NovelToon NovelToon

Ayahku CEO Keren

Bab 1 - Playboy tobat!

Setelah menjalani hukuman yang cukup panjang, akhirnya Willy bisa bebas.

Meskipun menyandang gelar narapidana, dia tetaplah cucu dari orang paling kaya di kota itu, tuan Vandro Albraham.

Di sisi lain, sang istri, Riana, sangat menantikan kepulangannya.

Sudah beberapa tahun ini Willy berada di dalam jeruji besi karena kasus penipuan dan percobaan pembunuhan.

Bagi sang istri, kehilangan kepala rumah tangga, sangat menyedihkan dan menyesakkan, tapi dia tetap sabar menunggu Willy.

Kamar Riana ...

"Suamiku akan keluar dari penjara," ucap Riana yang merasa senang sebab suaminya bisa menghirup udara bebas.

Dia menjalani hari-hari dengan berat, selain menunggu dengan ratapan di dalam kamar, kegiatannya tak jauh dari seorang putri yang mendapatkan pelayanan di rumah mewah sang suami.

Riana tinggal bersama kedua orang tua Willy yang tidak kekurangan harta. Bahkan saat tahu Riana dari keluarga yang biasa saja, kedua orang tua Willy tidak mempermasalahkan. Pada intinya adalah Willy bahagia.

Mereka menghargai keputusan anaknya. Namun, kejahatan yang sudah dilakukan oleh anaknya, sangatlah keterlaluan.

Selama beberapa tahun ini, dia sangat rajin menjenguk Willy.

Sang ayah mertua tidak memberikan izin Riana menemui anaknya yang tidak tahu diri itu.

Ayah mertuanya tidak suka jika Riana terlalu memperhatikan Willy.

Sebab seorang anak seperti Willy, yang banyak tingkah, tidak pantas mendapatkan ampunan dari siapapun.

Tapi untuk Riana, semua itu sangatlah ambigu, sebab cintanya kepada sang suami sangatlah besar.

Dia akan menempuh segala cara agar mendapatkan izin menatap orang yang sangat ia cintai.

Saat berada di dalam kamar, pintu kamarnya terdengar ada yang mengetuk.

Perlahan Riana beranjak dari ranjangnya, lalu berjalan menuju pintu keluar.

Saat pintu dibuka, terlihat jelas wajah ayah dan ibu mertua yang mengajak Riana untuk makan.

"Aku tidak lapar, Daddy."

"Jangan seperti itu, nak. Kau harus makan agar tetap semangat."

"Iya, nanti kalau Willy sudah pulang. Aku akan makan."

"Anak tidak tahu malu itu, kenapa bisa bebas sih? harusnya sampai akhir hayat di bui saja," ucap sang ayah ketus.

Dia merasa kesal karena sang anak sudah membuatnya malu kepada Xavio, besannya.

Sebelumnya, Vandro sangat terkenal dengan kesetiaannya, tetapi sang putra tertua justru memiliki sifat yang sangat unik dan berbeda darinya.

"Sayang, kau bisa diam tidak? Kau kan tahu jika menantu kita sangat mencintai Willy, harusnya kau menahan emosimu," jawab sang istri sambil berbisik.

Sang istri yang bernama Serly mencegah sang suami untuk bertindak terlalu jauh, padahal selama ini Riana sangat menunggu Willy bebas.

"Tidak masalah mommy, Willy memang harus mendapatkan ganjaran dari setiap perbuatannya karena memang dia bersalah. Mommy tidak boleh galak dengan daddy Vandro, kasihan."

Riana yang memahami perasaan kedua mertuanya, tidak ingin memicu keributan, akhirnya dia mau diajak makan malam.

.

.

.

Meja makan ...

Kini semua anggota keluarga telah berada di meja makan, mereka masih menunggu kakek kolot yang belum pulang dari dinas sebagai seorang kepala polisi di kota itu.

Makan malam terasa hampa, hingga sosok Willy muncul dari pintu utama bersama sang kakek.

Riana sangat bahagia, dia merasa mendapatkan durian runtuh.

Begitu beruntungnya Riana karena mendapatkan keluarga mertua yang sangat menyayanginya.

Meski sang ayah telah tiada, dia tidak pernah mendapatkan kesulitan serta kekurangan kasih sayang.

Xavio pergi dalam damai, Riana berusaha keras untuk memberikan yang terbaik.

Akan tetapi Tuhan berkata lain.

Xavio harus kembali kepada sang pencipta.

Sosok tampan itu masih mengenakan baju tahanan dan menghampiri Riana.

"Riana?" ucap Willy.

"Kau jahat!"

Riana memeluk tubuh kekar itu dengan sangat bahagia, sang istri tidak menyangka bisa melewati masa sulit itu.

Samuel dan Satria kebetulan ada di sana, kedua adik Willy langsung mengerjai sang kakak.

"Gas pol."

"Lima anak."

Riana dan Willy menahan tawanya, mereka berdua sedang tidak ingin membicarakan anak, sebab masih ingin menikmati kebersamaan.

Sang ayah juga ikut mengomentari hal ini.

"Heh dua anak yang sama saja sifatnya, kenapa selalu mengejek kakakmu, pulang sana! Samuel, urus istrimu!"

"Istriku sedang ada di rumah ayahnya, dia kan sedang hamil, mana bisa aku melewatkan kesempatan mengerjai kakak."

"Benar sekali."

Satria dan Sam sangat senang membuat kisruh di rumah sang kakak.

Bahkan kehadiran sang kakek tidak dianggap sama sekali.

"Kalian tidak ingat kakek?"

"Kakek sudah tua, masuk saja sana."

Satria dan sang kakek main kejar-kejaran sampai sang kakek harus mengeluh sakit punggung.

Serly meminta sang ayah untuk berhenti bermain dengan cucu-cucu.

Sedangkan Riana dan Willy merasa dunia hanya milik berdua. Pasangan suami istri masuk ke dalam kamar. Meninggalkan anggota keluarga yang sedang kelaparan.

.

.

.

Di kamar keduanya ...

Setelah melewati hari dan tahun yang sangat panjang, kini keduanya bisa bersama dalam satu cinta yang utuh.

Meski masih mengenakan baju tahanan, Riana tidak mengeluh.

Riana merasa bangga dengan sang istri yang sangat sabar.

"Istriku, terima kasih telah menungguku."

Tatapan keduanya sangat luar biasa, hingga Riana meminta Willy mandi terlebih dahulu.

Sang istri memahami isi hati Willy, sang istri tersenyum.

"Aku akan tetap bersamamu, apapun keadaannya. Kau pasti ingin itu kan?"

"Haha, ya."

Kata-kata sang istri membuat Willy semakin bersemangat.

Sang suami merasa bahagia karena mendapatkan kasih sayang yang tidak bertepi dari sang istri.

Dia tidak pernah menyangka jika sang istri benar-benar mencintainya, padahal dia sempat membenci istri tercinta

Beberapa menit kemudian ...

Keduanya telah siap untuk melaksanakan malam manis yang telah terenggut oleh sebab kasus sang suami.

Mereka mengarungi setiap detik dengan cinta dan kasih sayang.

.

.

.

Pagi harinya ...

Pasangan pengantin yang lama tidak bersama, sudah seperti sepasang pengantin baru.

Hari ini, keduanya akan melakukan nostalgia dengan berjalan-jalan ke sebuah taman, tempat pertama kali keduanya bertemu.

Sebelum pergi, keduanya berpamitan kepada ayah dan ibu.

"Bu, kami akan jalan-jalan," ucap Riana dengan penampilan yang sangat modis.

"Iya, kami akan pergi," sahut Willy dengan senyum bahagia.

"Dih, baru juga keluar dari kamar tahanan, sudah mau pergi saja. Willy, kau harus membantu ayah bekerja!" Sang ayah sangat senang membuat Willy kesal.

Alhasil Willy langsung menarik lengan sang istri, kemudian nyelonong saja.

"Anak kurang ajar!"

Hampir saja terjadi pertarungan, tapi nyatanya nyonya Serly masih bisa menahannya.

"Biarkan saja. Kenapa terlalu posesif?"

"Dia anak sialan, bisa-bisa tidak pamit."

"Kau harus lebih manis padanya, jangan marah-marah."

"Ogah!"

Tuan Vandro pergi dan masuk kembali ke dalam ruang kerjanya, sedangkan nyonya Serly menepuk jidat.

Dua orang ini yang selalu saja terlibat pertengkaran sejak Willy kecil.

Apalagi ketika Willy memutuskan untuk tobat dari sebutan si playboy karena memiliki banyak kekasih, tapi semua pertobatan menyisakan masalah yang rumit.

Selain kasusnya yang menjerat, banyak lagi tuduhan untuk Willy.

Sang ibu hanya bisa berdoa yang terbaik untuk suami dan anak-anaknya.

"Semoga mereka tetap akur, meski terlihat bermusuhan," ucap nyonya Serly berharap.

*****

Bab 2 - Anak dari rahim wanita lain

Di saat tuan Vandro marah-marah, Willy dan Riana merasa dunia hanya milik berdua.

Pasangan suami istri itu berjalan menuju mobil sport, hadiah dari ibu mertua untuk Riana.

"Sayang, ini mobil pemberian mommymu," ucap Riana dengan senyum yang sangat manis.

"Wah, selama hidup, mommy tidak pernah sebaik ini denganku. Kau memang berkah bagiku sayang. Meski kau yang mendapatkan mobil ini, setidaknya milikku juga."

Willy memeluk tubuh sang istri, hampir saja memberikan sentuhan itu di luar ruangan, sang istri langsung mencegahnya.

"Heh, nanti orang rumah melihat!"

"Hanya bibir saja, kenapa kau sangat posesif."

"Kita jalan-jalan dulu ya? aku yang menyetir."

"Kau memangnya bisa menyetir?"

"Tentu saja, kenapa tidak bisa? selama ini yang menggantikan kau sebagai bos siapa kalau bukan aku?"

Willy merasa bangga dengan sang istri yang sangat cepat belajar, tapi Willy juga cemas, jika Riana menjadi wanita pintar, pasti akan mendapatkan banyak perhatian dari semua laki-laki.

"Istriku, bisa melakukan segalanya, dia pasti tidak akan membutuhkan aku lagi," batinnya.

Sang istri memahami isi hati Willy, sang istri tersenyum.

"Aku akan tetap bersamamu, apapun keadaannya."

Kata-kata sang istri membuat Willy tenang.

Mobil yang sangat bagus itu perlahan beranjak dari rumah mewah Willy menuju sebuah tempat yang sangat ingin Riana kunjungi.

Sebuah pantai, tempat dimana sang ayah tinggal.

Namun, sang suami melarang, dia sudah tahu dari daddy Vandro jika ayah Riana telah meninggal dunia.

"Sayang, kita tidak perlu pergi kesana sebab yang terpenting adalah kau bahagia. Kita berjalan-jalan di taman kota saja. Kalau ke pantai, jalannya terlalu jauh," cetus Willy mencoba mengingatkan.

"Aku sebenarnya tidak terlalu setuju dengan apa yang kau katakan, sebab menjadi orang lain bukan gayaku, hanya saja kau baru keluar dari penjara, aku sudah menunggu momen ini cukup lama. Momen yang akan terbuang sia-sia jika aku tidak menuruti suamiku," jawab Riana dengan penuh kebijaksanaan.

Willy cukup senang dengan apa yang dikatakan oleh sang istri, karena beberapa tahun sebelumnya, Riana tidak memiliki sifat dewasa yang sangat perhatian.

Itu semua menurut seorang Willy, padahal yang paling memahami suaminya adalah Riana.

Sang suami selalu memutuskan sendiri tanpa pertimbangan yang jelas.

Sepanjang perjalanan menuju taman, Riana memberikan laporan mengenai restoran.

Riana benar-benar menjadi CEO wanita muda yang sangat cekatan dan cantik.

"Sayang, aku takut kau banyak orang yang menyukaimu. Kau sangat pandai."

Sang suami sangat kagum dengan kemampuan seorang Riana, dia berharap sang istri tidak akan mengecewakannya.

"Heh, kenapa kau sangat minder? padahal selama ini kita menjadi satu tim. Kau selalu mengajari aku banyak hal, restoran tetap berjalan karena kau juga," cetus Riana.

Dia tidak akan sombong, sebagai seorang istri, sangatlah bangga jika mampu membuat suaminya menjadi lebih baik dengan bantuan yang Riana berikan.

.

.

.

Sesampainya di taman ...

Obrolan semakin seru, tetapi taman sudah berada di depan mata.

Willy tiba-tiba menjadi sangat manja, ini membuat seorang Riana merasa dianggap sebagai seorang pendamping.

"Kau memang suami yang sangat manis," ujar Riana.

"Aku memang manis, kau sangat baik dan idaman."

"Cih, apa sih. Ayo keluar. Kita jalan-jalan."

Pasangan suami istri itu terlihat sangat bahagia karena pertama kalinya bersama dan bergandeng tangan.

Hingga seorang anak kecil datang dan memeluk Willy.

"Daddy!"

"Siapa kau?"

Willy langsung mendorong anak kecil itu.

"Jangan seperti itu dengan anak kecil, kau bisa kena masalah lagi," ucap sang istri.

Willy langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Riana.

"Sayang, dia bukan daddymu. Bisa katakan dimana mommymu?" tanya Riana dengan rasa cinta yang sangat dalam.

"Aku ingin ikut kau saja bibi, mommyku jahat. Dia bilang daddy sudah mati, padahal aku sendiri tahu jika dia masih hidup. Dia yang selalu ada di dalam mimpiku. Foto dengan wajah yang sama, dia memang daddyku."

Sang bocah laki-laki sangat yakin dengan apa yang dikatakan olehnya.

Riana menatap wajah si bocah dan memberikan komentarnya.

"Dia memang mirip dengan Willy, apa dia memang anak Willy?" batin sang istri.

Belum selesai urusan soal anak laki-laki, datanglah seorang wanita muda, dia memanggil anak itu dengan nama Jekey.

"Jekey? kita pulang! kenapa kau sangat sulit ...."

Sang wanita terkejut ketika mengetahui ada Willy di sana.

"Astaga! Willy?"

Sang wanita langsung menarik lengan sang bocah, tapi tidak semudah itu.

Bocah kecil bernama Jekey menangis, dia tak ingin pisah dari Willy.

"Jika daddy tahu, kau akan dipukul! dia bukan daddymu!"

Sang wanita terus saja menunduk, dia tak berani menatap wajah Willy.

"Friska, apa itu kau?'

"Aku tidak mengenalmu, tolong bantu aku melepaskan tangan anakku dari kakimu."

Jekey menangis tiada henti.

Riana tak paham mengenai semua ini, dia berharap apa yang menjadi prasangka, bukan sebuah kebenaran.

"Sayang, nanti kita bertemu lagi, kau bawa kartu nama bibi, kau bisa meneleponku."

Sang bocah langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Riana.

"Baik, aku akan menuruti apapun yang bibi katakan."

Willy terdiam membisu, dia mencoba mengingat salah satu wanita yang sudah berhubungan dengannya.

"Dia mantanmu?'

"Riana, aku bisa menjelaskannya."

"Jelaskan saja, aku tidak masalah."

Riana merasa sangat hancur dengan kenyataan ini, dia paham jika Willy bukan pria dengan spek paling suci di dunia, sang suami sudah memiliki banyak wanita sebelum benar-benar menjadi miliknya.

.

.

.

Selama satu jam di taman, Riana hanya diam sebab Willy tidak bisa mengingat siapa Friska itu.

"Sayang, aku lupa."

"Aku tahu kau sangat nakal, tapi cobalah menjadi pria yang bertanggung jawab."

"Sayang, maafkan aku. Nama Friska ada tiga, aku memiliki banyak sekali mantan kekasih, tolong kau jangan marah."

"Aku tidak marah, tapi aku hanya kasihan dengan anak kecil bernama Jekey itu. Apa kau tidak bisa lihat bagaimana hidupnya penuh kesulitan. Ada lebam di lengan kanannya, dia sangat rindu kau. Kau memang daddynya mungkin."

Riana meneteskan air matanya, dia tidak habis pikir dengan apa yang ada di otak Willy, bisa-bisanya lupa dengan benih yang sudah ia keluarkan.

"Dulu pernah bermalam dengan dua gadis sekaligus, aku lupa jika mengeluarkannya di dalam. Ada dua gadis, Friska dan Mariska. Dua orang itu sangat menyenangkan, jadi aku sampai lupa diri."

"Kau bahkan bernostalgia dengan dua gadismu, apa itu membuatmu bahagia?'

Riana marah, dia merasa sangat tidak berguna.

Sang istri meminta untuk pulang ke rumah, tetapi Willy tidak mau.

Urusan seperti ini jangan sampai ke telinga kedua orang tua Willy dan saudara-saudaranya, sebab urusan akan semakin sulit.

"Jika kau ingin mencaritahu tentang anak itu, bicarakan denganku saja. Aku pasti akan membantumu."

"Tidak perlu, aku bisa sendiri."

"Sayang."

"Kau yang menyetir mobil, aku takut jika nanti mobilnya akan menabrak."

"Baby! Jangan marah."

"Siapa yang tidak marah? pasti aku marah, sudahlah Willy. KIta cukupkan pembicaraan mengenai Jekey dan Friska mu itu."

"Maaf."

Aarav hanya bisa meminta maaf, ini sangat menyakitinya.

.

.

.

Beberapa menit kemudian ...

Mobil sudah keluar dari area taman, sang istri hanya diam saja.

Willy mencoba mengajak berbicara, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

Hingga panggilan telepon masuk, membuat sang wanita merasa terkejut.

Suara yang keluar dari panggilan telepon itu terdengar sangat mirip dengan pria kecil bernama Jekey.

"Bibi? kau sedang bersama daddy?" tanya si bocah di dalam sambungan telepon.

"Iya, aku sedang bersama daddymu. Sayang, kau sedang apa?' tanya Riana dengan penuh kasih.

"Aku sedang kesal dengan paman Axel, dia sangat kasar kepada mommy. Padahal aku tahu jika mommy sangat mencintai mommy, tetapi justru menikahi paman Axel. Aneh kan bibi? paman Axel harusnya menikah dengan bibi saja."

Willy terdengar kesal dengan apa yang dikatakan oleh Jekey.

Dia menghentikan mobil secara tiba-tiba, lalu merebut ponsel milik sang istri.

"Kau sebenarnya siapa anak kecil? kenapa kau sangat menganggu!"

Willy kesal, dia mematikan ponsel itu.

"Will, kau adalah seorang pria, tidak malu dengan apa yang kau katakan kepada anak itu?"

"Apa salahku baby? Kau paham kan aku sangat mencintaimu, kenapa dia dengan mudahnya memintamu menikahi paman yang tidak jelas?"

"Perkataan anak kecil hanya bualan Will, apa kau memang sudah dewasa? dia masih kecil, belum memahami apapun."

"Sayang, kita tidak perlu terlalu jauh menanggapi anak kecil itu. Aku akan memberikan kompensasi."

"Diam, jika masih ingin bersamaku. Kau hanya perlu diam."

"Sayang, hubungan kita baru saja di mulai, kenapa harus seperti ini?"

"Kau yang memaksaku untuk menjadi wanita jahat, katakan sesuatu jika itu penting. Aku akan naik taksi."

Sang istri keluar dari mobil itu seraya mengambil ponsel miliknya yang di genggam oleh Willy.

Sang suami mencegah Riana, tapi tidak semudah itu, dia tak mungkin meninggalkan mobil sportnya.

Alhasil Willy membiarkan Riana pergi begitu saja.

"Hah! Kenapa seperti ini Tuhan! Aku sudah mendapatkan ganjaran dari segala kejahatan, tetapi kenapa masih saja ada cobaan?"

Sang suami bersimpuh di jalanan, dia tidak berdaya dengan takdir yang mengikutinya.

Willy hanya bisa menatap sang istri yang sudah naik taksi dan meninggalkannya.

Dia tak mau kalah, sang suami beranjak dari posisi bersimpuh, lalu segera masuk ke dalam mobil.

"Aku harus menyelesaikan semua ini dengan baik, aku tidak mau kehilangan Riana."

...

Di tempat lain, tepatnya rumah Jekey ...

Seorang anak laki-laki merasa sedih, sebab mommy dan paman Axel selalu saja bertengkar, dia mengurung diri di kamar.

"Aku sangat bosan di rumah, tetapi tidak bisa pergi. Bibi cantik, pasti bisa membantuku."

Setelah panggilan telepon dimatikan, sang bocah tidak putus asa, alhasil Jekey kembali menghubungi Riana.

Panggilan itu tidak kunjung mendapatkan jawaban, hingga suara paman Axel, membuatnya terkejut.

"Ada apa paman?" tanya sang bocah.

"Kau bertemu daddymu?" jawab si pria matang dengan wajah yang sangat kesal.

"Iya paman, tolong jangan sakiti aku dan mommy."

Sang bocah terlihat ketakutan, dia tidak bisa melakukan apapun selain meminta maaf dan memohon agar paman Axel tidak menyakitinya.

"Kau sudah lima tahun bersamaku, apakah tidak cukup semua harta dan kasih sayang ini? kenapa masih saja mencari daddymu yang tidak berguna itu? aku adalah daddymu, kau masih terlalu kecil untuk memahami masalah orang dewasa. Kali ini aku akan mengampunimu, jaga sikap jika masih ingin melihat mommymu hidup."

"Baik paman, ehm ... daddy Axel."

Sang pria pergi dari kamar itu, meski di kunci dari dalam, dia bisa membukanya sebab dia lebih pandai dari seorang bocah berusia lima tahun.

Panggilan telepon itu belum mati, Riana sepertinya mendengar semuanya.

"Bibi, tolong aku."

Sang bocah mulai menangis, dia baru bisa mengeluarkan air mata itu sebab takut dengan paman Axel.

"Sayang, rumahmu dimana, kau bisa memberikan petunjuk?"

"Bibi, aku tidak tahu, besok kita bertemu di taman itu lagi."

"Kau masih bisa menunggu?"

"Aku tidak bisa, tapi takut bibi."

"Kau harus memberikan foto rumahmu, bibi akan segera menolongmu."

"Jangan sekarang bibi, paman akan marah."

"Oke, kau bisa memberitahu aku jika sedang dalam masalah."

"Baik bibi, aku mau tidur, jika paman tahu aku sedang menelepon orang asing, pasti dia akan memukulku."

"Baik sayang, kau jaga dirimu."

"Baik."

.

.

.

Di rumah Willy ...

Sang suami sudah sampai di rumah, sedangkan Riana belum, Willy sangat cemas dan berulang kali meneleponnya.

Hingga sebuah mobil terlihat berhenti di depan rumah Willy.

Willy yang masih ada di depan rumah, langsung melihat Riana.

Riana turun dari taksi dan membayar ongkosnya, dia menatap wajah Willy, rasanya sangat muak.

Sang suami membuka gerbang kecil seukuran dada, rasanya sangat malas dengan Aarav.

"Kau pulang ke rumahmu? Kenapa tidak ke apartemen saja?"

"Aku tahu kau pasti akan datang kemari, jadi aku pulang ke rumah."

"Cih, kata-katamu terlalu klise, aku tak suka dengan semua sikapmu. Tolong jangan sok baik."

"Kau marah dengan adanya anak kecil itu?"

"Tentu saja, jika kau bisa membuang wanita dan anakmu, kau pasti akan membuangku juga. Pergilah, aku sedang tidak mood melihat wajahmu."

Sang istri terlihat kesal, tetapi Willy tidak hilang akal.

Dia memeluk tubuh istrinya dan meminta maaf.

"Tolong maafkan aku, aku merasa sangat sedih. Jika itu salahku, tolong berikan maaf. Aku memang seorang pria tidak baik, tapi hukuman di dalam penjara sangatlah membuatku tersiksa."

Saat kedua orang sedang dalam masalah, daddy Vandro melihat dan menghampiri keduanya.

"Jika ada masalah, tolong selesaikan di dalam, jangan berikan image jelek kepada daddy dan mommy. Apa perlu aku panggil anak buahku untuk membawa kalian masuk ke dalam?"

Kata-kata daddy Vandro sangat dalam dan penuh arti, urusan dengannya akan semakin rumit.

.

.

.

Ruang tamu rumah Willy ...

Ke empat orang sudah ada di sana, Willy sama sekali tidak ada daya, sebab dia terlihat paling bersalah.

"Coba katakan masalah kalian."

Riana hanya diam, dia tidak bisa berbicara dengan lancar, rasanya sangat sakit.

"Aku memiliki anak dari wanita lain."

Plak!

Sang daddy langsung melayangkan tamparan ke arah pipi kanan Willy.

Bahkan hampir menghajarnya.

Nyonya Serly yang tahu semua ini mencoba mencegah, tapi tidak bisa.

Willy dibuat babak belur oleh sang daddy.

"Van, kita bisa membicarakan semua ini dengan baik-baik."

"Bawa menantuku masuk ke dalam, aku akan memberikannya satu lagi pelajaran."

"Van!"

"Serly? kau juga akan membantahku?"

Serly hanya bisa diam dan membawa Riana yang sudah kaku di sana, rasanya sakit mengingat kelakuan sang suami di masa lalu.

*****

Bab 3 - Kenyataan Pahit

Markas Axel ...

Di tempat ini, ayah tiri Jekey melihat foto musuh terbesarnya, dia memang ingin menghancurkan kehidupan pria yang ada di dalam foto itu, tetapi dengan cara perlahan.

Axel akan memulai dari cucu dan anak sang pria.

"Aku bukannya tidak tahu jika Willy adalah anak dari Vandro, tapi aku membiarkan semua itu terjadi agar setelah Willy keluar dari penjara, dia bisa bertemu dengan Jekey. Friska cukup pandai berakting, cintanya kepada Willy, telah membuat anak itu tetap hidup. Haha, sikap yang menguntungkan bagiku."

Axel teringat akan masa lalunya, sang ayah yang merupakan pebisnis handal tapi dihabisi oleh Vandro cs, dia sangat sedih waktu itu.

Jasad sang ayah berada dalam peti, dia tak mampu melihatnya untuk terakhir kali.

Sejak saat itu Axel mencoba untuk belajar bela diri, dan membuat satu perkumpulan jahat.

Hingga dia menjadi ketua dari perkumpulan itu dan mendapatkan banyak bisnis diberbagai sektor, dia juga orang yang cukup disegani.

Axel baru muncul sebab selama ini menunggu waktu yang tepat, dia memantau semua hal tentang Vandro dan keluarganya.

Namun, anak buah Vandro berhasil menutup akses Axel tahu lebih diam.

Sang pria memanfaatkan sifat Willy yang memiliki banyak gadis untuk memperdaya.

Dia menggunakan Friska sebagai alat.

Sebenarnya Friska adalah kekasihnya, Axel memaksa Friska mendekati Willy.

Sang gadis benar-benar mampu membuat Willy naik ke atas ranjang dan menabur benih didalam rahimnya.

Semuanya berjalan sesuai dengan yang Axel inginkan.

Sampai dimana Willy masuk ke dalam penjara, sang pria menikahi Friska, gadis yang akan melahirkan darah daging dari Willy.

Saat Axel masih diselimuti oleh kabut dendam, Friska datang menemuinya.

Kebetulan pintu tidak dikunci, dia langsung masuk saja.

"Xel, aku lelah. Kita hentikan semua ini, aku ingin hidup bahagia. Kau adalah pria kurang ajar yang sudah membuatku berkubang dalam rasa bersalah. Seharusnya kau tidak perlu melibatkan anak itu. Dia anakku, kau jahat sekali Xel!" ucap Friska.

Sang wanita mencoba untuk bernegosiasi dengan Axel, pria yang selama ini dengan terang-terangan memanfaatkan dirinya.

"Haha, dia anak dari Willy, pria yang paling aku benci. Kau sudah berjanji akan membantuku, bagaimana bisa menjadi pembangkang?" cetus sang pria.

Axel akan tetap dengan pendiriannya, ia akan memberitahukan semuanya kepada Willy lalu menyerahkan Jekey pada ayah biologisnya, hanya saja semua itu tidak mudah.

"Jika kau masih tetap nekat, kau dan anak itu akan mendapatkan masalah!"

"Aku tidak takut dengan ancaman yang keluar dari mulutmu! semua ini sudah cukup Xel!"

Bruak!

Sang wanita menutup pintu dengan sangat keras, hingga Axel hanya bisa tersenyum sinis.

"Kita lihat, sekuat apa dia. Apakah bisa Friska melawanku?" ucap Axel.

Dia segera meminta dua anak buah untuk berjaga di depan pintu rumahnya.

Kebetulan antara rumah dan markas hanya berjarak beberapa meter saja.

Axel bisa memantau kondisi rumahnya.

.

.

.

Di depan rumah Axel ...

Sang wanita merasa aneh ketika dua penjaga tiba-tiba berada di sana, dia dengan tegas dan penuh keberanian, menerobos dua pria yang sangat kekar itu.

Namun, apa yang dia lakukan, tidak ada hasilnya.

"Kau mau apa?"

"Kau tidak boleh masuk ke dalam. Bos Axel yang menyuruh kami berdua menjaga Jekey."

"Cih, kau tahu apa tentang aku dan anakku. Kami adalah dua orang yang akan terus bersama sampai kapanpun."

"Nyonya, kami paham jika kau adalah istri dari bos Axel, tetapi tidak seharunya kau mengatakan semua itu kepada kami. Apa yang kau katakan dan kau lakukan akan membuahkan hasil yang buruk nantinya."

Sang wanita sama sekali tidak menggubris apapun yang dikatakan oleh dua orang itu, hingga salah satu penjaga membuat pingsan Friska.

Penjaga 1 membawa Friska masuk ke kamar utama, setelah itu menguncinya dari luar.

Penjaga 2 menelepon bos Axel untuk memberikan informasi mengenai Friska yang sudah berhasil diamankan.

"Bos, nyonya Friska sudah kami kunci di dalam kamar. Dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal karena berani melawan perintahmu."

"Haha, kau adalah anak buah yang paling patuh. Setelah ini, kau yang menjaga anak Willy itu, buat Jekey membenci ayah dan kakeknya."

"Siap bos!"

....

Rumah Vandro ...

"Apa maksudmu membuat masalah sebesar ini? apa kau sadar efeknya di hidupmu? aku sudah berjanji untuk menjaga Riana. Bagaimana ayahnya akan tenang di sisi Tuhan jika memiliki menantu sepertimu!"

Plak!

Tamparan untuk kesekian kali terdengar sangat nyaring, kedua pipi Willy bahkan sudah berwarna merah, tidak ada yang bisa dilakukan selain meminta maaf.

Serly dan Riana, tidak ingin mencampuri apapun.

Keduanya hanya diam sambil menahan segala kata yang ingin diucapkan, sebelum Vandro memperbolehkan keduanya berbicara.

"Will! apa kau tahu kesalahanmu apa?"

"Aku salah daddy, aku minta maaf."

Plak!

Plak!

Plak!

Vandro menampar Willy sampai sang putra tersungkur, Riana sudah tidak tahan lagi.

Dia mencegah sang mertua untuk melakukan hal yang lebih lagi.

"Daddy! Cukup, dia nanti mati!" teriak Riana sambil memeluk tubuh Vandro.

"Aku akan menjadi daddy paling buruk saat tak mampu mendidik anakku sendiri seperti dirinya. Aku adalah seorang pebisnis tetapi tidak pernah menghina bahkan merendahkan seorang wanita! siapa yang kau tiru!"

Sang Daddy, sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Willy.

Semua kisah yang sudah dimulai olehnya, memberikan banyak akibat yang tidak terduga di masa depan.

"Daddy, aku mohon padamu. Aku akan menyelesaikan urusanku ini dengan segera tetapi aku mohon berikan aku waktu!"

Dengan wajah yang babak belur, Sang putra menunduk di depan tubuh Vandro, meski dia sudah berumur tetapi masih saja gagah dan penuh dengan kharisma.

Di saat kondisi seperti ini terjadi, tiba-tiba terdengar dering ponsel milik Vandro, dia membiarkan sang putra mengemis di hadapannya sedangkan sang daddy sibuk menjawab panggilan telepon.

"Halo, ada apa?" tanya Vandro.

"Van, ada salah satu musuh di masa lalu yang terlihat ingin mendekati perusahaanmu," jawab sang rekan dengan nada cemas.

"Oh, kira-kira dia hanya mengancam atau hanya sekedar ingin menggertak saja?"

"Dia bagian dari masa lalu kita."

"Apa kau yakin?"

"Itu hanya praduga ku, tapi akan lebih baik kau saja yang menyelidiki."

"Bukan aku, tapi anakku!"

"Willy?"

"Iya. Besok aku akan mengirim anakku ke perusahaan."

"Kau yakin Van? bukannya dia baru saja mendapatkan hukuman?"

"Ya karena mendapatkan hukuman itu, aku menambahnya menjadi lebih berat."

"Ajari dia bisnis, buat dia paham tentang bagaimana menghargai seorang wanita dan segala kehidupannya."

"Siap Van, aku akan melakukan semuanya untukmu."

"Terima kasih."

"Oke."

Panggilan telepon itu usai, sang putra merasa bahwa hidupnya telah berakhir.

Niat hati ingin mendapatkan kebahagiaan setelah keluar dari bui, Willy ternyata harus mendapatkan hukuman yang sangat berat.

"Jangan dekat istrimu sebelum aku menghentikan semua hukuman yang aku berikan!"

Sang daddy beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar, Willy sama sekali tidak mendengarkan sang daddy, tetapi Serly begitu ketat melakukan pengawasan terhadap putra pertamanya.

"Mommy akan tidur dengan istrimu, kau tidur dengan adikmu, dia sedang berada di sini dan menemanimu."

"Astaga, lukaku bagaimana?"

"Kau bisa mengobatinya sendiri."

"Astaga! tega sekali!"

Riana menatap tajam ke arah sang suami tetapi tidak bisa melakukan apapun.

Dia akan melakukan satu hal yang tersembunyi tetapi di saat semua orang sudah tidur.

"Aku akan menolongmu di saat yang tepat, kau tenanglah!" batin sang istri.

Dia mengikuti langkah ibu mertuanya dan meninggalkan sang suami sendirian di ruang tamu.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!