dan siapa diriku untuk saat ini tidaklah penting. Kau akan mengetahuinya setelah menikah denganku. Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Dan jika kau berubah pikiran, kau bisa langsung menemuiku. Ini kartu namaku." Nathan memberikan kartu namanya pada Jessica.

Dengan ragu Jessica menerima kartu nama yang Nathan berikan padanya. Tidak ada nama yang tertera di sana, jadi bagaimana bisa itu di sebut dengan kartu nama? Hanya ada alamat saja.

"Aku akan mengantarmu pulang. Ibumu, bisa cemas jika kau pergi terlalu lama." ucap Nathan seraya bangkit dari duduknya.

Jessica menahan pergelangan tangan Nathan. Pria itu lantas menoleh dan menatap gadis di depannya itu. "Ada apa?"

"Jika aku menyetujui untuk menikah denganmu? Apakah kau masih mengizinkanku untuk bertemu dengan Mama dan membantunya di Boutique?" Tanya Jessica memastikan.

Nathan membalas tatapan Jessica. "Tentu saja, aku akan memberikanmu kebebasan untuk melakukan apapun, selama itu tidak merugikan diriku. Aku tidak akan melarangmu untuk melakukan apapun yang kau inginkan." jawab Nathan.

Jessica menggigit bibir bawanya. Gadis itu mengambil nafas panjang dan membuangnya perlahan. Jessica menutup mata sejenak sebelum mengatakan keputusannya.

"Baiklah, aku terima tawaranmu. Aku...Akan menikah denganmu!!"

.

.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!