Julia terburu-buru pagi itu ke tempat kerjanya yg terletak tak jauh dari kampus. Julia bekerja di cafe sejak awal masuk kuliah karena meski dia mendapatkan beasiswa tapi dia harus membiayai sendiri hidup sehari-hari nya.
aww.. Julia merasakan tangannya ditarik seseorang dari belakang saat akan menyebrang jalan. "apa kau tidak melihat kalo lampu sudah berganti?" ucap seorang pria yg menarik tangan Julia. "ma...maaf aa..ku terburu-buru", jawab Julia gugup.
"Berhati-hatilah", pria itu berkata dengan masih memegang tangan Julia. Mereka saling menatap lama dan Julia terpaku dengan warna mata pria di depannya yang berwarna onix. "Ayo aku akan mengantarmu sampai diseberang jalan, karena sepertinya kau masih tidak fokus", lanjut pria itu sambil menggandeng tangan Julia.
saat berjalan Julia menatap tangannya yg di genggam pria itu, dan ini adalah pertama kalinya dia bersentuhan dengan pria selain Ayahnya. Julia hanya dekat dengan laki-laki dan itu adalah Ayahnya yang kini sedang berada dalam penjara. Sejak kecil Julia hanya tinggal dengan Ayahnya yang dulu bekerja sebagai pengantar paket. Julia tidak pernah tahu soal ibunya sama sekali karena ayahnya yang bisu tidak pernah mau bicara apapun soal Ibu Julia dan hingga saat inipun Julia tidak pernah tahu apapun. Pernah dia bertanya tapi Ayahnya selalu pergi dari rumah tanpa memjawab apapun. Sehingga lama kelamaan Julia tidak pernah lagi bertanya apapun. Mengingat itu Julia langsung melepaskan tangannya dari pria itu. Pria itu menoleh dan tersenyum menatap Julia.
"Terimakasih sudah menolongku ini tempat kerjaku", Julia berkata sambil menunjuk cafe tempat dia bekerja yang tepat berada di depan mereka. "Aku akan mentraktirmu minuman sebagai ucapan terima kasihku, apa kau mau masuk?" lanjut Julia gugup dengan meremas tali tasnya.
Louise tersenyum ramah, ya nama pria itu Louise biasa dipanggil Lou dan sebenarnya dia adalah pemilik cafe tempat Julia bekerja, dan hari ini sebenarnya Louise akan bertemu dengan Ayah dan sepupunya untuk sarapan di cafe. Karena Louise mulai hari ini akan mengambil alih cafe yang beberapa tahun ini dipegang sepupunya.
"Aku memang akan k cafe ini karena punya janji temu", jawab Lou sambil berjalan masuk ke dalam cafe dan langsung mencari Ayah dan sepupunya Azel duduk. tapi tampaknya mereka belum datang sehingga Lou langsung mencari tempat duduk yang tidak jauh dari kasir dimana Julia sudah mulai bersiap-siap.
" Sepertinya temanmu belum datang, apa kau mau pesan sekarang?" Julia bertanya pada pria yang ternyata masih menatap dan memperhatikan gerak gerik Julia. "Lou, panggil aku Lou. Namaku Louise tapi panggil saja aku Lou", jawab pria itu dengan senyum manisnya. Julia terdiam dan sadar bahwa pria ini sangat suka tersenyum.
saat akan memperkenalkan namanya tiba-tiba Azel pemilik cafe tempat Julia bekerja masuk bersama pria paruh baya yang wajahnya sangat mirip dengan pria yang ada dihadapannya, dari postur tubuh, bentuk wajah dan juga senyumnya. Hanya yang berbeda adalah warna rambut. Pria dihadapannya memiliki rambut hitam dan pria paruh baya rambutnya sebagian sudah berwarna putih. Julia langsung menunduk dan memberi salam pada Azel yang juga adalah Bos Julia.
Azel adalah orang yang sangat baik. meski penampilan Julia jauh dari kriteria yang tertulis di persyaratan pelamar kerja saat itu tapi Azel langsung menerima Julia karena kepolosannya.
2 minggu setelah pertemuan itu Lou hampir setiap hari datang ke cafe bersama teman-teman kampusnya yang ternyata Julia baru tahu yang mana Prince Bennington yang paling disegani dikampus yang juga cucu pemilik kampus Julia adalah Lou. Selama ini Julia hanya selalu mendengar jika teman-temannya bercerita soal Lou.
Louise orang yang sangat humble dan easygoing dengan semua orang, Julia sering disapa dengan senyuman yang selalu membuat Julia salah tingkah. tapi Julia sadar diri karena orang seperti dia tidak akan cocok berada di circle pertemanan Lou. Dari tempatnya bekerja Julia bisa mendengar tawa Lou dan teman-temannya, tanpa sepengetahuan Julia, Lou sering mengamati gerak gerik Julia saat sedang melayani pembeli.
Bagi Lou, Julia adalah wanita yang lembut. meski tampilannya selalu dengan kemeja kebesaran dan celana jeans serta kacamata tebal tapi entah mengapa Lou jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita itu. yaa, dibalik kacamata tebal itu ternyata Julia memiliki warna mata yang jika dilihat beberapa lama seperti ditarik kedalamnya dan Lou bisa bertekuk lutut saat itu juga.
Sabtu sore itu sambil bersiap dan membersihkan diri dari pekerjaannya, Julia mendengar suara Louise berbincang dengan Diana teman kerja Julia yang akan berganti shift dengannya. Julia tampak menghembuskan nafas dan berjalan keluar.
"Julia, apa kau jadi cuti besok?" tanya Diana saat Julia akan berpamitan.
"Ya, Diana. Aku besok akan mengikuti seminar sekaligus mengunjungi Ayahku. Aku merindukannya," jawab Julia
"Aku akan mengantarmu Julia, kebetulan aku juga akan kesana, jadi lebih baik kita pergi bersama-sama bukan?" Lou berkata sambil tersenyum seperti kebiasaannya, dan sudah dipastikan Julia akan sangat sulit menolak pria itu.
"Benarkah? apa itu tidak merepotkanmu? aku masih harus mengunjungi Ayahku dan aku yakin kau pasti tidak akan datang ke tempat seperti itu nantinya. Jadi, aku lebih baik naik bis saja Lou. Terima kasih atas tawaranmu". ucap Julia.
" Hei, aku tidak merasa repot dan aku senang jika pergi bersamamu. itu lebih baik daripada aku harus pergi sendirian bukan?" paksa Lou dengan menahan tangan Julia yang akan membuka pintu.
Julia enggan menjawab.
"oh my God, jangan terlalu banyak berpikir Julia. besok bersiaplah aku akan menjemputmu jam 7 dan sekarang aku akan mengantarmu pulang". ucap Lou sambil membukakan pintu cafe dan menarik tangan Julia menuju mobilnya.
Dalam perjalanan Julia masih diam dan hanya memandang keluar jendela. Dia masih tidak terbiasa dengan perlakuan Lou beberapa hari ini. pria itu dengan terang-terangan perhatian padanya dan sudah beberapa kali pria itu memegang tangannya tanpa ragu-ragu. seolah-olah mereka adalah orang yang dekat. dan beberapa kali wanita-wanita di cafe yang datang bersama teman-teman Lou selalu memandang penuh selidik padanya.
"Apa kau sudah makan malam? bagaimana kalau kita makan malam dulu, kau suka makanan apa?" tanya Lou akhirnya.
"Aku makan malam di rumah, aku tidak terbiasa makan diluar. Aku harus berhemat jadi aku memasak sendiri, dan sebenarnya hari ini aku harus belanja bahan makanan, tapi karena sebentar lagi kita akan sampai jadi lain kali saja." jawab Julia.
"Kalau begitu ayo kita berbelanja, aku akan menemanimu, aku jarang belanja dan pasti akan seru." ucap Lou
Dan kemudian mereka pun pergi berbelanja bahan makanan, hingga satu jam kemudian mereka tiba di apartemen Julia. Dan Julia membukakan pintu agar Lou bisa masuk dengan tas-tas belanjaan yang entah kenapa bisa sebanyak ini. Lou seperti anak usia 7 Tahun yang begitu bahagia melihat apa yang ditawarkan penjual dan sudah dipastikan hampir semua yang ditawarkan dibeli oleh Lou.
"Rumahmu indah Julia dan juga wangi, sepertinya aku akan betah berada disini". ucap Lou.
" Hmmmm... duduklah Lou, aku akan mengambilkan minuman untukmu". jawab Julia
Louise berlari menaiki tangga untuk masuk kedalam rumah orang tuanya.
"Selamat malam Hans, apakah ibuku ada?" tanya Louise menyapa kepala pelayan yang berdiri di dekat pintu masuk.
"Nyonya sedang berada di ruang kerja ayah anda tuan." sahut Hans, dan Louise mengucapkan terima kasih lalu berjalan menuju ruang kerja ayahnya.
"Mom, Dad aku masuk." teriak Louise dari balik pintu ruang kerja Ayahnya dan membuka dengan perlahan pintu. Ayah dan Ibunya sedang duduk di sofa dengan berpegangan tangan. satu hal romantis yg selalu Louise lihat sejak kecil dan dia berharap dia akan memiliki kehidupan yang bahagia seperti kedua orang tuanya.
"Kemarilah Lou, Mom ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu". Sahut Lisa ibu Louise. Lou akhirnya masuk dan duduk di kursi dekat dengan ibunya.
"Mom ingin besok kau menjemput Sandra di bandara, seminggu lagi ulang tahun perusahaan dan dia akan datang bersama Uncle Sam, kau ingat Sandra bukan?, dia yang sering bermain denganmu saat kita berkunjung dirumah grandma." Ucap Lisa.
"Ya aku ingat mom, tapi besok aku akan pergi keluar kota bersama seseorang, dan mungkin aku akan menginap semalam." ucap Louise sambil memainkan kunci mobilnya.
"Apa dia pacarmu?" tanya Lisa.
"No mom, belum. Aku masih berusaha mendapatkan nya." Jawab Louise dengan tersenyum.
"Lou, Sandra baru saja memenangkan penghargaan atas karya seninya, dan dia ingin merayakannya juga bersama kita disini dan pastinya dia akan senang jika kamu bisa ikut bukan?" Sahut Lisa memberitahu Louise dan hanya dijawab dengan anggukan kepala.
"Mom dengar dia akan mengambil jurusan seni disini, dan mom ingin kamu membantunya. Kau bisa kan Lou?" Tanya Lisa kemudian.
"Maafkan aku mom, aku rasa aku tidak bisa membantunya, kenapa mom tidak meminta Lauren atau Lyana?, mereka sama-sama perempuan dan pasti lebih baik kan?". Tanya Louise.
" Mereka berdua sibuk dengan keluarga mereka". Sahut Lisa santai tapi Louise tahu ada yang mencurigakan dari nada bicara ibunya.
Louise menatap ayahnya yang sejak tadi sibuk menatap laptop didepannya, dan Louise tahu ayahnya pasti tahu apa yang sedang di rencanakan ibunya.
Louise mendekati ayahnya.
"Dad apa kau tidak bisa mencarikan seseorang untuk membantu?" Louise berbisik ditelinga ayahnya.
"Son, kau tahu bukan keinginan ibumu sangat susah untuk di tolak, dan Daddy rasa kau hanya perlu menurutinya saja, kalau tidak ibumu akan terus menyuruhmu dengan berbagai cara". Ucap sang Daddy sambil menepuk pundak Louise.
Louise mengalihkan pandangan ke arah ibunya, dan dengan terpaksa menyetujui apa keinginan ibunya. "Baiklah mom, setelah urusanku besok selesai aku akan menemui Sandra dan akan membantunya." ucap Louise akhirnya.
Ibunya tersenyum bahagia, dan Louise akhirnya kembali ke apartemennya. Dalam perjalanan Louise memikirkan langkah apa yang harus dilakukan untuk bisa membuat ibunya tidak mendekatkan dia dengan Sandra. Louise bukan tidak ingin membantu Sandra, tapi dia sengaja menjaga jarak dari wanita itu. Sandra wanita yang sedikit agresif dan Louise tidak menyukai wanita seperti itu. bahkan wanita itu terang-terangan menyatakan sukanya pada Louise. Dan saat itu Louise langsung menolak. Tapi seperti nya ibunya adalah masalah lain lagi. Louise harus bisa secepatnya mendapatkan hati Julia jika ingin ibunya tidak mencarikan dia wanita yang akan dijodoh-jodohkan. Louise mengambil handphonenya dan mendial nomor yang dia dapatkan tadi dari Julia.
"Halo...." terdengar suara Julia yang sepertinya terbangun dari tidurnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!