Risya bangun dari tidurnya, saat melihat jam di handphonenya. Risya melihat masih jam 5.30, 'Ahh, masih ada waktu untuk sholat shubuh,' pikir Risya.
Dengan malas Risya bangkit dari ranjangnya dan menuju kamar mandi. Walaupun apartemen Risya tergolong kecil, tapi Risya bangga karena itu adalah hasil kerja keras dia selama tinggal di Jakarta.
Setelah selesai shalat dan sarapan Risya langsung berangkat ke kantor karena dia tidak mau terlambat
Saat dua tahun lalu, Risya minta ijin kepada mamahnya untuk merantau, Risya hanyalah berbekal izasah sarjananya, tanpa kenalan tanpa koneksi. Nasib baik yang telah menghantarkan dia untuk bisa menjadi bagian dari perusahaan Cipto group.
Sebagai sekretaris sang CEO yang sudah berusia enam puluh tahun. Walaupun sudah tua, namun beliau adalah sang pimpinan yang sangat Risya hormati.
" Selamat pagi Risya, pagi ini kamu cerah dan cantik sekali. Apa ada yang membahagiakan hati kamu?" tanya Pak Jaenal, atasan Risya yang baik hati dan tidak sombong itu.
" Bapak bisa saja! Setiap hari saya awali dengan Bismillah pak dan mengucap syukur karena masih dikasih kesempatan untuk melihat pagi yang indah ini!" jawab Risya sambil tersenyum dengan bahagia.
" Saya senang punya sekretaris seperti kamu Risya! Kamu selalu positive dan bahagia. Saya jadi ikut bahagia juga karena melihat wajah bahagia kamu!" ucap Pak Jaenal sambil memasuki ruangan.
Risya mengikuti Pak Jaenal, atasan dia yang baik hati dan juga bijaksana. " Pak ini adalah jadwal bapak untuk hari ini, berapa lama bapak nanti mau berada di Bandung?" tanya Risya sambil meletakan jadwal atasannya di meja miliknya.
Pak Jaenal tampak memeriksa jadwal tersebut dan mengangguk puas dengan pekerjaan Risya.
" Risya, saya akan di Bandung selama sebulan. Untuk waktu itu, nanti saya akan meminta anak saya yang bernama Alvin untuk sementara menggantikan posisi saya di perusahaan ini. Nanti kalau ada urusan kamu bisa langsung berhubungan sama dia.
" Baik Pak! Semoga perjalanan dan urusan bapak di Bandung selesai sesuai rencana bapak." ucap Risya tersenyum ramah.
" Baiklah! Kamu bisa melanjutkan kerjaan kamu," ucap pak Jaenal sambil membetulkan letak kaca mata dia yang agak miring sebelah
Risya keluar setelah Pak Jaenal mempersilahkan dirinya untuk kembali ke pekerjaannya.
Risya melihat jam tangannya, " Waktu jam makan siang, tidak terasa!"
" Hai, ke kantin yuk!!" tiba-tiba suara seorang pria mengagetkan Risya.
" Maaf, aku gak bisa ikut sama kamu. Karena aku mau menyelesaikan sedikit pekerjaanku dulu," ucap Risya menolak dengan halus.
" Ayolah! Kamu masih marah sama aku?" tanya Abid sambil menatap Risya dengan mata elang dia.
' Please jangan gila ya! Dia hanya menggoda kamu untuk akhirnya ninggalin kamu lagi, sadarlah Risya!' bathin Risya nelonggso
Abid tampak pantang menyerah untuk mengajak keluar makan siang bersama Risya.
" Ayolah Risya! Aku lapar banget! Masa kamu tega sama aku sih? Tar kalau aku pingsan saat bekerja, bagaimana?" rengek Abid.
Risya masih kesal sama Abid dan juga bingung dengan pemuda itu. Apa sebenarnya yang dia mau? Masih jelas dalam ingatan Risya. Kemaren Abid minta putus sama dia. Lalu apa maksud dia sekarang coba? Pakai acara mengajak keluar makan siang segala?
Risya masih berusaha untuk menolak, tapi Abid yang tidak sabar, langsung menarik tangan Risya untuk mengikuti dia ke kantin perusahaan," Kamu apa apaan sih? Maksa deh!" rajut Risya masih berusaha untyk menolak ajakan Abid.
Saat yang sama di arah yang lain. Sebuah mobil sport merah masuk ke parkiran, saat melihat seseorang wanita di tarik paksa masuk mobil, dia tampak tidak senang.
Laki laki itu adalah anak Pak Jaenal yang akan menggantikan Pak jaenal saat pergi ke Bandung untuk urusan bisnis.
Laki laki yang tampan dan juga berwajah keras, Risya sudah merasakan aura pembunuh dalam sorot mata laki-laki itu.
Abid merasa terkejut saat melihat seorang laki-laki yang sangat tampan keluar dari mobil sport dan menjegal tangan dia, saat dia memaksa Risya untuk masuk ke dalam mobil miliknya.
" Anda laki-laki macam apakah? Kenapa memasak seorang perempuan yang jelas-jelas menolak untuk pergi bersama Anda?" hardik laki-laki yang ternyata adalah Alvin, anak Pak Jaenal yang akan menggantikan papahnya sementara beliau mengurus bisnis di Bandung.
" Anda siapa? Kenapa mencampuri urusan pribadi saya?" tanya Abid gak kalah sengit.
" Saya adalah wakil direktur di perusahaan ini. Ayah saya adalah pemilik perusahaan ini!" jawabnya dengan arrogant.
" Ohhhh.. sejak kapan kamu kembali dari LA bro?" tiba-tiba Abid malah memeluk Alvin yang tampak bingung dengan sikap Abid saat menyebutkan namanya.
Alvin tampak berpikir keras, serasa pernah melihat laki-laki yang ada di hadapannya. Namun lupa, karena sangking lamanya.
" Bocah tengik, kamu ternyata. Ya ampun! Kamu tambah ganteng aja! Makanya saya pangling. Siapa gadis ini, kenapa kau paksa dia untuk masuk ke mobil kamu?" tanya Alvin penasaran.
" Dia ini pacar aku. Kami lagi berantem dan dia gak mau memaafkan saya. Makanya saya melakukan sedikit pemaksaan untuk mengajak dia makan siang!" ujar Abid sambil merangkul pundak Risya yang agak bingung dengan situasi terbaru.
Mereka sungguh ajaib. Tadi sudah siap untuk bertarung, sekarang malah peluk-pelukan. Layaknya sahabat lama tak bertemu.
" Aku bukan pacar kamu lagi, ok? Kita sudah putus. Dan itu kamu yang memintanya, bukan aku!" Risya mengklarifikasi pengakuan Abid yang tadi bilang sebagai pacarnya.
Alvin hanya tertawa lucu demi mendengar pengakuan Risya. 'Belum berubah juga nih anak satu.' Bathin alvin.
" Baiklah, begini saja bro! Dari pada kalian pada berantem gak karuan, mending ikut naik mobilku saja. Kita makan siang bersama. Sekalian merayakan kerjaan baruku di kantor papahku ini." akhirnya Alvin memberi usul demi menengahi masalah diantara mereka.
Mengingat jam makan siang sudah hampir selesai, akhirnya mereka setuju. Dan mencari restoran terdekat karena waktu yang sempit.
Di restoran mereka gampang sekali menyesuaikan dengan atmosfir yang di bangun oleh Alvin. Mereka menurut ketika di minat agar jangan berantem lagi oleh Alvin.
Mereka menyelesaikan makan siang dengan tenang. Abid kembali ke kantornya dan dia berjanji akan mengunjungi Alvin lain hari.
" Ingat!! Kamu masih pacar aku. Jangan coba- coba selingkuh dariku!" ancam Abid sebelum pergi dari kantor Risya.
Risya hanya tersenyum mendengar kata-kata Abid barusan. Cowo konyol. Dia yang minta putus, dia juga yang ngotot minta balikan.
Alvin melihat semua adegan itu dengan jelas dan merekam itu dalam ingatannya. ' Keren juga ini cewek! Bisa bikin si playboy Abid klepek-klepek hilang akal kaya gitu.' pikir Alvin terpesona dengan Risya yang masih tampak kesal dengan perkataan Abid.
"Maaf Pak. Saya kembali ke ruangan saya dulu." Risya berpamitan ke pada Alvin dan memulai kembali mengerjakan pekerjaan yang tadi tertunda gara-gara Abid memaksa dia untuk menemaninya makan siang.
Pak Jaenal sudah berangkat ke bandara dengan di antar supir kantor. 'Itu anak durhaka! Papahnya mau ke luar kota, bukannya menemani atau ngantar ke bandara gitu, malah kluyuran kaya orang gak ada kerjaan.' Bathin Risya saat melirik ke arah Alvin yang masih menemeninnya seperti orang bodoh saja.
Kenalan dulu yuk sama pemeran di novel ini, biar makin sayang sama mereka.
visualisasi Alvin Cipto Mangunkusumo
Alvin adalah pewaris dari perusahaan Cipto group yang bergerak di bidang property dan swalayan di kota Jakarta dan Bandung.
Dia adalah master lulusan Harvard di bidang managemen bisnis. Alvin baru saja kembali dan mendapatkan gelarnya tetapi sang ayah sudah menuntutnya untuk membantu mengurus perusahaan keluarganya.
visualisasi Risya
Risya adalah seorang gadis sederhana yang merantau ke kota Jakarta demi sebuah cita-cita untuk membuat hidupnya mandiri dan juga terbebas dari cekikkan Ayah tirinya yang suka mengganggu dan pernah hampir saja melecehkan dirinya.
Hal itulah yang membuat Risya kemudian menjadi nekat mendatangi Ibu kota Jakarta. Walaupun tanpa koneksi ataupun kenalan siapapun. Hanya bermodal nekat dan keberanian Risya berhasil menaklukkan kota Jakarta dengan ketulusan dan juga kemampuannya bekerja sebagai seorang sekretaris dari CEO Cipto Group milik keluarga Alvin.
Visualisasi Abid Abimanyu
Abid adalah sahabat Alvin saat masih sekolah di Indonesia. Mereka anak-anak orang kaya yang hobbi balapan liar dan selalu keluar masuk ruangan BP karena kenakalan mereka berdua di masa remaja.
Abid dan Alvin berpisah karena harus melanjutkan sekolah mereka masing-masing sesuai dengan perintah kedua orang tua mereka. Alvin kuliah di Harvard sementara Abid kuliah di Singapura sambil mengurusi bisnis milik keluarganya di sana.
Begitulah nasib para Pemuda anaknya orang kaya. Mereka tidak memiliki kebebasan untuk hidupnya sendiri. Sekolah, pasangan, gaya hidup, bahkan segala sesuatu sejak mereka bangun hingga tidur lagi, sudah diatur semuanya oleh kedua orang tua mereka.
Visualisasi Sheilla, dia adalah sahabat Abid dan Alvin di masa SMA.
Sheila digadang-gadang akan dijodohkan dengan Alvin. Akan tetapi karena mereka bertiga sejak dulu selalu bersama. Sehingga membuat Alvin tidak mempunyai perasaan cinta untuk Sheilla.
Sheilla tidak mau menyerah untuk memperjuangkan cinta Alvin yang sejak dulu sudah menjadi kesukaannya untuk selalu bersama Alvin.
Visulaisasi Celline yang menjadi selingkuhan Abid
Celline adalah wanita mapan dan juga kaya dan Raya. Celline memiliki segalanya, kecuali cinta. Celline selalu hidup kesepian sepanjang hidupnya.
Hingga akhirnya Celline bertemu dengan Abid yang menarik perhatiannya dan membuat dia jatuh cinta.
Akan tetapi Celine harus menerima kenyataan tentang lelaki yang dia cintai. Abid ternyata sudah memiliki kekasih yaitu Risya. Sehingga dia harus ekstra berjuang untuk bisa memiliki pemuda itu ke pelukannya.
Visualisasi Adam yang merupakan Kakak kelas Risya yang kembali ke Inggris setelah pendidikannya di Indonesia selesai.
Adam merupakan mahasiswa pertukaran dari Inggris yang tanpa sengaja berkenalan dengan Risya pada saat dia kuliah di tempat yang sama dengan Risya.
Adam adalah sepupu Sheilla akan tetapi mereka tidak dekat layaknya saudara seperti pada umumnya.
Mereka bekerja sama untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, yaitu Cinta!!
Visualisasi Martha, tunangan Adam yang dijodohkan oleh orang tuanya di Inggris.
***
Alvin yang saat ini sedang memperhatikan Risya yang masih asyik bekerja di mejanya.
Risya tidak menyadari kalau sejak tadi Alvin terus memperhatikannya karena dia terlalu sibuk Untuk segera menyelesaikan tugas-tugasnya.
Tadi pagi ibunya menelpon meminta kepada Risya untuk pulang kampung karena dia sedang sakit.
" Aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ini agar bisa minta cuti kepada Pak Alvin selama 2 hari. Aki harus pulang dulu. Aku khawatir kalau laki-laki brengsek itu menyakiti ibuku!" monolog gelisah sambil terus fokus untuk mengerjakan pekerjaannya.
Pada jam makan siang, seperti biasa Abid selalu datang mengajak Risya untuk makan bersama. Alvin mengerutkan keningnya melihat sahabatnya setiap hari selalu mengganggu Riysa. Padahal Risya selalu menolak dan tidak mau mengikutinya.
" Heran sekali kenapa sejak dulu Abid selalu saja suka sekali mengganggu orang yang menolaknya?" Alvin menggelengkan kepalanya merasa kesal.
Tetapi Alvin tidak mau mencampuri urusan sahabatnya dan juga sekretaris ayahnya. Risya saat ini untuk sementara waktu akan bertugas menjadi sekretarisnya sampai ayahnya kembali dari Bandung.
Akan tetapi sudah bisa dipastikan bahwa Risya akan tetap menjadi sekretarisnya. Apabila Alvin resmi menjabat sebagai CEO di perusahaan Cipto Group.
" Aku tidak bisa mengikutimu Abid. Karena aku harus segera pulang ke kampung halamanku. Ibuku sudah menunggu kepulanganku. Karena dia sedang sakit di sana!" Abid terbelalak mendengarkan ucapan Risya yang terlihat begitu panik.
Abid kemudian duduk di depan Risya dan menunggu Gadis itu menyelesaikan pekerjaannya dengan sabar.
" Aku akan mengantarmu ke kampung halamanmu," Risya terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Abid.
Risya menggeleng kemudian dia mematikan komputernya. Risya bangkit karena dia berniat untul masuk ke ruangan Alvin sambil membawa berkas yang tadi sudah dia kerjakan untuk diserahkan kepada Alvin.
Tok tok tok
" Masuklah!" Alvin segera memasang wajah coolnya ketika melihat gadis itu berdiri di hadapannya dengan menyerahkan berkas yang sejak tadi menjadi bahan pekerjaannya.
Risya kemudian meminta izin kepada Alvin untuk cuti karena dia harus segera kembali ke kampung halamannya menengok ibunya yang saat ini sedang sakit.
" Maafkan saya pak. Tapi saya harus pulang." Risya bersikeras meminta cuti ketika Alvin menolak pengajuan cutinya.
Alvin menatap Risya dengan lekat. " Kau tahu bukan? Kalau aku belum terlalu mengerti dengan struktur perusahaan ini. Tanpamu aku tidak bisa melakukan apa-apa di sini." Alvin memasang wajah sedih di hadapan Risya sehingga membuat Risya jadi gugup karena takut kalau dirinya tidak bisa pulang ke rumah ibunya yang ada di kampung.
" Jadi bagaimana Pak? Saya harus pulang ini loh, Pak. Lihatlah!! Dari tadi Ibuku terus menghubungiku!" Risya bahkan menunjukkan log panggilannya kepada Alvin.
Alvin terlihat mengerutkan keningnya dan terus mempermainkan perasaan Risya yang saat ini sedang kacau karena memikirkan kesehatan ibunya.
" Tolonglah Pak. Nanti bapak boleh menghubungi saya ketika di kampung untuk menanyakan tentang pekerjaan. Saya berjanji tidak akan pernah menjauhkan ponsel saya dari jangkauanku." Risya terus berusaha untuk membujuk Alvin.
Alvin bangkit dari tempat duduknya kemudian mendekati Risya.
" Bagaimana kalau aku yang mengantarkan kamu? Nanti kamu bisa sekalian membimbing aku untuk memahami tentang struktur perusahaan Ayahku ini. Bagaimana?" tanya Alvin sambil menatap tajam ke arah Risya yang terlihat bingung.
Saat ini perasaan Risya sedang kacau. Apalagi di luar Abid sedang menunggunya. Memaksanya untuk ikut ke kampung halamannya. Akhirnya dengan perasaan terpaksa, Risya pun akhirnya mau menerima penawaran Alvin.
" Baiklah Bapak boleh ikut denganku tapi ingat bapak tidak boleh melakukan hal-hal yang membuatku malu di kampung halaman ibuku. Aku tidak mau membuat masalah apapun di sana!" Risya belum apa-apa sudah memberikan ultimatum kepada Alvin.
Bukan apa-apa, selama hampir satu minggu menjadi sekretaris Alvin. Risya bisa melihat kalau Alvin adalah sosok yang suka sekali usil dan jahil dengan urusan orang lain.
Risya merasa khawatir kalau nanti Bosnya itu berbuat macam-macam di kampung halamannya dan membuat dia harus malu kepada saudaranya yang lain.
Apalagi di sana ada Ayah tirinya yang sangat rese dan suka mencari gara-gara.
" Tenanglah Aku janji tidak akan melakukan hal yang membuatmu malu!" Alvin tersenyum karena merasa bahagia keinginannya telah terkabulkan dengan mudah.
Alvin dan Risya kemudian bersiap-siap untuk meninggalkan kantor mereka memanfaatkan waktu ketika Abid berada di dalam kamar mandi. Risya tidak mau kalau mantan pacarnya itu terus saja mengganggu hidupnya.
Alvin merasa senang karena itu artinya Dia memiliki kesempatan untuk mendekati Risya.
Alvin sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu tertarik untuk mendekati gadis itu. melihat Abid yang begitu gigih mendekatinya membuat Alvin semakin penasaran dibuatnya.
"Apa tidak apa-apa kita pergi begitu saja tanpa menunggu Abid?" tanya Alvin berpura-pura.
Padahal di dalam hatinya Dia sangat suka kalau mereka pergi tanpa Abid yang dia anggap sangat rese karena s etiap hari selalu mengganggu Risya.
"Tidak apa-apa lah, Bos! Lagian juga mau ngapain dia ikut-ikut kita ke kampung halamanku? Aku juga sedang buru-buru. Ibuku sedang sakit dan membutuhkan pertolonganku." Alvin tambah mereog hatinya saat mendengarnya.
Tampaknya kesempatannya untuk mendekati Risya sangat besar peluangnya.
"Ngomong-ngomong, Kamu kenapa sih? Kok kamu selalu menolak Abid untuk dekat dengan kamu lagi? Bukankah itu artinya kalau dia masih mencintaimu?" Alvin deg-degan menunggu jawaban dari Risya.
Risya menarik nafasnya dalam-dalam. Risya tahu kalau ada sesuatu yang membuat hatinya merasa tidak nyaman ketika berdekatan dengan Abid. Tapi Risya tidak tahu alasan dari hal itu.
"Entahlah! Aku tidak nyaman aja. Entahlah!Aku juga tidak tahu tentang hal itu." Risya tersenyum kepada Alvin.
Risya tidak mengerti. Kenapa dirinya bisa bicara sesantai itu dengan atasannya di kantor. Padahal Risya termasuk orang yang sulit bergaul dan sulit untuk dekat dengan seseorang yang baru di kenalnya.
Pembawaan Alvin yang easy going membuat Risya sangat nyaman dan tidak merasa insecure dengan statusnya sebagai seorang sekretaris dari sang Bos.
Perjalanan mereka ke kampung halaman terasa begitu menyenangkan setelah Reza dan Alvin semakin nyaman dalam bercakap-cakap.
"Bos, Nanti kalau sudah sampai di sana, Bos jangan tersinggung atau marah ya? Dengan semua yang dikatakan oleh saudaraku atau pun keluargaku. Pokoknya mah, Bos nggak boleh baper harus kuat mental, iman dan takwa!" Risya mengingatkan bosnya untuk kuat iman dan takwa ketika berada di sana.
Alvin terbahak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Risya.
"Kamu itu ada-ada saja. Memangnya kedua orang tuamu atau saudaramu mau melakukan apa dengan kita? Kita akan ke sana hanya menengok Ibumu yang sedang sakit. Gak mau melakukan apa-apa!" Alvin sampai mengacak rambut Risya.
"Ih, Kenapa sih laki-laki suka sekali melakukan hal seperti itu? Nyebelin tahu, gak sih??!" Risya terlihat misuh-misuh dengan kelakuan Alvin padanya.
Sejujurnya Risya merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Karena berefek tidak baik kepada jantungnya yang seperti sedang lari maraton saja rasanya.
"Habisnya kamu sangat menggemaskan!" Alvin kembali tertawa kepada Risya.
Risya hanya cemberut mendengar hal itu.
"Bos, apakah Kau juga melakukan hal seperti itu kepada wanita lain yang kau anggap menggemaskan?" tanya Risya sangat penasaran.
Alvin tampak terdiam sebelum menjawab pertanyaan dari Risya.
"Kau tahu kan? Kalau aku baru pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan studyku di Harvard?" tanya Alvin pada Risya.
Risya mengganggu kemudian fokus mendengarkan apa yang dikatakan Alvin.
"Aku belum terlalu banyak berkomunikasi ataupun bertemu dengan perempuan lain. Sementara ini baru kamu yang dekat dan selalu bersamaku!" Alvin berkata jujur kepada Risya.
Risya mengangguk, "Bos, aku kan dekat denganmu karena memang pekerjaanku sebagai sekretarismu, bukan karena kenapa-napa." ujar Risya berusaha untuk santai dan tidak baper dengan pengakuan Alvin yang membuat dirinya bahagia.
Seorang Alvin Cipto Mangun Kusumo yang merupakan pewaris dari Cipto group, mengatakan hal seperti itu kepadanya, tentu saja hatinya klepek-klepek. Akan tetapi dia tidak mau kegeeran ataupun menanggapi hal itu secara serius.
" Ya, mungkin salah satunya karena itu. Karena kita bekerja di tempat yang sama. tapi Sejujurnya aku juga tidak mengerti. Kenapa aku begitu nyaman denganmu? Apa karena kamu cantik?" tanya Alvin sambil tersenyum.
" Ih, apa-apaan sih?? Kalau masalah cantik itu relatif, Bos! Aku yakin semua teman-teman Bos di luar negeri sana pasti jauh lebih cantik daripada aku. Ya kan?" tanya Risya sambil melirik sekilas pada Alvin.
Dan sialnya saat itu Alvin pun sedang melihat ke arahnya sehingga membuat Risya buru-buru mengalihkan pandangannya ke jendela dan melihat situasi di luar sana.
Jantung keduanya seakan berpacu dengan cepat. Akan tetapi Risya tidak mau gegabah mengartikan bahwa perasaan itu semacam cinta yang dia rasakan kepada Alvin.
' Pasti ini karena cuaca yang begitu panas bukan karena sesuatu yang lain!' bathin Risya berusaha untukmu sugesti dirimu sendiri agar tidak terbawa suasana.
Alvin sendiri sejak tadi merasa bingung. Kenapa dirinya selalu bertindak di luar kebiasaannya saat bersama dengan Risya.
Begitu sampai di kampung halamannya Risya langsung menyuruh Alvin untuk turun dan segera mengikutinya.
Risya mengerutkan keningnya dan merasa bingung karena ternyata ada bendera putih di depan rumahnya.
" Ya Allah, Pak!! Ada apa ini kenapa ada bendera putih di sini? Kenapa begitu banyak ramai orang mengunjungi rumahku?" Risya kemudian langsung berlari untuk masuk ke dalam rumahnya.
Saat sudah ada di dalam rumahnya, Risya benar-benar shock ketika melihat ibunya yang sudah terbaring kaku di ruang tamu dan saat ini sedang dikafani oleh ibu-ibu Majelis Taklim yang ada di kampungnya.
Tubuh Risya seketika limbung Untung saja Alvin ada di sampingnya dan langsung menangkapnya agar tidak terjatuh ke lantai.
" Mama?" Risya langsung memeluk tubuh ibunya yang tadi sedang dikafani oleh ibu-ibu.
Tante Risya yang ada di samping jenazah ibunya langsung memeluk Risya juga.
" Kamu yang sabar ya, Risya? Semua orang yang bernafas atau hidup di dunia ini, pasti suatu saat akan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa kita semua hanya tinggal waktu saja!" Risya menangis sesegukan di samping ibunya karena merasa bersalah kepada ibunya. Dirinya tidak segera pulang ketika sang Ibu menelponnya tadi malam.
" Maafkan Risya, Bu! Hiks hiks!" tiba-tiba saja pandangan Risya tertuju kepada ayah tirinya yang saat ini sedang duduk berhadapan dengannya.
Risya menangkap sesuatu yang buruk dari tatapan itu yang membuatnya merasa sangat marah dan jengkel kepada pria paruh baya yang dulu hampir saja melecehkannya.
' Aku yakin Ibuku seperti ini pasti ada hubungannya dengan laki-laki brengsek itu!' bathin Risya dengan penuh emosi.
Alvin bisa menangkap sesuatu yang tidak nyaman di pancaran mata Risya saat melihat pria yang ada di hadapannya.
' Siapa pria itu?' bathin Alvin mulai kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!