Pagi ini cuaca terasa sangat sejuk sekali, dan ini sangat bagus untukku yang pagi ini harus merasakan panas dingin, karena mendapat panggilan wawancara disebuah instansi sekolah. Btw namaku Hagaini Solaso Zebua, aku biasa dipanggil Haga oleh keluarga dan orang sekeliling. Mungkin kalian bingung dengan namaku yang unik. Baiklah agar kalian tidak penasaran aku berasal dari sebuah pulau kecil yang terletak diujung barat Indonesia, dan Yappss aku berasal dari pulau Nias yang mungkin jarang kalian dengar, namun jika kalian penyuka berita pasti kalian tahu dimana itu pulau Nias, karena Nias adalah daerah dimana salah satu tokoh yang terkenal di Indonesia lahir yaitu bapak Mentri Yasonna Laoly dan itu sesuatu yang membuat pulauku tidak terpencil sekali di mata semua orang wkwkwk. Baiklah kita lanjutkan, aku memiliki nama yang artinya Terangi Solaso yang diambil dari bahasa daerahku, aku merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, dan lahir dari keluarga yang sangat sederhana dimana ayah dan ibuku hanyalah seorang petani biasa yang tidak memiliki kekayaan, dan hari ini aku ingin mencoba keberuntungan agar bisa membantu ayah dan ibuku dalam membiayai sekolah adik-adikku yang masih duduk di bangku SMP dan SMA, ini wujud rasa terimakasihku kepada papa mama karena menyekolahkan aku hingga bisa meraih gelar S.Pd dengan jurusan pendidikan matematika, jujur saja didaerahku jarang yang namanya anak perempuan diizinkan mengenyam pendidikan oleh orangtua, karena bagi mereka perempuan tidak bertahan disamping mereka dan akan membawa segala sesuatunya kepada suami dan kelurga suaminya, sehingga mereka lebih mengutamakan pendidikan anak laki-laki. Untung saja pikiran kedua orangtuaku tidak seperti itu, jika mereka masih berpikir kolot seperti kebanyakan orangtua didaerahku mungkin saat ini aku berada diladang dan tidak merasakan pendidikan.
Hufff tak terasa kakiku sampai juga didepan gedung yang mungkin sebentar lagi akan menjadi tempatku mengais rezeki wkwkwk itupun jika Tuhan berkehendak dan semoga saja keterima.
"Selamat pagi pak," Ujarku menyapa satpam yang sedang berdiri disamping pagar.
"selamat pagi juga Bu..," sahutnya ramah
"kalau boleh tahu ibu ingin bertemu dengan siapa, Karna gak mungkin ngantar siswa kan heheh," ujarnya lagi.
"ia pak lagian kan masih libur, hmm saya itu kesini pak untuk mengikuti tes wawancara," jawabku dengan gugup.
"ohhh ibu mau tes wawancara, yaudah kalau gitu ibu bisa langsung keruang 7, karena disana tesnya dilaksanakan, semoga berhasil ya Bu," ujar pak satpam dengan ramah.
"Amin pak, terimakasih sebelumnya ya pak," Ujarku sambil mengatupkan tangan di dada sebagai tanda terimakasih.
Setelah melewati beberapa ruangan akhir langkah ini berhenti didepan pintu ruang 7 dan pemandangan didepanku sungguh membuatku insecur dan ingin mundur saja, gimana gak mau mundur orang yang menjadi sainganku cantik-cantik dan pasti lulusan dari universitas luar, karena mereka terasa asing bagiku dan lagian di sini hanya satu universitas yang ada dan aku tidak pernah melihat mereka astaga.
"selamat pagi Bu," ujar seorang laki-laki yang mungkin salah satu tenaga pengajar di sekolah ini.
"selamat pagi juga pak," Ujarku yang mungkin mukanya seperti orang yang ketahuan mencuri hehehee, gimana muka gak tegang orang dia kayak jelangkung tiba-tiba nyapa.
"mohon maaf Bu, ibu silahkan masuk karena sebentar lagi pengawas mau menyampaikan pengumuman," ujarnya mempersilakan masuk.
"ohh ia pak, maaf ya saya menghalangi jalan bapak," Ujarku dengan sesopan mungkin agar kelihatan beretika hehehehe, kemudian kulangkahkan kaki ini walaupun terasa berat memasuki ruangan dan terlihat sesak karena grogi canda grogi, meskipun aku insecur tapi tenang kawan Hagai memiliki sejuta cara agar terlihat santai meski hati sedang berdisco riang.
huaaaa akhirnya lega juga setelah 1 jam di ruangan dan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang bikin pusing menjawabnya, tapi gak terlalu pusing juga sihhh hehehe, soalnya setelah pertanyaan kedua pengujinya malah curhat karena kedatangan tamu dari luar kota, hmmm untung mukaku yang polos ini bisa diajak kompromi, ketika ibu itu dengan frustasi nya menceritakan tamu suaminya aku dengan muka lugu mendengarkan dan kadang memberikan ekspresi bangga hehehe biar ibunya senang dan itu berhasil sampai 1 orangnya gak ngasih pertanyaan lagi hahaha, dan semoga hasilnya semulus hari ini aminnn.
Namun rasa lega ini tidak berjalan dengan lancar, karena entah angin apa tiba-tiba motor yang kubawa menambrak mobil seorang pria dan sepertinya dia bukan orang dari kotaku.
"ya Tuhan bapak saya minta maaf," Ujarku mengatupkan tangan didada saat melihat mobil yang kutabrak tergores dan lebih parahnya lampu dibelakang monil ikut pecah walaupun tidak sampai hancur.
"astaga mba, makanya kalau bawa motor pake mata," ujarnya sambil turun memeriksa mobilnya dengan muka menahan kesal.
"inikan jadinya mobilnya rusak, hufff ada-ada saja baru juga tiba udah pake acara di tabrak segala," ujarnya sambil menyentuh mobilnya yang tergores.
"pak saya minta maaf, saya gak sengaja nabraknya karena kebetulan tadi saya lagi banyak pikiran," Ujarku dengan muka takut, gimana gak takut ini biaya kerusakannya bukan kaleng-kaleng biasa saja motor bapakku ini dijual buat membayar, ohhh mungkin ini balasan karena sempat menertawakan penguji tadi huffff.
"kalau minta maaf si mbak saya terima, tapi pertanggung jawabannya harus ada, lagian ini mobil baru datang tadi pagi, masa belum 24 jam udah rusak sihh," ujarnya dengan muka tegas dan rasa hati ingin ingin menangis dan andai kata kantong doraemon nyata pasti dari tadi udah minta pintu buat ke alam baka ehh alam tenang lah ya, mampus juga kalau alam baka ntar koit belum juga dapat kerja.
"aduh gimana dong pak, jujur saya gak punya uang karena pasti biayanya mahal," Ujarku sambil menatap wajah sang pria,
"hmm btw kalau dipandang gini Abang ini cakep juga hehehe." batinku
"aduh Haga sadar kamu lagi dimedan perang ini," batinku lagi sambil mengetok kepala sendiri.
"haiii mba, kok melamun sihhh ngetok kepala sendiri lagi," ujar Abang-abangnya bingung.
"ehhh maaf pak, saya lagi mikir gimana cara gantinya," Ujarku ngeles, kan gak lucu kalau dengan polosnya bilang aku melamun membayangkan muka abangnya ganteng.
"saya juga gak tahu mbak, orang mbaknya yang nambrak mobil saya," sahutnya sambil melepas kacamata yang bertengger di hidungnya.
"ya Tuhan nikmat mana yang mau ku dustakan, ini cowok bikin dag-dig-dug," batiku
"hmmm gimana kalau gini aja pak, ini nomor saya dan juga salinan KTP nanti kalau bapak sudah memperbaiki mobilnya bapak hubungin aja saya, tapi minta bantu ya pak supaya biayanya jangan mahal-mahal amat lagian saya masih pengangguran pak," Ujarku sambil memohon dengan muka sedih, meski sebenarnya bestie hati ini malu untuk memelas, tapi gimana lagi ini antara hidup dan mati ku skip dulu rasa malunya.
"hmmm ok lah lagian saya juga buru-buru, tapi anda bisa dipercaya kan?" ujarnya sambil menerima salinan KTP yang ku sodorkan.
"aman pak, lagian kalau bapak gak percaya atau saya kabur bapak bisa mendatangi alamat saya sesuai KTP," Ujarku lagi Ujarku meyakinkannya walaupun di hati kecil tersimpan sebuah harapan salinan KTP KU hilang dan nomor yang ku kasih juga ikut hilang biar gak membayar lagi, astaga pikiranku ternyata jahat juga ini nihh ciri-ciri otak yang gak ada akhlak.
"ingat ya mba saya cari anda jika ternyata anda membohongi saya," ujarnya memberi ultimatum dengan muka garang, tapi tetap kadar ketampanannya tidak berkurang justru terlihat cool hahaha.
"ia pak saya gak lari dari tanggungjawab kok," sahutku dasar ya Hagai padahal tadinya berharap KTP hilang.
Setalah yakin dengan perkataan ku si Abang ganteng memasuki mobilnya dan tidak lama setelah nya menghilang dari hadapan ku.
"astaga mesti semangat cari cuan lagi ini hufff," Ujarku pada diri sendiri kemudian kembali menaiki motor legendku untuk pulang kerumah dan mencari jalan keluar atas masalah baru yang menimpah ku dan semoga saja tidak membuatku setres.
halooo guyss please mampir di ceritaku dong, btw ini cerita pertamaku looo setelah sekian lama pengen nulis dan tidak pernah kesampaian🥺.
ntah angin apa tiba-tiba jemari dan hati ini mau menulis😁
aku berharap semoga cerita ini kalian sukai 🥺🙏.
Dan kalian doain ya sahabat-sahabat agar aku bisa meneruskannya sampai akhir☺️😊😇
salam kenal
salam sayang untuk kalian semua😘
"Hagaaaaaa.., bangun ini sudah jam 6 pagi, tengok anak gadis yang seumuran denganmu sudah memasak di dapur, kamuu... masih asik merangkai mimpi, untuk apa mimpimu itu jika nyatanya kamu malas bekerja," wahhhh saudara-saudara pagi ku disambut oleh suara sang ibu Pertiwi Pemiliki tahta kedua di istanahku ini, dan yakin sebentar lagi sang ayahanda akan mengeluarkan perintah yang ditakuti oleh seluruh rakyatnya.
"Ita ambil air di bak, itu kakakmu mau dimandiin," teriak ayahku dan kalian tahu permirsa itu bukan hanya omong kosong belakang.
"ok pa," sahut adik bungsuku.
dan yahh sreee ohhh Tuhan belum juga apa-apa udah disirami.
"Ita anak dajal bisa gak sihh kamu gak langsung nyiram mukaku, awas aja ntar kalau kamu minta tolong ngerjain tugas jangan harap kakak bantu," Ujarku kesal kemudian beranjak dari tempat tidur dengan mulut komat kamit menyebutkan ancaman kepada Ita sambil mengelap mukaku yang sudah disirami embun pagi, mana airnya kayak air kobokan lagi, emang dasar adik durhaka.
"udah bangun kamu, seharusnya kamu itu jadi contoh buat adik-adikmu, tengok adik-adikmu semua sudah mandi bentar lagi berangkat ke sekolah, lahh ini kamu baru bangun," ujar ibu dengan muka seakan mau menerkam.
"ihhh mama mah dikit-dikit marah, lagian Haga baru kali ini bangun jam 6 biasanya juga udah dari jam 5 standby di dapur," Ujarku menahan kesal, ibuku ini gak tahu betapa besar beban anaknya ini udah pengangguran ditambah utang karena nabrakin mobil orang.
"astaga Tuhan aku hampir lupa," Ujarku spontan sambil beranjak kekamar untuk mengecek ponselku dan ya aku memiliki 2 panggilan tak terjawab pukul 20.00 wib dan chat dari nomor baru.
628227378***
P
selamat malam apa ini benar nomor mbak yang menambrak saya tadi?
haii mbak...apa mba memberikan saya nomor yg tdk aktif agar tidak mau ganti rugi?
P
helooooo ngakunya tdi mau tanggungjawab, lahh malah gak bales🤔
*selamat pagi pak😊*
*mohon maaf baru bls pak*🙏
*Krn semalam saya ketiduran🙏*
*saya janji kok bakalan ganti*
*kerugiannya, tapi maaf*
*mungkin saya menyicilnya*,Krn
*saya lagi gak ada uang🙏🙏*
dengan tangan gemetar dan ketakutan, ku pandangi ponselku dan berharap langsung dapat jawaban yang membuat hatiku lega.
1 menit, 2 menit dan ini sudah menit ke 20 ponselku tak juga berkedip menandakan adanya notifikasi masuk.
"Haga, papa pecahkan ponselmu itu nanti, dari tadi kerjamu cuma main hp, udah itu bantu mamamu nyiapin bekal ke kebun," ujar ayah dengan muka merah padam seakan mau meledak.
"hufff ia yah," Ujarku sambil meletakkan ponsel diatas meja, dan berdoa dalam hati semoga saja Tuhan mengasihani ku hari ini.
btw mungkin kalian merasa aneh kenapa adik-adikku memanggil orangtua kami dengan sebutan papa mama, sedangkan aku lebih ke panggilan ayah ibu, dan kalian tahu panggilan ayah ibu aku gunakan sejak masuk SMP dan itu karena korban sinetron Habibie dan Ainun hahaha, dan satu keluarga memakluminya, biasalah aku rada-rada beda dari yang lain mencoba tampil beda sendiri hahahaha. ok mari kita kembali ke laptop.
"Bu... kalau seandainya Haga buat salah yang buat ayah sama ibu pusing, kira-kira dimarahin gak?" tanyaku kepada ibu walaupun kutahu pertanyaan ini mungkin tidak masuk akal.
"ya.. tergantung nogu, kalau salah yang kamu buat fatal maka kami sebagai orangtua akan marah dan memberikan kamu peringatan berupa hukuman agar kamu jera," ujar ibu dengan muka bingung seakan berkata pertanyaanmu sangat aneh.
btw nogu merupakan kata panggil anak dalam bahasa Nias yang berarti anakku
"hufff ia ya Bu, kira-kira hukumannya parah gak ya, kayak dikeluarkan dari kartu keluarga gitu?," tanyaku lagi sambil cengengesan.
"kamu ini ada-ada saja pertanyaannya, emang kamu udah buat masalah, awas ya kalau bikin masalah," ujar ibu dengan muka marah.
"ihhhh ibu mah gtu, aku kan cuma bertanya, kan cuma seandainya saja, lagian masalah apa juga yang udah kubuat," Ujarku sambil menggerutu padahal sebenarnya hati ini takut, untung ibu sedang sibuk, kalau tidak siap-siap terbongkar deh masalahnya, dan jika itu terjadi bye-bye Haga namamu dicopot dari kartu keluarga.
"yaudah dari pada kamu ngeyel pagi-pagi mending kamu bantu papamu buat ngantar adikmu kesekolah, kasihan pagi ini adek mu praktek dan tempatnya jauh," ujar ibu sambil mengambil alih kerjaku.
"ia deh, ibunda ratu," dengan terburu-buru meraih kunci motor dari tangan ayah dan tidak lupa membawa ponsel tentunya.
"kakak tahu gak, aku hari ini diantar kemana," ujar adik pertama ku yaitu Anastasya.
"mana kakak tahu, lagian kata mama kamu diantar ditempat praktek," Ujarku kepada Ana btw Adikku Ana saat ini sedang belajar di bangku SMK jurusan kesehatan.
"pantesan kakak gak pake jaket, tunggu dulu aku mau ngambil jaket yang ada kakak nanti sakit," ujar Ana turun dari motor dan kembali kedalam rumah untuk mengambil jaket.
"uhhhh adeknya kakak so sweet banget deh," Ujarku sambil mencubit gemas tangan Ana.
"hmmm bukannya so sweet kak, lagian kalau kakak sakit yang ribet juga serumah, habis kakak kalau sakit lebaynya minta ampun," ujarnya sambil memukul helm yang ku pake.
"ihhhh mana ada lebay, lebih lebay juga kamu," Ujarku sambil menjalankan motor.
Saat hampir mendekati puskesmas tempat Ana praktek, dari kejauhan mata ini melihat sesuatu hal yang membuat jantung hampir copot.
"yaelah ternyata doaku tidak dikabulkan Tuhan," Ujarku saat sampai ditempat parkir dan posisiku tepat dibelakang mobil yang kemarin ku tabrak.
"kakak kenapa sihh, kayak lihat hantu gitu," ujar Ana yang melihat mukaku pucat.
"dek ini mobil siapa?" tanyaku menunjuk mobil didepanku
"ohhh ini tuh mobil dokter Jefri kak, dia dokter baru disini," ujar adikku menjelaskan.
"itu tuh kak dokternya," ujarnya lagi menunjuk sang dokter yang sepertinya menuju kearah kami.
"yaudah kak aku masuk dulu," Ana memasuki gedung puskesmas tempat ia praktek dan menganggukkan kepala ketika melewati dokter Jefri.
"ohh Tuhan aku harus cepat menghilang dari sini," Ujarku sambil berusaha memutar motor, tapi namanya juga sial ini motor susah sekali diputar balik, biasanya juga gampang mungkin ini akibat rasa cemas ku yang berlebihan.
"ok tenang Haga, gak apa-apa dia gak mungkin bunuh kamu, lebih baik kamu bertemu dengannya dari pada ia mencari mu kerumah," Ujarku menenangkan hati dan dengan refleks badan ini turun dari motor serta kaki mungilku beranjak menghampiri laki-laki yang sedang menggunakan jas dokternya.
"pagi pak," Ujarku seramah mungkin dan ohh Tuhan ini laki-laki bikin emosi masa dia cuma nengok saja kemudian melewatiku, tapi gak apa-apa lah mungkin dia lupa denganku, dan itu sangat bagus.
"ehhh kamu kan yang menabrak mobil saya," ujarnya sambil membalikkan badan dan berjalan menuju tempatku berdiri, dan kalian tahu mukaku langsung pucat mirip vampir dimalam yang gelap.
"ia pak," sahutku sambil menyalaminya dengan meletakkan tangannya di atas keningku, hmm kurang ramah apa lagi aku ini.
"saya kirain kamu mau kabur, padahal rencananya setalah ini saya mau mencari alamat rumahmu," ujarnya lagi sambil melihatku seakan-akan menilai penampilanku.
"gak mungkinlah pak saya kabur," jawabku sambil tersenyum agar dia sedikit memiliki rasa kasih dan kalau boleh melupakan kesalahanku.
"bagaimana saya gak berpikir kamu kabur, semalam saya telpon gak diangkat dan chat saya centang satu," ujarnya sambil menunjukan ponselnya didepanku.
"kan saya udah balas tadi d wa pak, saya jelasin kalau saya ketiduran, jadi maaf ya pak," sahutku sambil mengatupkan tangan diatas dada.
"ohh yaaa, maaf saya gak sempat buka ponsel pagi ini, yaudah yang penting sekarang kamu mau tanggungjawab, dan seperti katamu kemarin saya sudah memperbaikinya dan biaya kerusakannya 5 juta, jadi kamu boleh bayar sekarang atau nanti bisa kamu tf d rekening saya," ujarnya dengan muka santai tanpa dosa.
"pak saya boleh minta keringanan gak?, jujur saja saat ini saya gak punya uang sepeser pun dan saya takut meminta kepada orangtua, lagian mereka juga lagi gak ada uang karena hasil kebun belum terjual," Ujarku memelas
"astaga, ini dia nih yang bikin saya pusing, udah bersalah minta keringanan pula," ujarnya dengan raut wajah kesal.
"pak minta bantu, saya janji bakalan membayarkan kok, tapi gak sekarang dan itupun saya cicil setiap bulan," sahutku dengan posisi seakan mau bersujud.
"hmmm baiklah, lagian saya juga baru disini, kamu juga gak usah nangis ntar orang-orang mengira saya menyakiti kamu, otw di hajar massal sayanya," ujarnya
"makasih pak, kalau begitu saya pamit pulang," sahutku kemudian beranjak dari tempatku dengan muka kembali ceria.
"heii kamu!! main pergi-pergi aja, lagian saya belum siap ngomong juga, kamu tidak sopan sekali," dan ketika mendengar suaranya yang seakan marah, disitulah kaki ini rasanya seperti jelly, dan depan pelan-pelan aku memutar badan menghadap kearahnya.
"ia pak maaf, saya terlalu senang jadi lupa deh, lagian saya kirain bapak mau pergi juga," jawabku dengan alasan yang klise.
"hmmm terserah lah, btw nama kamu siapa?," ujarnya
"namaku Hagaini Solaso Zebua pak biasa dipanggil Haga," Ujarku memperkenalkan diri dihadapannya, sudah seperti siswa saja.
"ohhh Hagaini, oklah rumah mu jauh dari sini? soalnya siapa tahu saya butuh bantuanmu," tanya nya.
"jauh sedikit pak sekitar 3 km dari sini," jawabku.
"ohhh dekat juga, yaudah Aini kamu harus selalu pegang ponsel siapa tahu saya butuh bantuanmu," sahutnya kemudian beranjak menuju mobilnya.
"aduhhh pak, saya gak bisa selalu on time Karna saya juga membantu orangtua," Ujarku mengejarnya yang hampir membuka pintu mobilnya.
"gpp, saya tidak memaksa sekali, jika kamu bisa saja, btw nama saya Jefri Antonio biasa dipanggil Jefri, jadi stop memanggil saya bapak, lagian saya masih belum bapak-bapak," ujarnya kemudian memasuki mobilnya tanpa melihatku sama sekali, untung ganteng coba kalau gak sudah dari tadi ku semprot muka tampannya itu, giliran aku yang pergi duluan padahal udah izin dibilang tidak sopan ini dianya pergi tanpa pamit dasar.
"sabar Haga lagian kamu beruntung dia gak menuntut kamu buat menggantikan uangnya sekarang," batinku sambil mengelus dadaku dan dengan kurang asamnya mobil dokter Jefri berjalan dan mengklekson dan itu membuatku terkejut.
setelah menata jaket dan helmku, aku beranjak menaiki moto legendku, dan mengabaikan tatapan orang-orang disekeliling lagian masa bodo dengan mereka yang sedari tadi memperhatikan ku dengan dokter Jefri, lagian aku juga tidak memiliki urusan dengan mereka.
hi semua semoga ceritanya sesuai dihati kalian, dan saya juga meminta bantu kepada teman-teman semua, untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun tentang cerita yang saya tulis😊😊, biar kedepannya saya bisa memperbaikinya
Setelah pulang mengantar Ana dari puskesmas, aku memutuskan untuk ikut ayah dan ibu ke ladang saja, lagian buat apa dirumah gak ada kerjaan.
"Bu.. gimana ya kalau seandainya Hagai gak keterima kerja?," tanyaku pada ibu yang sedang mencabut rumput di kebun jagung.
"Tidak apa-apa nogu, yang penting kamu sudah berusaha dan kita serahkan semua kedalam tangan Tuhan, biar Tuhan yang memberkati, jika itu rejekinya kamu pasti kamu diterima kerja disana sebaliknya jika masih belum rejeki berusaha lagi dan jangan lupa selalu berdoa," jawab ibu dengan tenang, jujur perkataan ibu selalu memberikan ketenangan, ibu selalu bijak dalam memberikan jawaban disetiap pertanyaan kami anak-anak nya meski ibu bukan wanita yang memiliki pendidikan tinggi, namun kebijaksanaan nya melebih seorang yang memiliki pendidikan, ibu memang the best dalam segala hal, jadi sayangilah ibu dan ayah kalian selagi ada waktu.
"ia Bu, Haga selalu berdoa kok, semoga saja Haga diterima disana," Ujarku sambil memeluk ibu yang dengan secara spontan menurunkan parangnya ketanah.
"Amin Tuhan pasti mendengarkan setiap doa-doa hambanya jika tulus dari hati meminta, yaudah kamu bantu bapak kamu disana kasihan dia mengangkat rumput sendirian," ujar ibu.
setelah selesai berbicara dengan ibu, aku memutuskan untuk membantu ayah yang sedang mengangkat rumput untuk dibakar dan dijadikan pupuk.
"ayahanda apakah rumputnya masih banyak, anakmu ini mau membantumu itu juga kalau ayahanda berkenan dibantu hehehehe," teriakku kepada ayah yang sedang mengumpulkan rumput.
"ada-ada saja kamu ini Haga, udah cepat kesini itu rumput masih banyak, lagian kita harus membakarnya pagi ini karena kita cepat pulang ada acara di rumah pamanmu," ujar ayah kemudian melemparkan karung untuk mengangkat rumput.
"ok yahh, adinda akan melaksanakan titahnya sebaik dan secepat mungkin," Jawaku sambil cengengesan kemudian membantu ayah membakar rumput.
akhirnya setelah bekerja susah payah kami memutuskan untuk kembali kerumah, hari ini kami bekerja di ladang hanya setengah hari saja karena ibu dan ayah akan menghadiri acara keluarga yang diadakan oleh paman.
"Haga hari ini kamu yang akan menjemput adikmu ya, karena tidak mungkin ayah meninggalkan acara nanti," ujar ayah yang sedang merapikan rambutnya.
"ia yah, tapi aku hanya menjemput Ana saja ya, soalnya Ita dan Nico jalan kaki," jawabku malas, jujur saja hati ini berat untuk menjemput Ana dan kalian pasti tahu kenapa, hufff itu karena seorang dokter yang baru bekerja disana.
"ia, lagian adikmu yang dua orang itu tidak suka dijemput dari sekolah," ujar ayah
Setelah memberikan titah untuk menjepit Ana, ayah dan ibu pergi ke rumah paman.
"baiklah Haga sebelum dirimu pergi maka tidurlah isi full dayamu agar ketika bertemu dokter Jefri otakmu encer," Ujarku sambil mengelus dada kemudian beranjak kekamar untuk tidur kan lumayan bisa tidur siang lama hehee.
Drrrrrttttttttttt
baru juga mau ke alam mimpi ketemu oppa Soo jongki, ponsel ku berdering.
"ia halooo, ini dengan siapa?, berani-beraninya menganggu mimpi ku" jawabku menjawab telpon.
"ohhhh maaf pak, saya gak tahu kalau ini nomor bapak, soalnya belum saya save," jawabku dan ternyata yang menghubungiku adalah dokter Jefri.
"ia pak, tapi saya bisa kesana sekitar 1 jam lagi karena sekalian jemput adek saya pak," Ujarku lagi, kalian tahu permirsa dokter Jefri memintaku untuk menemaninya kepasar.
"baiklah dok, saya usahain kesana secepatnya," Ujarku lagi, sebenarnya raga ini malas kesana apa lagi dokter Jefri meminta secepatnya datang karena ia mau mencari suatu barang dan itu dibutuhkan hari sore ini, yaudahlah ya lagian cuma menemani.
Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, aku bergegas mengambil tas serta helm dan keluar untuk mengambil motor, dan cusss menuju tempat tujuan.
"Selamat sore pak, apa kabar?," sapa ku ketika sampai di depan pagar puskesmas.
"kabar baik dek, tumben kamu yang jemput Ana ?, dan apa gak kecepatan jemputnya?," jawab pak satpam.
"soalnya ayah lagi ke acara keluarga pak, lagian saya gak ke cepatan kok karena kebetulan saya mau menemani dokter Jefri kepasar," Ujarku dengan posisi masih diatas motor.
"ohhh ia bapak lupa tanyakan, kamu kenal dokter Jefri dimana kok tadi pagi kelihatan akrab?," tanya pak satpam.
"itu pak, saya ketemu dokter Jefri dijalan kemarin, dan kebetulan ada insiden kecil yang membuat saya berhutang budi sama dokter Jefri," Ujarku dengan sedikit berbohong, siapa tahu pak satpam ini Cepu dan memberitahu kan kepada Ana, apa lagi ayah sering nunggu Ana di pos satpam, pastilah ayah sering cerita dengan mereka.
"ohhhh, kirain kenapa bisa kompak gitu," jawabnya.
"kompak gimananya pak, orang Haga setiap lihat dokter Jefri udah kayak lihat dosen killer," Ujarku membantah perkataan pak satpam.
"ehmm kamu udah lama nunggu?," ujar seseorang dibelakangku, dan itu membuatku terkejut, hmm ternyata si dokter tampan, untuk good looking heheeehe.
"ehhh dokter, gak lama kok," Ujarku dengan mata memandang kebawah.
"ohh yaudah, ayo berangkat kita pake motormu saja ya karena kebetulan saya malas bawa mobil," ujarnya mendekatiku
"oklah dok," Ujarku lagi kemudian turun dari motor, kan gak mungkin aku yang boncengi si dokter.
"kok kamu turun?," ujarnya bingung melihatku turun dari motor.
"kan dokter yang membawa motornya," jawab ku dengan mata masih mengarah di dibawah.
"emang saya udah bilang mau bawa motor, kan yang saya bilang kita pake motor," ujarnya sambil geleng-geleng, yang benar saja ini dokter bikin naik darah.
"ohhh ok lah dok," Ujarku kembali menaiki motor.
"hmmm udah kamu turun, biar saya yang bawa ntar kamu arahkan saja jalannya," ujarnya lagi, emang benar nihh dokter menguji kesabaran, seandainya saja aku gak punya hutang padanya sudah dari tadi ku tinggalkan.
"baiklah pak," jawabku kemudian mempersilahkan ia membawa motor.
"pak saya keluar dulu ya, itu mobil saya didepan saya titip kalau menganggu pindahkan saja nanti," ujar dokter Jefri kepada pak satpam sambil menyerahkan kunci mobilnya.
"ok siap pak, kalian hati-hati ya pak," ujar pak satpam
"baik pak," Ujarku berbarengan dengan dokter Jefri
setelah merasa aku sudah naik diatas motor, dokter Jefri menjalankan motor menuju arah pasar.
"Aini, kamu kok diam saja dari tadi?," ujar dokter Jefri saat sampai di pertengahan jalan.
"saya lagi gak mood ngomong pak," Ujarku nyeleneh.
"ohh berarti kalau mau berbicara harus ada mood ya," ujarnya lagi.
"iya, btw dok disana ada persimpangan kita belok kiri saja biar cepat," Ujarku lagi sambil memberitahukan jalan pintas agar cepat sampai di pasar.
"ohhh ok, kamu emangnya gak kerja?," ujarnya lagi setelah beberapa menit diam.
"saya pengangguran dok," Ujarku dengan nada malas campur kesal, gimana gak kesal dia bawa motornya pelan sekali kayak bebek, apa dia gak tahu aku lagi ketat ketir melihat kiri kanan, was-was siapa tahu ada orang kampung yang melihatku berboncengan dengan pria bisa-bisa dilibas ntar di rumah sama ayah ibu, kan mereka tahunya aku jemput Ana.
"ohhh kenapa gak cari kerja," ujarnya lagi, dan dengan penuh kesabaran aku menjawab.
"udah dokter, kemarin pas saya nabrak mobil dokter itu saya pulang dari tes wawancara, btw dokter bisa ngebut dikit?," Ujarku
"ohhh semoga keterima ya, emang kenapa harus mengebut?," ujarnya dengan santai.
"ihhh ini orang minta di binasakan," batinku kan gak mungkin ku ungkapkan bisa tamat riwayat ku.
"bi ar ce pat sampai pak," jawabku dengan menekan setiap kata biar orangnya paham.
"ohh ok, kamu pegangan ya ntar kamu jatuh," ujarnya kemudian menjalankan motor dengan lebih cepat.
Setelah 15 menit di jalan akhirnya kami sampai di pasar dan kalian tahu kami ada di mana, ya kami berada di depan toko penjual pakan hewan, jangan sampai ini dokter hanya datang kepasar untuk membeli makanan hewan, dan benar guys dianya keluar dengan membawa satu plastik yang isinya makanan kucing.
"setelah ini kita mau kemana dok?," tanyaku saat kami mau beranjak pergi dari toko.
"emang kamu ada rencana mau kemana?," bukanya menjawab dia nya malah nanya balik.
"gak dok, kan saya kesini cuma menemani dokter," Ujarku
"ohhh gitu yaudah kita pulang, lagian yang saya cari udah dapat," ujarnya sambil menaiki motor.
Dan kalian tahu hatiku seperti apa, jawabannya rasanya mau ledek dan mulut ini rasanya ingin memaki.
"woiiii lu gak tahu, hari ini aku gak jadi tidur siang plus harus ketar ketir membayangkan bertemu orang yang mengenal aku dijalan hanya untuk seplastik makanya kucing," batinku berteriak.
"ok dok," ujar menahan kesal.
sekitar 3 km lagi dari puskesmas tiba-tiba dokter Jefri memberhentikan motor.
"kenapa dok?," Ujarku penasaran.
"kamu lapar Aini?, mumpung kita belum sampai di puskemas kamu bisa makan disini" ujar dokter Jefri.
mungkin jika dalam keadaan baik tawarannya langsung ku terima, tapi sayang jangankan mikir makan, mikir alasanku dengan Ana saja nanti aku tidak tahu.
"gak dok, saya masih belum lapar," Ujarku
"ok kalau gitu kita balik," kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga sampai didepan puskesmas.
"untung saja Ana belum keluar," Ujarku dengan senang.
"untung apa Aini?," tanya dokter Jefri sambil turun dari motor.
"gak ada dok," jawabku
"masa sih bukanya kamu bilang tadi untung apa gitu," jawab penasaran, mungkin jiwa keponya meronta-ronta
"gak kok dok, maksudnya saya tadi untung kita sampai dengan selamat hehhe," jawabku sambil nyengir.
"ohhh kirain apa tadi, yaudah terimakasih udah mau menemani saya," ujarnya sambil melihatku.
"terpaksa pak" batinku
"ia dok sama-sama," Ujarku
"yaudah kalau gitu saya masuk kedalam dulu, tunggu saja adikmu di pos satpam bentar lagi sift mereka siap kok," ujarnya sambil beranjak dari hadapanku. Ingin hati menjawab tapi dianya langsung pergi dasar laki-laki lucnkk. tapi tiba-tiba ia berhenti dan mengahadapku
"ehh satu lagi, saya minta kamu, kalau mau ngomong dengan saya matanya jangan kebawah terus, lagian muka saya tidak menakutkan kok, dan gak makan orang juga, jadi biasa saja," ujarnya kemudian berbalik dan melangkah memasuki gedung puskesmas tanpa menunggu jawabanku.
"hufff untung aku punya banyak stok kesabaran," Ujarku pada diri sendiri.
Dan untungnya belum 20 menit menunggu akhirnya Ana keluar dari puskesmas dan kami langsung pulang kerumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!