Hilir mudik di luar area kafe Biru sama sekali tidak mengusik ketenangan kedua orang itu sedang duduk berhadapan di salah satu meja yang ada di sudut Kafe. Minuman dan makanan yang dipesannya sedikitpun belum disentuhnya, karena dirinya tidak sabar menunggu kekasihnya untuk berbicara sesuatu.
Pria muda itu menggenggam erat kepalan tangan sang pujaan hatinya yang duduk berhadapan dengannya, "Mey mungkin hari ini terakhir aku ajak kamu makan di tempat ini karena…" ucapnya seorang pria muda dengan memakai jaket hoodie berwarna putih itu yang belum selesai.
Perempuan yang disapa Mey itu menatap intens ke arah kekasihnya setelah mendengar namanya disebut.
Mey melototkan matanya saking terkejutnya mendengar perkataan dari kekasihnya itu, "Maksudnya Mas, kok ngomongnya seperti itu? Apa kamu sudah bosan bertemu denganku atau kamu marah padaku sehingga kamu tidak ingin lagi menemui ku?" Cercanya dengan sejuta pertanyaan yang menghinggapi benaknya itu.
Mey berusaha untuk melepaskan pegangan tangannya dari prianya tersebut. Sedangkan sang pria sama sekali tidak ingin melepaskannya. Sang pria hanya terkekeh melihat reaksinya Meylani yang diluar dugaan nya itu. Mey mendelikkan kedua matanya melihat pacarnya tertawa seperti itu.
"Kenapa ketawa? Apa ada yang lucu dengan perkataanku?" Ketusnya Meylani.
"Meylani please dengarkan aku dulu ngomong, aku belum menyelesaikan pembicaraanku kau sudah memotongnya," imbuhnya pria tersebut.
"Bisma Aksa Abimanyu kalau begitu jelaskan secara detail maksud dari perkataannya agar aku tidak salah paham!" Dengusnya Mey yang menarik tangannya dari genggaman Bisma.
"Meylani Ramadhani Aileen Zulkarnain makanya dengarkan aku dulu sebelum nyerocos,gini nih kebiasaan aku belum selesai bicara sudah diserang berbagai pertanyaan," kelakarnya Bisma.
Bisma sebenarnya ragu dan bimbang untuk mengatakan niat dan tujuannya mengajak kekasihnya bertemu, padahal biasanya jadwal pertemuan mereka setiap minggunya hanya di hari minggu saja. Kenapa karena keduanya sama-sama sibuk bekerja.
"Ayo buruan katakan apa maksudnya Mas Bisma ngajak aku bertemu padahal hari ini hari senin," pungkasnya Mey lagi.
Bisma menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya dengan cukup pelan sebelum menjawab pertanyaan dari Mey tersebut. Bisma kembali menarik tangannya Mey ke dalam genggaman tangannya itu.
"Mey lusa saya akan pergi ke Malaysia Kuala Lumpur, Bos tempat aku bekerja menugaskan aku kerja di sana, enggak lama kok hanya tiga tahun saja, setelah balik dari KL saya akan melamar kamu," ujarnya Bisma dengan ragu.
Mey kembali melotot kaget mendengar penuturan dari Bisma yang mengatakan akan pergi dari Jakarta dan akan menetap di luar negri.
"Kenapa meski Mas Bisma yang ke sana, apa nggak ada orang lain yang bisa menggantikan Mas?" Kedua bola matanya Mey sudah berembun dan siap untuk jatuh membasahi pipinya itu bibirnya bergetar mengucapkan perkataannya.
Bisma menangkupkan kedua tangannya di dagunya Meylani," sayang saya sudah bersikukuh untuk menolak keputusan tersebut, bahkan saya juga menentang surat perintah tersebut,tapi imbasnya saya akan dipecat dari pekerjaanku dan parahnya lagi kemungkinan besarnya saya di blacklist dari semua perusahaan jika saya tidak menuruti keinginan bos," ungkapnya Bisma dengan sedih penuh penyesalan.
Meylani tidak menyangka jika pertemuannya hari ini akan menjadi awal perpisahan sementaranya dengan pria yang sangat dicintainya itu. Pria yang selalu ada dikala sedih dan bahagianya. Pria yang selalu mendahulukan kebahagiaannya dibandingkan dengan urusan kehidupannya sendiri,tapi kali ini mereka akan menjalin hubungan LDR.
Mey tidak sanggup berkata-kata lagi, awalnya hendak untuk menyeruput minuman dinginnya tetapi, setelah mendengar perkataan yang sungguh membuatnya sedih terpaksa ia urungkan niatnya itu.
Kedua pasang bola mata indahnya sudah berkaca-kaca dan semakin berusaha ia tahan laju air matanya itu, "Mas tiga tahun itu bukan waktu yang singkat loh, bagaimana kalau Mas setelah beberapa hari disana ketemu dengan perempuan yang lebih cantik dari saya bahkan melebihi dari segalanya yang aku miliki, pasti Mas akan berpaling dariku dan mencampakkan diriku ini," keluhnya Meylani.
Bisma kembali tersenyum tipis menanggapi perkataan dari mulutnya Meylani," Mey kamu tidak perlu khawatir dengan masalah itu, Insya Allah Mas jamin tidak akan ada perempuan yang bisa menggeser, menggantikan posisinya kamu di hatiku selamanya hanya ada kamu seorang, Mey kita ini sudah pacaran sejak masih sekolah sampai sekarang,apa kamu belum yakin dengan ketulusan dan besarnya cintaku padamu?"
Mey tidak mampu berkata-kata lagi,ia terdiam memikirkan perkataan dari kekasihnya itu. Tanpa terasa air matanya pun akhirnya lolos juga tidak tanpa aba-aba. Mey sesegukan tersedu-sedu dalam tangisnya itu. Dia berusaha untuk menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar sampai ke telinga pengunjung kafe.
Bisma menyeka air matanya Mey dengan berusaha untuk selalu tersenyum hal itu ia lakukan agar Mey bisa melepas kepergiannya dengan sabar dan tenang.
"Mey, aku mohon jangan seperti ini jika kamu seperti ini aku pergi pasti tidak akan tenang, aku juga melakukan semuanya demi kebahagiaan kita nantinya, aku pergi bukan untuk selamanya tapi pasti akan kembali dan di hari kepulanganku aku akan langsung melamarmu menjadi istriku, aku mohon relakan kepergianku, masalah hatiku tidak akan goyah dan tergantikan posisimu dihatiku dengan wanita lain hanya Meylani Aileen Hadiwijaya yang akan selalu dan selamanya menempati ruang dan relung hatiku yang paling terdalam, malahan aku yang selalu khawatir denganmu," ujarnya Bisma.
Meylani menyeka air matanya dan berusaha untuk tegar dan dewasa menghadapi kenyataan tersebut.
"Kenapa Mas Bisma bisa berkata seperti itu? Lagian apa yang Mas Bisma khawatirkan?" Tanyanya balik Meylani seraya mengerutkan keningnya itu.
Bisma kembali berusaha untuk tersenyum walaupun hatinya sangat sedih dan kecewa harus berpisah dengan perempuan yang sangat dicintai dan disayanginya itu.
"Wajarlah aku berkata seperti itu Mey,kamu masih muda, cantik dan pintar sholehah lagi pasti akan semakin banyak pria yang akan mendekatimu dan berusaha untuk merebut posisiku di hatimu, Mas sangat yakin akan hal tersebut," imbuhnya Bisma.
Meylani tercengang mendengar perkataan dari Bisma, awalnya dia yang ketakutan jika ada pihak ketiga di dalam hubungannya dari pihak Bisma,tapi ternyata Bisma pun mengalami hal yang sama dengannya.
Meylani menatap sendu Bisma dan sedikit bahagia karena apa yang barusan ketakutan yang menyelimuti hatinya ternyata juga dirasakan oleh Bisma. Sedangkan Bisma tak henti-hentinya mengecup punggung tangan kekasihnya itu.
Mey tersenyum tipis menanggapi perkataan dari Bisma tersebut, "Astaghfirullah aladzim, Mas jangan pernah sekali-kali berkata seperti itu, hatiku aku pastikan padamu selamanya tidak akan pernah berubah dan tergantikan oleh siapapun selama nafas ini berhembus aku jamin hatiku, kasih sayangku, dan cintaku hanya untukmu seorang dan aku akan sabar menunggu kepulanganmu itu," ujarnya Meylani yang bisa sedikit bernafas lega.
Bisma tersenyum bahagia mendengar penjelasan dan sumpahnya Meylani yang bisa meyakinkan dirinya untuk berangkat ke Malaysia dengan tenang.
"Makasih banyak sayang, saya sangat gembira mendengar semua kata-katamu itu, tunggu aku sampai aku kembali aku hanya bisa berpesan padamu tolong jaga selalu hatimu tunggu aku kembali karena aku sangat mencintaimu," Bisma berulang-ulang kali mencium punggung tangannya Meylani.
Mey hanya menganggukkan kepalanya karena sudah tidak mampu untuk berucap sepatah kata lagi. Sebelum mereka berpisah,Bisma menyematkan sebuah cincin emas ke jari manisnya Meylani sebagai tanda cintanya.
Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga" ada give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.
Meylani mengingat perpisahan mereka kala itu. Pertemuan terakhir kedua pasangan sejoli itu yang menyisakan kenangan yang begitu dalam.
"Semoga cincin yang aku sematkan dijarimu menjadi pengingat hubungan kita berdua, Mey aku mohon bersabarlah dan tunggu sampai aku kembali lagi, hanya tiga tahun perpisahan kita jadi aku mohon jaga selalu hatimu tunggu aku kembali, aku akan selalu mencintaimu hingga akhir waktuku," ucapnya Bisma yang sampai detik ini selalu terngiang-ngiang di telinganya Meylani.
Sudah hampir setahun kepergiannya Bisma ke Malaysia,tapi perkataan itu seolah baru saja diucapkan oleh pria yang sampai detik ini tidak bisa dilupakannya walau dalam sekejap mata saja.
Puk!!
Sebuah tepukan mendarat di pundak kanannya Meylani yang membuat tubuhnya terlonjak kaget saking terkejutnya dengan tepukan yang begitu tiba-tiba.
"Ah!" Pekiknya Mey saking kagetnya karena dirinya sedang duduk bersantai sambil melamun mengingat beberapa kenangan manis saat bersama dengan Bisma.
Bukannya merasa bersalah sedikitpun setelah melakukannya, Mia malah tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi dari sahabatnya itu.
Mey melototkan matanya melihat sikap teman kerjanya itu, "Astagfirullah aladzim,kamu yah senang banget kagetin saya, apa kamu sungguh kurang kerjaan sehingga mengerjaiku!" Ketusnya Mey seraya memegangi dadanya dibalik hijabnya itu.
"Hahaha kamu sih, kalau enggak ada kerjaan pasti dikit-dikit melamun, dikit-dikit menghayal apa kamu nggak capek apa seperti ini terus? Sudah hampir setahun loh kamu seperti ini mulu," tukasnya Mia l.
Mey menatap jengah ke arah temannya itu yang paling mengerti dengan keadaannya, "Mia Audina Hidayat ini kan waktunya istirahat, jadi aku bebas mau ngapain saja, mau melamun atau tidur juga tidak bakalan ada yang marah," ketus Mey yang memang sudah sering diperlakukan seperti itu.
Mia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal yang tertutup hijab tersebut, "Hehehe Meylani Aileen Wijayanto maaf, saya tadi hanya canda kok, masalahnya kamu juga selalu saja melamun,apa kamu lupa siapa saja yang sering melamun akan mudah dirasuki dan digoda oleh hal-hal yang tidak baik pula, aku takut kamu kesambet hantu ganteng," guraunya Mia.
"Lisa dimana tumben anak itu gak nongol, biasanya kamu bareng dengannya?" Tanyanya Mey yang celingak-celinguk mengalihkan pembicaraan karena jika Mia diladeni pasti akan berbuntut panjang kali lebar.
"Katanya mau shalat dzuhur dulu baru nyusul, apa kamu sudah makan siang?" Tanyanya balik Mia.
Mey pun beranjak dari duduknya itu dan berjalan ke arah lemari lokernya untuk mengambil makanan yang sudah dipesannya sebelum bekerja.
"Kamu enggak masak? Tumben kamu beli makanan dari luar," ucapnya Mia yang menunggu makanan pesanannya diantar oleh salah satu temannya.
Mereka bekerja di salah satu toko departemen store terkemuka di kotanya dengan logo huruf M sang raja siang. Sudah hampir lima tahun Mia dan Meylani bekerja di toko itu, sedangkan Lisa lebih duluan beberapa bulan dari keduanya itu.
"Tidak sempat masak, hari ini aku bangun kesiangan maklum enggak shalat soalnya jadi keasyikan tidur,lagian aku juga belum belanja kebutuhan dapur makanya mesan makanan dari kelaparan," ujarnya Mey.
"Kamu sih lebih memilih ngekos sendiri dari pada aku ajak tinggal bareng pamanku, andai saja kamu ikut bareng aku pasti enggak bakalan repot seperti ini juga," pungkasnya Mia yang celingak-celinguk melihat sekitarnya mencari orang yang sedang mengantar pesanan makanannya.
"Ini lagi… apa enggak ada judul lain mungkin bahas novel yang lagi viral atau artis mungkin, kamu sudah tahu saya orangnya gimana, aku tidak akan merepotkan orang lain selama aku bisa melaksanakannya sendiri, aku hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih karena sudah peduli denganku," Meylani menyentuh punggung tangan temannya itu yang sudah gelisah menunggu pesanan makanannya.
Berselang beberapa menit kemudian, pesanan Mia dan Lisa sudah sampai. Mereka pun makan bersama dan sesekali bercanda.
"Lisa kamu enggak ada rencana balik ke kampung gak?" Tanyanya Mia yang mulutnya penuh dengan makanan yang belum sempat dikunyahnya itu.
Mey mendelik melihat Mia yang selalu seperti itu jika makan," Mia kamu itu makan dulu baru bicara,kalau seperti ini kami berdua tidak mengerti dan paham dengan apa yang kamu katakan," ketusnya Meylani yang hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap dan perilaku dari Mia.
Mia hanya nyengir kuda dan segera menghabiskan makanannya itu. Lisa hanya tersenyum menanggapi perdebatan kecil kedua sahabatnya.
"Insya Allah… aku balik ke kampung hari jumat karena kakakku katanya sih mau nikah, jadi kemungkinannya aku tiga atau empat hari di sana," jawab Lisa yang menyeruput minuman dinginnya itu.
"Kok pakai katanya sih! Kalau kamu ngomong gitu seolah kamu tidak yakin jika kakakmu akan menikah," tampiknya Mia.
Lisa kembali tertawa cengengesan menanggapi perkataan dari Mia," sebenarnya seperti itu, karena kakakku dari sejak dulu katanya tidak ada rencana untuk menikah bahkan dia ikut-ikutan sama orang-orang katanya ngurus anak membuatnya akan cepat tua saja, makanya aku berpendapat seperti itu," ungkap Lisa.
Baru saja Mey hendak membalas perkataan dari Lisa, benda berbentuk persegi panjang itu mengeluarkan bunyi dan getaran yang sedari tadi tergeletak di atas meja di samping mangkok makanannya Meylani. Mia dan Lisa menatap ke arah Mey yang hanya melirik sekilas ke arah layar hpnya itu.
"Kenapa tidak diangkat telponnya?" Tanyanya Lisa sembari mengaduk minumannya.
Meylani mengarahkan layar hpnya ke arah kedua temannya itu. Di layar hpnya hanya nomor hp tanpa nama siapa penelpon. Meylani memang selalu bersikap seperti itu, jika ada nomor baru yang tidak dikenalnya dia tidak akan mengangkat telponnya,kecuali orang itu mengirim chat atau pesan singkat. Dan telponnya sudah lebih dari tiga kali barulah dia berinisiatif untuk mengangkatnya.
"Kenapa enggak diangkat saja, siapa tahu itu mungkin telpon yang sangat penting," ucapnya Mia.
"Tunggu sampai tiga kali barulah aku angkat, jangan sampai orang kurang kerjaan saja,kan buang-buang waktu ladeni mereka," ucap Meylani.
Ketiga perempuan itu duduk saling berhadapan di sebuah meja di sudut ruangan yang selalu dipakai pegawai dan karyawan toko M untuk beristirahat.
"Benar juga katamu, karena banyak orang yang hanya modus ingin kenalan berpura-pura salah sambung segala,saya sering ngalamin hal itu, makanya mulai sekarang aku ngikut caranya Mey diamkan,kalau penting pasti mereka akan terus menelpon," Lisa menambahkan.
"Sudah empat kali loh Mey,apa sebaiknya kamu terima saja panggilannya, kasihan jika yang menelpon adalah orang yang butuh bantuanmu," Mia melihat intens ke arah Meylani.
Mey pun akhirnya mengangkat telponnya dan awalnya yang berbicara dengannya ketika sambungan telepon tersambung adalah, seorang pria tapi diambil alih oleh perempuan yang sangat familiar dan di kenali suaranya itu.
Mey menautkan kedua alisnya ketika mendengar suara seseorang laki-laki, "Halo, assalamualaikum," ucapnya Meylani.
"Waalaikum salam, maaf ada seseorang yang ingin bicara denganmu," ujar pria dari seberang telepon.
"Oh," balas Mey seraya mengerucutkan bibirnya itu membentuk huruf o.
Mia dan Lisa saling bertatapan satu sama lainnya dan keduanya bersamaan mengangkat kedua bahunya, karena mereka juga tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
"Ini ibu Nak, kamu bisa pulang ke kampung besok tidak Nak?" Tanyanya Bu Santi ibunya Meylani.
Mia Audina dan Lisa Susanti menjadi pendengar setia sambil menghabiskan makanan mereka yang masih tersisa beberapa suapan itu.
Mey mengerutkan alisnya tanda keheranan dengan penuh pertanyaan, "Kenapa, apa yang terjadi kenapa saya harus pulang kampung Bu? Apa ibu, Bapak, Kamil dan Meysa baik-baik saja?" Tanyanya Mey yang mulai ketakutan dan panik jika terjadi sesuatu pada anggota keluarganya yang ada di kampung.
"Alhamdulillah kami semua baik-baik saja kok, kamu pulang saja Nak dulu, ini sangat penting dan Ibu tidak bisa mengatakan alasannya lewat telpon," ucapnya Bu Santi.
"Baiklah Bu, besok saya akan pulang, kalau gitu aku tutup dulu telponnya soalnya sudah waktunya kerja lagi, assalamualaikum Bu,"
Meylani menutup telponnya dan kembali terdiam memikirkan apa yang terjadi kenapa dia suruh balik padahal baru sebulan yang lalu dia mudik waktu hari raya idul Fitri.
Meylani terdiam sesaat memikirkan apa alasan yang membuat kedua orang tuanya menyuruhnya untuk pulang.
"Ibu, bapak dan adik baik-baik saja, tapi kenapa Ibu seolah ngotot banget nyuruh aku pulang, entah kenapa perasaanku mengatakan ada hal besar yang akan terjadi," Mey membatin seraya mengaduk-aduk makanannya yang sudah tandas tak tersisa.
Lisa dan Mia saling bertatapan satu sama lainnya melihat apa yang dilakukan oleh Meylani setelah mendapatkan telpon dari ibunya di kampung.
"Mey, Hey kamu baik-baik saja kan?" Tanyanya Mia sambil menggoyangkan lengannya Meylani yang masih melamunkan apa maksud dan tujuan dia dipanggil untuk segera pulang.
Mey tersentak terkejut setelah beberapa kali disadarkan oleh kedua sahabatnya itu. Mey melototkan matanya saking terkejutnya mendengar beberapa kali dari teriakannya Mia dan Lisa. Mia dan Lisa hanya cekikan menghadapi pelototan dari Meylani.
"Maafkan kami Mey, kami berbuat seperti itu karena melihatmu seperti orang yang kesambet sesuatu, kami berdua tidak ingin melihatmu kerasukan sesuatu hal yang jahat, jadinya kami ganggu kamu yang sedang mengkhayal entah apa," sesalnya Mia yang merasa bersalah karena sudah membuat Meylani terganggu.
"Entah apa yang merasukimu, hingga gadis cantik tiba-tiba terdiam," candanya Lisa yang mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba hening.
"Ibu menyuruhku untuk pulang kampung katanya ada hal yang sangat penting, makanya aku disuruh balik dulu, jadi aku mau ke ruangan Bu Vita dulu untuk meminta ijin cuti beberapa hari," jelas Meylani yang sama sekali tidak menutupi apa yang dikatakan oleh mamanya itu.
"Apa jangan-jangan kamu akan dijodohkan dengan pria pilihan ibu dan bapakmu?" Tebaknya Lisa yang asal main bicara saja.
Meylani dan Mia spontan menatap ke arah Lisa, sedangkan yang ditatap malah cengir kuda saja tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Maaf saya hanya bercanda kok, cuman biasanya ada beberapa rekan kerja kita kalau disuruh pulang oleh kedua orang tuanya balik ke kampung halamannya biasanya akan dijodohkan seperti saya sendiri yang ngalamin hal ini,tapi karena kedua orang tua saya sepakat nanti usia saya 25 tahun baru mau nikah alhamdulilah mereka setuju," ungkap Lisa yang berbicara masalah yang pernah menimpanya.
Mey terdiam memaknai cerita yang diutarakan oleh Lisa," apa jangan-jangan aku juga seperti Lisa, ahh ini tidak boleh terjadi padaku aku sudah janji dengan mas Bisma untuk menunggunya sampai pulang lagian sisa setahun Mas Bisma akan balik dari Malaysia," Mey membatin.
Mia menautkan kedua alisnya melihat kebungkaman Mey yang seperti sebelumnya," apa sebenarnya yang terjadi pada Mey, aku hanya berharap semoga saja tidak terjadi sesuatu pada Mey yang cukup serius," gumam Mia.
"Jadi keputusanmu apa? Apa mau balik kampung atau gimana?" Tanyanya Mia.
"Aku akan menemui Bu Sania untuk meminta ijin semoga saja aku diijinkan," ujarnya Meylani yang segera meninggalkan kedua sahabatnya yang masih duduk di meja tempat mereka istirahat.
Sepeninggal Meylani ke kantor Bu Sania sebagai atasan mereka, Mia dan Lisa masih meneruskan percakapannya.
"Mia, entah kenapa aku merasa Mey disuruh balik oleh kedua orang tuanya kalau Mey akan dijodohkan dengan pria pilihan mereka," tebaknya Lisa yang memainkan sedotan minumannya itu.
"Kamu sokta banget deh, emangnya kamu cenayang atau dapat kabar dari ibunya Mey kalau akan dijodohkan!?" Tampiknya Mia.
"Bukannya aku sok tau yah, tapi kira-kira apa tujuan mereka menyuruh Mey balik sedangkan Mey baru sekitar dua minggu balik dari kampung halaman habis idul Fitri dan juga katanya keluarganya tidak ada yang sakit,kalau ada yang sakit menurut aku itu wajar saja, tapi ini tidak loh dari sini aku ambil kesimpulan kalau Mey akan dijodohkan," ungkapnya Lisa.
"Kalau memang seperti itu pasti akan berat untuk Mey mengambil keputusan menolak dan menerima pastinya akan menjadi hal tersulit untuk dilakukannya, tapi saya berharap semoga saja Mey tidak seperti kita bayangkan," harapnya Mia.
"Amin ya rabbal alamin," ucapnya keduanya berbarengan.
Keesokan harinya, Meylani berangkat ke kampung halamannya. Ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Ibu kota Jakarta menuju daerah luar pulau Jawa. Meylani merasa ada yang tidak beres dengan pemanggilannya kali ini.
Mey duduk di dalam pesawat tepat dengan jendela pesawat, biasanya setiap mudik, Mey hanya memakai jasa transportasi seperti kapal untuk menghemat biaya, walaupun waktu yang dibutuhkan lebih lama dari memakai jasa pesawat terbang.
"Kemarin Ibu menelpon ke nomorku pakai nomornya siapa,kok yang pertama kali bicara adalah laki-laki, aku jadi penasaran siapa pria itu? Kalau Kamil aku sangat tahu suaranya, terus pria itu siapa,ihh misterius banget jadi orang!" Mey membatin memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Kepulangan Mey tidak diantar oleh kedua sahabatnya, karena Mia dan Lisa harus bekerja hari ini.
"Anak-anak memang selalu seperti ini kalau aku pulang kampung, pasti belikan banyak barang, alhamdulilah aku punya teman yang baik dan selalu dikelilingi oleh orang yang baik pula," Mey memeriksa layar ponselnya sebelum pesawat tinggal landas.
Mey menatap foto seorang pria yang sudah lebih dua tahun tidak berjumpa dengannya. Air matanya jatuh tak disadarinya itu. Ia mengelus wajah pria di dalam layar hpnya itu dengan sendu. Menjalin hubungan LDR itu sangat tidak enak dan menyiksa batin.
"Mas Bisma,kamu kemana saja sudah hampir seminggu tidak memberikan kabar apapun, aku chat masih centang satu,aku telpon selalu tidak aktif, apa yang terjadi padamu, apa kamu sibuk banget sampai-sampai melupakan memberikan kabar kepadaku," lirihnya Meylani.
Berselang beberapa menit kemudian, pesawat tinggal landas meninggalkan bandara internasional Soekarno Hatta menuju bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan.
Kesibukan sudah terlihat jelas di depan rumah bertingkat dua itu. Sudah ada janur kuning melengkung di depan rumah tersebut. Hilir mudik beberapa orang memperlihatkan jika, di dalam rumah itu, beberapa hari lagi akan mengadakan pesta resepsi pernikahan.
"Kamil Ibnu apa kamu sudah siap menjemput kakakmu di bandara Nak?" Teriak seorang pria paruh baya dari bawah lantai dasar rumahnya.
Pria itu adalah bapaknya Meylani Pak Damar Hasyim Asy'ari yang berdiri di tangga rumahnya menunggu anak keduanya turun dari lantai dua.
Kamil yang mendengar namanya disebut segera menuruni lantai rumahnya menuju lantai dasar dimana bapaknya berdiri dengan kopiah dipasang agak miring di kepalanya itu.
"Maaf Pak, tadi saya shalat ashar dulu jadi tidak sempat membalas ucapannya bapak," sesalnya Kamil yang sudah berdiri di depan bapaknya itu sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Alhamdulillah kalau kamu sudah shalat asar nak, Bapak bangga padamu karena sesibuk apapun kamu selalu mendahulukan kewajiban kamu dari pada yang lainnya," pujinya Pak Damar sambil menepuk pundak putra semata wayangnya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!