NovelToon NovelToon

Sejarah Kelam

1. Kesal

Matahari sudah menunjukan cahayanya dari tadi, namun Tiara masih juga belum bangun, Dika yang dari tadi menunggu sudah sangat kesal dan jengkel dengan kelakuan sang adik.

" Bi, cepat bangunkan Tiara. Saya bisa telat ke kantor!" perintah Dika pada pembantunya.

" Siap, Tuan Muda!" Bi Imah bergegas naik ke lantai dua untuk membangunkan Tiara.

" Nona Tiara,cepat bangun Non, itu tuan muda Dika sudah marah dari tadi loh!" seru Bi Imah sambil menggoyangkan bahu Tiara.

" Jam berapa sekarang bi??" tanya Tiara tampak masih ngantuk dan malas untuk bangun dari kasurnya.

" Setengah tujuh non," sontak Tiara terkejut.

" Apa??" dengan segera Tiara meloncat dari kasurnya dan mencak-mencak." Bibi ini kenapa saya baru di bangunkan sih?? Hari ini aku ada jadwal piket sama Adrian dan kawan kawan.. mati aku!" dengan kesal dan misuh-misuh Tiara masuk ke kamar mandi.

" Bi! Cepat siapkan semua kebutuhan sekolah aku!" teriak Tiara di dalam kamar mandi

" Siap!" dengan sigap Bi Imah menyiapkan semua kebutuhan Nona mudanya, dari pakaian sekolah, buku dan juga sepatunya.

" Mana Bi?" tanya Tiara dengan tergesa. Tiara mengenakan pakaiannya di depan Bi Imah, yang merasa takjub dengan kecantikan nona mudanya yang memiliki kecantikan luar biasa.

"Bibi! Kenapa masih di kamar saya??? Keluar sana! Saya mau ganti baju! Malu tahu?" Bi Imah dengan tersipu keluar dari kamar nona mudanya yang cerewet dan menggemaskan itu.

" Nona, nona! Dari kecil juga mandi sama ganti baju selalu bibi yang temani, sekarang ribut malu! Weleh, weleh! Sudah besar nona muda berarti, ya? samar-samar Tiara mendengar yang di katakan oleh Bi imah. " Aku dengar bibi!" teriak Tiara kesal dari dalam kamarnya.

" Iya.. maaf nona.." si bibi malah ketawa di teriaki Tiara.

" Mana itu si gadis bengal?? Belum juga mau keluar??" tanya Dika kesal.

" Sudah siap tuan muda! Tadi tinggal memasukan buku saja. Bentar lagi keluar nona mudanya!" ucap Bi Imah menyengir, memberitahukan Dika tentang Tiara dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sejak sang ayah meninggal beberapa tahun yang lalu, Dika menjadi tulang punggung keluarga. Dia menjaga sang adik dengan super ketat. Antar jemput sekolah tidak pernah dilewatkan bahkan segala kegiatan Tiara harus selalu dilaporkan kepadanya oleh Tiara.

" Lama sekali! Ngapain aja sih?? Bikin kesal aja! Kakak ada meeting pagi-pagi! Kalau sampai terlambat, kamu yang kakak potong uang jajannya!" ancam Dika menahan kesal karena dari tadi menunggu Tiara.

" Mama!! Kak Dika marahin Tiara tuh! " teriak Tiara mengadu sama sang mama. Mama hanya tersenyum melihat kelakuan sang putri satu-satunya itu.

" Cepat sarapan sayang! Kasihan itu kakakmu, sudah dari tadi nunggu kamu!" ucap Mama masih juga bisa tersenyum manis melihat kelakuan dua anaknya itu.

Padahal Dika sudah dari tadi kesal terus menahan diri agar tidak menjitak kepala Tiara, sang adek tercinta yang sangat hoby bangun kesiangan.

" Tidak usah Mah! Hari ini ada jadwal piket dan Tiara juga ada janji sarapan sama teman-teman di sekolah. Nanti Risma yang bawa menu sarapannya!" seru Tiara sambil meminum susunya.

' Berarti Tiara bakalan makan sarapan sama Sania!' Bathin Dika, perasaan Dika tiba tiba merasa hangat saat dia mengingat tentang Sania.

"Kak Dika, ayo kita berangkat! Nanti kita terlambat. Jangan kebanyakan melamunin Sania! Tar kesambet loh!" ledek Tiara sambil memakai tas ransel dan sepatunya.

Dika segera mengambil tas kantor dan kunci mobil. Sebelum mereka berangkat, mereka berdua mencium tangan sang mamah. "Hati-hati ya kalian berdua. Dika jangan ngebut, Tiara jangan nakal di sekolah." pesan ibu mereka.

Walaupun seorang Direktur Eksekutif, Dika lebih suka menyetir sendiri tanpa jasa seorang sopir.

"Iya mamah sayang! Kami berangkat dulu." mereka pun berangkat menggunakan mobil Dika. Tampak Dika masih kesal, karena harus menunggu Tiara setiap pagi.

" Kamu ini ya! Kamu itu sudah besar. Setiap hari kerjaan kamu itu cuma terlambat terus setiap pagi, kakak jadi terlambat gara-gara kamu! "ucap Dika kesal sambil pasang muka cemberut, padahal mah cuma akting doang.

" Maaf kakaku sayang! Semalam Tiara ngerjain tugas sampe jam 2 pagi. Makanya sekarang terlambat!" ucap Tiara memelas penuh penyesalan terhadap sang kakak tercinta.

Merekapun akhirnya sampai di sekolah dan Dika melambaikan tangan saat melihat sahabat adiknya melambaikan tangan kepadanya, saat melihat kedatangan mereka berdua.

" Kak Dika ganteng banget ya?" seru Risma menatap Dika dengan penuh kekaguman, Risma adalah anak konglomerat di kota ini, namun sikap dan penampilan dia tidak menunjukan bahwa dia adalah seorang nona muda yang manja dan arrogant, tapi sebaliknya, Risma adalah pribadi yang menyenangkan dan bersahabat.

" Ya, Tiara aja cantik banget!" seru Adrian gak mau kalah, Adrian adalah sepupu Risma, anak orang kaya juga.

Adrian naksir Tiara sejak kelas satu SMA, tapi dasar Tiara, anak yang tidak peka, dia mengira kebaikan Adrian kepadanya selama ini adalah karena Adrian memang cowo yang baik kepada siapa saja. Padahal sudah banyak cara Adrian menunjukan kalau dia mencintai Tiara dan ingin lebih dari sekedar sahabat saja.

" Ya ampun ini, dua saudara sepupu yang sudah tersihir ketampanan Kak Dika dan kecantikan Tiara!" goda Sania yang tampak tersipu malu, saat melihat Kak Dika melambaikan tangan padanya tadi.

Sania adalah seorang gadis sederhana. Dika pernah menyatakan cinta pada gadis ini, tapi dia menolaknya dengan alasan masih sekolah dan meminta kepada Dika untuk menunggunya sampai lulus kuliah. Karena Sania adalah anak pertama dan dia mempunyai dua adik yang harus dia sekolahkan.

Ayahnya punya riwayat penyakit jantung, makanya tidak bisa bekerja terlalu keras. Setelah pulang sekolah, biasanya Sania akan bekerja di toko bunga milik sang ayah, dan hobby Sania adalah merangkai bunga.

Dika mencintai Sania karena pribadi gadis ini yang pendiam dan bersahaja. Sania tidak banyak gaya dan juga sayang sama adik-adiknya. Dika setelah pulang kerja, kadang suka mampir dan sekedar membeli seikat bunga, yang pada akhirnya diserahkan juga pada Sania. Kelakuan Dika yang seperti ini, yang kadang membuat Sania tidak bisa tidur dan belajar dengan tenang.

Walaupun Dika seorang pengusaha yang cukup diperhitungkan di bidangnya. Walaupun tidak bisa di bilang perusahaan besar, namun Dika memulai usahanya itu dengan nol dengan bantuan sahabatnya.

Papahnya memiliki perusahaan tekstil, namun harus bangkrut karena di tipu oleh sahabatnya sendiri, Dika tidak tahu, siapa itu. Tapi yang Dika tahu, dia adalah pengusaha besar yang berpengaruh di kotanya.

Papahnya meninggal karena serangan jantung, dan meninggalkan banyak hutang kepada bank, yang membuat Dika akhirnya memilih menyatakan pailit atau bangkrut dari pada meneruskan perusahaan Papahnya tersebut.

Dika menjalankan usaha propertynya dari nol, karena impiannya adalah membuat bangunan indah dan rumah bagi rakyat menengah ke bawah, agar bisa memiliki hunian yang asri dan terjangkau.

Bab 2. Meeting

Dika sampai ke kantor, dan segera memasuki ruangannya. Santi sang sekretaris, saat melihat Dika sudah datang segera masuk ke ruangan Dika karena Dika sudah memberikan ijin agar santi masuk ke ruangannya begitu dia datang ke kantor.

" Bagaimana Pak, kita berangkat sekarang?" tanya Santi sambil menyerahkan dokumen Kepada sang direktur eksekutif.

" Sebentar! Saya cek dulu dokumen ya? Jangan sampai nanti ada kesalahan!" tampak serius sekali Dika membaca dokumen yang diserahkan olehSanti, sekretarisnya yang sudah bekerja dengan Dika lebih dari 3 tahun.

" Oke, sempurna! Ayo kita berangkat sekarang!" Mereka kemudian berangkat ke kantor rekanan bisnis mereka PT Metro Sentosa Abadi yang bergerak di bidang property

" Maaf Pak Dika kita menghubungi dulu pak Suryo, apa langsung ke ruangan meeting?" Tanya Santi sambil melirik ke arah bosnya yang memiliki kegantengan hakiki baginya.

Santi sudah lama naksir sama bosnya yang tampan. Namun tidak berani menyampaikan isi hatinya. Karena takut sang bos marah kalau tahu isi hatinya.

Santi memilih untuk menyimpan rasa cintanya dihati saja. Mencintai secara sepihak dan rahasia. Memberikan perhatian yang lebih kepada sang boss yang menurut Santi adalah pribadi yang sederhana dan tidak sombong.

Santi teringat, saat dahulu pertama kali dia bekerja sebagai sekretaris Dika. Dia pikir akan bekerja penuh dengan tekanan dan stress, karena mempunyai seseorang bos yang tampan dan killer. Ternyata Dika hanya bos yang tampan, tetapi tidak killer. Santi tersenyum saat mengingat masa itu.

" Pak suryo bilang kita langsung ke ruangan meeting dilantai 4!" jawab Dika santai sambil membaca dokumen ditangannya.

Mereka akhirnya sampai diruangan meeting, Pak Suryo tampak bahagia saat melihat kedatangan Dika, dan menyalami tangan Dika.

" Halo Pak Dika, bagaimana kabarnya?" tanya Pak Suryo sambil menjabat tangan Dika dengan ramah dan bersahabat.

Pak Suryo ini walaupun seorang konglomerat di kota itu, namun dia mempunyai pribadi yang baik dan menyenangkan. Tidak sombong dan juga baik hati.

Setiap tahun, ribuan mahasiswa di Indonesia selalu mendapatkan beasiswa dari perusahaannya. Di bawah naungan yayasan yang di ketuai oleh sang putri satu-satunya.

" Alhamdulillah baik Pak. Mari kita mulai meeting kita mengenai pembangunan resort kita yang ada di Samarinda!" ucap Dika dengan senyum sumringah.

Merasa bersemangat dengan kerja sama perusahaan mereka berdua. Karena Dika tahu, perusahaan Pak Suryo adalah perusahaan yang besar dan baik dalam management dan selalu memperhatikan keperluan masyarakat.

Mereka akhirnya sibuk dengan meeting dan mencapai kesepakatan kerjasama, bahwa perusahaan Dika yang akan bertanggung jawab dalam pembangunan Resort tersebut dan perusahaan PT Metro Sentosa Abadi sebagai induk akan mengawasi pembangunan tersebut.

Mereka akhirnya menandatangani surat perjanjian itu. Saat akan menandatangani surat kontrak, Dika terkejut dengan satu point isi perjanjian tersebut yang mengatakan.

" Apabila pembangunan tidak selesai dalam waktu yang sudah disepakati dan dinyatakan gagal atau merugi, maka perusahaan PT Andika Pratama harus diserahkan kepada PT Metro Sentosa Abadi sebagai ganti rugi dalam perjanjian ini." Dika mengkerutkan dahinya tanda tidak setuju.

" Kenapa ada point seperti ini Pak??" tanya Dika. Dika tampak merasa tidak senang dengan penawaran penyelesaian yang di ajukan oleh pihak Pak Suryo. Dika merasa itu sangat berlebihan.

"Maafkan saya Pak Dika. Saya hanya ingin memastikan bahwa perusahaan bapak akan menangani proyek ini dengan bener dan sesuai dengan rencana yang sudah disepakati," ucap Pak Suryo dengan santai.

Namun matanya masih tertuju dengan penuh kekaguman kepada pemuda di hadapannya.

Ini adalah kali kedua perusahaannya bekerja sama dengan perusahaan Dika. Selama pergaulan itu, Pak Suryo tahu bahwa Dika adalah pribadi yang sederhana dan bijaksana.

" Tapi Pak. Menyerahkan perusahaan saya kepada Bapak, menurut saya, hal itu sungguh keterlaluan. Hanya untuk mengganti rugi kerugian pembangunan resort," protes Dika tidak setuju, tapi masih berusaha menunjukan sikap sopan, karena mengingat Pak Suryo adalah seorang CEO yang baik dan profesional di bidangnya.

" Okelah kalau begitu! Begini saja Pak Dika! Untuk masalah ganti rugi. Bagaimana kalau Pak Dika menikah saja dengan putri saya yang tercinta?" tanya Pak Surya dan Dika sangat terkejut dengan ide dari Pak Suryo yang meminta dirinya untuk menikahi sang putri untuk menggantikan point menyerahkan perusahaannya.

Bagaimana mungkin, perusahaan di tukar dengan pernikahan? sungguh konyol, pikir Dika.

" Jangan bercanda Pak! Ini masalahnya bukan sepele. Masalah bisnis, bukan pribadi! Kenapa jadi saya harus menikahi putri bapak, untuk ganti rugi?" Dika tampak semakin heran dengan ide gila Pak Suryo masalah ganti rugi kerja sama perusahaan mereka.

" Loh Pak Dika! Inikan perusahaan saya, uang saya terserah saya dong mau minta apa untuk ganti rugi! " jawab Pak Suryo dengan santai sambil menatap matanya Dika dengan seksama.

Pak Suryo masih memastikan keputusannya, untuk menjadikan laki-laki di hadapannya ini sebagai calon suami putrinya.

" Tapi rasanya tidak masuk akal kesepakatan bisnis mengenai kerugian perusahaan diselesaikan dengan pernikahan saya dan putri bapak. Bagaimana kalau putri bapak tidak mencintai saya?" protes Dika masih tidak setuju dengan ide Pak Suryo yang dia nilai tidak relevan dan konyol bagi Dika.

Pak suryo tersenyum dengan bijaksana. "Bagi saya. Rugi atau untung dalam kerja sama ini tidaklah terlalu penting. Sejak pertama kali saya melihat Pak Dika. Saya sudah jatuh cinta dan berharap Pak Dika bisa menjadi menantu saya." Pak Suryo tersenyum sambil memperhatikan Dika yang tampak terkejut sekaligus tersipu saat mendengar ucapan Pak Suryo yang bilang jatuh cinta kepada dirinya dan mengharapkan dia sebagai calon menantunya.

"Pak Suryo ini ada-ada saja! Kita disini sedang membicarakan kesepakatan bisnis Pak!" Dika tampak gugup dan salah tingkah dengan Pak Suryo yang masih memperhatikan dirinya yang tampak kikuk dan menahan rasa malu.

" Sudahlah Pak Dika! Menurut saya itu adalah hal yang paling baik, kita sepakati saja! Saya jamin Pak Dika tidak menyesalinya. Putri saya itu sungguh cantik. Lagi pula, apakah Pak Dika tidak percaya diri dengan kinerja perusahaan Pak Dika?" tanya Pak Suryo.

" Bagi saya ini hanya sebuah tantangan untuk Perusahaan Pak Dika untuk bekerja sebaik mungkin. Tolong jangan di jadikan beban!" ujar Pak Suryo masih tersenyum bahagia.

Masih menyiratkan keinginkan hatinya untuk menjadikan Dika sebagai menantunya, untuk sang putri tercinta. Risma!!

" Tapi masalah pernikahan bukan main-main Pak!" seru Dika masih protes.

Dika ingat, kalau dirinya mencintai Sania, sahabat adiknya. Dan Dika sudah berjanji kepada gadis itu, akan menunggu Sania sampai lulus kuliah.

Dika ingin setia kepada Sania dan membuktikan cintanya kepada gadis itu dengan menunggu sampai Sania lulus kuliah. Dika sangat mencintai Sania dengan tulus dan tanpa pamrih sama sekali.

Bab 3. Kesalahan Dika

Pak Suryo dapat melihat kalau Dika merasa keberatan dengan surat perjanjian itu.

" Saya tahu Pak Dika. Sudah Pak Dika tenang saja! Kita pasti akan bisa menyelesaikan proses pembangunan resort ini dalam waktu satu tahun. Saya percaya persiapan kedua perusahaan sudah matang dan kita pasti akan berhasil." Ucap Pak Suryo menunjukan final keputusannya.

Akhirnya Dika menyerah juga, karena berdebat dengan Pak Suryo hanya buang tenaga saja dan tidak ada gunanya sama sekali. Hanya bikin lelah hati dan pikiran.

" Baiklah Pak, saya anggap ini sebagai tantangan untuk saya dan juga perusahaan saya. Kalau saya gagal menyelesaikan proyek ini dalam jangka waktu enam bulan, maka saya berjanji akan menikahi putri bapak!" jawab Dika dengan mantap.

Pak suryo tampak bahagia dengan persetujuan yang di ucapkan Dika. Setelah surat perjanjian di revisi akhirnya mereka berdua menandatangani perjanjian tersebut. Santi yang dari tadi hanya mendengarkan dan mencatat hasil pertemuan itu tampak gusar.

Pak Suryo merekam perjanjian itu, hanya untuk memastikan, suatu saat Dika tidak mangkir dari janji akan menikahi putrinya.

Dika membuat kesalahan, di dalam surat perjanjian adalah satu tahun, namun Dika mengucapkan perjanjian pembangunan resort adalah enam bulan sudah selesai.

Pak Suryo sengaja, diam saja. Karena hal itu kelak yang akan dia gunakan untuk meminta Dika untuk menikah dengan putrinya.

' Bagaimana mungkin ada hal seperti ini? Menikahi putrinya kalau proyek tidak selesai dalam waktu yang sudah disepakati? Aneh sekali! Apa sebenarnya yang dipikirkan Pak Suryo?' bathin Santi, tapi dia tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya. Karena itu urusan pribadi dua bos perusahaan. Sementara dia hanya seorang sekretaris.

Saat mereka berdua sudah di dalam mobil, Santi baru mengatakan keganjilan yang dia rasakan kepada Dika atasannya.

" Pak Suryo itu sungguh aneh. Masa menukar kerugian perusahaan dengan menikahi putri dia? Apa dikira perusahaan kita ini mainan buat dia??" protes Santi masih tidak setuju dengan keputusan atasannya.

Dika hanya diam menanggapi protes Santi yang sudah tidak ada gunanya itu bagi dia.

" Kenapa tadi disana kamu diam saja? Sekarang perjanjian sudah ditandatangani, apa yang bisa kita lakukan?? Anggap saja sebagai tantangan buat kita. Saya percaya kita akan berhasil!" ucap Dika semangat.

Dika lupa kalau saat menyampaikan isi perjanjian secara lisan, Dika lupa menyebut waktu enam bulan, bukan satu tahun seperti dalam surat perjanjian kerja sama mereka, dan Dika juga tidak tahu kalau pak Suryo merekam itu.

Walaupun dalam hati Dika agak merasa was was juga dan merasa agak aneh dengan permintaan Pak Suryo. Dia belum pernah bertemu dengan putri Pak Suryo,tapi dia pernah mendengar bahwa putri Pak Suryo adalah seorang yang sangat cantik dan juga berbudi mulia akhlaknya. Suka berbagi dengan yang tidak mampu, dan bukan pribadi yang sombong walaupun orang kaya dan seorang konglomerat di kotanya.

Mereka kembali ke kantor dan mulai menyusun strategi agar proyek tersebut selesai sesuai rencana yang sudah di sepakati. Dan tidak membawa kerugian pada perusahaan, sehingga mengakibatkan dia harus menikahi putri rekan bisnisnya untuk mengganti kerugian perusahaan.

Setelah Dika meninggalkan ruangan meeting, Pak suryo menyalakan televisi dan memutar video tentang pengucapan janji dari Dika yang menyatakan akan menyelesaikan proyek dalam waktu 6 bulan, apabila tidak berhasil menyelesakan dalam waktu tersebut maka dika akan menikahi putrinya.

" Anak itu membuat kesalahan sendiri yang bisa kita gunakan untuk meminta dia menikahi Risma, putriku!" Pak Suryo tersenyum senang karena kesalahan yang dibuat oleh Dika tersebut akan memungkinkan dia untuk meminta Dika agar mau menikahi putri tersayang.

" Saya rasa Pak Dika tidak fokus makanya dia membuat kesalahan itu dengan mengatakan jangka waktu pembangunan proyek 6 bulan. Padahal yang tertulis di surat perjanjian kontrak kerja sama adalah 1 tahun!" ucap sekretaris Pak Suryo dengan datar.

" Simpan rekaman video itu. Kelak kita akan menggunakannya bila saatnya tiba. Untuk meminta dia menikah dengan Risma mungkin ini yang dinamakan dengan jodoh dari Tuhan untuk putri kesayanganku." tampak berbinar sorot mata Pak Suryo saat mengatakan itu.

" Mengapa Bapak menginginkan nona muda untuk menikah dengan Pak Dika?" tanya sekretaris Burhan yang sudah berusia 50 tahun itu. Sekretaris yang sudah lama melayani Pak Suryo sebagai sekretarisnya.

" Kamu mau tahu atau mau tempe?" kelakar Pak Suryo kepada Pak Burhan sekretarisnya yang sudah sangat lama menemaninya.

Pak Burhan sudah layaknya seperti saudara bagi Pak Suryo, tiga puluh tahun bersama membuat mereka lebih seperti sahabat dari pada atasan dan bawahan.

" Kalau menurut Bapak, saya suka tahu apa suka tempe?" Pak Burhan ikut larut dalam kelakar Pak Suryo yang saat itu tengah bahagia hatinya karena mendapatkan jalan untuk bisa membuat Dika menikahi putrinya.

" Hahaha!" Pak Suryo tertawa mendengar jawaban sahabat satu-satunya selama ini yang juga adalah sekaligus sekretarisnya itu.

" Jujur saja! Saya sangat tertarik untuk menjadikan Pak Dika sebagai menantu saya!"

Sekretaris Burhan hanya tersenyum saat melihat semburat bahagia di mata sahabat kecilnya itu.

Tiga puluh tahun bersama bukanlah waktu yang sebentar untuk memiliki hubungan yang erat. Mereka berdua sudah selayaknya satu badan dan juga satu hati.

" Sekretaris Burhan, Risma adalah putriku satu satunya. Sejak mamahnya meninggal, hanya dia yang selalu menjadi kebahagiaan saya!" terlihat mata Pak Suryo berkaca kaca.

" Pak Suryo saya tahu, anda sangat mencintai nona muda Risma. Pasti tidak akan membuat nona hidup menderita. Memilih calon suami yang baik untuk dia!" ujar sekretaris Burhan masih berdiri di samping Pak Suryo.

" Han, kamu lebih tahu bahwa saat mamahnya Risma meninggal adalah saat paling berat dalam hidupku. Saya tidak mau membuat putri kesayanganku, salah dalam memilih calon suami, makanya saya pilihkan calon terbaik untuk dia." ujar Pak Suryo mantap dan sekretaris Burhan mengangguk tanda setuju.

Dia sudah menyelidiki data dan kehidupan Dika, dan dia mendapatkan kesimpulan bahwa Andika Pratama adalah pribadi yang baik dan juga pemimpin yang bijaksana di perusahaan dia.

" Tidak di ragukan lagi kepribadian Pak Dika itu sangat bagus. sajak ayahnya meninggal dialah yang menjadi tulang punggung keluarga serta menjaga adiknya dan juga ibu kandungnya," Pak Suryo mengangguk, menyetujui semua yang disampaikan oleh sekretaris Burhan.

Mereka berdua sama-sama mengutarakan segala hal tentang Andika yang mereka ketahui selama ini.

" Aku yakin kalau Risma kan bahagia kalau menikah dengan Dika. Selain laki-laki yang bertanggung jawab dia juga sangat mencintai ibunya. Seorang laki-laki ketika memuliakan ibunya, dia pasti akan menjaga dan mencintai istrinya juga!" Ucap Pak Suryo dengan begitu yakin dengan apa yang dia analisis tentang Dika, yang di gadang-gadang akan menjadi calon suami putrinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!