...VISUAL :...
♡♡Visual Nurzakina : Baik, cantik, pintar, penyayang, pengertian.
●●●●●●●
♡♡Ilham Taufik : Tampan, baik, penyayang, keras kepala, cuek kepara cewek-cewek yang mengejarnya.
●●●●●●●
♡♡Rismayani : Cerewet, sombong, royal kesahabatnya, gampang terpengaruh, iri, licik, tak setia kawan, dan suka cemburu.
●●●●●●●●
♡♡Pangeran Yeen Sin : Bermuka dua, kasar, cuek, seenaknya sendiri, pecinta wanita cantik, dan memiliki tujuan atau hasrat untuk mendapatkan harta-tahta-martabat.
●●●●●●
♡♡Rasya Hidayat : Baik, penyayang, cuek, pengertian, keras kepala. Dia seorang artis yang lumayan terkenal.
●●●●●●
♡♡Raden Rakha : Baik, gampang terpengaruh, murah senyum. Dia seorang artis terkenal di indonesia.
●●●●●●
♡♡Sultan Wijaya : Dingin, cuek, kasar, sayang pada kakek dan nenek. Awalnya suka bermain wanita, namun setelah bertemu dengan seorang wanita dari kota bunian, diapun jatuh cinta dan akhirnya berhenti mempermainkan wanita. Dia berasal dari kota saranjana.
●●●●●●
♡♡Kevin Atmaja : Baik, penyayang,dan mempunyai dendam pada Sultan Wijaya. Dia seorang pria dari kota bunian.
●●●●●●
♡♡Vira : Baik, periang, dan sahabat baik Nirza.
●●●●●●
◇TERLAMBAT KESEKOLAH◇
Pagi yang cerah, matahari mulai menampakkan cahayanya. Tampak seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Menarungi mimpi yang indah. Terdengar suara teriakan dari luar. Gadis tersebut hanya mengabaikannya.
"NURZA! BANGUN SUDAH PAGI, NANTI KAMU TELAT KE SEKOLAH!" Ucap Mama Urmi.
Tak ada jawaban, Mama Urmi masuk kekamar Nurza dan membangunkannya. Terlihat gadis tersebut masih tidur, mama Urmi pun menggoyangkan badan Nurza.
"NURZA, BANGUN INI SUDAH PAGI!!"Teriak Mama urmi sambil menggoyangkan tubuh Nurza.
"Hoaamm, sudah pagi ya?" Gumam Nurza sambil menutup telinganya dengan bantal.
"APA...SUDAH PAGI!" Teriak Nurza, "JAM BERAPA SEKARANG, MAH?"
Sambil menutup kuping Mama Urmi mengomel. "Ini sudah jam 07, makanya jangan main HP melulu sampai larut malam," Ucap Mama Urmi. " Mama sudah ingatkan kamu semalam, kamunya aja yang bandel." Nurza berlari menuju kamar mandi. Melihat Nurza lari, mama Urmi hanya menggelengkan kepalanya.
Setelah selesai mandi, Nurza pun bersiap-siap mengenakan seragamnya. Setelah itu nur keluar hendak berangkat kesekolah, tetapi Mama Urmi menghentikannya.
"Sarapan dulu nak, sebelum berangkat," Ucap Mama urmi yang sedang makan dimeja.
"Aku sarapannya dikantin aja mah," Ucap Nurza.
"NURZA DUDUK!" perintah Mama Urmi. Dia menatap tajam ke arah Nurza
"Hm...baiklah," Ucap Nurza segera duduk dan makan secara teruburu-buru. " uhk...uhk...air?" Ucap Nurza terbatuk.
"Nih, makanya kalau makan itu pelan-pelan, jadinya keselek kan," Ucap Mama Urmi sembari memberikan air ke Nurza. Nurza menghabiskan air tersebut dengan sekali tegukan.
Setelah sarapan Nurza pun terburu-buru bangkit dari kursi. "Ma, aku berangkat dulu ya...cup" Ucap Nurza sambil meraih tangan Mama Urmi dan mencium punggung tangannya.
Setiap Harinya Nurza berjalan menuju kesekolah. Jarak antara rumah kesekolah lumayan jauh. Saat ini Nurza setengah berlari menuju kesekolah. "Hosh...hosh (mengatur nafas), sebentar lagi sampai," Gumam Nurza. Setelah cukup lama akhirnya Nur tiba di depan gerbang sekolah. Para siswa sedang melaksanakan upacara bendera. Setelah upacara selesai, beberapa siswa yang terlambat di beri hukuman, sesuai dengan jumlah daftar yang sering datang terlambat dan yang jarang terlambat, hukumannya berbeda-beda. Para siswa maju satu persatu menuju ke Ketua Osis menyebutkan nama disertai tanda tangan yang di bubuhi di buku absen bagi siswa yang terlambat.
Kini giliran Nurza yang maju, "Nurza, kenapa kamu terlambat?" Tanya Ketua Osis heran, karena untuk pertama kalinya Nurza datang terlambat.
"Maaf Kak, saya telat bangun, karna semalam keasyikan membaca," Ucap Nurza
"Ooo, ya udah, tanda tangan disini, karna kamu baru pertama kali terlambat, maka hukuman kamu merapikan buku di perpustakaan," Ucap Ketua Osis.
Semua siswa yang terlambat melaksanakan hukuman mereka masing-masing. Mereka bergegas menuju ke tempat yang sudah di tentukan, begitu juga dengan Nurza. Setelah selesai merapikan buku, Nurza bergegas menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, dia merasa senang karna Ibu guru yang mengajar belum juga datang.
"Huh...untung aja belum ada guru, jadi aku aman. Kalau sampai ada guru pasti aku di hukum lagi," Gumam Nurza. Ruang kelas begitu ribut. "Astaga ribut banget, kayak pasar aja," lanjutnya.
"Hai Nurza," Ucap Vira dan Risma bersamaan.
"Kenapa kamu baru datang, aku sudah nungguin kamu dari tadi", Ucap Vira memeluk Nurza.
"Tumben kamu telat?, biasanya juga kamu datang lebih awal?" Tanya Risma penasaran.
"Semalam aku baca novel, hingga lupa waktu," Ucap Nurza. "Hoaam," sambil menguap dan menundukkan kepalanya diatas meja dengan tangan sebagai penopangnya.
"HAH!" Vira dan risma kaget karna nurza tidak pernah baca novel sebelumnya. Keduanya saling pandang. Kemudian beralih melihat Nurza.
"Nurza, kok malah tidur sih," Ucap Vira menepuk bahu Nurza.
"Apa sih, aku masih ngantuk nih," Ucap Nurza.
"Aku tidak pernah liat kamu baca novel, sebelumya. Kenapa sekarang kamu hobi baca Novel?" Tanya Vira sambil meletakkan tangannya di kening ( sedang berpikir).
"Sejak kapan kamu baca novel?" Tanya Risma.
"Semalam aku bosan gak ada kerjaan, jadi aku baca novel deh. Awalnya sih hanya iseng aja, tapi setelah aku baca ternyata seru romantis gitu. Aku jadi baper, kalian mau tau ngak judul novel yang aku baca?"Ucap Nurza.
"Enggak. Baca buku sejarah aja buat aku pusing tujuh keliling, apalagi baca novel", Ucap Risma malas.
Vira hanya tertawa melihat ekspresi Risma yang lucu menurutnya.
"Itu beda tauuu, bilang aja kalau kamu malas baca", Ucap Nurza.
"Iya udah kalau tidak mau juga ngak apa-apa," Ucap Nurza.
Bel pun berbunyi, menandakan jam pelajaran kedua sudah di mulai. Siswa kelas 11 IPA 2 mulai bersiap mengganti pakaian olahraga. Siswa cewek biasanya mengganti pakaianya di WC, ada juga yang dikelas.
"Nurza, yuk kita ganti bajunya di WC," Ajak Risma. "Vira, ayoo."
"Tidak, aku di kelas aja deh gantinya", Tolak Nurza.
"Sama aku juga di kelas", Ucap Vira.
"Kan banyak cowok di kelas, nanti kalian bisa telat," Ucap Risma.
"Ngak apa-apa, aku nungguin sampai mereka keluar. Lagi pula Pak Irfan kan baik, masih ngizinin siswa yang telat," Ucap Nurza. "Kalau kau mau ganti baju di WC, pergi aja."
"Ah, ngak jadi deh. Aku ganti bajunya di sini aja bareng kalian," Ucap Risma. "HEIII... KALIAN PARA COWOK JIKA SUDAH SELESAI LEBIH BAIK KELUAR SEKARANG JUGA!" Teriak Risma.
"BERISIK!" Ucap Rusman berjalan keluar kelas.
"Eh...kalau bicara itu ngak usah teriak-teriak gitu, kupingku bisa budeg nih", Ucap Iwan sambil menutup kuping.
"Kalau mau teriak, bukan disini tempatnya. Kehutan sana, kau bisa teriak sepuasnya," Ucap Fajar.
"Bahkan binatang buas di hutan, akan lari jika dengar suara kuntilanak," Ejek Elgi.
"KAU BILANG APA, HAH!" Ucap Risma sembari melemparkan buku yang ia liat kearah Elgi.
"HUUPP," Ucap Elgi reflex menangkap buku itu. Risma kembali melemparkan botol ke arah Elgi, Spontan Elgi langsung menghindar. Kebetulan tepatnya di belakang Elgi ada Iwan, jadinya Iwan yang kena sasaran botol itu. Iwan mengaduh kesakitan, sementara teman-temannya tertawa.
"Aduh...sakit banget kepalaku," Ucap Iwan meringis kesakitan. Risma berjalan ke arah Iwan.
"Aduh, ma...af ak..u ngak sengaja, sakit ya?" Ucap Risma.
"Ya, sakitlah," Ucap Iwan dengan mata berkaca-kaca.
"Siapa suruh kamu ada di belakang, jadi kena deh," Ucap Risma.
"kamu lebay banget bro, hahahahah. Baru kena botol aja langsung mewek," Ejek Elgi.
"Kalian bukannya bantuin bawa aku ke UKS, kalian malah tertawa, Dasar teman ngak ada akhlak," Kesal Iwan dengan bibir manyun.
"Dasar lebay, hahaha," Ucap Risma,Vira,Elgi ,Fajar secara bersamaan. Nurza hanya geleng-geleng kepala menyaksikan pertunjukan teman sekelasnya.
"Kal-", ucap iwan
Nurza menyela ucapan Iwan, "Sudah-sudah jangan ribut, Elgi lebih baik kamu bawa Iwan ke UKS dan kamu Fajar sebaiknya keluar dari sini. Kami para cewek mau ganti baju. Bisa-bisa kita semua terlambat kelapangan, kalau kalian ketawa terus," Ucap Nurza.
Perlahan satu persatu cowok mulai keluar kelas. Setelah para cowok keluar, kini tinggalah para cewek di kelas. Risma mengunci ruang kelas. Saat ganti baju Vira tidak sengaja melihat kaki Nurza yang hanya menggunakan celana pendek setelah melepaskan rok sekolahnya. Vira melihat keanehan di samping lutut Nur.
"Nurza, kaki kamu kenapa?" Tanya Vira perlahan mendekat untuk melihat lebih dekat lutut Nurza. "Kaki kamu pernah di jahit?" Vira masih mengamati lutut samping Nurza.
"Apa iya, coba aku liat," Ucap Risma penasaran, "Astaga...kaki kamu pernah di jahit, kapan itu?" lanjutnya. Risma dan Vira belum pernah melihat lutut Nurza sebelumnya, karena Nurza biasanya memakai celana panjang. Hari ini Nur tidak pakai celana panjang karena terlambat bangun jadi Nurza tidak sempat memilih celana.
Dengan cepat Nurza memakai celana olahraga, "A..ku, a..ku," Ucap Nurza ambil memalingkan muka agar Risma dan Vira tidak melihat matanya berkaca-kaca.
"Kenapa Nurza, coba kamu cerita ke kita," Ucap Vira sembari memegang kedua pipi Nurza.
"Nurza, kamu cerita aja, kami siap jadi pendengar yang baik," Ucap Risma sambil memegang pundak Nurza.
"Sebenarnya aku..." Ucapan Nurza terhenti. 'Apa aku cerita aja sama mereka, tapi....,' Batin Nurza.
"Sebenarnya aku...," Ucapan nur terhenti, "Apa aku cerita aja sama mereka, TAPI...," ucap Nurza dalam hati.
...FLASHBACK...
Pada saat itu Nurza masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Mama Urmi sedang asyik memasak makanan yang banyak, untuk para tamu yang akan datang siang ini. Saat memotong ikan, Mama urmi lupa menaruh sop yang sudah dimasak ke mangkok. Mama Urmi meminta bantuan Nurza ntuk mengambil mangkok keramik yang ada di lemari depan.
"Nurza, kemari sebentar!" Panggil Mama Urmi.
Nurza sedang asyik menonton tiba-tiba mendengar suara sang Mama. Dia pun berdiri dari kursi menuju ke dapur, "Iya Mah, ada apa?" Tanya Nurza.
"Tolong kamu ambil mangkok keramik yang ada di lemari!" Pintah Mama Urmi yang sedang memotong ikan.
Nurza erjalan ke ruang tengah untuk mengambil mangkok di lemari. Setelah menemukan mangkok, Nurza bergegas menuju dapur, namun saat Nurza hendak meletakkan mangkok...tiba-tiba saja mangkok itu terjatuh dan pecah, membuat Nurza dan Mama Urmi terkejut. Mama Urmi menatap tajam kearah Nurza.
"NURZA APA YANG KAMU LAKUKAN...KARENA KECOROBOHAN KAMU MANGKOK KERAMIK MAMA PECAH!" Teriak Mama Urmi sembari melemparkan benda yang ada di dekatnya ke arah Nurza. Posisi Mama Urmi saat itu sedang berjongkok membersihkan ikan.
Nurza berhasil mengindari benda-benda yang dilempar kearahnya, ia ketakutan melihat kemarahan mamanya. Kemarahan Mama Urmi masih meningkat, tanpa sengaja dilemparkanya pisau ke arah Nurza. Saat itu Nurza tidak sempat menghindar. Nurza hanya diam mematung dengan mata berkaca-kaca, mencoba menahan air matanya yang akan keluar. Nurza ingin mengucapkan kata ma'af, tetapi mulutnya terasa keluh, sulit untuk mengeluarkan sepata kata pun.
Kakak Novi yang sedang berjemur pakaian di luar, terkejut dengan suara Mama Urmi, kakak novi segera bergegas masuk ke rumah. Tiba di dapur Kakak Novi mencoba meredakan amarah Mama Urmi. "Mah, istighfar...," Ucap Kakak Novi memegang pundak Mama Urmi.
"KELUAR DARI SINI...CEPAT KELUAR!" Teriak Mama Urmi masih belum bisa mengendalikan emosinya.Tidak mau memperkeruh suasana Kakak Novi hanya diam, lalu memberi kode mata ke adiknya untuk keluar dari dapur. Nurza yang melihat kode dari kakaknya langsung mengerti, tanpa banyak bicara Nurza keluar dari dapur, merasa kakinya sakit, Nurza sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu. Tak lama kemudian, Kakak Novi menyusul ke ruang tamu menemui adiknya.
"Kamu tidak apa-apa, Dek?" Tanya Kakak Novi ikut duduk disebelah adiknya. Nurza menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia baik-baik saja sambil tersenyum menyembunyikan kesedihannya. Setelah melihat anggukan adiknya, Kaka Novi beranjak dari kursi, berjalan keluar rumah.
Sebelum sampai di pintu, Nurza bertanya ke kakak Novi. "Kakak...aku mau tanya sesuatu," Ucap Nurza.
Kakak Novi berjalan ke tempat adiknya duduk, "Boleh dek, apa yang mau kamu tanyakan?" ucapnya.
"Kakak coba liat lutut aku...ini apa namanya, kenapa di kaki aku ada yang bulat-bulat, kayak telur ikan?" Tanya Nurza menunjuk bagian kaki yang terluka.
Terkejut melihat luka di lutut Nurza, kakak Novi memanggil Mama Urmi, "Tenang ya, dek kakak panggil mama dulu. Mah...mama, adik terluka," Ucap kakak Novi berlari menuju dapur.
"APAAA!" Ucap Mama Urmi kaget, lalu berlari menuju ke ruang tamu, di ikuti Kakak Novi.
Mama Urmi langsung memeluk Nurza, "Nak, ma'afkan ma...ma..." Ucapnya menangis terseduh-seduh. Air mata yang berusaha Nur tahan akhirnya tumpah juga, melihat Mama Urmi yang penuh dengan penyesalan.
Melihat darah yang terus mengalir, Mama Urmi berlari ke dapur, mengambil kain untuk di ikatkan di luka sayatan Nurza. Mama Urmi tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf ke Nurza.
Melihat kain yang sudah berubah jadi merah , Mama Urmi meminta kakak Novi pergi ke halaman belakang untuk mengambil getah pohon kudo ( Getah pada batangnya dapat digunakan sebagai penawar racun misalnya ular atau gigitan serangga berbisa serta dapat digunakan untuk luka seperti luka sayat atau luka goresan. Manfaat lain, pucuknya bisa digunakan sebagai obat tetes pada mata saat belekan).
Kakak Novi berjalan menuju dapur, lalu mengambil pisau buat mengambil getah pohon kudo. Setelah itu, Kakak Novi berjalan ke halaman belakang rumah lalu menggambil getahnya. Setelah merasa sudah cukup, kakak Novi bergegas masuk ke rumah sambil membawa getah pohon kudo.
"Ini mah, getahnya," Ucap Novi sembari memberikan getah ke mamanya.
Mama Urmi mulai mamasukkan getah pohon kudo ke luka sayatan Nur secara perlahan. Nurza mengatupkan mulutnya kuat-kuat, berusaha untuk menahan rasa perih. Selesai memasukkan getanya, luka sayatan Nurza kembali di ikat dengan kain yang baru.
"Nak, tahan sebentar ya...nanti setelah dzhuhur kita ke puskesmas", Ucap Mama Urmi, Tarik nafas "Huhu..huuu...Nak...kamu jangan beritau papamu, soal lukamu. Nanti kalau papa kamu pulang biar Mama yang bilang kalau kamu demam. Kalau kamu nurut, nanti Mama beli sepatu baru untukmu. Gimana kamu mau?" Lanjutnya. Nurza menggakkukan kepala bertanda setuju.
Waktu terus berjalan, kini Papa Rudi telah berada di rumah sekedar makan siang. Saat melangkahkan kaki Papa Rudi melihat Nur yang sedang terbaring di kasur, lalu bertanya, "Kamu kenapa Nurza? Kamu sakit?" Sembari menyentuh kening Nur. " Tidak panas, lalu kenapa kamu baring?" Sambungnya.
"A..ku," Ucapan Nurza terhenti saat Mama Urmi angkat bicara.
"Itu...Nurza sakit kepala, katanya pusing", Ucap Mama Urmi. Karena takut jika Nurza melupakan janjinya untuk tidak memberitau luka,jadi Mama Urmi menyela ucapan Nurza. Papa Rudi mangguk-mangguk pertanda mengerti, Lalu berjalan ke arah dapur. Untung Mama Urmi sudah membersihkan pecahan kaca maupun darah yang ada dilantai.
Setelah makan siang Papa Rudi segera berangkat ke tempat kerjanya. Sebelum berangkat Papa Rudi bertanya, "Urmi, kamu sudah beri Nurza obat?"
"Dia sudah makan atau belum?" Sambungnya.
"Nurza sudah makan Mas, kalau obat...nanti aku beli dulu di apotek, soalnya tokoh terdekat belum juga buka," Ucap Mama Urmi. Papa Rudi mangguk-manggukkan kepala, lalu berjalan keluar.
"Aku pergi kerja dulu," Ucap Papa Rudi melambaikan tangan.
"Iya Pah," Ucap Kakak Novi, Nurza dan Mama Urmi bersamaan. Setelah Papa Rudi pergi. Mama Urmi berjalan ke arah Nurza, lalu memapahnya.
Kakak Novi pergi mencari Angkutan Umum, kebetulan ada Bentor, jadi kami berangkatnya Naik Bentor.
Sebelum berangkat Kakak Novi pergi ke rumah Tante Yani untuk mangambil adek Salsa yang sedang bermain dengan adik sepupu Nisa, atas perintah Mama Urmi karena takut nanti Adek Salsa mencari Mama.
Setelah semua siap, Mama Urmi memapah Nurza dengan di bantu Pak Jupri. Lalu Bentor pun jalan menysuri lorong. Tak lama lemudian lami sampai di depan puskesmas. Nur kembali di papah masuk ke ruangan Dokter Baya. Banyak orang yang ada di puskesmas, mereka bertanya ke Mama Urmi (kebetulan mereka kenal Mama Urmi), tentang bagaimana Nur terluka. Rasa penasaran mereka yang terlalu besar atau terlalu kepo. Bukan hanya mereka, bahkan dokter dan suster juga sama penasaran.
"Bu, kenapa anaknya? Kok bisa lututnya terluka gitu?" Tanya salah satu dari mereka.
"Iya bu, kenapa lututnya bisa luka gitu, jadi nyeri lihatnya," Ucap yang lainya.
"Apa yang terjadi pada anak Ibu?" Tanya Dokter Baya penasaran.
Dan masih banyak lagi yang bertanya, Mama Urmo hanya menjawab kalau itu sebuah kecelakaan. "Anak saya terjatuh di dapur karena kurang hati-hati. Ia jatuh tepat mengenai pisau dapur. Makanya lutut Anak saya luka begitu," Ucap Mama Urmi bohong.
"Oh...gitu, Dek lain kali hati-hati saat kamu berada di dapur," Ucap salah satu dari meraka sembari mentap Nur yang di periksa dokter. Yang lainnya hanya mangguk-manguk .
Dokter mulai...
...《BERSAMBUNG》...
Dokter mulai membuka ikatan kain di lutut Nurza lalu berkata, " Dek tahan sebentar ya, saya keluarkan dulu getah kudo, setelah ini kaki kamu akan saya jahit," Ucap Dokter Baya. Dengan perlahan Dokter Baya mengeluarkan getah kudo di lutut Nur. Setelah itu, lutut Nurza di beri obat cair antiseptik pada luka menganga di lutut Nurza. Dokter mulai menjahit luka sayatan Nurza.
Selama proses penjahitan sedang berlangsung, Nurza merasakan sakit yang luar biasa di lututnya, sampai-sampai Nur ingin menghentikan Dokter Baya.Dengan sabar Dokter Baya mencoba menenangkan Nurza dengan berkata, "Sebentar lagi dek, ini hampir selesai, tinggal beberapa jahitan."
Padahal Nurza sudah di beri obat tidur melalui lukanya. Mungkin obatnya tidak mampan di Nurza hingga membuat Nurza menangis meraung-raung disertai teriakan. Begitu berisiknya Nurza di ruangan tersebut, sampai ada yang menutup kuping, ada juga yang mencoba menenangkan Nurza agar tidak teriak. Mama Urmi juga menenangkan Nurza dengan mengigatkan janjinya agar Nurza diam dan tidak mengganggu pasien yang lain. Nurza pun diam sampai pada akhirnya proses penjahitan luka sayatan selesai. Setelah selesai Nurza,Mama,kakak dan adik segera bersiap pulang. Sebelum itu, Mama mengurus biaya penjahitan Nurza serta menebus resep dokter.
...----------------...
"Sebenarnya aku...", ucapan Nurza terhenti, 'Apa aku cerita aja sama mereka, TAPI...,' Batin Nurza.
"Plak," Vira memukul lengan Nurza yang sedang melamun.
"Auh, sakit tau," Ucap Nurza manyun.
"Kamu sih di tanya, malah melamun. Nanti kesambet setan baru tau rasa, puptsss," Ucap Vira menahan tawa sambil memegang perutnya.
"Bener tuh, nanti kamu kesambet nanti kami yang repot," Ucap Risma mengiyakan ucapan Vira.
"Huuh, kalian ini malah bicara yang tidak-tidak, mana ada setan yang berani padaku, hahaha. Seumur-umur aku gk pernah tuh dirasuki ama yang namanya setan, hahahahaha," Ucap Nurza tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahaha," Ucap tawa Risma dan Vira
"Sudah berhenti ketawa, kita ke lapangan sekarang, udah lama kita ngobrolnya," Ucap Nurza mengalihkan perhatian kedua temannya.
"Lah...kamu yang lama ngelamun, kita aja sudah nunggu cerita kamu dari tadi," Ucap Vira menatap Nurza.
"Nurza, ngak usah alihkan pembicaraan, kamu tinggal jawab aja, apa susahnya, sesulit itukah kamu cerita kekita," Ucap Risma
"Itu...aku terjatuh dari motor, jadinya lutut aku dijahit deh," Ucap Nurza berbohong. Nurza tidak ingin masalah keluarganya di ketahui orang lain, termasuk teman baiknya. Walaupun Nurza tau kalau teman-temannya pandai menyimpan rahasia, tetap aja Nurza tidak mau menggumbar masa lalu dirinya dengan keluarga.
"Lah...kenapa kamu bisa jatuh?" Tanya Vira belum bisa percaya dengan kata-kata Nurza.
"A..ku...saat itu ngantuk, tanpa sadar aku lepaskan tangan aku dari pelukan Tante Yani. Itulah yang membuatku jatuh karena ngantuk berat," Ucap Nurza berusaha tidak gugup, agar mereka percaya.
"Oooooo...gitu," Ucap Vira dan Risma bersamaan.
"Ayo, kita ke lapangan sekarang," Ajak Nurza. Vira dan Risma mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju lapangan. Terlihat semua teman sudah berkumpul. Ketiganya turut ikut bergabung ke barisan.
Siswa kelas 11 IPA 2 sedang melakukan pemanasan, berlari keliling lapangan sebanyak 10 kali putaran. Setelah pemanasan mereka lanjutkan dengan permainan Bola basket. Bel pun berbunyi, pertanda jam pelajaran telah usai. Mereka kini bubar, menuju ke kantin. Sesampainya dikantin, Nurza,Vira, dan Risma berpapasan dengan seseorang pria.
Pria itu menyapa Nurza, "Hai Nurza, apa kabar?" Tanya Ilham.
"Hai juga Oppa, aku baik-baik aja. Oppa tidak usah terlalu khawatir gitu," Ucap Risma Mendekkat ke arah Ilham. Bukannya Nurza yang menjawab malah Risma yang lebih dulu jawab.
Melihat itu Nurza hanya bersikap cuek dan pergi begitu saja tanpa menoleh.
"Haha...kasian amat di cuekin gitu," Ucap Vira mengejek Ilham. Lalu Vira pergi menyusul Nurza.
"Jangan dianggap ucapan Vira, Oppa. Dia emang gitu orangnya," Ucap Risma sambil menyentuh bahu Ilham.
"Jangan sentuh aku!" Ucap Ilham menepis tangan Risma, "Dan satu lagi, tidak usah sok akrab. Aku nggak suka sama kamu, jadi menjauhlah", sambungnya lalu meninggalkan Risma begitu saja sambil berjalan menuju kursi kantin.
"Ada apa, Bro?" Tanya Ari penasaran.
"Haha, palingan di cuekin lagi sama Nurza," Ucap Aqsal.
"Huuuuh," Ilham membuang napas kasar
"Sabar Bro jangan pantang menyerah, gini aja gimana kalau kamu coba deh kesana temui Nurza, terus kamu nyanyiin lagu yang nyertain perasaanmu, Bro. terus kalau sudah selesai kamu nyatakan perasaan kamu secara langsung," Usul Ari
Sedang Aqsal bangkit dari kursi kemudian mengambil sapu, "Nih bro MIC nya, silahkan nyanyi...putpppp..," berusaha menahan tawa.
"Hah! Kamu gila ya, sapu dibilang MIC. Kalau aku pakai sapu itu, yang ada image yang ku jaga selama ini, hancur. Dasar teman nggak ada akhlak," Kesal Ilham.
"Kayaknya seru jika kamu pakai sapu ini buat nyanyi. Kamu pakai aja, Bro. Tidak ada salahnya juga, lagi pula nggak ada MIC disini toh, anggap saja itu MIC," Ucap Ari menimpali.
"Lah bro, kenapa malah ngedukung dia sih, bukannya memberi solusi yang lain ini malah....," Kesal Ilham yang di potong Aqsal.
"Santai bro, jangan marah-marah gitu nanti cepat tua...hahaha," Ucap Aqsal tertawa.
"Nye...nye...nye, kamu tuh yang tua," Ucap Ilham kesal.
Saat ketiganya asyik mengobrol, di sisi lain tampaknya Nurza sedang mengobrol dengan Risma dan Vira.
"Nurza, kenapa kamu cuek gitu sama Ilham, padahal dia kan suka sama kamu. Liat aja tatapanya itu kayak berharap banget sama kamu," Ucap Vira.
"Iya aku tau, sebenarnya aku juga...," Ucap Nurza langsung di potong Risma.
"Vir, kalau Nurza tidak suka sama Ilham, seharusnya kamu jangan maksa dia suka," Ucap Risma kesal.
"Yeeee...bilang aja cemburu, nggak usah ngegas gitu kali. Biasa aja, atau jangan-jangan kamu...," Ucap Vira penuh selidik namun dipotong Risma.
"Aa...ku, tidak pernah maksa Nurza. Dia jauhi Ilham karna keinginanya sendiri," Ucap Risma gugup membuat Vira heran.
Melihat Risma gugup Nurza pun ikut bicara, "Ayo kita makan saja, tidak baik makan sambil bicara," Ucap Nurza.
"Tapi...," Ucap Vira.
"Iyya bener kata Nurza, kita makan saja dulu, nanti aja bicaranya," Ucap Risma.
Vira sudah tidak bicara lagi, mereka makan dengan tenang. Tiba-tiba ada seorang cowok yang menghampiri Nurza. Cowok yang mamakai kacamata itu menyapa Nurza.
"Hai Nurza, aku boleh nggak duduk disini?" Ucap Alif.
"Hmm, duduklah. Ak...," Ucapan Nurza dipotong Risma.
"Nggak boleh. Kamu mending pergi dari sini, ganggu nafsu makanku aja. Sana cepetan pergi, kenapa masih berdiri disitu," Usir Risma sembari menatap tajam Alif.
...《BERSAMBUNG》...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!