NovelToon NovelToon

Gadis Pemuas Tuan Theodor Oliver

Bab 1 Gadis Pemuas Tuan Theodor Oliver

"Minggu depan putra ku akan pindah ke sini, jadi aku minta kau yang akan mengurus semua keperluannya. Atau lebih tepatnya kau akan ikut tinggal di apartemen putra ku."

Permintaan sekaligus perintah dari Nyonya Mireya pada Gadis. Gadis sudah enam tahun terakhir ini mengabdikan hidupnya pada keluarga besar Fidal.

Di mulai sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Karena melanjutkan pekerjaan dari ibunya yang sudah meninggal.

"Baik, Nyonya Mireya."

Gadis selalu menyanggupi apa pun yang diperintahkan padanya, karena memang yang selama ini ibunya ajarkan padanya.

"Semua sudah tertulis di sini untuk pekerjaan yang bisa kau lakukan. Kau bisa mempelajarinya saat sudah pulang kuliah."

Ya, saat ini Gadis duduk di bangku kuliah semester 6. Itu pun karena kerja kerasnya selama ikut bekerja pada keluarga Fidal. Mungkin ini juga salah satu alasan yang menjadikan Gadis tidak pernah bisa menolak pekerjaan yang diperintahkan untuknya.

"Sekarang pergi lah ke kampus!. Nanti kau bisa terlambat. Aku tidak ingin kau mendapatkan nilai jelek karena tidak disiplin datang tepat waktu."

Nyonya Mireya sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan itu dia terapkan pada semua anggota keluarga besarnya.

"Baik, Nyonya Mireya. Kalau begitu saya pamit berangkat ke kampus."

"Hem..."

Gadis segera meninggalkan ruang makan setelah berpamitan. Dia dengan cepat membuka ponsel pintarnya untuk memesan ojek online langganannya.

Kurang dari lima menit Gadis sudah dibawa pergi oleh ojek online yang dipesannya.

Bekerja menjadi seorang ART tidak menjadikan sosok Gadis, gadis yang murung atau pun minder saat berkumpul bersama teman-teman kampusnya. Justru dia memiliki kebahagian tersendiri yang tidak bisa dinilai dengan apa pun. Karena dirinya bisa membuat kenyang perut mereka yang merupakan teman-teman satu kelasnya dengan sarapan enak yang selalu dibawanya.

Seperti pagi ini, kedatangan Gadis sudah ditunggu oleh beberapa teman pria dan wanita. Sebenarnya bukan Gadis yang mereka tunggu melainkan buah tangan yang selalu dibawa oleh gadis baik hati itu.

"Hore!, itu gadis sudah datang!." Tunjuk Aslan pada sosok Gadis yang baru turun dari ojek.

Riuh tepuk tangan menyambut kedatangan Gadis ditengah-tengah mereka.

Tanpa basa basi lagi Gadis langsung saja memberikan sarapan pagi pada keenam teman-temannya.

"Aku paling suka kalau sarapan pagi kita adalah Churros." Ucap Chika dengan wajah senangnya.

Churros yang dibawa oleh Gadis adalah makanan khas Negara Spanyol. Kenapa dia bisa membawa makanan enak itu?. Ya jawabannya karena majikan tempatnya bekerja adalah asli orang Spanyol yang 10 tahun lalu pindah ke Indonesia karena alasan pekerjaan.

Sejauh ini, apa pun yang di makan oleh majikannya baik sarapan, makan siang dan makan malam, akan sama persis dengan apa yang di makan oleh para ART mereka.

Mungkin ini lah salah satu yang dinamakan dengan memanusiakan manusia.

Sebagian dari teman-teman Gadis belum puas dengan makanan enak yang satu itu, selalu membuat mereka ketagihan akan rasanya. Terlebih mereka bisa mendapatkannya dengan gratis tanpa bayaran sedikit pun yang dipungut oleh Gadis.

Jam pertama kosong karena ternyata dosennya tidak hadir karena alasan sakit. Maka dari itu Gadis menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk belajar. Karena hanya di perpustakaan dia bisa belajar dengan sungguh-sungguh.

Siang ini Gadis pulang lebih cepat setelah mata kuliah pada jam berikutnya sudah selesai.

Rumah keluarga Fidal yang menjadi tujuan utamanya karena Gadis tinggal dan bekerja di rumah tersebut.

Sesampainya di dalam kamar, usai membantu pekerjaan yang lainnya. Gadis membaca satu persatu poin yang harus dikerjakannya di apartemen anak Nyonya Mireya.

Dua Minggu kemudian...

Pagi ini, Gadis sudah berada di apartemen putranya Nyonya Mireya. Dia merapikan semua isi apartemen yang baru dibelinya tiga hari yang lalu. Berdasarkan dari cerita Nyonya Mireya sendiri saat mereka mengisi kulkas.

"Ada satu hal lagi yang harus kau lakukan untuk ku?."

"Apa itu, Nyonya Mireya?." Tanya Gadis dengan begitu sopan.

"Jangan pernah biarkan wanita mana pun masuk ke dalam apartemen ini!. Apa lagi sampai masuk ke dalam kamar putra ku!. Kau harus ingat itu!. Jangan sampai itu terjadi!. Kau harus mengusir setiap wanita yang berusaha datang ke apartemen ini!. Jangan biarkan mereka mendekat area kamar putra ku!. Karena aku tidak ingin apartemen ini dijadikan tempat mesum oleh putra ku!." Ucap Nyonya Mireya sangat mewanti-wanti hal tersebut jangan sampai terjadi.

"Baik, Nyonya Mireya."

"Aku akan memberikan kemudahan kau untuk magang di perusahan kami, asal kan kau mau melakukan yang tadi aku katakan. Kau paham kan, Gadis?."

Gadis mengangguk dengan sopan. "Iya, Nyonya Mireya. Saya paham."

Tanpa terasa kini jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi belum ada tanda-tanda kedatangan putranya.

Nyonya Mireya segera menghubungi Tuan Patricio yang merupakan suami dari Nyonya Mireya.

Setelah Nyonya Mireya mematikan ponselnya, terdengar ada bunyi bel lalu Gadis membuka pintu.

"Surprise, Mama...."

Pelukan itu mendarat begitu saja pada tubuh Gadis yang membukakan pintu.

Deg

"Ma, dadanya kenapa bisa menjadi sebesar ini?. kenyal, dan sangat empuk sekali seperti Mama muda lagi?." Ucapnya sangat frontal sekali tanpa berniat melepas pelukannya. Justru malah semakin menempelkan payu dara itu pada dada bidangnya.

Sangat berbeda dengan Gadis yang sudah meronta, meminta untuk segera dilepaskan.

"Mama diam lah, kenapa berontak terus?."

Tuan Tuan Theodor tidak merasakan adanya perbedaan tinggi badan sang Mama dengan wanita yang dalam pelukannya. Sebab tingginya sama-sama sedada.

Gadis ingin sekali bicara, tapi mulutnya tertutup oleh dada bidang pria yang memeluknya dengan sangat erat sampai-sampai dia susah untuk bernafas.

"Theodor Oliver!. Lepaskan Gadis!." Teriak Nyonya Mireya dari arah dapur. Hingga Tuan Theodor harus melihat pundak wanita yang berada dalam pelukannya. Kemudian pada detik berikutnya Tuan Theodor mendorong kencang tubuh Gadis sampai Nyonya Mireya yang sigap menangkap tubuh Gadis.

Kini Tuan Theodor memasang wajah dingin dan datar pada orang yang baru ditemuinya.

Ya, seperti itu lah sosok Tuan Theodor. Pria yang masih betah melajang, dengan ketampanan yang nyaris sempurna, sekarang berusia 37 tahun, keturunan asli dari negara Spanyol. Arogan, dingin, jarang senyum, disiplin, pekerja keras, perfeksionis, tepat waktu, tidak suka ada kesalahan sedikit pun pada pekerjaannya. Namun Tuan Theodor juga memiliki sisi baik, dimana dia hanya akan bersikap hangat pada keluarga intinya saja, tidak termasuk pada saudara dari Ibu atau pun Ayahnya.

"Apa tidak salah Mama menempatkan wanita yang tidak good looking itu di apartemen ku?. Bisa-bisa aku akan sangat bosan sekali." Ucapnya begitu sinis menatap Gadis yang berpakaian serba kebesaran. Gadis yang baru dilihatnya, padahal gadis itu sudah lama bekerja pada keluarganya. Tapi dikarenakan dirinya lebih sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.

Pria dingin itu berucap tanpa ada urat malu sedikit pun. Dimana dia tadi memuji kelebihan yang dimiliki oleh Gadis, tapi sekarang dia malah mengatakan Gadis tidak cantik dan tidak menarik.

"Memangnya kau mau seharian tinggal di apartemen?. Memangnya kau tidak pergi ke kantor atau hanya sekedar mengunjungi Mama di rumah?."

"Baik lah Ma, tapi aku minta wanita itu jangan muncul di hadapan ku, nanti mood ku jadi sangat buruk." Ucapnya lagi mampu melukai hati Gadis, karena baru kali ini dia mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari majikannya. Ya, meskipun dia seorang ART.

Bab 2 Gadis Pemuas Tuan Theodor Oliver

Usai menyiapkan makan malam untuk Tuan Theodor, Gadis langsung masuk ke kamar karena tidak ingin menampakan wajahnya pada pria yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Sebelum pulang pun Nyonya Mireya memintanya untuk tidak menganggap serius ucapan putranya yang sangat menyakitkan. Namun tetap saja dia merasa kesal pada Tuannya.

Hari ini Gadis tidak pergi ke kampus, karena jadwal ke kampus setiap hari Jum'at dan Sabtu saja.

Jadi selama Tuan Theodor berada di dalam apartemen, Gadis tidak keluar sedikit pun dari kamar setelah menyiapkan semua keperluan Tuannya dan menyelesaikan semua pekerjaannya.

Tuan Theodor sendiri sepertinya sudah lupa jika di dalam apartemen itu ada orang lain yang tinggal di sana selain dirinya. Sehingga dia terlena dengan kebiasaan yang satu itu, hanya selalu mengenakan boxer saja jika sudah berada di dalam apartemen.

Seperti sore ini, kebiasaan yang sudah dituliskan oleh Nyonya Mireya adalah Tuan Theodor Oliver akan berada di dalam ruangan gym tidak pernah kurang dari dua jam. Jadi Gadis akan gunakan kesempatan waktu yang dimilikinya selama dua jam, untuk memasak hidangan makan malam.

Namun rupanya di sisa waktu kurang dari setengah jam, Tuan Theodor Oliver sudah keluar dari ruangan gym dan menuju ke dapur dimana Gadis sedang menghidangkan hasil masakannya di atas meja makan.

"Aaaaaaahhhhhhh......"

Gadis segera membuang muka sekaligus berbalik badan. Menghindari pemandangan yang mampu melemahkan syaraf-syarafnya. Dimana tubuh atletis Tuan Theodor Oliver terpampang dengan begitu jelas, tidak bisa menggambarkan dengan sempurna sosok Tuan Theodor. Tubuh atletis yang hanya ditutupi pada bagian intinya saja. Dan tubuh itu juga dipenuhi dengan bentuk tatto yang sangat indah. Ditumbuhi bulu yang tertata dengan sangat rapi hampir di seluruh tubuh atletisnya.

Disertai dengan keringat yang bercucuran sehingga mampu menambah kesan macho dan semakin seksi.

"Seharusnya kau bersyukur bisa melihat tubuh seksi ku dengan gratis, bukannya malah membuang muka seperti itu!." Tuan Theodor tidak terima dengan reaksi spontan yang ditunjukkan oleh Gadis. Semua orang ingin melihat dan merasakan tubuh kekarnya, gadis aneh ini malah menolak untuk melihatnya.

"Bahkan aku berani menjamin, tubuh kekasih kau saja pasti tidak sebagus tubuh ku ini, pasti tidak ada apa-apanya." Dengan segala kesombongannya Tuan Theodor meremehkan kekasih Gadis, meski Gadis belum memiliki kekasih saat ini. Namun hanya sebatas mengagumi seseorang di dalam hatinya saja.

Gadis tetap saja bergeming ditempatnya, tidak sedikit pun menimpali perkataan pedas dari Tuan Theodor Oliver. Dia segera pergi dari sana tanpa pamit atau pun menoleh lagi pada Tuannya.

"Cih!. Gadis yang sangat belagu, padahal posisinya hanya asisten rumah tangga saja di sini." Tuan Theodor menggerutu kesal atas sikap Gadis.

Usai mengistirahatkan tubuhnya selama dua hari di dalam apartemen tanpa bersenang-senang dengan lawan jenis, kini Tuan Theodor berangkat ke kantor setelah menghabiskan sarapan yang di buat oleh Gadis.

"Sarapan yang sangat lezat." Batinnya.

Gadis itu selalu bisa memuaskan rasa laparnya dengan makanan yang sangat enak-enak.

Tuan Theodor sudah sampai di lantai 48, lantai tertinggi untuk para petinggi perusahaan. Termasuk dirinya.

"Selamat pagi, Papa." Sapa Tuan Theodor pada Tuan Patricio.

"Selamat pagi, Theodor."

"Kita akan meeting dengan klien dari Spanyol dan Italia. Jadi Papa minta kau sudah mempersiapkan semuanya."

"Iya, Papa."

Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju tempat meeting, kali ini di sebuah restauran yang menjual makanan asal negara mereka, Spanyol.

Tuan Theodor mempresentasikan pekerjaan dengan sangat baik, detail dan menyeluruh hingga para klien begitu puas, dan tidak segan-segan mereka langsung menandatangi kontrak kerja sama untuk beberapa proyek besar yang ada di Jakarta, Italia dan Spanyol.

Meeting mereka pun berlanjut dengan makan siang bersama, banyak menu pilihan yang disuguhkan oleh restauran itu. Hingga mereka begitu puas dengan pencapain mereka hari ini, dari kontrak kerja bernilai milyaran sampai pulang meeting dengan keadaan perut yang terasa sudah sangat kenyang. Perjamuan yang sangat luar biasa.

"Mama meminta kau untuk pulang ke rumah, karena hari ini tidak ada lagi pekerjaan di kantor. Semuanya sudah di handle oleh Dominic." Tuan Patricio membuka pintu mobil untuk Tuan Theodor, supaya mereka bisa pulang ke rumah bersama-sama. Tuan Theodor pun tidak bisa menolak ajakan Tuan Patricio sekaligus permintaan dari Nyonya Mireya.

Hening selama dalam perjalanan, keduanya sibuk dengan jalan pikirannya sendiri. Sampai menemukan satu kata untuk anak perempuan Tuan Patricio yang merupakan adik dari Tuan Theodor Oliver.

"Ramona...." Ucap keduanya saling pandang.

"Papa masih mau menjodohkan Ramona dengan Yacob?."

"Sebenarnya Papa merasa kasihan pada Ramona. Tapi Papa juga tidak enak hati kalau sampai harus menolak perjodohan ini lagi. Kalau begitu apa sekarang kau mau menerima Carmen?." Tanya Tuan Patricio dengan wajah serius. Carmen merupakan kakak dari Yacob.

Tuan Theodor terdiam kala mendapatkan pertanyaan yang kembali keluar dari mulut Tuan Patricio. Setelah beberapa tahun tidak pernah ditanyakan lagi padanya.

"Papa tidak akan memaksa kalau kau tidak mau, tapi Papa harus memastikan Ramona untuk menerima perjodohan ini." Sambung Tuan Patricio karena melihat Tuan Theodor yang tidak memberikan jawaban.

Kini hening kembali di dalam mobil itu, hingga mobil itu sudah berhenti di depan sebuah bangunan besar, megah, mewah dan tentunya pasti akan sangat nyaman. Rumah dengan nuansa asal negara mereka.

Tuan Patricio dan Tuan Theodor langsung masuk dan menuju ruang makan karena terdengar keributan kecil di sana.

Ternyata ada Ramona yang juga baru pulang dari kampus. Dia begitu lahap menyantap makanan yang sudah di buat oleh pelayan di rumah mereka.

"Kalian sudah pulang!."

"Ma..."

Nyonya Mireya berdiri lalu mengecup bibir Tuan Patricio dan mencium pipi Tuan Theodor.

Tuan Patricio tidak langsung ikut bergabung dengan mereka karena dia mendapatkan telepon dari Tuan Dominic. Dia segera masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Wow....pasti sangat lezat sekali, Ramona!."

Tuan Theodor langsung mengambil makanan yang bernama Paella dengan toping udang yang besar-besar. Lalu makanan itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Tuan Theodor pun langsung menguyah secara perlahan untuk bisa menikmati makanan yang super lezat itu. Salah satu makanan khas asal negara mereka yang memiliki cita rasa tinggi.

Ramona menyodorkan Paella ke hadapan Tuan Theodor. Karena dia sudah merasa kenyang, tapi dia tetap ingin menguyah. Lalu pilihannya jatuh pada potongan buah semangka dan apel yang begitu manis saat masuk ke dalam mulutnya.

"Ma....Paella nya sungguh sangat lezat sekali!

Mama pakai chef dari mana?, aku juga mau memiliki chef yang bisa membuat makanan ini dengan sangat sempurna." Tanya Tuan Theodor sambil terus saja menguyah dengan tidak ada hentinya memuji kelezatan makanan tersebut.

"Kau sudah memilik chef nya, Theodor!."

"Siapa, Ma?. Tidak ada, aku belum memilikinya?. Memang Mama sudah menyiapkan chef untuk ku di apartemen?."

"Tuh!."

Nyonya Mireya menunjuk pada Gadis yang datang membawa Churros pesanan dirinya.

"Cih!. Si gadis belagu, mana bisa dia memasak makanan selezat ini.". Batinnya sambil menatap Gadis dengan sinis.

Bab 3 Gadis Pemuas Tuan Theodor Oliver

Seketika mulut itu bungkam setelah mengetahui siapa sosok pembuat makanan yang super lezat itu. Bahkan Tuan Theodor menyebutnya seorang chef. Mulut yang beberapa menit lalu yang terus saja memuji kelezatan Paella, kini kembali terdengar pedas di telinga Gadis yang menghidangkan Churros di depan Nyonya Mireya.

"Sebenarnya rasanya sangat biasa saja, Ma. Mungkin orang yang baru belajar juga bisa membuat makanan ini. Mungkin juga akan jauh lebih enak dan lebih baik lagi dari pada yang ini."

Dahi dari Nyonya Mireya dan Ramona berlipat-lipat, merasa heran dengan perkataan Tuan Theodor yang sangat tidak konsisten.

"Tadi Kakak..."

"Aku sudah selesai makannya, aku mau ke ruang kerja, Papa." Sela Tuan Theodor lalu bangkit berdiri dan segara meninggalkan ruang makan.

"Nanti malam kau pulang bersama Theodor. Jangan lupa bawa bahan makanan yang sudah aku siapkan."

"Baik, Nyonya Mireya."

Gadis kembali ke dapur dengan perasaan sedikit dongkol. Namun itu tidak berselang lama, karena Bibi Dolores membawakan dia makanan kesukaannya, pecel ayam.

Gadis segera mengambil nasi dan mereka langsung makan bersama yang lainnya juga.

Dari mereka, hampir semuanya membicarakan ketampanan yang nyaris sempurna yang dimiliki oleh Tuan Theodor Oliver. Yang menurutnya masih kalah jauh tampan dengan Tuan Dominic, adik dari Tuan Theodor. Tapi sayang, Tuan Dominic sudah memiliki tunangan yang sebentar lagi akan dinikahinya. Bukan tanpa alasan Gadis sangat mengangumi sosok Tuan Dominic Diaz Fidal.

Malam pun tiba, saat ini sudah pukul sembilan malam. Gadis sudah memasukkan semua bahan makanan yang sudah disiapkan oleh Nyonya Mireya, ke dalam bagasi mobil Tuan Theodor hingga selesai.

"Kau ajak Gadis pulang bersama!."

"What?."

"Kenapa?. Kalian kan tinggal di apartemen yang sama."

"Suruh naik taksi saja, Ma."

"Kau harus membawanya pulang!."

Perdebatan yang dimenangkan oleh Nyonya Mireya pun tidak lantas membuat Gadis senang. Karena penolakan yang sebelumnya.

"Aku bukan supir!." Ucapnya ketus dengan tangan menyilang di dada, kala Gadis membuka pintu bagian belakang. Kalau bukan di belakang, lalu dimana dia harus duduk. Tapi tadi katanya Tuan Theodor bukan supirnya, apa itu artinya dia harus duduk di depan. Tapi masa iya.

Gadis menutup pintu bagian belakang, lalu beralih membuka pintu depan. Namun Tuan Theodor mengingatkan status dan kedudukannya di rumah mereka.

"Kau itu hanya pembantu!."

Brak

Cukup kencang Gadis menutup pintu, lebih kearah membanting sih tepatnya. Membanting pintu hingga Nyonya Mireya dan Tuan Patricio keluar dan melihat mereka.

"Ada apa?." Tanya Tuan Patricio pada keduanya.

"Maaf Nyonya Mireya, Tuan Patricio. Lebih baik saya naik ojek saja. Karena saya bingung harus duduk dimana. Kalau saya duduk di belakang, Tuan Theodor bukan supir saya. Kalau saya duduk di depan, saya hanya pembantu di rumah ini. Jadi biar kita sama-sama enak, mohon izin saya memesan ojek online saja, Tuan Patricio." Dengan berani dan lantang Gadis mengatakannya. Tidak sudi juga dirinya harus satu mobil dengan orang yang begitu menyebalkan dan sangat sombong.

"Tidak, Gadis!. Kau duduk saja di depan. Dari sini ke apartemen kan dekat. Theodor tidak akan mempermasalahkan hal itu." Perintah Nyonya Mireya sambil membuka pintu mobil bagian depan untuk Gadis.

Tuan Theodor hanya mampu mengusap wajahnya kasar kala tidak bisa menolak keinginan dari sang Mama.

Mobil mewah milik Tuan Theodor mulai melaju kencang, meninggalkan kediaman Nyonya Mireya.

Bisa dipastikan, mobil pun melaju dengan sangat kencang. Supaya perjalanan singkat ini cepat selesai.

Benar saja, perjalanan yang di tempuh dengan kecepatan penuh mobil itu hanya kurang dari lima belas menit. Mobil sudah terparkir di basemen VVIP apartemen.

Gadis membawa semua barang itu dengan menggunakan kedua tangannya. Supaya dirinya tidak harus kerja dua kali, turun naik lift apartemen.

Sesampainya di dalam unit apartemen, Gadis sudah tidak menemukan Tuan Theodor yang sudah sampai terlebih dahulu. Gadis segara ke dapur dan memasukkan barang bawaannya ke dalam kulkas. Setelahnya dia juga masuk ke dalam kamar untuk mandi.

Tuan Theodor keluar dari kamar hanya dengan lilitan handuk sepinggang. Memamerkan tubuh atletis nan seksinya. Dia berjalan menuju dapur dan menatap sekilas pintu kamar yang ditempati oleh Gadis. Kemudian dia membuka kulkas lalu mengambil beberapa cemilan untuk menemaninya menonton film drama laga.

Sekitar pukul empat pagi, Gadis sudah bangun dan dia harus segera menyiapkan sarapan untuk Tuannya sebelum dirinya berangkat ke kampus.

Gadis tidak menyadari jika ada yang memantau kegiatannya di dapur. Dengan begitu cekatannya, Gadis mulai mengerjakan semuanya dan memang sepertinya dia cukup terlatih untuk membuat makanan negara Tuannya.

Namun tiba-tiba suara dering ponsel sedikit memperlambat kegiatannya dan Gadis segera menekan tombol spiker. Supaya Gadis tetap bisa sambil memasak.

"Iya, Galang. Ada apa?."

"Kau ke kampus hari ini 'kan?."

"Iya, aku pasti ke kampus."

"Aku jemput ya?."

"Tidak, Galang. Terima kasih. Aku naik ojek online seperti biasa. Kita bertemu di kampus saja kalau ada perlu."

"Memangnya kenapa kalau aku mau menjemput?."

"Iya tidak kenapa-kenapa, boleh-boleh saja. Tapi lebih enak saja kita bertemu di kampus. Maaf ya, Galang. Aku lagi membuat sarapan untuk Tuan Theodor, jadi kita akhiri percakapan ini."

"Baik lah, Gadis. Mungkin lain kali kita bisa berangkat bersama."

"Iya, Galang. Terima kasih."

Percakapan pun berakhir dan Gadis membiarkan Galang yang mematikan sambungan telepon. Sebab dia fokus pada masakan yang sebentar lagi matang.

"Cih!. Sok mau pamer pada ku. Aku mau lihat pria seperti apa yang bisa suka dangan gadis seperti kau itu?. Pasti bukan pria tampan, karena pria tampan seperti ku tidak mungkin suka pada gadis seperti itu." Batin Tuan Theodor yang mendengar percakapan Gadis dan Galang.

Cukup lama juga Tuan Theodor betah berada di sana, tapi Gadis tetap tidak menyadarinya, sampai Tuan Theodor pergi dari sana bersamaan dengan Gadis yang baru saja menyelesaikan masakan untuk sarapan Tuan Theodor.

Gadis sudah rapi saat keluar dalam kamar, dia sudah akan keluar dari apartemen Tuan Theodor. Tapi tiba-tiba saja terdengar Tuan Theodor memanggilnya.

"Hei...kau!." Gadis yang hendak membuka pintu terpaksa harus berputar dan menghadap lawan bicaranya, dimana itu adalah Tuannya.

Deg

Gadis menelan saliva nya dengan susah payah, kala disuguhkan pemandangan yang begitu indah dan sanggup melemaskan persendiannya.

Hanya mengenakan boxer saja, Tuan Theodor berjalan kearahnya lalu menyodorkan kemeja beserta dasi dan celana panjangnya.

"Sebelum pergi, terlebih dahulu kau harus memasangkan semua ini di tubuh ku!."

"Apa?." Ucap Gadis begitu kaget sampai dia harus mundur karena bersamaan dengan tubuh Tuan Theodor yang semakin dekat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!