Senin, Tanggal 5 bulan 8 Selva Nathania telah bebas dari penjara yang telah mengurungnya selama lebih dari dua tahun lamanya.
Entah kebetulan atau tidak, Nomor 058 juga menjadi nomor tahanan Selva yang harus merasakan dinginnya jeruji penjara karena telah mengakibatkan Galvin yang saat itu menjadi kekasihnya hampir kehilangan nyawanya.
Karena berperilaku baik dan usianya yang masih di bawah umur yakni 14th, Selva mendapatkan keringanan hukuman sebanyak enam bulan dari tuntutan sebelumnya.
Kini di usianya yang hampir menginjak 17th Selva dapat menghirup udara bebas. Meskipun ia harus bersiap menghadapi dunia yang akan memandangnya sebagai mantan narapidana. Namun Selva tidak takut menghadapi itu karena selama di penjara ia sudah cukup kuat untuk menghadapi pahitnya hidup.
Tujuan utama Selva setelah menghirup udara bebas adalah membalas orang yang telah memenjarakan dirinya meskipun dirinya sama sekali tidak bersalah atas kasus yang dituduhkan kepadanya. Namum kekuatan uang dari keluarga sang kekasih membuatnya terbukti melakukan kejahatan yang sama sekali tidak pernah ia lakukan.
Dari dalam penjara, Selva sudah memikirkan matang-matang rencana yang akan ia jalankan untuk membalas sang kekasih dan juga keluarganya. Untuk itu selama di dalam lapas Selva rajin mengikuti kegiatan dan keterampilan yang menghasilkan uang sehingga ia tidak perlu bingung setelah keluar dari penjara.
Kini uang itu sangat bermanfaat untuk dirinya terutama untuk menunjang penampilan sebelum menjalani rencananya.
Untuk itu Selva pergi ke klinik kecantikan dan melakukan serangkaian perawatan agar jauh terlihat lebih cantik dan segar.
Dari ujung rambut hingga ujung kaki tak ada yang Selva lewatkan. Selva benar-benar ingin mengubah penampilannya seratus delapan puluh derajat dari bocah polos tanpa polesan menjadi remaja cantik yang penuh pesona.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di klinik akhirnya Selva selesai dan merasa puas dengan hasil perawatan yang ia jalani. Kini tujuan berikutnya adalah mencari kost-kostan untuk ia tinggali selama misinya belum selesai. Hubungan dengan keluarganya yang tidak begitu baik akibat masa lalu kelamnya membuat Selva tidak berani pulang ke rumah orang tuanya.
Dengan menggunakan taksi online, Selva berkeliling hingga akhirnya menemukan kost-kostan yang cukup jauh dari rumah Galvin. Tapi untuk sementara Selva tidak mempermasalahkan itu, Karena ia ingin segera beristirahat dan memulihkan tenaganya.
Setelah mendapatkan kunci dari ibu kost, Selva langsung naik ke lantai tiga dimana kamarnya terletak di nomor 58, Ya lagi-lagi Selva mendapatkan nomor itu seolah nomor itu selalu berkaitan dengannya. Semula Selva tidak merasa ada keanehan di dalam kost-kostan tersebut, Hingga pada saat ia menaiki tangga ke tiga, Selva di kejutkan oleh sepasang kekasih yang menuruni anak tangga sembari berpeluk mesra.
"Bukankah di depan tertulis kost putri yah?" tanya Selva yang mengira kost-kostan itu hanya dikhususkan untuk perempuan.
"Hahaha... Hanya kamuflase." saut si pria yang kemudian kembali tertawa.
"Di sini bebas say, Kamu mau bawa cowok dua tiga juga bebas, Hahaha..." timpal si wanita.
Mendengar itu Selva terdiam mengingat kembali masa lalunya yang kelam. Namun mencari kost-kostan lain di tengah malam begini itu tidak mungkin. Akhirnya dengan terpaksa Selva pun memutuskan untuk tetap pergi ke kamarnya dan mengabaikan sepasang kekasih itu yang lengketnya seperti perangko.
Baru terlepas dari sepasang kekasih itu, Selva yang telah sampai kamarnya, Kembali di kejutkan oleh suara-suara jahanam dari sebelah kamarnya. Suara desa han, Jeritan hingga suara seperti orang bertepuk tangan dapat di dengar dengan jelas. Hal itu membuat Selva segera naik ke tempat tidur dan menutupi telinganya dengan bantal.
"Ini lebih tepat menjadi tempat prostitusi daripada menjadi kost putri." gumam Selva dalam hati.
"Bahkan ruang tahanan lebih terasa nyaman untuk tidur dibandingkan tempat tidur empuk tapi harus mendengar desa han jahanam sepanjang malam ku." keluhnya lagi.
•••
Pagi Hatinya Selva yang telah bersiap, Keluar dari kamar untuk memulai rencananya. Disaat bersamaan, Seorang pria yang tinggal tepat di depan kamarnya juga keluar. Membuat keduanya saling menatap satu sama lain untuk beberapa menit.
"Cantik banget." batin pria itu yang terpesona dengan kecantikan yang Selva miliki.
"Ibu kost benar-benar penipu, Jika kost-kostan ini di buat untuk kost-kostan campuran kenapa Ibu kost menulis di plang bertuliskan Kost khusus putri." batin Selva yang kembali merasa kesal.
"Ahh! Aku tidak peduli itu, Aku harus fokus kepada tujuan ku." batinnya lagi.
"Hai... Anak baru yah?" sapa pria itu dengan senyum dan langkah mendekati Selva.
"Perkenalkan, Saya Marvin, Siapa nama mu?"
"Panggil saja gadis lima lapan, Boleh lima boleh juga lapan." setelah menjawab asal-asalan, Selva pergi meninggalkan Marvin yang tertawa mendengar jawaban nyeleneh Selva.
Bersambung...
Selva meninggalkan kost-kostan dan mendatangi rumah Galvin untuk memata-matai setiap gerak-gerik keluarga mereka.
Untung saja ia tidak terlambat karena begitu sampai di rumah Galvin, Terlihat Galvin tengah bersiap meninggalkan rumahnya. Begitupun dengan Ganindra Arkananta Ayah Galvin yang berperan besar memasukkan dirinya ke penjara. Pria yang usianya belum genap 40th itu terlihat semakin bahagia seolah tak memiliki dosa masa lalu karena telah berbuat hal yang tidak adil pada gadis berusia 14th.
"Kebahagiaan kalian akan segera hilang Tuan Ganindra Arkananta!" ucap Selva yang bersembunyi dari jangkauan mereka.
Setelah melihat kedua mobil yang masing-masing di naiki Ayah dan Anak itu meninggalkan rumah, Selva pun keluar dari persembunyiannya dan memanggil Hilda yang tak lain istri dari Ganindra Arkananta.
"Permisi Nyonya..."
Hilda menatap Selva dengan seksama, Ia seakan tengah mengingat siapa gadis yang sedang berdiri di depannya. Hal itu membuat Selva merasa tegang karena takut Helda akan mengenalinya.
"Siapa yah, Kaya pernah lihat?" tanya Helda yang merasa pernah melihat Selva.
Melihat Helda yang tidak mengingatnya, Selva bernafas lega sembari mengusap dadanya.
"Oh iya lah pasti Nyonya pernah lihat saya, Namanya juga saya seles, Jadi tugas saya berkeliling mencari target."
"Target?"
"E-iya, Target untuk membeli produk yang saya bawa." ujar Selva sedikit terbata.
"Tidak-tidak!" Hilda langsung menolak ketika melihat Selva coba mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Saya tidak sembarang membeli produk apapun, Apalagi dari seles keliling seperti mu." setelah mengatakan itu Hilda langsung masuk ke rumahnya.
"Sesuai Rencana." batin Selva yang memang tidak membawa produk apapun. Ia hanya ingin mengetahui apakah Hilda masih mengenalnya atau tidak.
"Jika Nyonya Hilda tidak mengenalku, Mungkin juga Tuan Ganindra Arkananta juga tidak mengenal ku. Bagus, Sekarang tinggal rencana kedua." batin Selva yang kemudian meninggalkan rumah Galvin.
Selva kembali memesan taksi untuk menuju perusahaan Arkananta Group. Dengan berbekal ijasah SMA palsu, Selva berharap mendapatkan pekerjaan di perusahaan Ayah mantan kekasihnya itu. Seakan semesta merestui langkahnya lowongan pekerjaan pun terpampang jelas di depan perusahaan.
Dengan langkah penuh semangat, Selva melangkah masuk untuk mendaftarkan diri. Meskipun lowongan yang di butuhkan sebagai cleaning service itu tidak masalah karena yang terpenting ia bisa masuk ke perusahaan agar mempermudah rencananya.
Kini giliran Selva yang harus mengikuti interview setelah ia menunggu lebih dari satu jam.
"Silahkan duduk."
Selva mengangguk dan menjadi tegang saat melihat ijazahnya di periksa.
"Kamu beneran mau bekerja sebagai cleaning service di sini?"
Mendengar itu Selva dapat bernafas lega.
"Benar Pak." saut Selva penuh semangat.
"Gak sayang, Gak malu kamu cuma bekerja sebagai cleaning service, Nilai kamu tinggi-tinggi loh dan kamu juga sangat cantik."
"Untuk apa malu Pak, Asalkan itu halal apapun akan saya kerjakan."
"Perkenalkan, Nama saya Herlambang." pria berusia sekitar 30th itu mengulurkan tangannya pada Selva.
"Apa ini artinya..."
"Ya, Kamu di terima, Selamat bergabung di perusahaan Arkananta Group."
"Beneran di terima Pak, Gak ada interview lainnya."
"Tidak ada. Selamat..." Herlambang menjeda ucapannya melihat Nama yang tertera di ijazahnya.
"Selamat ya Five Eightiana?"
"Ya, Panggil saja Five."
"Oke Five, Nama yang unik."
"Terimakasih Pak, Terimakasih." Selva menjabat tangan Herlambang dan senyuman penuh arti. Begitupun dengan Herlambang yang membalas senyuman Selva sampai tak berkedip menatapnya.
"Jadi kapan saya bisa bekerja Pak?""
"Besok kamu sudah bisa bekerja."
"Benarkah?"
"Ya." Herlambang beranjak bangun dan melihst stok seragam yang perusahaan siapkan.
"Apa ukuran bajumu?"
"S Pak."
"Mungil sekali kamu." goda Herlambang yang kembali tersenyum dan memberikan seragam tersebut.
"Besok begitu sampai kantor, Kamu harus mengganti pakaian mu dengan seragam ini."
"Baik Pak." Selva pun mengambil seragam tersebut dan siap meninggalkan ruangan.
"Sampai jumpa besok," ucap Herlambang membuat Selva yang sudah membuka pintu, Kembali menoleh dan menganggukkan kepalanya.
Begitu meninggalkan ruang interview, Tanpa sengaja Selva menabrak Ganindra Arkananta yang tengah berjalan melewati ruangan tersebut.
Meskipun keduanya tidak sampai terjatuh. Namun Selva yang melihat jika dia adalah Ganindra langsung menundukkan kepalanya dan meminta maaf kepadanya.
"Maafkan saya Tuan, Maafkan saya." Selva berusaha menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya. Namun Ganindra justru mendekat dan berusaha melihat wajahnya.
Bersambung...
Selva terus menundukkan wajahnya ketika Ganindra Arkananta terus berusaha melihat wajahnya. Dengan mata terpejam Selva sedikit melangkah mundur untuk mengikis jarak diantara mereka.
"Angkat wajahmu!"
Selva yang mendengar perintah itu semakin gemetar dan berpikir riwayatnya akan segera tamat sebelum rencananya di mulai. Namun Selva berusaha keras untuk tidak memperlihatkan ketakutannya dengan mengangkat kepalanya. Bukan hanya itu, Selva juga menyibakkan rambutnya sehingga kini wajahnya dapat di lihat dengan jelas.
Ganindra terpaku menatap Selva hingga tak berkedip. Hal itu kembali menimbulkan pertanyaan di hati Selva apa yang membuat Ganindra menatapnya sampai begitu dalamnya.
"Sekali lagi saya minta maaf Pak,"
Ucapan Selva mengagetkan Ganindra yang langsung mengalihkan pandangannya.
"E-Apa kita pernah bertemu?" tanya Ganindra yang sedikit merasa pernah melihat Selva.
"Bertemu? E-mungkin orang yang pernah Tuan jumpai hanya mirip saja dengan ku, Kata orang kita memiliki 7 kembaran di dunia ini."
"Ya Saya pernah dengar itu." saut Ganindra sembari tersenyum menggelengkan kepalanya.
Selva pun dapat bernafas lega karena Ganindra tidak mengenalinya. Mereka memang hanya bertemu dua kali sebelum akhirnya Ganindra membuat Selva di penjara.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu Tuan."
"Oh ya silahkan."
Ganindra terus menatap punggung Selva dengan perasaan yang masih mengganjal di hatinya. Namun ia sama sekali tidak bisa mengenali Selva karena perubahannya yang cukup drastis.
"Selamat sore Tuan." sapa Herlambang yang keluar melihat Ganindra berdiri di depan ruangannya.
"Sore. E-siapa gadis yang baru saja keluar dari ruangan mu?"
Herlambang melihat-lihat ke ujung lorong namun tak melihat siapapun.
"Maksud Tuan Five Eightiana?"
"Five, Eight....."
"Tiana pak."
"Kenapa ada nama seperti itu di dunia ini."
Herlambang tersenyum mendengar apa yang Ganindra ucapkan.
"Mungkin dia anak ke lima dari delapan bersaudara Tuan." kelakar Herlambang.
"Banyak amat, Kamu ada-ada saja." Ganindra melangkah meninggalkan Herlambang namun ia kembali menoleh dan kembali menanyakan tentang Selva.
"Jadi kamu menerimanya bekerja di sini?"
"Benar Tuan."
"Sebagai?"
"Cleaning service Tuan."
Ganindra mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tempatkan dia khusus di ruangan ku." tegas Ganindra yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Herlambang.
"Tidak bisa ngeliat yang bening banget. Begitu ada cewek bening langsung di suruh kerja di ruangannya. Percuma saja Aku lolosin dia tanpa interview dan tanpa persyaratan yang lengkap. Eeh sih Bos main embat aja." gerutu Herlambang.
"Ngapain sih loe marah-marah sendiri?" tanya karyawan lain yang baru keluar dari ruangannya.
"Pengin tau aja loe!" saut Herlambang kesal.
•••
Setelah berhasil memastikan Helga dan Ganindra tidak mengenalinya. Kini Selva melanjutkan rencananya dengan mendatangi tempat tongkrongan yang biasa Galvin kunjungi.
Meskipun hubungan mereka telah berlalu hampir tiga tahun tanpa kata putus, Namun Selva yakin jika Galvin masih sering mengunjungi tempat itu. Dan benar saja, Ketika Selva sampai di sana, Galvin berada di sana bersama teman-temannya.
Selva melangkah menuju mereka namun tiba-tiba seorang wanita melangkah mendahuluinya dan menyapa Galvin dengan menci'um kedua pipinya.
"Hay Sayaaang... Maaf yah Aku telat," ucap wanita itu yang kemudian duduk di tengah-tengah orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Pemandangan itu cukup membuat hati Selva seperti tersengat listrik mengingat dirinya yang di penjara akibat perbuatannya. Tapi tanpa rasa berdosa Galvin telah memiliki kekasih lain.
Selva yang menyadari netranya hampir mengeluarkan air mata, Langsung menarik nafas dalam-dalam dan bersiap diri menghampiri Galvin tanpa mempedulikan kekasih maupun teman-temannya.
Dengan langkah penuh percaya diri, Kaki jenjang itu melangkah hingga menimbulkan bunyi sepatu yang menarik perhatian mereka.
Kini semua mata tertuju pada Selva tak terkecuali dengan Galvin yang menatap lekat Selva yang kian mendekatinya. Hal itu membuat sang kekasih kesal dan menepuk lengannya agar tidak lagi menatapnya. Namun Galvin hanya mengalihkan pandangannya sesaat sebelum akhirnya kembali menatap Selva seakan tengah memastikan apakah itu kekasihnya dulu atau bukan.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!