NovelToon NovelToon

Si Janda Dan Anak SMA

Penerbangan Menjengkelkan

Di suatu malam yang sangat dingin, tepatnya akhir tahun. Fany berada di dalam pesawat. seperti biasa dia bekerja sebagai pramugari. Pramugari lain merasakan dinginnya malam itu, badannya menggigil tidak sedikit pramugari yang masih belum mau membuka mantelnya. Namun kala itu Fany tidak terlalu merasakan dinginnya malam itu. Malam itu Fany terlihat sangat energik dan ceria. hal ini membuat teman yang lain bertanya-tanya.

"Fany... kamu ga dingin apa?? di luar hujan ga berhenti dari subuh kemarin" kata salah satu temannya yang bernama Vanessa, yang akrab dengan panggilan Caca

"ya dingin cuman gw ngerasa, ga dingin-dingin amat" jawab Fany

obrolan itu terjadi di ruangan pantry pesawat. bukan hanya pramugari yang sedang di situ tetapi pilot dan co pilot pun ada di situ, sedang membuat kopi.

co pilot Dandy yang suka sekali membuat sebuah lelucon, malam itu juga ikut angkat bicara dan berkomentar keadaan Fany.

"wajar ajah Ca... Kaka yang satu ini baru di charge semalam, hahahaha" kata Dandy

semua orang tertawa mendengar lelucon Dandy.

"Pak Dandy jangan curhat gitu, malu itu urusan rumah tangga loh... hahahaha" Fany membalas lelucon Dandy

"tapi bener kan??" kata Dandy

"suami saya ada di rumah, sedangkan saya sekarang ada di kampung orang. gimana ceritanya??" kata Fany

"Tapi lu bener deh keliatan ceria banget malam ini" kata Vanessa

"kalian mau tau banget ya?? gw abis penerbangan ini, jadwalnya libur di tambah lagi gw di izinkan cuti dan artinya gw mau jalan-jalan, mau liburan bareng suami gw" kata Fany

"kirain apa, itu sih gw udah biasa Fan..." kata Vanessa

"yaitu lu... gw mana pernah liburan waktu jadwal lagi padat-padatnya" kata Fany

Penumpang sudah memasuki pesawat, Fany berangkat ke tempat penumpang untuk menyambut para penumpang dan melayani seperti biasa. Lalu tak lama setelah penumpang sudah masuk ke dalam pesawat, pesawat itu lepas landas.

Pesawat akan sampai di bandara kota tujuan sekitar 2 jam saja. dan artinya pesawat akan turun mungkin tengah malam menjelang subuh. banyak penumpang menggunakan perjalanannya di pakai untuk beristirahat. hanya beberapa orang saja yang masih membuka matanya dan beraktivitas seperti mendengarkan musik, atau sekedar melihat suasana di langit lewat jendela pesawat.

"mbak..." Fany mendengar panggilan dari seorang penumpang pesawat. Fany bertanya-tanya apakah panggilan itu untuk dirinya. "mbak" Fany mendengar kembali teriakan itu. dia menoleh ke arah belakang. dan ya benar saja seorang penumpang pesawat memanggil dirinya, dan meminta bantuan. Fany melihat sosok penumpang itu, seorang pria yang sangat muda. memang terlihat tampan dan sangat santai sekali.

"iya mas... ada yang bisa di bantu??" kata Fany sambil menawarkan bantuan

"mbak... apakah ada minuman yang bisa menghangatkan badan saya?? saya kedinginan" kata pemuda itu

"baik mas... paling ada kopi, mas mau??" tanya Fany kembali kepada pemuda itu

"oke boleh" kata pemuda itu

Fany langsung ke pantry untuk mengambilkan secangkir kopi, hal ini sangat biasa dan Fany sudah sering melakukannya. jadi semuanya tidak ada masalah untuknya.

Kopi sudah di buatkan oleh Fany artinya waktunya untuk memberikan kepada pemuda tersebut. secangkir kopi itu di taruh di atas baki. Fany membawa kopi itu dengan sangat hati-hati.

Suasana pesawat begitu hening karena seluruh penumpang kebanyakan tertidur, terlihat dari jauh pemuda itu sedang menunggu kopi. Fany mempercepat langkahnya agar bisa cepat sampai kepada pemuda itu. hampir saja sampai ke kursi yang di duduki pemuda itu, tiba-tiba ada sebuah benturan pesawat dan awan sehingga kondisi pesawat itu terguncang. keseimbangan Fany terganggu akibat goncangan itu. Fany yang sedang berjalan membawa kopi seketika kopi itu jatuh kepada pemuda itu, mengenai badan dari pemuda itu.

Pemuda itu menjerit sambil berdiri karena tersiram oleh kopi panas yang di bawa Fany. kejadian itu sangat fatal. pemuda itu marah, dan memaki Fany.

"yang bener dong mbak..." kata pemuda itu

penumpang yang sedang tertidur pun bangun mendengar bentakan yang sangat keras dari pemuda itu. tak terkecuali pramugari yang lain juga ikut melihat ke arah kursi penumpang. dan terlihat Fany sedang di marahi pemuda itu. seluruh pramugari langsung bergerak menuju tempat kejadian. Vanessa mengambil lap lalu di membersihkan tempat duduk pemuda itu.

Vanessa langsung menyuruh pemuda itu untuk pindah tempat duduk yang kosong, karena kursi yang di duduki tadi basah karena tumpahan kopi.

Setelah pemuda itu di pindahkan, Fany kembali mendatangi pemuda itu untuk meminta maaf atas kejadian itu. tapi pemuda itu masih marah kepada Fany lalu dia kembali membentak dan enggan memaafkan kesalahan Fany. bahkan diapun mengancam jika kasus ini akan di laporkan kepada atasannya, dan dia pun mendoakan agar Fany segera di pecat.

Fany mencoba menenangkan pemuda itu, untuk kembali duduk dan berbicara pelan karena khawatir mengganggu penumpang lain.

"mas... sekali lagi saya minta maaf, dan mohon sama mas untuk tetap tenang karena mengganggu kenyamanan orang lain" kata Fany

dan pemuda itu sangat kooperatif, dia duduk dan menarik tangan Fany dengan kuat. Fany pun langsung terseret ke arah kursi pemuda itu. wajahnya Fany tepat berada di wajah pemuda itu. lalu pemuda itu membisikkan kata-kata "siapa nama kamu?? kamu jangan harap bisa kerja lagi di sini"

Pemuda itu memegang gadu Fany sehingga mereka berhadapan dengan sangat dekat dan memperhatikan wajahnya. di saat itu juga Vanessa datang untuk membersihkan pakaian pemuda itu.

"permisi" kata Vanessa

Fany langsung berdiri tegak, dan dia pergi kembali ke area belakang pesawat khusus para pramugari istirahat. kali ini Vanessa yang menghandle kasus ini. dengan di tangannya lap khusus untuk membersihkan baju pemuda itu. Vanessa menatap ke arah wajah pemuda itu, begitu juga pemuda itu menatap kepada wajah Vanessa. dalam hati Vanessa berbisik "keren juga pria ini, boleh juga".

"siapa pramugari itu?" tanya pemuda itu kepada Vanessa

"oh... dia Fany" jawab Vanessa

"saya minta no telepon dia??" kata pemuda itu dengan nada yang masih marah

lalu Vanessa menanyakan kembali kepada pemuda itu, "maaf... untuk apa ya??"

"masalah ini masih belum beres, saya akan membuat perhitungan dengan dia" kata pemuda itu

Sadar akan masalah yang di alami Fany cukup besar Vanessa enggan memberikan no telepon. lalu pemuda itu menanyakan kembali.

"kamu dekat dengan dia??" kata pemuda itu

"iya... cukup dekat" kata Vanessa yang menjawab seadanya

"apa kamu pernah melakukan kasus seperti ini??" kata pemuda itu

"tidak pernah" kata Vanessa

"oh... pasti kamu karyawan yang baik, senang bertemu denganmu" kata pemuda itu

"ya semoga saja, terimakasih" kata Vanessa

Karena di rasa pekerjaannya sudah selesai Vanessa hendak kembali ke tempatnya. tapi tangan Vanessa di tahan oleh pemuda itu.

"sorry... siapa nama kamu??" tanya pemuda itu

dengan sontak Vanessa membalikan badannya karena tangannya ke tarik, dan Vanessa kaget dengan hal itu. di samping kaget juga dia merasa berharap lebih kenal dengan pria muda itu, tidak lama Vanessa memperkenalkan dirinya "saya Vanessa, jika mas butuh sesuatu bisa langsung sama saya"

Pria itu langsung menjabat tangan Vanessa, dan memperkenalkan dirinya "saya Evan, saya harap kita masih bisa ngobrol lagi"

Mendengar kata-kata itu Vanessa tersenyum, dia langsung kembali berjalan ke pantry. setelah sampai pantry, Vanessa membawa sebuah tissue dan mengeluarkan sebuah ballpoint dari saku kemejanya. lalu menuliskan sesuatu di tissue itu. hal itu di lihat oleh Fany. dan Fany pun sempat bertanya kepada Vanessa.

"beb... ngapain??" kata Fany

seperti kebingungan Vanessa menjawab pertanyaan dari Fany, dia agak terbata-bata dalam menjawab "ah engga ini" jawab Vanessa.

"ini apa??" kata Fany

"ini... pria itu menjengkelkan, dia meminta tissue" kata Vanessa

"kamu jangan macam-macam sama penumpang kita, itu hal biasa" kata Fany

Tapi Vanessa langsung pergi meninggalkan Fany dari pantry, dan berjalan sangat cepat ke arah pria itu. lalu di depan Evan, Vanessa membungkuk sampai mulut Vanessa tepat berada di kuping Evan. dan tangan Evan yang sedang di letakkan di kursi penumpang, di berikan tissue yang tadi sudah di coret-coret oleh Vanessa.

Di kejauhan Fany melihat kelakuan Vanessa, dan Fany khawatir kepada Vanessa. takut Vanessa terjadi masalah dengan pria itu. dia melaporkan kepada pihak maskapai lalu terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Pada saat Vanessa memberikan sesuatu ke tangan Evan, Evan pun kaget ada apa ini?? dan mendengar bisikan dari Vanessa yaitu "buka ajah". Evan yang tangannya masih mengepal sebuah tissue, perlahan membuka kepalan itu dan melihat apa yang ada di dalam tissue tersebut.

Setelah melakukan itu semua Vanessa kembali ke pantry dan beristirahat. lalu Fany mendatangi Vanessa, dan menanyakan apa yang sudah dia lakukan kepada Evan.

"hei... apa yang kamu lakukan sama dia??" kata Fany

"ah... engga, aku hanya ngasih kejutan kecil ajah sama dia??" kata Vanessa

"kejutan apa?? Vanessa dengar aku ga mau terjadi sesuatu sama kamu" kata Fany

"ya ampun cin... cowok ganteng kaya gitu sedikit di mainkan lah, jangan polos amat. tenang saja gw akan baik-baik saja" kata Vanessa

"tapi beb... lue" perkataan Fany di tutup oleh tangan Vanessa

"dasar emak-emak cerewetnya sama kaya ibu gw tau ga??" kata Vanessa

"iya kan gw cuman lue takut gimana-gimana" kata Fany

"ya udah, kita udah mau sampai nih... mending lue siap-siap kasih informasi kepada penumpang, dan sedikit lagi kita mendarat" kata Vanessa

"ya udah lah, yang penting gw udah kasih tau lue" kata Fany

"iya... iya santai ajah" kata Vanessa

Evan melihat apa yang di berikan Vanessa kepadanya, saat dia membuka kepalan tangannya, dia hanya melihat seutas tissue. Dan Evan kembali membuka lipatan tissue itu, ternyata ada 2 urutan no seperti no handphone. Evan telah mengira no yang paling atas adalah no Fany dan di bawahnya no dia sendiri. hal itu bukti bahwa Fany bisa di ajak kerjasama. Evan pun tersenyum dengan licik.

Saat pesawat akan mendarat, Fany memberitahu kepada penumpang untuk bersiap-siap dan memakai sabuk pengaman. tetapi lagi-lagi Evan membuat onar, dia menghiraukan informasi yang di berikan oleh Fany. bukannya memakai sabuk pengaman dia malah berdiri dan akan keluar dari tempat duduknya itu. dan Fany semakin jengkel dengan kelakuan Evan, Fany menegur Evan untuk duduk dan memakai sabuk pengamannya.

"mas... yang berada di tempat duduk no 59 mohon kembali duduk, dan memakai sabuk pengamannya karena pesawat akan mendarat" kata Fany

tapi Evan cuek dan tetap berdiri, melihat kondisi dalam bahaya Fany sigap mendatangi Evan. tetapi sudah dekat Evan hak sepatu Fany tersangkut di karpet pesawat. dan Fany pun tersungkur sehingga terjadi Fany memeluk Evan. hal itu membuat kaget Fany.

"weis... santai dong mbak" kata Evan

Penumpang yang berada di pesawat itu bersorak ramai, dan Fany pun sangat malu dengan kejadian itu. lalu Fany berdiri dengan wajah yang kemerah-merahan.

"oke... mas, mas mau kemana pesawat akan mendarat??" kata Fany bertanya kepada Evan

"saya mau pindah ke tempat duduk saya semula, barang-barang saya semuanya ada di sana" kata Evan

Dengan rasa malu Fany membantu Evan untuk pindah tempat ke kursi semula dia duduk. setelah selesai itu semua, Fany kembali ke ruang tempat informasi. dan duduk di sana. perasaan Fany yang asalnya berangkat sangat ceria tiba-tiba dia sangat bersedih dan malu, baru kali ini kejadian seperti ini. sejenak Fany menangis sambil duduk dan pesawat mendarat dengan selamat.

Karena kondisi mental yang sangat drop, Fany hanya diam di area belakang tidak ikut membantu penumpang turun dari pesawat. setelah semuanya usai, Fany dengan segera meninggalkan pekerjaan dan membawa barang bawaan nya. Fany meninggal teman yang lainnya. termasuk sahabatnya Vanessa. jalan Fany sangat cepat, sambil menutup mulut dan hidung nya dengan keadaan menangis.

Entah semalam mimpi apa?? sampai kejadian seperti ini. tidak sampai di situ, ternyata Evan tidak berangkat sendirian. tempat duduk sebelah Evan ternyata masih satu kelompok dengan Evan. mereka mendatangi kantor dimana tempat untuk melakukan pengaduan. Fany sudah menebak kejadian ini. dia akan mendapatkan masalah yang sangat besar. ya mungkin Fany bisa kehilangan pekerjaan yang sangat di cintainya ini.

Fany bersembunyi, sambil menunggu suaminya menjemput dia masuk dulu ke food court bandara. dia membeli sebotol minuman dan sebungkus rokok. sejenak dia menenangkan dirinya. tak lama kemudian Evan dan kelompoknya datang juga ke sebuah food court. pandangan Evan fokus kepada Fany. hal itu membuat Fany kembali tidak nyaman. lalu Fany mematikan rokoknya, dan pergi ke luar food court. Fany melihat pesan WhatsApp bahwa suaminya baru saja sampai di tempat parkir mobil. suaminya mengabarkan kepada Fany bahwa di luar hujan, dan meminta Fany menunggu di dalam. karena di dalam banyak sekali penumpang yang ada di pesawat tadi, Fany menjadi sorot perhatian mereka dan Fany memutuskan untuk langsung berjalan dengan cepat menuju tempat penjemputan. Fany menunggu suaminya di tempat penjemputan, sambil melirik kanan dan kiri karena dia masih trauma kejadian di pesawat tadi.

Cinta Dan Kecewa

Tak lama setelah Fany keluar dari food court Vanessa datang ke food court untuk bertemu dengan Evan.

Evan terlihat duduk sendiri, sementara yang lainnya duduk berbeda meja. Vanessa belum tau kalo Evan bersama kelompoknya. Vanessa hanya tau bahwa dia pergi sendiri.

Saat Vanessa tiba di food court, Vanessa langsung menghampiri Evan yang sudah duduk menunggu.

"hai..." sapa Vanessa

"hai... sudah beres kerjanya??" kata Evan

"ya... semuanya sudah beres" kata Vanessa

"oke kalo begitu, sekarang santi kah??" kata Evan

"ya... beginilah, biasanya kalo beres jam segini saya langsung pulang dan beristirahat" kata Vanessa

"oke... pulang sama siapa??" kata Evan

"biasanya sih pulang sama sopir..." kata Vanessa

"oh oke" kata Evan

"supir taksi" kata Vanessa

"hah?? maksudnya??" kata Evan

"aku tinggal di kota Castela, di sini aku tinggal di mess dekat-dekat sini. besok siang aku masih ada jadwal penerbangan, kebetulan besok terbang ke Castela. ya sekalian pulang" kata Vanessa

"ya... ya... aku mengerti bagaimana dunia penerbangan, untuk perkenalan kita aku mau ngasih kamu oleh-oleh buat kamu pulang" kata Evan

"em... oleh-oleh apaan?? ini bukan yang pertama kalinya loh aku datang ke sini" kata Vanessa

"ya sudah ku duga, tapi kalo aku ajak kamu ke sebuah tempat bagaimana??" kata Evan

"kemana?? puncak Casia?? kebetulan aku pernah kesana" kata Vanessa

"sebuah tempat yang kamu belum pernah merasakan, dan akan menjadi kenangan kita berdua" kata Evan

"tapi bukan area pegunungan kan?? aku rasa jika datang ke sana aku ga sanggup. soalnya dingin banget malam ini" kata Vanessa

"mungkin kalo ajak kamu kesana, waktu mu tidak akan cukup. kamu harus istirahat bukan??" kata Evan

Ajakan Evan membuat Vanessa sangat penasaran, ternyata dia ga salah pilih cowok. selain keren dia juga pandai membuat surprise. hati Vanessa sangat berdebar, tapi dia masih jual mahal kepada Evan. Di tambah lagi Evan orangnya sangat pengertian. Kini Vanessa meyakinkan dirinya untuk mau ajakan dari Evan.

"mau berangkat sekarang??" tanya Vanessa

"baiklah... kita berangkat sekarang" kata Evan

"oke... sebentar saya ke toilet dulu" kata Vanessa

Vanessa siap pergi dengan Evan, dan di tempat lain Fany yang berada di ruang tunggu suaminya datang untuk menjemput. Saat dia melihat suaminya, Fany langsung memeluknya dalam keadaan menangis.

"sayang... kamu kenapa??" tanya suaminya yang bernama Riko

"ayo cepetan pulang " kata Vanessa

Vanessa tidak menjawab saat di tanya oleh suaminya, dia memilih menyimpan terlebih dahulu cerita kejadian tadi saat penerbangan.

"ya udah yuk kita pulang" kata Riko

Riko dan Fany menuju parkiran mobil, sesampainya di mobil, Riko menyalakan mobil dan berjalan ke luar bandara. merasa ada yang aneh pada istrinya dia tampak terlihat bersedih. tak mau melihat istrinya di rendung kesedihan Riko mencoba bertanya tentang masalahnya dan mencoba sambil menghibur, agar Fany ga sedih lagi.

"sayang... kamu sedih banget, kenapa sih??" kata Riko

"penumpang kurang ajar" kata Fany

"penumpang yang mana?? emang dia ngapain kamu??" kata Riko

"dia maki-maki aku, gara-gara kopi yang aku bawa tumpah ke badan dia" kata Fany

"terus kenapa dia sampai maki-maki kamu??" kata Riko

"ya itu dia... padahal aku udah minta maaf, pokoknya bikin jengkel banget" kata Fany

"ya ampun... kurang ajar banget, kalo aku ada di situ aku hajar juga orang itu" kata Riko

setelah bercerita Fany berdiam diri, dia menghapus air matanya. dengan tangan menahan gadu, dan menatap ke jalan mencoba memperbaiki suasana hatinya. sementara Riko yang fokus menyetir mobil, sambil sesekali melihat ke arah istrinya.

Kembali kepada Vanessa dan Evan. kini Vanessa sudah beres di kamar mandi, dan sudah siap untuk berangkat bersama evan. mereka berjalan berdua sambil berdampingan.

"mess kamu di mana ?? apakah jauh dari sini?" tanya Evan

"masih daerah sini, nanti pas keluar lobby tinggal belok kanan. ada bangunan yang warna kuning. itu mess ku" kata Vanessa

"kenapa kamu ga sewa apartemen saja??" kata Evan

"ga perlu mewah-mewah, tinggal di mess juga sudah cukup. asal ada waktu untuk istirahat, ya walaupun satu kamar di isi dengan 2 atau 3 orang" kata Vanessa

"sudah berapa lama kamu jadi pramugari??" kata Evan

"belum sampai satu tahun, aku baru saja. sebenernya cita-cita ku pingin buka usaha. tapi ya modal terbatas di tambah skill yang mungkin perlu proses untuk belajar" kata Vanessa

Evan memandang ke arah Vanessa saat menceritakan semuanya, dan Vanessa melihat gelagat Evan yang terus memperhatikan wajahnya terus. sampai-sampai Vanessa malu di terus oleh Evan.

"kamu jangan ngeliatin aku kaya gitu dong" kata Vanessa

"emangnya kenapa??" kata Evan

"aku jadi malu" kata Vanessa sambil menundukkan kepalanya karena malu

Rambutnya yang panjang dan menutupi wajah Vanessa saat menunduk. Evan selalu berusaha untuk melihat wajah Vanessa. tangan Evan menyingkirkan rambut Vanessa yang terurai di simpannya ke telinga Vanessa, agar Evan selalu bisa melihat Vanessa.

"apa sih Evan" kata Vanessa sambil tersenyum malu

"kamu kaya orang bule" kata Evan

"kamu mengejek cat rambut aku kan??" kata Vanessa

"wanita secantik kamu siapa yang mau jelek-jelekin sih" kata Evan

Vanessa tersenyum. Dan sampailah di tempat parkir, mobil yang mereka naiki sudah berada tepat di hadapannya. Vanessa mengira Evan yang akan membawa mobil itu. tiba-tiba dua orang pria yang tadi berjalan di belakang mereka mendahului mereka.

Mereka masuk duluan ke dalam mobil, dan duduk di kursi depan, salah satunya menjadi supir. setelah mereka masuk barulah Evan membukakan pintu belakang mobil dan sambil mempersilahkan Vanessa masuk ke dalam mobil.

Vanessa melihat ke arah Evan, dan masuk ke dalam mobil. di susul Evan masuk juga ke dalam mobil. Vanessa sangat kaget tiba-tiba ada 2 orang pria ikut pergi bersama mereka. dan Vanessa menanyakan soal itu.

"kamu berangkat ga sendiri??" kata Vanessa

"oh ya, kenalkan ini kakak saya Sammy dan ini Jose sahabat saya" kata Evan

"hai..." kata Sammy

"halo " kata Jose

"kenapa kamu baru bilang??" kata Vanessa

"buat apa??" kata Evan

"ih... Evan, aku jadi malu kalo mereka masih keluarga kamu" kata Vanessa

"ga perlu malu, mereka sudah terbiasa. anggap saja mereka tidak ada" kata Evan

"ya tetep ajah, aku kan malu" kata Vanessa

Evan kembali menatap wajah Vanessa, dan tangannya menyentuh wajahnya sambil berkata "wajah kamu lucu, saat malu"

hal itu membuat Vanessa semakin malu di campur bahagia, Evan begitu romantis. Vanessa sangat senang, sekian banyak pria yang mendekati hanya Evan yang paling beda di antara pria lain.

Di tempat lain, Fany dan Riko sudah sampai rumah. dan saat menyalakan lampu rumah terhidang sebuah kue ulang tahun dengan hiasan lilin 29. Fany begitu terkejut melihat itu semua. waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam. sudah masuk hari dimana Fany berulang tahun. dan Riko menjadi orang yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun.

"selamat ulang tahun sayang" kata Riko sambil membawa kue ulang tahun dan menyalakan lilin untuk di tiup oleh Fany

Fany yang asalnya sedang bersedih hati tiba-tiba merasa sangat bahagia

"sayang... sudah hampir 4 tahun kamu setia menemani aku, walaupun kita belum di karuniai seorang anak. aku cuman bisa kasih ini" kata Riko

"honey... ini udah lebih dari cukup, pengorbanan kamu sama aku udah jadi hadiah terindah. honey... maafin aku ya, kamu sering di tinggalin sendiri di rumah" kata Fany

"sayang... penghasilan aku mungkin buat kita hidup, sudah lebih dari cukup. aku sedih banget saat kamu cerita tentang kerjaan kamu tadi. alangkah baiknya kamu istirahat ajah di rumah. biar aku ajah yang kerja. itu juga kalo kamu mau" kata Riko

"honey... mungkin kali ini saatnya aku fokus ngurusin kamu, aku mau kok berhenti kerja. ya walaupun emang kerjaan aku cita-cita sejak aku kecil. tapi buat aku kamu yang lebih berarti" kata Fany

"oh iya sayang... satu lagi, aku punya hadiah buat kamu. mungkin harganya tidak sebanding dengan pengorbanan kamu sama aku. maafin aku cuman bisa ngasih ini" kata Riko

Fany langsung membuka kado yang di berikan Riko, dan saat di buka sebuah handphone baru. Fany sangat senang, dan meneteskan air matanya. Fany sangat terharu dengan surprise yang di berikan oleh Riko.

"makasih banget loh, kamu ini bisa ajah bikin aku terharu" kata Fany

"jadi kamu ga sedih lagi kan" kata Riko

"ih... i love you honey" kata Fany sambil memeluk Riko

"love you to" kata Riko

Setelah beberapa menit mereka berpelukan mereka kembali berkomunikasi, dengan posisi tangan Fany memegang pundak Riko sambil berdiri dan Riko memegang pinggang Fany, sama-sama masih dalam kondisi berdiri.

"sayang... setelah aku cari tau, mungkin kamu ga hamil karena kecapean banyak kerja. aku harap setelah kamu berhenti kerja kita bisa punya anak" kata Riko

"iya aku juga kepikiran seperti itu, makanya aku mau ninggalin kerja aku buat kamu" kata Fany

saat Fany berhenti berbicara, Riko mencium bibir Fany. lalu mereka berhenti sejenak sambil saling bertatapan. lalu Riko mencium kembali bibir Fany. dan setelah itu Fany merasakan kelembutan dari ciuman Riko. kali ini Fany membalas ciuman Riko. dan merekapun berciuman.

Gejolak nafsu mereka saling memuncak tatkala mereka menikmati keromantisan mereka. dan mulailah Riko menjelajahi bagian atas tubuh Fany, hisapan Riko di leher membuat Fany semakin bergairah. Fany memeluk Riko dengan erat. tangan Riko mencari titik kenikmatan yang di rasakan oleh Fany. hal itu membuat Fany tak berdaya. ******* Fany mulai terdengar oleh Riko. Riko semakin tertarik dan melepaskan baju Fany. tak mau kalah oleh suaminya Fany langsung melepaskan celana Riko, posisi Fany dalam keadaan jongkok dan bersiap menghisap bagian Riko. saat Fany memegangnya dan akan menghisapnya terdengar bunyi telepon di handphone Riko. dan Fany langsung terdiam.

Fany mengeluarkan handphone suaminya itu dari saku celana Riko. dan handphone itu di berikan kepada Riko. dengan sangat kesal Riko harus mengangkat telepon itu, karena saat di lihat kontaknya ternyata pak Hermawan sahabat dari Riko.

"halo..." saut Riko di telepon

Riko sangat kaget, ketika Hermawan langsung marah-marah kepadanya.

"Riko... apa yang kamu mau?? bertahun-tahun aku mempercayaimu tapi begini balasan mu" kata Hermawan

mendengar pembicaraan itu sangat serius, Riko menyuruh istrinya untuk menunggu di kamar. dan Fany pun menuruti perintah suaminya itu. Fany langsung pergi ke kamar menunggu Riko menelepon.

"bentar boss... ini ada apa saya ga ngerti??" kata Riko

"udah lah Riko jangan bertele-tele, kamu ga nyadar kalo keluarga kamu itu aku yang tanggung, gaji mu mana cukup buat nutup kehidupan istri kamu yang mewah itu" kata Hermawan

"gini boss... aku beneran ga ngerti apa yang kamu maksud??cerita lah pelan-pelan jangan sambil marah-marah gitu" kata Riko

"oke... sekertaris ku tadi ngasih laporan, pengeluaran pajak sangat besar. dan itu sesuai dengan omset yang aku terima, lalu siapa lagi yang melaporkan omset perusahaan kalo bukan kamu" kata Hermawan

"bentar boss... saya ga sama sekali melakukan itu, saya berani mati melakukan hal itu" kata Riko

"mana ada maling ngaku, siapa lagi yang tau omset perusahaan aku sebenarnya selain kamu" kata Hermawan

"baik... besok pagi saya akan mencarinya, aku akan urusin dan usut sampai tuntas" kata Riko

"oke... saya tunggu 2x24 jam kalo belum beres juga, jangan harap kamu dapat persentase dari aku. ingat biaya istri mu tidak akan cukup dengan gaji mu sebagai menteri" kata Hermawan

"baik saya akan langsung bereskan pagi ini juga" kata Riko

"oke saya tunggu hasilnya, selamat malam" kata Hermawan

"ya malam" kata Riko

Kali ini Riko dalam masalah besar, kemungkinan jika masalah itu belum beres, penghasilan dari sampingannya tidak akan dapat. dan bisa saja Riko terseret ke penjara karena memalsukan pajak perusahaan Hermawan.

Dalam kondisi kebingungan Riko masuk ke kamar, dan Fany yang telah menunggu di kamar langsung dengan agresif membelai badan Riko. tapi kali ini Riko menolaknya untuk berhubungan dengan Fany. Fany menanyakan hal yang aneh itu. tidak biasanya suaminya itu menolak berhubungan.

"sayang... aku lagi banyak pikiran, aku lelah. aku mau istirahat dulu" kata Riko sambil berbaring dan menaikan selimut ke atas badannya

"kamu ada masalah apa??" kata Fany

"besok pagi saja ceritanya, kali ini aku capek banget" kata Riko

"ya udah, selamat istirahat" kata Fany sambil mencium kening suaminya

Sikap Riko membuat Fany kecewa, yang terlanjur ingin sekali berhubungan dengan suaminya. dalam pikirannya sangat penat, Fany tidak bisa tidur. dan Fany memutuskan untuk ke kamar mandi.

Fany pun pergi ke kamar mandi, dan melihat dirinya di sebuah cermin. begitu lama dia menatap cermin. dan dia mencium bibir dirinya sendiri di cermin. nafsu Fany kembali menggelora sampai memegang bagian vital tubuhnya, dia duduk di toilet dan melakukannya sendiri. pada akhirnya dia menikmati tubuhnya sendiri, sampai kelelahan sendiri.

Setelah Fany merasa puas, dia kembali ke kamar. baru saja menutup pintu kamar mandi handphonenya berdering.

Terenggut Harta Vanessa

Di mobil Vanessa mencoba mencari tau tentang Evan, menanyakan segala hal pribadinya.

"Van... kerjaan kamu apa sih?? kok, malam gini kamu belum istirahat??" kata Vanessa

Evan terdiam, malah menatapi wajah Vanessa. perasaan Vanessa semakin berdebar ketika di pandang terus oleh Evan. tak lama kemudian Evan menjawab, sambil tangannya menyentuh pipi dari Vanessa

"aku keliaran jam segini demi kamu, takut malam yang indah kehilangan momen bersama kamu. tapi sekarang aku bahagia, ketakutan itu sudah tidak ada lagi" kata Evan

Di jawab seperti itu, hati Vanessa semakin meleleh. wajah Evan mendekat kepada wajah Vanessa. tangan Vanessa gemetar dan merasa panas, padahal cuacanya sangat dingin.

"kenapa tangan kamu gemetaran??" kata Evan

"ih... apa, engga ah" kata Vanessa

"santai ajah, kita nikmatin malam ini" kata Evan

Vanessa hanya diam saja, dan wajah Evan semakin mendekat kepada wajah Vanessa. Vanessa semakin tegang, dan apa yang harus dia perbuat. dan akhirnya Evan mencium bibir Vanessa. tapi apa yang di rasakan Vanessa ini terlalu dini. Vanessa tidak membalas ciuman Evan, tapi dia mendorong dengan halus badan Evan dan menolak secara baik-baik.

"Van... apa ini ga kecepatan ya??" kata Vanessa

"engga, ini sungguh alami, cepat atau lambat perasaan ini akan tumbuh dan terus tumbuh" kata Evan

"maksud aku... aku pingin mengenal lebih dekat dulu" kata Vanessa

"memangnya kenapa dengan aku?? aku terlihat orang yang jahat ya??" kata Evan

"maksud aku bukan begitu, aku ga suka sama cowok yang terlalu agresif" kata Vanessa

"hahahaha " Evan tertawa, ternyata Vanessa begitu polos. tidak seperti yang dia bayangkan, wanita secantik dia benar-benar polos

"kamu kok ketawa??" tanya Vanessa dengan nada jutek

"engga... sorry... sorry kelepasan" kata Evan

"sorry kenapa??" kata Vanessa yang masih jutek

"iya... sorry, aku terlalu agresif. ya gimana lagi kamu terlalu cantik buat aku" kata Evan

"oh.. oke, kalo gitu" kata Vanessa dan kembali tersenyum

Vanessa melamun sambil melihat ke jalan, hatinya merasa tak karuan. di sisi lain Vanessa suka kepada Evan. tapi Evan begitu terlalu terburu-buru menjalani hubungannya. Vanessa kurang suka dengan caranya dia. tapi Evan sudah meminta maaf kepada Vanessa, bahwa dia akan memperbaiki sikapnya. dan Vanessa berharap Evan bisa berubah sesuai kriterianya dia.

"hey... kok melamun" kata Evan

"ah... engga, mungkin aku ngantuk ajah. sebenernya kita mau kemana sih??" kata Vanessa

"em...." Evan belum bisa menjawab sambil melihat ke kanan dan ke kiri, dan dia melihat sudah sampai ke tempat tujuan

"nah... ini dia udah nyampe" kata Evan

"what?? kamu ngajak aku ke sini??" kata Vanessa dengan sangat kaget

"iya kenapa emang??" kata Evan

"ini tempat hiburan yang waw seumur hidup aku, aku ga akan bisa datang ke sini" kata Vanessa

"kamu terlalu berlebihan, ini tempat biasa lagi" kata Evan

"sumpah... aku benar-benar kaya mimpi" kata Vanessa

"yuk turun" kata Evan

Dan Vanessa pun turun dari mobil, dia melihat sekelilingnya bangunan yang sangat tinggi, tempat permainan yang sangat keren bahkan tak semua orang bisa datang ke sini. tamannya begitu menakjubkan. dan lantainya terbuat dari kaca, di bawahnya terdapat kolam ikan. sehingga saat berjalan bisa melihat banyak ikan hias. dan saat melangkah lantainya pun seperti menyala mengikuti langkah kita.

Vanessa melihat kanan dan kiri, banyak sekali permainan seperti roller coaster yang sangat tinggi, wahana boneka dan rumah hantu yang sangat keren. Evan mengajak Vanessa ke salah satu wahana. dan yang pertama kali dia naik adalah roller coaster. saat menaiki roller coaster Vanessa begitu ketakutan. dia berteriak sambil tertawa bahagia. tangannya memegang erat kepada tangan Evan.

Sudah menaiki wahana yang pertama Vanessa tertawa-tawa bahagia, lalu Vanessa mengajak Evan dan menyuruh Evan menantang sebuah permainan. dimana permainan itu sangat mudah. menembakan busur panah ke sebuah target. dan Evan sangat terlatih dengan permainan itu. dia berhasil memenangkan permainannya. Vanessa sangat kagum kepada Evan ternyata dia hebat juga. dan penjaga wahana itu memberikan hadiah sebuah boneka yang sangat lucu. boneka itu kemudian di berikan kepada Vanessa. hati Vanessa begitu gembira saat di berikan boneka oleh Evan.

Kali ini giliran Evan yang memilih wahana, Evan memilih rumah hantu. karena Vanessa sangat takut sekali dengan rumah hantu. Vanessa ga mau dia ajak Evan masuk ke wahana itu. tapi Evan tetap memaksa. sampai pada akhirnya Evan memegang erat tangan Vanessa. dia merasakan kenyamanan saat di pegang oleh Evan. dan akhirnya Vanessa mau masuk ke wahana rumah hantu.

"Van... aku sangat takut" kata Vanessa

"santai ajah kan ada aku" kata Evan

Mereka pun masuk ke dalam wahana rumah hantu, baru beberapa langkah saja Vanessa sudah di kejutkan oleh sebuah tangan yang tergeletak di hadapannya. sontak Vanessa kaget dan berteriak memeluk Evan. Evan hanya menertawakan rasa takut yang di alami oleh Vanessa. karena Evan sudah tau rute perjalanan wahana itu, dia lari meninggalkan Vanessa di dalam sendiri. bukannya Vanessa ikut berlari sama Evan dia malah jongkok dan menangis sambil ketakutan.

Vanessa agak lama di dalam, dan dia pun di bantu oleh pihak keamanan wahana untuk keluar dari wahana tersebut. Vanessa sangat marah sekali dan dia menangis, tapi Evan terus merayunya kembali. sampai Vanessa merasa baik. dia hadiahkan sebuah eskrim yang sangat enak dan juga mahal. Vanessa baru merasakan es krim tersebut. dan dia kembali tersenyum.

Perasaan Vanessa kali ini dia semakin cinta. dia pandai membuat hati Vanessa sedang bahagia di buatnya marah lalu di buatnya bahagia. Vanessa menilai Evan adalah sosok lelaki yang sangat bertanggung jawab. tak sabar Vanessa ingin di lamar olehnya.

Lalu Vanessa mengajak Evan masuk ke wahana boneka, di dalam sana Vanessa banyak bercerita tentang kehidupannya, bahkan sampai keluarganya. Vanessa semakin merasa nyaman dengan Evan. dia tak mau jauh dari Evan.

Waktu semakin menjelang pagi. mereka sudah lelah, Evan mengajak Vanessa untuk makan malam. dia mengajak ke sebuah restoran yang suasananya sangat romantis. Vanessa sangat menyukai restoran tersebut. keduanya memesan steak, namun Evan memesan minuman beralkohol. Vanessa melarangnya namun Evan tetap pesan. karena Vanessa tidak punya kekuatan untuk mencegahnya. Evan yang bayar, jadi Vanessa menganggap terserah dia, mau pesan apa.

Pada saat makan mereka bercerita kembali. saling berpegangan tangan. dan sesudah menu hidangan utama habis, Evan langsung meminum minuman beralkohol itu.

"kamu mau coba??" kata Evan

"enggak... aku ga suka minum seperti itu" kata Vanessa

"emang ini minuman apaan?? aku pesan sengaja loh biar badan kita hangat, cuaca lagi dingin dan ga masuk angin. mending kamu minum deh, besok kan kamu harus kerja" kata Evan

Vanessa awalnya tak percaya, dan tetap menolak meminumnya. "engga usah aku ini ajah" kata Vanessa sambil menunjuk minuman jusnya.

"oke... mungkin kamu baru tau, memang ini minuman beralkohol. tapi asal kamu tau ajah, lihat di menu harganya. itu beda yang di sediakan di warung biasa. kalo yang di warung mah emang iya, rasanya agak aneh" kata Evan

setelah di lihat memang mahal, dan Vanessa penasaran ingin mencobanya. Vanessa pun menuangkan minuman itu lalu di minumnya, Vanessa malah batuk-batuk dan sangat panas ke tenggorokan.

"ya ampun... pelan-pelan dong minumnya, nikmatin rasa buahnya. nanti bakal anget loh ke tubuh" kata Evan

"oh gitu ya minumnya" kata Vanessa

Vanessa kembali mencobanya, kali ini dia sedikit-sedikit. dan Vanessa merasa ketagihan. sudah hampir 4 gelas Vanessa meminumnya. badannya sudah terasa panas. sedikit matanya aga buram, di tambah gairah ingin berhubungan muncul.

"oke... oke... kamu terlalu banyak buat pemula. kita pulang yuk" kata Evan

"oh... iya, tapi Van aku agak kunang-kunang ya?? apa lagi gempa gitu??" kata Vanessa

"kamu kenapa?? ya udah kita pulang kamu udah capek" kata Evan

"ya udah" kata Vanessa

Mereka langsung pergi ke mobil untuk pulang, di dalam mobil Vanessa sangat lemas. tapi Evan terus mengajak ngobrol sambil rambutnya Vanessa pun di belai. dan Evan kembali mencium bibir Vanessa. kali ini Vanessa membalas ciuman Evan. Vanessa begitu menikmati ciuman Evan walaupun dalam kondisi setengah sadar, akibat minuman tadi, bagian tubuh paling menonjol di remas oleh Evan. dan Vanessa semakin merasa nikmat. kejadian itu tidak lama, karena keburu sampai di sebuah hotel.

"ini di mana lagi??" kata Vanessa

"aku pesankan kamu hotel untuk beristirahat, daripada kamu tinggal di mess" kata Evan

Tak banyak bicara Evan dan Vanessa check ini di sebuah hotel mewah, sesampainya di kamar Vanessa duduk di tempat tidur.

"Vanessa... hari sudah hampir pagi, aku pulang dulu" kata Evan

saat Evan hendak pulang, Vanessa menahannya. "kamu jangan pergi, aku masih kangen sama kamu" kata Vanessa

"nanti kita bertemu lagi" kata Evan

Dan ternyata itu hanya strategi Evan saja, sebenarnya kamar itu khusus di pesan oleh Evan untuk berdua. dan hasilnya Vanessa tak mau di tinggalkan oleh Evan.

"kamu di sini ajah temenin aku" kata Vanessa

Tak lama Evan kembali mencium bibir Vanessa, mereka berciuman dan berguling di tempat tidur. saat ini posisi Vanessa tertindih oleh Evan. Evan mulai membuka kancing baju Vanessa dan menghisap di dalam bajunya. hal ini baru di rasakan Vanessa. dia sangat mendesah. dan Evan mengangkat rok Vanessa sehingga yang ada di dalamnya terlihat dan teraba oleh Evan.

Evan tau, bahwa Vanessa masih perawan. dan Evan menanyakan hal itu kepada Vanessa. "kamu masih perawan??" kata Evan

Vanessa tidak menjawabnya, dia menarik kepala Evan dan menciumnya. tangan Vanessa bergerak kebawah dan membuka celana Evan. sejenak mereka saling memandang. dan Evan kembali bertanya "kamu sudah siap??"

"iya aku sangat siap??" kata Vanessa

Evan mulai membuka keperawanan Vanessa dengan alatnya, dan Vanessa menjerit sangat keras. "aaawww...." bukannya Evan berhenti tapi Evan meneruskan hal itu. semakin cepat Evan bergerak.

Tangan Vanessa menggenggam kain dan selimut sangat kencang sambil berkata "udah cukup Van". tapi Evan masih terus bergerak, tak henti-hentinya Vanessa meminta berhenti. malah Evan kembali meremas bagian tubuh atasnya. kali ini Vanessa meminta berhenti sambil menangis "evan udah".

Kejadian itu berjalan selama 30 menit, dan setelah Evan puas, Evan berhenti. tapi Vanessa malah menangis. Evan yang kelelahan dia tidur berbaring. sementara itu Vanessa membelakangi Evan sambil menangis. melihat Vanessa menangis Evan memeluk Vanessa dari belakang.

"udah... tenang ajah" kata Evan

Vanessa tetap menangis, dan Evan kembali merayu "denger... mungkin nanti hal ini akan terbiasa, aku cukup senang bersama kamu. aku harap kita akan terus bersama" kata Evan

Vanessa tak berkata-kata dia hanya menggenggam tangan dan mencium tangan Evan sambil menangis. lama kelamaan, Vanessa tertidur. saat melihat Vanessa tertidur, Evan langsung memakai kembali pakaiannya.

Evan langsung mengambil handphonenya, dan menghubungi ke no Fany yang sudah di tulis di sebuah tissue oleh Vanessa.

Fany yang habis masturbasi dari kamar mandi, mendengar sebuah panggilan telepon. dan Fany mengangkat panggilan tersebut.

"halo..." kata Fany

"halo sayang, masih ingat aku ga??" kata Evan

Fany tidak tau siapa yang menelepon dia, orang ga jelas tiba-tiba dia di panggil sayang, sontak hal itu memancing kemarahan Fany

"hey... kamu siapa??" kata Fany

"masa sih ga kenal, baru ajah kita ketemu" kata Evan

"sorry saya ga kenal kamu, lagian ngapain kamu nelepon malam-malam gini" kata Fany

"ya ampun aslinya galak banget ya, engga... kali ajah kamu mau butuh ngobrol. aku mau temenin kamu" kata Evan

Fany tak mau berdebat, dia langsung menutup panggilan tersebut dan berkata "sialan"

Kata itu terdengar oleh suaminya, dia langsung kembali terbangun, dan menanyakan hal itu.

"kenapa sayang?? kamu marah-marah gitu" kata Riko

"engga... tadi ada orang nelepon ke handphone ku, tapi kayanya salah sambung" kata Fany

"apa?? masa jam segini ada yang menelepon sih?? ga ada kerjaan banget tuh orang" kata Riko

Fany yang sedikit kesal sama Riko, perasaan Fany semakin kesal. dan akhirnya marah-marah kepada Riko.

"mana aku tau, namanya juga salah sambung" kata Fany dengan kesal, dan tidur di tempat tidur sambil menarik selimutnya dan mencoba untuk tidur.

Di sisi lain Evan yang tidak terima atas perlakuan dari Fany, dia berbicara sama ayahnya lewat telepon.

"halo nak... ada apa malam-malam gini kamu nelepon??" kata pak Hermawan

Pak Hermawan yang bermasalah dengan Riko karena omset aslinya di bocorkan, ternyata adalah ayahnya Evan

"pah... saya ingin pramugari yang di kota airline itu, namanya Fany yang tadi terbang pesawat Boeing 708 saya minta dia ga lagi kerja di sana" kata Evan

"memangnya kenapa?? kamu udah nyampe di castelia??" kata Hermawan

"iya aku bentar lagi nyampe, kurang ajar pah... dia nyiram aku pake kopi. panas kan badan aku" kata Evan

"kurang ajar... kenapa kamu ga bilang langsung sama papah, oke besok pagi papah akan bicara sama pemilik kota airline" kata Hermawan

"baik pah... makasih loh" kata Evan

"ya udah kamu cepetan pulang" kata Hermawan

"iya pah... besok pagi kayanya, aku tidur di hotel dulu" kata Evan

"ya udah, bye" kata Hermawan

"bye....!!" kata Evan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!