Sudah tiga tahun berlalu aku menikmati hidupku yang sekarang tanpa sadar aku sudah mulai menerima diriku sebagai perempuan.
Semuanya telah berubah sekarang hidupku benar-benar berbeda dibanding sebelumnya aku juga sudah lulus kuliah dan tidak kuliah lagi sekarang.
Teman-teman ku juga sudah sama hingga aku tidak sengaja bertemu dengan mereka kami saling mengobrol bersama akan masa lalu.
"Kau ingat waktu dulu gak pas bikin skripsi dan itu keliling dan mencari-cari industri jujur aku cukup bingung disitu tau iya bagaimana iya aku kan cukup payah bikin skripsi sih hahaha" ucap Sivia dan tertawa.
"Hehe itu sih memang kamu yang payah, padahal gampang loh cuman hanya tinggal meneliti tentang sebuah perusahaan itu apa sih disuruh ngapain aku lupa kau ingat tidak Lina?" tanya Fira ke Lina.
"Entah aku juga sudah tidak ingat" jawab Lina.
Mereka semua lalu tertawa bersama, aku hanya tersenyum ini semua benar-benar sangat hangat tapi aku masih saja bingung.
Aku merasa aku memangnya pantes bergaul dengan perempuan aku tau aku perempuan tapi kan aku aslinya bukan perempuan uh aku bingung.
"Risa kau kenapa sih dari tadi diam saja tidak seperti biasanya" bingung Sivia.
Saat aku mendengar Sivia mengatakan itu aku baru sadar bahwa Lina dan Fira juga melihat ku dengan kebingungan.
"Aku apa maksudmu aku tidak bersikap seperti biasanya orang aku kayak biasanya kok kamu bercanda iya Sivia hehe" jawabku dengan gugup.
"Risa apa kau yakin kenapa kau seperti sangat gugup, dan gelisah begitu" bingung Sivia.
"Iya kau tidak seperti biasanya apa kau ada masalah?" Fira menambahkan.
"Uh aku tidak ada kok uh, oh iya aku ada urusan bos ku menelpon tadi dia bilang aku harus kesana maaf iya semuanya aku harus pergi dah" aku lalu langsung berdiri dari kursi dan berlari.
Ketiga temanku melihatku dan saat aku melihat wajah mereka sepertinya cukup bingung, aduh aku ini kenapa sih tapi sudahlah.
Aku lalu terus berlari dan menjauhi mereka, hingga di tempat kosong aku lalu duduk dan menutup mukaku.
...----------------...
Di tempat kosong sini aku hanya bingung dan menutup mukaku aku benar-benar sangat bingung aku merasa sangat khawatir aku ada apa ini kenapa aku seperti ini.
Aku seperti ada kegelisahan apakah aku mengkhawatirkan sesuatu apakah aku ingin kembali ke diriku yang dulu, tanpa sadar air mata mengalir di mataku.
Hingga aku terkejut saat tiba-tiba ada sebuah air dingin dan itu mengenai pipiku, aku yang langsung reflek langsung menjauh sedikit dari air putih dingin serta aku melihat orang itu.
Aku tidak tau dia siapa tapi dia merupakan laki-laki dengan rambut merah tua.
"Kau ngapain disini tidak pantas tau duduk sendirian disini, hmm kamu mau minum?" ucap laki-laki itu dan menawarkan ku minuman.
Aku hanya mengangguk dan mengambil botol air putih itu.
"Terima kasih" ucapku.
"Sama-sama" laki-laki itu membalas.
Aku lalu membuka tutup botol air putih dan meminumnya ini cukup menyejukkan dan menenangkan hati, air putih memang bagus buat kesehatan.
Setelah selesai meminum nya aku lalu memberi botol air putih lagi ke laki-laki itu.
"Kau tidak perlu membalikkannya itu buatmu saja" ucap laki-laki itu.
"Buatku apa maksudmu ini kan punyamu jadi aku harus membalikkan nya padamu iya kan?" jawabku.
Namun laki-laki itu hanya tersenyum, dan dia bicara lagi.
"Sudah kubilang itu buat kamu saja tidak perlu membalikkannya padaku, kau terlihat sangat gelisah apa ada yang kau khawatir kan atau apa coba minum air putih itu terus kau akan pasti tenang nanti" balas laki-laki itu.
"Kau benar sih karena meminum air putih ini aku tidak gelisah lagi dan cukup tenang, terima kasih iya" jawabku.
"Sama-sama ngomong-ngomong kamu sendiri ngapain sih duduk disini seorang diri tidak bagus loh buat duduk sendirian di tempat gelap seperti ini" balas cowok itu.
"Aku hmm memang terkadang suka seperti ini saja saat gelisah dan khawatir aku selalu ke tempat gelap untuk menenangkan diri maaf aku pasti aneh karena melakukan ini iya" ucapku dengan malu dan memalingkan mukaku.
"Begitu rupanya, mungkin kau dianggap aneh oleh beberapa orang sih tapi aku tidak menganggap mu seperti itu kok, lagipula memang terkadang kalau gelisah dan sangat cemas terkadang saat sendirian itu bisa menenangkan diri iya kan?" jawab cowok itu dan aku bisa melihat senyuman nya.
Senyumannya cukup cerah dan sangat lembut.
"Benar sih hmm kalau boleh ku tau namamu siapa apakah kita boleh berkenalan?" tanyaku.
"Tentu saja boleh perkenalkan namaku Rangga Azof Vian panggil saja azof atau Vian" ucap azof dan dia menjabat tanganku.
Aku hanya tertawa dan tersenyum saat dia mengatakan namanya.
"Nama yang cukup unik, aku Risa melfissa putri panggil saja aku Risa" balasku.
"Iya salam kenal Risa senang bertemu denganmu" balas Azof.
"Senang juga bisa bertemu denganmu Azof" balasku.
"Eh kau memanggilku Azof iya kau sama seperti yang lainnya memanggilku seperti itu hahaha" jawabnya dan dia tertawa.
Aku hanya tersenyum saat melihat tawanya, setelah saling berkenalan kami saling berbincang dan berbicara satu sama lain.
Banyak hal yang kutanyakan pada Azof seperti rumahnya dimana kesukaannya dan lainnya dia juga banyak bertanya tentang diriku dan aku menjawab.
Saat selesai saling berbincang Azof lalu berdiri.
"Baiklah aku harus pergi sekarang aku masih ada urusan sampai bertemu lagi Risa sampai jumpa dah" azof lalu pergi dan melambaikan tangan.
Melihat azof pergi aku juga melambaikan tanganku dan tersenyum.
"Sampai jumpa lagi azof jaga diri baik-baik" kataku.
"Iya" dia membalas dengan teriak saat dia berjalan jauh.
Tidak kusangka ada orang yang mengajakku berkenalan selain Sivia, hidupku benar-benar berubah dibanding sebelumnya iya.
Ini benar-benar hidupku yang sekarang menjadi perempuan, punya banyak teman, gampang bergaul sekarang, benar-benar beda sekali dengan hidupku yang dulu.
Iya mungkin aku bisa menjalani hidup baru ku seperti ini bisa saja kan, apa yang akan terjadi semoga pilihan ku tidak salah untuk tetap memilih hidup sebagai perempuan.
Aku lalu pergi dari tempat kosong ku dan aku berjalan kembali, saat di jalan aku melihat semua orang.
Semuanya masih seperti biasanya ada banyak mobil, pohon-pohon, kota-kota, jalan raya, polisi tidak ada yang berbeda.
Saat sambil terus berjalan aku melihat bagian bawah diriku, aku bisa melihat rok dan juga sepatuku di bawah.
Entah kenapa semakin kesini aku menerima diriku sebagai perempuan bahkan memakai rok seperti ini sekarang aku sudah terbiasa.
Tapi aku merasa aku sudah menerima diriku sepenuhnya seperti ini sebagai Risa bukanlah sebagai Randy lagi.
Aku lalu melihat ke salah satu anak perempuan yang berbicara dengan ayahnya mereka seperti sangat bahagia, saat kulihat anak perempuan itu bermain dan gelembung.
Dan ayahnya tertawa dan tersenyum seperti itu bahkan anak perempuan nya itu cukup indah.
Berbeda dengan diriku ayahku dulu tidak pernah seperti itu padaku.
Walau aku tau aku laki-laki tapi semua anak juga pengen bisa dapat kasih sayang orang tua kan.
Kenapa aku terus memandangi anak kecil itu yang sedang digendong oleh bapaknya, mereka sangat bahagia iya hehe aku hanya tersenyum melihat mereka.
Hingga akhirnya aku berjalan kembali melanjutkan jalan untuk kembali ke kosan.
Sesampainya di tempat kosan aku membuka pintunya, dan mengucap kan salam.
"Aku pulang" ucapku.
Sebenarnya untuk apa aku mengucapkan salam kosan ini juga sepi kok, aku lalu menyalakan lampu dan masuk ke dalam.
Di ruang tamu ku ini semua cukup berantakan, penuh banyak sekali barang dengan buku ku yang jatuh.
Ya ampun aku sepertinya terlalu banyak bergadang dalam membuat animasi, walau aku sudah punya staff dan aku hanya membuat cerita tetap saja ini melelahkan.
Mungkin aku harus tetap fokus dan melanjutkan komiknya bukan, aku lalu mengambil salah satu komik buatanku dan melihat covernya.
Melihat covernya sangat bagus aku tidak menyangka komik ku bisa diadaptasi menjadi sebuah animasi.
Aku hanya tersenyum hingga aku mendengar suara bunyi pintu terbuka dari kamarku.
Seperti ada seseorang yang keluar dari kamarku aku mendengar itu terkejut, hingga aku melihat kebelakang saat aku kebelakang aku terkejut saat tiba-tiba orang itu langsung berlari ke arahku.
Dan mengangkat ku aku terkejut karena ini.
"Randy hahaha selamat datang kembali sudah lama sekali aku menunggumu!!!" ucap cewek itu.
Aku mendengar itu cukup terkejut namun aku hanya bisa diam, bagaimana dia tau nama asliku siapa dia hingga aku melihat wajah cewek itu saat cewek itu mengangkat wajahnya dan melihat ke arahku.
Tidak mungkin aku hanya terdiam saat melihat cewek itu rupanya dia.
"Kakak?!" aku terkejut.
"Uh kau siapa aduh maaf sepertinya aku salah orang?!!" balas kakak.
Dan dia langsung melepaskan tangannya dan aku terjatuh karena dia sebelumnya menggendongku.
Ahh sial ini cukup menyakitkan aww bong kong ku.
"Ma-maaf aku tidak bermaksud untuk menjatuhkan mu kau tidak apa-apa" khawatir kakak dan dia lalu mengulurkan tangannya.
"mmph iya aku tidak apa-apa kok" balasku dan aku meraih tangannya dan tidak lama aku berdiri.
"Syukurlah kalau gitu maaf iya aku kira itu kamu adik laki-laki ku sih Randy aku sedang mencarinya disini, tapi aku tidak menemukannya kukira itu kamu rupanya bukan maaf iya hahaha" katanya dan dia tertawa.
Aku hanya diam saat kakakku sendiri mengatakan hal itu, tapi mungkin lebih baik aku mengatakan kebenarannya.
"Hmm iya kak ini memang aku, ini aku Randy" balasku.
"Hehe apa maksudmu kamu Randy tentu kalian beda orang kau pasti bercanda kan, beritahu saja padaku dimana Randy" jawab kakak dan tersenyum.
"Ini aku Randy kakak ini aku adik laki-laki mu!" balasku.
"Aku maksudmu aku tidak paham kau bilang kau Randy atau apa jangan coba berpura-pura seolah kau dia, siapa sebenarnya kau apa kau menculik Randy?!!" jawab kakak.
"Mana ada ini memang aku kakak aku tau kau mungkin tidak percaya tapi ini benar aku apa kau tidak lihat, mata abu-abu ku serta Hoodie kesukaanku dan juga tanda lahir ini" jawabku.
Aku lalu menunjukkan semua nya pada kakak perempuan ku bahkan juga dengan tanda lahirku, kakak perempuan ku melihat semua itu.
Dan dia baru sadar dari matanya aku bisa melihat dia cukup terkejut dan shock , aku sudah tau itu pasti dia merasa marah padaku.
Karena aku laki-laki dan aku berubah menjadi perempuan seperti ini pasti dia kecewa padaku, karena berpikir kalau aku merubah kelamin ku.
"Randy jadi itu kau!" ucapnya dengan terkejut.
Saat kakak perempuan ku mengatakan itu aku hanya terdiam, dan aku lalu menjawab.
"Iya ini aku" balasku dengan pelan.
"Aaaaappppaaaaaa!!!!!!" teriak kakak perempuan ku.
Dan teriakan itu cukup nyaring dan keras, bahkan rasanya kosan ku seperti bergetar.
Aku melihat ini sampai menutup telingaku, dia lalu menahan kerah leher ku.
"Randy cepat ceritakan pada kakak apa yang terjadi padamu kenapa kau berpenampilan seperti perempuan, kau ini kenapa kau femboy begitu sekarang hah!!" balas kakakku.
Aku hanya bisa melihatnya dia sangat marah padaku, karena ini aku hanya diam dan tidak menjawab.
"Jawab jangan diam saja Randy, jawab pertanyaan kakak Randy!!!!" marahnya.
Aku hanya terdiam dia melihatku dengan penuh amarah dan kebencian, sepertinya dia benar-benar marah padaku.
Wajar saja jika kakak perempuan ku marah karena kondisi ku, mungkin aku harus menjelaskannya.
"Aku hmm aku-" gagu ku dan aku terus berkata perlahan.
"Aku apa cepat jawab jangan diam saja!!" dia terus menggertak.
Dia memang benar-benar mengerikan saat marah, aku bahkan sampai tidak bisa berkata apa-apa.
"Cepat jawab Randy!!!" gertaknya semakin keras.
Dan dia melempar batu dan memecahkan kacaku.
"Sejak kapan kakak ada batu?!" aku terbingung.
"Sejak kapan aku ada batu karena aku selalu menyimpannya di kantong rokku, untuk memukul mu dengan batu ini" dia lalu memukulku dengan batu dan cukup keras.
Aku yang terkena pukulan itu lalu merintih kesakitan, rasanya kepalaku seperti berputar karena pukulan itu.
"Aww itu sakit kakak tidak bisa kakak pelan-pelan" ucapku.
"Tidak aku tidak bisa pelan-pelan untuk membuat adik laki-laki ku sadar bahwa kau laki-laki, dan tidak sepantasnya kau untuk berpakaian seperti perempuan kau tau!!!" balasnya dengan penuh amarah.
"Iya aku tau kau memang benar aku ini laki-laki, tapi aku juga sebenarnya tidak mau seperti ini aku memang laki-laki tapi itu dulu sekarang aku ini perempuan kakak aku bukan laki-laki lagi!!" balasku dan air mata mengalir di mataku.
"Apa maksudmu, apa kau bilang bahwa kau perempuan kau mengoperasi kelaminmu begitu!!!" balasnya dan dia memojokkan ku.
"Tidak bukan seperti itu aku, hmm aku baiklah akan ku jelaskan semuanya pada kakak tapi kakak lepaskan dulu aku dari cekikan kakak ke kerah leherku!" balasku.
Kakak perempuan ku lalu melepaskan tangannya dari kerah leherku, dan dia menatapku dengan sinis.
"Jadi bagaimana coba kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya kakakku.
Aku hanya diam dan memalingkan muka, hingga aku melihat kakakku lagi dan tidak memalingkan muka.
...----------------...
Dan aku lalu menjelaskan semuanya pada kakak perempuan ku, apa yang sebenarnya terjadi dari awal aku menjadi perempuan.
Keadaanku sekarang, dan apa yang kujalani, dan bagaimana aku selama ini di kota ini dan lainnya.
Aku menjelaskan itu semua pada kakakku.
"Dan iya itulah kenapa aku menjadi seperti ini sekarang, sudah empat tahun aku seperti ini dan namaku Sekarang adalah Risa aku bukan Randy lagi kakak" kataku.
Kakakku hanya terdiam dan aku bisa melihatnya dia berpikir.
"Begitu rupanya jadi kau sudah menjalani hidup sebagai perempuan iya kan Risa, jika begitu kau harus melupakan kehidupan lamamu sebagai laki-laki dan jadilah seorang perempuan dari sekarang" balas kakakku.
"Apa maksud kakak aku harus menerima begitu diriku yang sekarang sebagai perempuan, dan mengikhlaskan diriku sebagai laki-laki begitu?!" cemas ku saat kakak perempuan ku mengatakan itu.
"Iya seperti itu" balasnya.
"Apa kakak gila tidak mungkin aku akan menjadi seorang perempuan dan menerimanya begitu saja, aku tetap ingin menjadi laki-laki kembali bagaimanapun itu caranya!!" jawab ku.
"Lalu jika kau ingin kembali menjadi laki-laki apakah itu akan berhasil begitu sadarlah pada dirimu sendiri Risa kau sekarang perempuan bukan laki-laki lagi nikmati hidup, yang sekarang dan jalani saja" balas kakakku.
"Aku tau tapi itu tidak mungkin kakak tidak bisakah kakak menolongku aku ingin kembali ke jenis kelaminku semula aku ingin menjadi Randy, aku tidak ingin menjadi Risa lagi!" balasku dengan penuh amarah.
"Risa tapi kau harus menjalani hidup mu sekarang aku tanya bagaimana cara kau agar kembali seperti semula, apa kau sudah punya cara?" tanya kakakku padaku.
Saat aku mendengar kakakku mengatakan itu aku hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa.
"Tidak ada kan, uh tidak ada kan Risa kakak tau ini sulit bagimu tapi hadapilah kenyataan Risa kau bukan laki-laki lagi, kau sudah menjadi perempuan bahkan kau sudah 4 tahun di tubuh ini tolong mengertilah hidupmu Risa" ucap kakakku dan dia memegang pundakku.
Aku lalu melepas tangan kakakku dari pundak ku.
Tidak lama setelah itu aku lalu berjalan keluar, dan melihat kakakku.
"Enak bagi kakak bilang seperti itu tapi sampai sekarang aku masih belum menerima semua ini!!" teriakku.
"Risa tenangkan dirimu ok aku tau kau sulit menerima ini tapi kau pasti segera terbiasa dengan hidupmu sekarang" balas kakak.
"Kakak kamu tidak mengerti memang nya kau tau bagaimana rasanya jenis kelamin mu berubah seperti ini, aku akui aku hidup bahagia seperti ini tapi aku tidak bisa terus seperti ini, bagaimanapun ini bukan wujud asliku dan aku tidak bisa menerima semua ini aku harus kembali seperti dulu!!!!!" marahku dan teriak pada kakakku.
"Risa aku tau tapi-" saat kakakku belum menyelesaikan kata-katanya aku lalu menjawab.
"Tapi apa kakak, aku harus menerima hidupku sebagai perempuan dan melupakan diri asliku begitu!!!" bentak pada kakak perempuan ku.
"Bukan begitu maksud kakak Risa" jawab kakakku.
"Sudah kakak aku tau kamu pasti berbohong, jangan mengejar ku tinggalkan aku sendiri aku benci kakak!!!" bentak ku dengan keras.
Tidak lama aku melihat kakak perempuan ku mengeluarkan air mata seperti nya dia cukup terkejut.
Aku tidak mempedulikan itu aku lalu langsung membuka pintu dan keluar dari kosan ku.
Diriku lalu berlari dan meninggalkan kakak perempuan ku.
Saat aku diluar aku terus berjalan lalu aku duduk di salah satu bangku taman.
Disana aku hanya diam dan terus memikirkan semuanya, sepertinya aku sangat khawatir aku sepertinya benar-benar takut pada diriku sekarang.
Sepertinya aku semakin khawatir apakah aku harus menerima hidupku sebagai seorang perempuan, apa yang kakak katakan benar juga sih.
Lebih baik aku menerima hidupku sekarang dan menjalaninya, lagipula aku juga sudah terbiasa dengan ini aku sepertinya sudah tidak bisa hidup kembali menjadi laki-laki.
Aku benar-benar sudah berubah sekarang aku akui, hidupku berubah semuanya aku punya teman tidak kesepian lagi, tidak menyendiri lagi.
Banyak orang yang peduli padaku, tidak terkena tindasan lagi, aku bahkan sudah tidak suram seperti dulu.
Kenapa aku rasanya benar-benar tidak ingin meninggalkan hidupku sebagai perempuan apakah aku harus menerima semua ini.
Aku hanya duduk di taman dan menutup mukaku, aku sangat bingung dengan semuanya tanpa sadar aku sudah menangis isakan tangisanku keluar.
Dan air mata ada di wajahku yang sedang ku tutupi dengan telapak tanganku.
Hingga aku terdiam saat ada tangan seseorang dan dia memberiku tisu.
Aku cukup terkejut siapa yang memberiku tisu di saat seperti ini, apakah Azof.
Mungkinkah itu dia yang memberiku aku lalu mengambil tisu itu dan mengelap air mata dari pipiku aku lalu berterima kasih padanya.
"Terima kasih" ucapku pada orang itu.
Namun saat aku mengembalikan tisunya aku cukup terkejut saat melihatnya, rambutnya bajunya, matanya, terlihat sangat tidak asing.
Tunggu tentu saja aku tidak asing karena aku memang mengenalinya itu rie?.
"Yo Risa lama tidak bertemu" ucap rie dan tersenyum.
"Rie!!!" teriakku dengan girang dan lalu langsung memeluk rie.
Aku bisa merasakan badannya yang lembut dan tangannya yang lembut, sesaat dia membalas pelukanku.
Entah kenapa aku sangat senang bisa bertemu dengannya lagi aku lalu melihat ke arahnya.
"Darimana saja kau sudah lama sekali tidak bertemu kau tau entah bagaimana aku cukup merindukanmu tau" balasku.
"Oh iya benarkah hehe apakah kau menyukaiku Risa kau merindukanku?" jawabnya.
Sesaat dia mengatakan itu aku lalu melepas diriku dari pelukannya lalu memalingkan mukaku.
"Menyukaimu kau ini bicara apa sih siapa juga yang menyukaimu aku hanya senang bisa bertemu denganmu kembali karena bagaimanapun kita sahabat kan" jawabku dengan cemberut.
"Yang benar?" ledek rie kepadaku.
Saat dia mengatakan itu entah kenapa pipiku menjadi merah, tapi aku berusaha tetap tenang.
"Iya benar aku tidak pernah menyukaimu aku hanya merindukanmu sebagai sahabat bukan berarti aku suka padamu tau" jawabku.
"Ok-ok ngomong-ngomong kau ngapain sendirian disini dan juga aku melihatmu menangis disini, iya itulah kenapa aku memberimu tisu Risa kau baik-baik saja kau tidak punya masalah kan?" tanya rie padaku.
"Mmm iya aku baik-baik saja tidak perlu khawatir ok, bagaimana kabarmu sekarang rie apakah kau berhasil menjadi polisi?" jawabku.
"Uh itu iya hmm sayangnya tidak ris aku tidak berhasil menjadi polisi, sekiranya meski aku tidak menjadi polisi aku menjadi karyawan kantoran dan itu gajinya juga cukup besar, kau sendiri bagaimana?" balas rie dan dia bertanya padaku.
"Aku hmm kalau aku sih palingan cuman buat-buat komik aja, dan kau tau komikku mendapatkan adatapsi animasi iya di jepang sih dan penghasilannya cukup lumayan" balasku.
"Wah pasti gede hebat sekali kau Risa jarang loh ada yang bisa gitu hehe" puji rie padaku.
Mendengar pujian dari rie aku tersenyum, entah bagaimana sesaat aku melupakan tentang masalahku.
Mungkin setelah ini aku harus bertemu dengan kakak dan bicara padanya, aku merasa tidak enak karena langsung meninggalkannya di kosan ku, yang bahkan aku tidak ingin mendengarnya.
Hanya karena masalah ini padahal kakak berkunjung ke rumahku tapi aku malah memperlakukan dia seperti itu.
"Hmm Risa kau baik-baik saja?" ucap rie.
"Mmm iya aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir ok" jawabku dan tersenyum.
"Baiklah jika kau menjawab demikian dan kau baik-baik saja ok" balas rie.
"Hehe hei rie kita kan sudah lama tidak bertemu dan kita juga jarang menghabiskan waktu bersama benar kan?" kataku.
"Memang kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama semenjak kita lulus kuliah seperti ini, ini juga suatu kebetulan bisa bertemu denganmu" jawab rie.
"Aku juga sangat kebetulan sekali aku bisa bertemu denganmu lagi, hei rie jika memungkinkan begini aku tidak memaksa kalau kau sibuk atau apa kau boleh tolak, rie kau mau tidak jalan-jalan bersamaku lagi hanya kita berdua seperti dulu" balasku dan tersenyum dengan mata cerah melihat ke arahnya.
"Jalan-jalan?" ucap rie.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!