Nabila Putri,yang kini duduk di kelas 3 SMA, hanya tinggal menunggu waktu saja untuk lulus karena dia sudah melewati ujian Minggu lalu.
Saat ini Nabila hanya di rumah saja karena tinggal menunggu pengumuman apakah dia lulus atau tidak.
Setelah lulus nanti Nabila berencana untuk mencari pekerjaan, karena orangtuanya tidak punya biaya untuk melanjutkan ke Bangku Kuliah.
Sebenarnya Nabila berasal dari keluarga berada, karena dulu ayahnya mempunyai meubel. Tapi sekarang mereka harus hidup serba kekurangan setelah meubel sang ayah mengalami kebakaran.
Nabila merupakan anak tunggal,dan tidak mempunyai kerabat lain. Untuk alasannya Nabila juga tidak tau karena orangtuanya tidak pernah bercerita tentang keluarga lainnya.
* Tiga tahun yang lalu
Malam itu Nabila dan orangtuanya sedang bercanda seperti biasa. Mereka tidur larut malam karena besok adalah hari Minggu.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Nabila dan orangtuanya, saat jam 3 pagi ada orang mengetuk pintu dengan keras. Awalnya orangtua Nabila takut untuk keluar karena takut kalau itu adalah orang jahat,tapi setelah mendengar suara yang dikenal yang terus memanggil akhirnya orangtua Nabila keluar.
"Ada apa pak Parjo?" tanya Ayah Nabila.
"Itu Pak,meubel Bapak kebakaran," ucap lelaki tersebut.
"Apa?"
Lalu orang tua Nabila segera berlari ke samping rumah yang jaraknya 50meter dari rumah. Terlihat api sudah membumbung tinggi dan melahap habis apa saja yang ada di meubel tersebut.
"Astaghfirullah...ya Allah, sudah habis semua Bu," ucap Ayah Nabila sambil memegangi dadanya.
"Sabar Yah, Ayah tenang dulu," ucap istrinya.
Nabila yang mendengar suara gaduh di samping rumahnya segera mengintip dari jendela. Saat melihat orangtuanya menangis dan banyak orang Nabila segera keluar.
Nabila terkejut melihat tempat usaha ayahnya sudah ludes terbakar. Lalu Nabila segera menghampiri kedua orangtuanya.
Singkat cerita ayah Nabila jatuh sakit karena harus ganti rugi pada pelanggan yang sudah membayar uang muka untuk barang yang dipesan,ada juga yang sudah membayar lunas. Sedangkan uang itu sudah di pakai untuk membeli bahan baku dan banyak barang yang sudah jadi dan belum dikirim ke pada pembeli.
Tak ada jalan lain,akhirnya ibu Nabila menjual rumah beserta tanah yang sebelumnya dipakai untuk usaha meubel untuk ganti rugi dan biaya rumah sakit. Ayah Nabila mengalami serangan jantung dan harus dirawat intensif sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Setelah rumah terjual, sisa uangnya digunakan untuk membeli rumah sederhana yang ada di kampung karena harganya lebih murah.
Kehidupan Nabila dan keluarga berubah drastis mulai saat itu. Mereka harus tinggal di kampung, Nabila juga harus pindah sekolah,dan ibunya harus kerja serabutan saat suaminya masih dalam masa pemulihan.
Beruntung Nabila adalah anak yang penurut dan tidak banyak protes. Dia mengerti keadaan orangtuanya. Nabila berusaha tegar menghadapi ujian dari yang maha kuasa.
"Nabila....Ayo berangkat," panggil Siti, teman sekolahnya.
"Iya tunggu!" teriak Nabila dari dalam rumah.
Tak lama Nabila keluar dan siap berangkat ke sekolah. Tak banyak teman yang dimilikinya sekarang, karena dia anak orang miskin. Berbeda saat dulu ayahnya masih berjaya.
Hari berganti begitu saja hingga saat ini Nabila hanya menunggu pengumuman hasil ujian sekolah.
Pagi ini Nabila mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa, sedangkan orangtuanya sedang bekerja di pabrik roti yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.
"Nabila... Nabila kamu di rumah Gak?" panggil Siti, lalu pintu rumah terbuka.
"Eh... Siti, ada apa?" tanya Nabila.
"Main aja kok, bosen aku di rumah sendirian," ucap Siti.
"Emang adik kamu kemana?" tanya Nabila.
"Dia ikut emak sama bapak ke sawah," ujar Siti, lalu mereka duduk di teras rumah Nabila yang terlihat asri dengan tanaman bunga di halaman rumah.
"Kamu gak ikut?" tanya Nabila lagi.
"Nggak ah, soalnya di sawah panas banget."
"Emang nggak ada pondoknya?" tanya Nabila.
"Ya ada, tapi tetap saja panas," keluh Siti.
"Aku malah pengen pergi ke sawah, soalnya penasaran banget gimana sih rasanya makan di sawah?" ucap Nabila.
"Emang kamu belum pernah makan di sawah?" tanya Siti.
"Belum. Pergi ke sawah aja belum pernah," jawab Nabila.
"Ya udah kamu siap-siap gih,kita pergi ke sawah," ucap Siti.
"Katanya panas?"
"Udah nggak Apa-apa, demi sahabat aku rela kepanasan. Kamu mau gak?" tanya Siti
"Iya aku mau!" seru Nabila.
"Ta udah kamu pake baju panjang, terus bawa bekal,nanti kita makan di sawah," ucap Siti.
Lalu Nabila bergegas masuk ke rumah dengan riang,dia segera bersiap untuk ke sawah.
"Diajak makan di sawah aja seneng banget," ucap Siti sambil geleng-geleng kepala.
Lalu mereka berdua segera pergi ke sawah, mereka membutuhkan waktu 20 menit berjalan kaki.
"Masih jauh gak, Siti?" tanya Nabila saat mereka sudah memasuki area persawahan.
"Nggak kok, itu yang ada pohon kelapa. Kenapa kamu lelah ya?" tanya Siti.
"Nggak kok, aku mala seneng banget," ucap Nabila.
"Loh...ada Nabila? Kenapa kalian kesini?" tanya Bapaknya Siti.
"Ini loh Pak, Nabila pengen makan di sawah katanya," ucap Siti.
"Iya Pak,kata orang makan di sawah itu lebih nikmat, jadi Nabila pengen coba," ucap Nabila.
"Oalah...Wajar orang kota gak pernah makan di sawah," ucap Bapak Siti sambil tertawa.
"Ya sudah ayo ke pondok,kita makan dulu," ucap Emaknya Siti.
Lalu mereka makan bersama di pondok. Dan benar saja, Nabila merasa makanan nya lebih enak karena selain di pondok mereka makan rame-rame, nggak seperti biasanya Nabila hanya makan sendiri di rumah.
"Gimana,,,enak gak makan di sawah?" tanya Siti.
"Iya, enak banget Ti, kapan-kapan aku mau lagi makan disini, daripada makan di rumah sendirian," ucap Nabila.
"Ya sudah kapan saja kamu mau kamu boleh kesini kok," ucap Emaknya Siti.
"Terimakasih ya, Bu!" ucap Nabila sangat senang.
Saat hari beranjak sore mereka semua memutuskan untuk pulang. Walaupun biasanya orang tua Siti akan pulang lebih sore,tapi karena ada Nabila mereka memutuskan untuk pulang cepat.
Saat di jalan mereka bercanda ria,tanpa tau akan kejadian yang akan terjadi.
Saat baru sampai di depan rumah,Nabila dikejutkan dengan beberapa orang yang mengetuk pintunya. Lalu Nabila bergegas menghampiri mereka.
"Ada apa ya Pak?" tanya Nabila.
"Itu, nak anu bapak ibumu ada di puskesmas," ujar bapak tersebut.
"Loh... Kenapa mereka di puskesmas pak?"
"Mereka mengalami kecelakaan di tempat kerja, nak. ayo sekarang bapak antar ke sana."
Lalu tanpa sempat masuk rumah, Nabila langsung mengikuti bapak-bapak tersebut dengan pikiran yang kacau. Nabila hanya bisa menangis tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Saat sampai di puskesmas ternyata sudah ramai, karena bukan hanya orang tua Nabila yang mengalami kecelakaan itu, dan masih banyak korban lainnya.
"Bagaimana kejadiannya? kenapa bisa jadi seperti ini?" ucap ibu-ibu sambil menangis, entah siapanya yang jadi korban.
"Begini Bu, tadi ada gas bocor dan tiba-tiba meledak sehingga membuat tembok di sampingnya roboh dan mengenai beberapa pekerja," jelas yang lainnya.
Sedangkan Nabila hanya mendengarkan dan menangis sendirian. Karena memang dia tidak mempunyai kerabat lain.
"Adek ini siapnya yang jadi korban?" tanya seseorang.
"Orang tua saya Pak," jawab Nabila.
"Keluarga lainnya mana kok sendiri?"
"Saya tidak punya keluarga Pak, hanya ada orang tua saya saja," ucapnya membuat semua mata tertuju padanya karena merasa iba.
"Siapa nama orang tua mu nak?"
"Ayah saya Rudi dan ibu saya Rini," jawabnya masih sesenggukan.
"Astaghfirullah," ucap semua orang serentak.
"Kenapa pak? Orang tua saya tidak apa-apa kan?" tanya Nabila.
"Kenapa kalian diam saja? Katakan mereka baik-baik saja!" teriak Nabila karena semua orang hanya diam.
Lalu seorang ibu-ibu datang dan langsung memeluk Nabila.
"Yang sabar ya, nak...."
Dengan berderai air mata, Nabila duduk di samping jenazah kedua orangtuanya. Tak banyak yang melayat karena sebagian dari masyarakat bekerja di tempat yang sama dengan orang tua Nabila,jadi mereka juga sedang berduka.
Dari total 15 korban,9 luka-luka dan 6 meninggal termasuk orang tua Nabila. Dan sedihnya lagi pemilik usaha langsung kabur dan tidak ada yang bisa di mintai tanggung jawab. Entah bagaimana nasib para korban dan keluarganya nanti.
Nabila harus pasrah menerima takdir kehilangan orang tua yang selama ini merawatnya.
"Sudah ,Nak jangan menangis terus. Doakan orang tua mu agar mereka tenang di alam sana," ucap Bu Ani ibunya Siti
"Tapi sekarang aku sendirian Bu,aku gak punya siapa-siapa lagi," ucap Nabila sambil terus menangis. Suaranya yang menyayat hati membuat siapa saja yang melihatnya ikut menangis.
"Jangan bicara seperti itu Nabila, ada aku dan orang tua ku yang akan selalu bersamamu," ucap Siti dengan memeluk Nabila.
"Iya,Nak. Mulai sekarang kami ini keluarga mu. Jadi jangan menganggap kamu sendirian," ucap Bu Ani.
Jenazah terpaksa dimakamkan keesokan harinya, karena saat kejadian hari sudah sore dan langsung dibawa ke puskesmas,baru setelah isya jenazah dibawa ke rumah duka.
Siti dan orangtuanya menginap di rumah Nabila karena mereka kasihan melihat Nabila yang tidak memiliki siapapun.
Keesokan harinya barulah orang tua Nabila dimakamkan. Tak henti-hentinya Nabila menangis di pelukan Bu Aninsaat orangtuanya mulai di kuburkan. Setelah selesai para pelayat pergi meninggalkan pemakaman.
Sedangkan Nabila belum mau beranjak dari depan makam kedua orangtuanya. Bu Ani memutuskan untuk pulang dulu ke rumah Nabila karena dia harus menyiapkan acara tahlilan nanti malam.
"Siti, kamu temani Nabila dulu ya, ibu mau pulang dulu untuk mengurus acara nanti malam."
"Iya Mak," lalu Bu Ani beralih ke arah Nabila.
"Nabila,kamu yang sabar ya, ikhlaskan kedua orang tuamu. Perbanyak doa untuk mereka karena hanya itu yang mereka butuhkan," ucap Bu Ani sebelum pergi meninggalkan pemakaman.
"Nabila, pulang yuk,panas nih. Besok-besok kita kesini lagi ya," bujuk Siti untuk kesekian kalinya.
Melihat temannya memelas akhirnya Nabila beranjak tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Saat mereka sampai di rumah,Nabila kembali merasa sedih. Dia menangis sejadi-jadinya hingga akhirnya dia pingsan karena semalaman tidak tidur,dan terakhir makan siang kemarin saat di sawah bersama Siti dan orangtuanya.
"Nabila,makan dulu ya. Dari kemarin kamu belum makan loh," bujuk Siti setelah Nabila siuman.
"Aku nggak lapar," jawab Nabila.
"Kamu nggak boleh gitu, nanti orang tua kamu sedih melihat keadaan kamu seperti ini."
"Aku nggak mau hidup lagi,aku mau ikut ayah dan ibu, kenapa mereka tega ninggalin aku sendiri?" ucap Nabila kembali menangis.
Mendengar Nabila kembali histeris, Bu Ani dan Bu Sumi segera melihat ke dalam kamar.
"Ya Allah istighfar ,Nak. Kamu nggak boleh ngomong seperti itu. Ini takdir, Nak kamu harus ikhlas," ucap Bu Ani menenangkan Nabila.
"Tapi aku sudah gak punya siapa-siapa lagi Bu," ucap Nabila menangis di pelukan Bu Ani hingga membuat mereka ikut menangis.
Bahkan beberapa tetangga yang mendengar dari luar pun ikut menangis.
"Kan ada kami, Nak,semua tetangga akan selalu ada buat kamu. Sekarang kamu makan dulu setelah itu mandi, karena sudah sore. Nanti ba'da magrib kita kirim doa untuk Orang tua kamu ya!" ucap Bu Sumi ikut membujuk.
Akhirnya Nabila mau makan walau hanya beberapa suap saja.
Malam harinya mereka mengadakan doa bersama yang rencananya akan digelar selama 7 hari. Mereka gotong royong untuk membuat makanan seadanya yang penting ada makanan saat tahlilan. Karena mayoritas penduduk di sana dari kalangan bawah.
Setelah beberapa hari Nabila mulai bisa menerima takdir. Dan akhirnya pengumuman kelulusan juga sudah keluar.
Yang membuat Nabila sedih dia tidak di dampingi orangtuanya saat acara perpisahan.
Tapi beruntungnya ada Bu Sumi yang bersedia menggantikan peran orangtua untuk mendampingi Nabila saat itu.
Saat acara perpisahan Nabila dinyatakan sebagai lulusan terbaik. Nabila menangis sesenggukan di pelukan Bu Sumi. Teman-taman Nabila yang tau apa yang di alami Nabila ikut berduka.
Acara perpisahan yang semula akan diadakan secara meriah jadi dibatalkan untuk menghargai Nabila yang masih berduka.
"Ibu...ayah...lihat Nabila dapat piala lagi sesuai keinginan ibu dan ayah. Tapi kenapa kalian pergi secepat ini? Aku rindu pada kalian," Nabila mengungkapkan semua keluh kesah nya di samping makam orangtuanya. hingga saat Bu Sumi datang dan mengajaknya pulang.
Bu Sumi sudah seperti ibunya sendiri karena rumahnya yang berada tepat di samping rumah Nabila. Bu Sumi adalah seorang janda yang tinggal sendiri, sedangkan anak-anaknya merantau ke kota.
Saat malam hari Siti selalu menginap di rumah Nabila untuk menemani sahabatnya itu. Begitupun dengan Bu Sumi, daripada di rumah sendirian katanya.
"Siti...aku mau cari pekerjaan ke kota, kamu mau ikut gak?" tanya Nabila.
"Jangan sembarangan deh, nyari kerjaan itu susah, apalagi kita hanya tamatan SMA, salah-salah nanti kena tipu," ucap Siti.
"Iya nak, lagian ke kota kalau gak ada tujuan nanti malah Luntang Lantung di jalanan," ucap Bu Sumi.
"Tapi aku nggak enak ngrepotin kalian setiap hari," ucap Nabila sendu,karena setiap hari Bu Sumi dan Bu Ani yang bergantian memberinya makan.
"Gini aja, kamu coba telpon mbak Sari siapa tau ada pekerjaan buat kamu," ucap Bu Sumi.
"Ya udah aku telpon sekarang ya Bu," ucap Nabila semangat.
"Iya, nanti biar ibu yang bantu ngomong. Ibu juga sudah kangen dengan Sari."
Lalu Nabila segera telpon Sari yang merupakan anak bu Sumi yang sedang bekerja di kota. Setelah telpon tersambung Nabila menyerahkan telpon pada Bu Sumi.
Llu Bu Sumi menjelaskan tentang keadaan Nabila,dan juga minta di carikan pekerjaan.
"Jadi gimana Bu, mbak Sari ngomong apa?" tanya Nabila tak sabar.
"Begini, kalau untuk sekarang belum ada, tapi nanti katanya akan di carikan dulu. Kalau ada pasti mbak Sari langsung telpon kamu"
"huff, semoga ada ya Bu," ucap Nabila.
"Aku juga ikut loh ya, masak kamu mau ninggalin aku?" ucap Siti.
"Iya, nanti aku ngomong sama mbak Sari untuk dicarikan pekerjaan untuk kita," ucap Nabila.
Karena hari sudah malam akhirnya mereka tidur.
Pagi harinya Nabila memutuskan untuk ikut Bu Sumi jualan kue di pasar.
Nabila mengatur waktu untuk membantu Bu Sumi dan Bu Ani yang selalu membantu memenuhi kebutuhannya.
Selang beberapa hari Nabila mendapatkan telpon dari Sari bahwa saat ini dia sudah mendapatkan pekerjaan untuk dua orang. Rencananya dua hari lagi Sari akan pulang untuk menjemput mereka, sekalian menjenguk ibunya, yaitu Bu Sumi.
Dengan memantapkan hati Nabila akan berangkat ke kota dan merubah nasib.
Bagaimana kelanjutan kisahnya????
Seminggu kemudian Sari datang untuk menjemput Nabila dan Siti. Sari juga akan menjelaskan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan sebelum berangkat ke kota.
Nabila sangat senang saat melihat kedatangan Sari, berharap hidupnya akan lebih baik setelah ini dan tidak akan merepotkan orang lain.
"Mbak Sari, sudah lama sampai?"
"Baru saja, kalian dari mana?" tanya Sari saat melihat Nabila dan Bu Sumi ibunya baru pulang.
"Dari tempat Bu RT Mbak, tadi beliau minta tolong Bu Sumi untuk cuci piring, terus aku ikut," jawab Nabila.
"Ibu kangen sama kamu, Nak," ucap Bu Sumi sambil memeluk putrinya.
"Maaf ya Bu, Sari agak sibuk jadi tidak bisa sering-sering pulang," ucap Sari.
"Iya nggak apa-apa, yang penting kamu sehat"
"Ibu juga sehat, kan?"
"Alhamdulillah sehat ,ayo masuk dulu."
Lalu mereka bertiga masuk ke dalam rumah Bu Sumi. Dan Bu Sumi langsung masuk ke dapur, sedangkan Nabila dan Sari duduk di ruang tamu.
"Nabila, Mbak turut berduka ya atas musibah yang kamu alami. Kamu yang sabar, yakinlah akan ada hari yang lebih baik setelah ini," ucap Sari sambil memegang tangan Nabila.
Sari sudah menganggap Nabila seperti adiknya sendiri.
"Iya Mbak, terimakasih. Aku sudah mulai mengikhlaskan semuanya. Mungkin ini yang terbaik untuk orang tua ku," ucap Nabila, mengingat jasad orangtuanya yang tidak utuh lagi.
"Sudah ngobrolnya disambung nanti, sekarang makan dulu. Kebetulan tadi dikasih semur ayam sama Bu RT," Ucap Bu Sumi.
Lalu mereka bergegas untuk makan dulu. Setelah selesai makan Nabila mencuci piring bekas mereka makan.
"Biar Nabila saja Bu, ibu istirahat saja," ucap Nabila saat Bu Sumi akan kebersihan meja makan.
Setelah selesai, Nabila bergabung bersama Bu Sumi dan Sari untuk menanyakan masalah pekerjaan. Sebenarnya dia sudah tidak sabar untuk menanyakan pekerjaan apa yang akan diberikan oleh Sari.
"Gimana Mbak pekerjaan yang mbak katakan waktu itu?"
"Ada beberapa pilihan pekerjaan, ada yang di restoran, kafe, dan swalayan. Tapi kalo saran Mbak lebih baik di restoran, karena ada mes nya jadi kamu gak perlu bayar kos," jelas Sari.
"Em,gimana ya Mbak? Kalau di restoran kerjanya apa aja?"
"Kalo pagi bersih-bersih, terus melayani pelanggan dan kalau sudah tutup bersih-bersih lagi. Jam kerjanya mulai jam 7 pagi sampai jam 10 malam, kalau restoran nya buka mulai jam 9 pagi."
Nabila masih ragu karena dia belum mempunyai pengalaman kerja. Tapi tidak ada pilihan lain, dia harus mengambil pekerjaan itu.
"Iya deh Mbak aku mau, kapan kita berangkat?"
"Lusa kita berangkat, kamu tenang aja selama dua hari akan ada yang mengajari kamu sampai bisa, jadi tidak langsung bekerja."
"Bukan Mbak Sari yang ngajarin aku?"
"Mbak kerja di tempat yang berbeda, kalau di tempat mbak gak ada lowongan. Jadi Mbak tanya-tanya sama teman Mbak. Nanti di sana ada teman Mbak kok. Oh iya Siti jadi ikut nggak?"
"Katanya sih jadi Mbak, coba nanti aku tanya lagi biar aku ada temannya," ucap Nabila.
"Tapi kalian nggak bisa bareng kalau kerja. Mungkin salah satu dari kalian di tempatkan di restoran cabang yang ada di kota lain."
"Jadi aku nanti sendiri dong Mbak"
"Nggak apa-apa, nanti kan kamu dapat teman baru. Di sana kan ada teman Mbak juga."
"Em.... Ya udah deh," dengan berat hati Nabila menerima pekerjaan itu. Karena tidak enek sama Sari yang sudah mencarikan pekerjaan dan juga menjemputnya bahkan ongkos pun ditanggung Sari.
Setelah itu Nabila pamit pulang karena hari sudah sore.
Setelah magrib, seperti biasa Siti datang ke rumahnya untuk menemani Nabila.
"Siti, kamu jadi nggak ikut kerja di kota?"
"Jadi lah, aku udah dapat izin dari emak kok. Tapi pekerjaannya ada kan?"
"Ada, tadi mbak Sari juga udah pulang, Katanya lusa kita berangkat"
"Jadi kerjaannya apa, Bil?
"Kerja di restoran, tapi kita di pisah gak jadi satu."
"Yah....Kok di pisah sih. Emang nggak ada ya kerjaan biar kita bareng!"
"Nggak ada kata mbak Sari."
"Terus, rencana kamu gimana?"
"Gimana lagi, ya jalanin aja dulu lah lagian nggak enak sama mbak Sari yang udah jemput kita."
"Ya udah deh, aku ikut aja. Aku juga mau bantuin emak sama bapak."
Tak terasa hari sudah malam, lalu mereka tidur berdua. Biasanya ada Bu Sumi bersama mereka, tapi karena ada anaknya Bu Sumi tidak ikut menginap.
Tiba di hari keberangkatan mereka bertiga menuju kota. Mereka berangkat sore hari agar sampai di tempat tujuan saat pagi hari.
Sari tidak mungkin membawa mereka menginap di tempat kost nya, karena Sari tinggal bersama 2 teman-tamannya di tempat kost.
Setelah menempuh perjalanan lebih dari 12 jam akhirnya mereka sampai di kota jam 5 pagi. Dan mereka langsung menuju ke tempat kost Sari.
"Kalian istirahat di sini dulu ya, Mbak harus kerja hari ini. Nanti pas jam istirahat m
Mbak antar kalian ke restoran."
"Mbak nggak capek langsung kerja hari ini?" tanya Siti.
"Ya capek, tapi mbak kemarin cuma cuti 2 hari, jadi hari ini harus kerja. Mbak berangkat jam delapan kok, jadi masih ada waktu sebentar untuk istirahat."
Nabila semakin tidak enak karena begitu banyak dia merepotkan Sari, begitu juga dengan Siti. Mereka hanya saling pandang saat Sari merebahkan tubuhnya di atas karpet tipis.
"Kalian sarapan dulu ya, nih Mbak udah beliin nasi uduk. Mbak mau berangkat dulu nanti jam 12 Mbak jemput."
"Mbak Sari nggak sarapan dulu?" tanya Nabila.
"Mbak sarapan di tempat kerja aja, takut terlambat. Mbak pergi dulu ya."
"Iya Mbak, hati-hati."
"Siti,aku jadi gak enak sama mbak Sari. Ternyata kehidupannya di sini juga pas-pasan, tapi dia masih mau repot-repot bantu kita."
"Iya Bil, aku juga gitu. Setelah ini apapun yang terjadi jangan ngrepotin mbak Sari lagi ya. Kalau bisa nanti setelah kita kerja kita ganti ongkos buat kita berangkat ke sini."
"Iya, ya udah yuk sarapan, terus istirahat bentar. Badanku rasanya pegal-pegal kerana semalaman tidur di dalam bus," ucap Nabila
"Iya aku juga"
Sesuai jam yang dijanjikan, Sari mengantar Nabila dan Siti ke restoran yang akan jadi tempat kerja mereka. Lalu teman Sari yang bernama Ana menyambut mereka di depan restoran yang sedang ramai karena jam makan siang.
"Ana ini kenalin Nabila dan Siti. Maaf ya aku gak bisa lama-lama, tolong kamu bantu mereka. Terimakasih sebelumnya," ucap Sari.
"Iya kamu tenang aja. Aku bakal bantu mereka kok," lalu Sari bergegas pergi ke tempat kerjanya.
"Ya udah ayo langsung ke mes aja, besok kalian baru diajari cara kerja di sini," ucap Ana lalu berjalan ke arah samping restoran dan diikuti oleh Nabila dan Siti.
"Kalian istirahat aja dulu, nanti malam setelah aku selesai bekerja aku akan jelaskan apa saja pekerjaan disini. Aku tinggal dulu ya."
"Iya mbak, terimakasih."
Lalu Nabila dan Siti masuk kamar mes yang masih kosong. Hanya ada karpet tipis di dalam ruangan itu.
"Bil, aku lapar. Kok kita nggak di tawarin makan ya?" keluh Siti.
"Aku juga lapar, tapi mau bagaimana lagi?"
"Kita keluar dulu aja yuk cari makan, nggak tahan aku lapar banget," ucap Siti.
"Kamu punya uang?"
"Ada, kemarin di kasih emak 50ribu."
"Ua udah yuk."
Akhirnya mereka berdua mencari makan di sekitar restoran. Lalu tak jauh mereka melihat penjual siomay.
Lalu mereka memesan dua porsi tanpa bertanya harganya terlebih dahulu.
"Berapa Mang?" tanya Nabila setelah menghabiskan makanannya.
"15ribu Neng," jawab sang penjual.
"Hah, nggak salah Mang?" tanya Siti yang terkejut karena di kampung satu porsi somay hanya 5ribu.
"Ini sudah paling murah, Neng. Kalau di tempat lain ada yang 20ribu."
"Hah...." Nabila dan Siti langsung melongo...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!