NovelToon NovelToon

Milky Way 2 : BE AN ANGEL

Prolog

...Cerita sebelumnya...

...Milky Way book 1 : VALLENA...

...https://noveltoon.mobi/id/share/2844711...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sebutkan di Milky way BOOK 1 : VALLENA bahwa Gin adalah pria dari langit. Dan beberapa benda asing yang dijatuhkan ke bumi saat terdengar suara suara aneh di langit adalah bagian yang akan di ceritakan di Milky way book 2 ini.

Sadonz adalah negara besar yang memiliki dan mendirikan negaranya di balik bulan. mereka sudah sejak lama berkembang. Bahkan sebelum penduduk bumi memulai peradaban, mereka sudah sering naik turun ke permukaan bumi untuk membantu manusia di bumi mengembangkan kehidupan. Mereka juga mengajarkan peradaban membangun dan bercocok tanam pada manusia purba.

Sadonz adalah negara yang sangat maju soal peradaban. Mereka bahkan bisa dengan mudah menguasai bumi jika mereka mau, tetapi saat ini mereka tampak tidak peduli dengan itu semua. Yang mereka inginkan adalah beberapa penemuan yang bisa membawa peradaban mereka lebih tinggi.

Saat ini, mata mereka bertuju pada sebuah negara misterius di dasar laut yang memiliki ikatan satu sejarah dan masa lalu dengan mereka. Negara yang disebutkan dalam sejarah milky way. Negara yang tenggelam dalam semalam saat munculnya sebuah mata di langit.

Sadonz memiliki koloni koloni khusus yang beroperasi di bumi. Bahkan mereka juga memiliki prajurit di bumi yang siap mereka gunakan kapapun tanpa menurunkan pasukan dari langit.

Para prajurit di bumi ini memiliki tugas khusus dibeberapa lokasi untuk mendidik dan menciptakan manusia istimewa yang nantinya akan diberi gelar Sadonz weapon. Sesuai namanya, mereka adalah ciptaan khusus yang di fungsikan sebagai senjata oleh Sadonz.

Beberapa ciptaan yang dianggap gagal, akan mereka musnahkan. Beberapa dari mereka yang dianggap gagal lebih memilih melarikan diri daripada dimusnahkan. Mereka yang berhasil melarikan diri dari Sadonz, memilih sembunyi dan hidup layaknya manusia pada umumnya.

Mereka yang hidup sembunyi sembunyi selayaknya manusia normal, sebagian besar tidak bisa melupakan kegiatan mereka saat berada di didikan kejam Sadonz. Alhasil, banyak dari mereka yang biasa dilatih untuk membunuh, masih melampiaskan nafsu membunuhnya kepada orang orang sekitarnya. Banyak dari mereka yang hidup selayaknya monster pembunuh. Tidak sedikit pula yang masih berpegang teguh tentang nilai nilai kemanusiaan dihati mereka.

Atas kebijakan didikan dan pelatihan yang di luar nilai kemanusiaan, sebagian wilayah Sadonz memisahkan diri dan menentang. Mereka yang menamakan pasukan revolusi ini perlahan lahan mulai menghilang karena keterbatasan pasukan dan teknologi yang mereka miliki. Pihak Sadonz tidak memberi pengampunan kepada mereka yang memberontak. Sisa sisa pasukan revolusi yang masih bersembunyi terus menerus melakukan peperangan secara gerilya. Mereka sering membebaskan para calon pasukan khusus yang Sadonz didik untuk direkrut sebagai tentara mereka.

Di buku ke dua ini, akan menitik beratkan kisah seorang anak perempuan yang baru sembuh dari penyakit kanker tulangnya di paksa untuk menjalani hidupnya sebagai penyusup dan menjalani pelatihan mematikan untuk menjadi Sadonz weapon.

 

 

...****************...

 

 

Tahun 2023

Seorang polisi yang juga anggota RIP tengah duduk di tepi danau memperhatikan kampung sampah yang terbakar. Nama polisi RIP ini adalah Aron. Usianya sekitar 40 tahun. Aron adalah agen khusus milik Sadonz. Tugas dia adalah mengambil dan membina para Sadonz weapon muda dalam misi pertama mereka.

Dalam diam nya, Aron mengambil sebuah kalung dari sakunya. Kalung dengan bercak darah yang mengering. Saat mata kalung tersebut dibuka, tampak sebuah fotonya saat bersama putrinya yang masih remaja.

Sebuah rasa penyesalan dan dendam yang begitu dalam dia rasakan kembali. Sebuah dendam abadi kepada salah seorang pemimpin sekte Milky Way yang telah merenggut nyawa putri yang dia sayangi. Darah yang mengering di kalung tersebut adalah darah putrinya yang sengaja tidak pernah dia bersihkan dengan tujuan untuk terus menenggelamkan dirinya dalam dendam dan kebencian tiada berujung.

Tidak beberapa lama Aron duduk dan menikmati rokoknya, suara misterius dari langit terdengar samar samar. Dia menatap langit yang menjatuhkan sebuah benda seperti meteor terbakar.

“jangan terlalu sering buang sampah sembarangan!” maki Aron ke arah langit

Benda asing dari langit tersebut terjatuh di sebuah lahan pertanian jauh dari pemukiman. Begitu kerasnya benturan ke tanah membuat tanah dan beberapa tanaman hancur berantakan.

Sebagai agen khusus milik Sadonz, Aron pun dengan patuh menjawab panggilan dari earphone di telinga kirinya. Dia mendengar perintah dari sistem komunikasi milik Sadonz untuk segera mengambil sesuatu yang mereka jatuhkan dengan segera.

 

...****************...

 

Salah seorang pria pemilik lahan yang sedang menikmati secangkir kopi dan merasakan sejuknya angin malam area persawahannya dikejutkan dengan suara gemuruh dan guncangan dan disertai suara benturan yang sangat keras. Pria tua itupun langsung mengambil dan menggenggam erat senapan berburunya dan mendatangi lokasi terjatuhnya benda aneh tersebut.

Sesaat kemudian, sang istri petani yang juga mendengarnya mulai terlihat cemas dan merangkul tangan suaminya dengan ketakutan.

“suara apa barusan?” tanya sang istri

“tetaplah di dalam rumah dan panggil polisi setempat”

Dengan perlahan pria petani itu meninggalkan rumahnya dan mendekati sebuah benda asing berupa kapsul berbahan metal di area persawahannya. Cahaya temaram di dalam kapsul dan kumpulan asap di sekitarnya membuat petani agak memicingkan matanya.

Begitu berada didekat kapsul aneh tersebut, pria petani tidak sengaja menyentuhnya. Panas yang di hasilkan karena gesekan dengan udara waktu terjatuh, membuat tangan pria petani sedikit melepuh.

Sakit yang dia rasakan sama sekali seperti tidak dia hiraukan. Justru dia lebih penasaran dengan apa yang ada di hadapannya ini. Sebuah benda asing seperti pesawat berbentuk lonjong dan agak bulat disertai dengan sirip sirip kecil dikedua sisinya.

Tatapannya yang menatap ke arah lubang kaca semakin membuat dia penasaran dengan isinya. Sebelum pria itu melihat lebih dekat, suara mobil polisi pun terdengar mendekat.

Tampak Aron datang mendekati benda asing tersebut dengan langkah yang agak malas. Mengetahui ada pria di samping kapsul tersebut, Aron langsung mengeluarkan pistol kecilnya.

“kebetulan sekali bapak datang, sesuatu terjatuh dan..”

Belum selesai pria petani berbicara, Aron langsung melubangi kepala pria malang itu dengan satu tembakan.

Dengan malas malasan, Aron mengambil tablet pc ukuran 6 inc dari tas kecilnya. Dia mencari info dan mendapati daftar baru yang menunjukkan data diri seorang perempuan berusia 24 tahun.

Dengan kode berupa suara dari tab pc Aron, kapsul pun langsung terbuka dengan otomatis mengeluarkan kepulan asap dingin bagai es.

Tampaklah tubuh perempuan berusia sekitar 24 tahun yang masih tertidur mengenakan baju dalam saja. Tidak banyak berpikir, Aron langsung mengambil dan membawa pergi beberapa peralatan yang tersedia di kapsul tersebut.

Setelah mobil Aron pergi, kapsul secara otomatis meledak hingga tidak meninggalkan jejak apapun selain bekas ledakan.

Sang istri petani yang masih menunggu di dalam rumah tampak linglung saat melihat ledakan hebat di depan rumahnya dari jendela. Wanita paruh baya itu pun langsung menjerit dan berteriak memanggil suaminya.

 

 

...Milky Way Book 2...

...BE AN ANGEL...

... ...

...Cerita dan ilustrasi original karya Lovely...

 

Mati Sekarang Atau Nanti

15 tahun lalu, Akhir tahun 2008,

Sebuah bukit kecil di pinggir kota. Berdiri sebuah bangunan besar. Pagar pagar besi lengkap dengan ratusan cctv terlihat mengelilingi bukit. Beberapa ratusan pelayan tampak tergesa gesa keluar bangunan utama dan memasuki puluhan mobil yang sudah siap di depan bangunan.

Tampak dua orang suami istri sedang mengurung diri di sebuah ruangan. Sang istri nampak melihat suaminya dengan tatapan benci dan penuh emosi. Sedangkan sang suami terlihat mengambil segelas minumannya dan melangkah ke arah jendela melihat semua pelayan di rumahnya pergi dengan terburu buru.

“Malla anakku, dia darah dagingku, kau dengan seenaknya menjadikan dia kelinci percobaan diam diam di belakangku!. Sekarang Sadonz menginginkannya, kau tahu betul apa yang akan mereka lakukan pada putriku akibat ulahmu”

“tidak ada pilihan lain, apa yang ku lakukan juga untuk keselamatannya. Kanker tulang yang dia derita sudah tidak mungkin sembuh jika aku tidak melakukan sesuatu”

Mendengar sang suami yang seperti tidak menyesali kesalahan, sang istri mengambil sebotol bir Nail Brewings di meja dan memukulkannya batang botol minuman mewah tersebut hingga pecah. Air berwarna kuning tersebut mengalir dengan deras dari botol ke lantai.

Sang istri menodongkan pecahan botol yang masih tersisa di genggamnya ke arah suaminya dengan mata berlinangan air kesedihan.

“kau tidak perlu repot membuang waktumu” ucap sang suami

“berapa waktu tersisa?” tanya sang istri

“jika berjalan dengan baik, pasukan revolusi akan menjemput Malla kurang dari 40 menit lagi”

 

...****************...

 

30 menit berlalu, rumah megah yang berdiri kokoh di puncak bukit tampak seperti kastil yang sudah tidak berpenghuni. Semua pelayan sudah evakuasi. Beberapa penjaga pun juga sebagian besar sudah tidak bertugas lagi.

Di sebuah ruangan di lantai atas, sang istri tampak tengah tiduran di samping tubuh putrinya yang bernama Malla, usianya sekitar 8 tahun. Tubuhnya kecil dan tampak terlihat lemah karena penyakit.

“ibu” panggil Malla pada ibunya yang berada di sampingnya

Dengan senyum yang di paksakan, sang ibu pun memeluk tubuh lemah putrinya.

“aku bisa merasakan dan menggerakkan jari jariku” ucap Malla tampak bahagia

“tentu, semua kerja keras ayahmu selama ini tidak mungkin sia sia”

“lalu, kenapa ibu menangis?”

“ibu menangis bahagia” jawab ibu Malla

Dalam hati malla tahu ibunya sedang tidak baik baik saja. Tetapi Malla berusaha mengikuti senyum palsu ibunya.

Tampak jari jari Mall yang berusaha meraih sebuah kalung di leher ibunya. Kalung yang selalu menarik perhatiannya selama ini.

“kenapa benda ini memiliki simbol yang aneh, bukankah banyak perhiasan yang jauh lebih baik untuk ibu pakai?”

Dengan senyuman, sang ibu Malla meraih kalungnya dan menunjukkannya pada putri manisnya.

“ini adalah symbol sebuah negara besar nantinya. Di negara inilah ayahmu berhasil mengobati kanker tulangmu”

“negara apa itu? Setahuku tidak ada negara dengan symbol seperti ini?”

“Sadonz, kau tidak akan menemukannya di manapun, karena mereka ada di atas sana”

Malla dengan bersusah payah menggerakkan lengan dan tubuhnya untuk bisa memeluk ibunya. Dengan bahagia, gadis mungil tersebut meletakkan kepalanya di dada ibunya.

“Malla putriku,.. apapun yang terjadi nanti, jika Sadonz maupun pihak revolusi memanfaatkanmu, tetaplah berusaha menjadi manusia berhati malaikat. Terbanglah kemanapun kau pergi, tetapi ingatlah bahwa kau adalah seorang manusia normal. Pasukan revolusi yang selalu menentang pemerintahan Sadonz, menurutku mereka juga serupa. Hanya mementingkan diri sendiri”

Malla mendengar pesan ibunya sambil memejamkan matanya, entah berapa menit dia tertidur sejenak, dia pun langsung terbangun saat mendengar suara beberapa  baling baling helikopter terdengar mendekati rumahnya. Tampak juga beberapa lampu menyorot masuk melalui kaca jendela ke dalam kamar Malla.

Malla pun berusaha memanggil dan menggoyangkan tubuh ibunya. Merasa ada yang aneh pada ibunya, Malla pun semakin mengguncang tubuh kaku ibunya dengan kencang. Bahkan teriakan kecilnya terdengar begitu memilukan berusaha memanggil ibunya.

Tubuh Malla tampak terdiam kaku saat melihat darah menggenang di lantai. Darah yang mengalir dari pergelangan tangan ibunya menjelaskan bahwa ibunya telah bunuh diri menggunakan pecahan botol.

Suara tangis dan teriakan Malla semakin histeris begitu menyadari kondisi ibunya. Di ruangan lain, tepat di mana ayah Malla masih berdiri di depan jendela tengan berusaha menguatkan dirinya saat mendengar putrinya berteriak histeris akan kematian ibunya.

“aku akan mewariskan semua hartaku untuk keluarga kalian jika kalian mati malam ini demi putriku” ucap ayah Malla kepada sisa sisa pelayan yang masih berdiri di ruangannya.

Beberapa dari merekapun menundukkan kepalanya dan memilih pergi daripada mengorbankan nyawanya. Hanya tersisa 6 orang yang masih bersiap diri untuk mengorbankan nyawanya.

Ayah Malla pun mengerahkan beberapa sisa pelayannya untuk membawa Malla pergi bersama para prajurit yang baru datang. Dengan muka sedihnya, pria berusia sekitar 40 an ini tampak menegak minumannya dan melempar gelasnya ke dinding. Dia melihat putinya tengah di paksa untuk dibawa menaiki helikopter.

“terbanglah putiku, apapun yang terjadi, kau harus bertahan hidup” ucap sang ayah Malla

Di dalam pesawat helikopter yang lepas landas, Malla menatap ayahnya yang tengah berdiri di balik jendela besar. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dan kenapa dia di paksa pergi meninggalkan rumahnya bersama beberapa pasukan lengkap dengan berbagai persenjataannya. Malla duduk terdiam dihimpit 8 pelayan di sekelilingnya. Mereka terlihat bersiaga penuh melindungi putri majikannya.

Di dalam pesawat, Malla tampak menggerakkan dan memainkan jari jari tangannya. Sesuatu yang seharusnya membuat dia dan keluarganya bahagia ini, entah kenapa sama sekali tidak membuat dirinya merasakan apapun.

Saat Malla mencoba berdiri dan menggerakkan kakinya untuk melangkah, salah seorang prajurit yang membawa senapan laras panjang pun memandangnya dengan agak sinis.

“mengorbankan banyak nyawa hanya untuk bocah kecil yang cacat. Pasukan revolusi tidak lebih busuk dari Sadonz itu sendiri” ucap prajurit di depan Malla

Di dalam salah satu pesawat, nampak seekor kunang kunang yang terbang dengan sangat cepat bahkan melebihi kecepatan pesawat itu sendiri. Dengan mudah dan tanpa kecurigaan, kunang kunang buatan itupun hinggap di salah satu bagian mesin kemudi pesawat.

Nampak seorang prajurit yang melihatnya mencoba mengamati lebih dekat hewan buatan tersebut. begitu diperhatikan dengan lebih dekat, cahaya di ekor kunang kunang mulai berubah dari kuning ke warna merah. Saat itu juga hewan buatan itu meledak bagai bom rakitan yang mampu menghancurkan sebuah pesawat dalam sekejap.

Puing puing ledakan menerjang pesawat lain di sekelilingnya. Pesawat yang ditumpangi Malla pun tidak lolos dari puing puing yang menerjang ke arah pengemudi. Para pelayan yang berada di sekitar Malla langsung berkumpul dan memeluk Malla dengan tujuan sebisa mungkin tubuh anak kecil ini tidak terluka sebisa mungkin.

 

 

...****************...

 

 

Malla tersadar dari pingsannya, dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Saat dia melihat sekelilingnya yang hanya ada mayat, rasa ketakutan pun tidak bisa dia tahan. Teriakan keras yang dia lontarkan hanya terdengar lirih. Tangannya berusaha meraih apapun untuk berpegangan agar dia bisa beranjak dan pergi meninggalkan puing puing pesawat dengan segera.

Merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan, Malla hanya bisa menangis dan pasrah. Perlahan lahan Malla mendengar suara tembakan kecil. Tidak beberapa lama, suara tembakan pun saling membalas. Beberapa peluru tampak menembus bagian puing puing di tempat Malla berada.

Sebagai anak orang terpandang dan memiliki pengaruh besar dilingkungan Sadonz, Malla adalah anak yang kesehariannya dia habiskan dikemewahan. Ini pertama kalinya dia mengalami hal yang membuatnya tidak kuasa menahan rasa ketakutan disepanjang hidupnya.

Suara beberapa tembakan pun mulai semakin memanas. Tempat reruntuhan sisa sisa pesawat yang membawa Malla tampak seperti medan pertempuran yang sengit. Beberapa orang prajurit revolusi yang menyusul dan berniat membawa Malla pun tampak seperti tikus yang di jebak tentara Sadonz untuk dibunuh di tempat.

Situasi berubah saat beberapa mobil dan puluhan motor datang memberi bantuan pasukan revolusi. Mereka dengan mudah membunuh puluhan prajurit Sadonz yang mengepung lokasi terjatuhnya pesawat.

Salah seorang pemuda bernama Alex berusia sekitar 20 tahun dengan segera mencari dan membongkar beberapa puing puing untuk mengeluarkan Malla.

“berapa waktu yang kau perlukan? Pasukan susulan Sadonz akan segera tiba kesini!” tanya seorang prajurit wanita

Tampak prajurit berkulit putih dan setinggi 165 cm itu mengawasi dan memeriksa tablet PC di tangannya. Rasa waspadanya berubah menjadi rasa ketakutan, saat melihat data diri mereka sebagai para pasukan revolusi telah di ketahui pihak Sadonz. Beberapa sejata milik Sadonz yang mereka pegang pun tampak tidak aktif dan mati saat mereka pegang.

Mereka yang masih selamatpun langsung berkumpul menyusun rencana cadangan. Sang wanita berkulit putih yang nampak seperti pemimpin kumpulan tersebut melihat senjata yang dipegang Alex masih menyala dan aktif. Hal yang menunjukkan bahwa hanya Alex yang identitasnya sebagai pasukan Revolusi masih belum di ketahui pihak Sadonz.

Alex yang berhasil mengeluarkan Malla langsung menggendong tubuh mungilnya menuju ke kumpulan sisa sisa pasukan revolusi. Alex yang merasa teman teman seperjuangannya tampak tertunduk lesu dan putus asa mulai menanyakankan apa yang terjadi hingga mereka nampak kehilangan semangat.

Semua anggota yang tersisa pun menunjukkan senjata di tangan mereka yang sudah tidak aktif lagi. Mengetahui bahwa mereka sudah ketahuan menyusup sebagai prajurit Sadonz, Alex pun nampak ikut khawatir. Dia merasa seperti lebih merasakan rasa ketakutan yang abadi terhadap Sadonz, karena Alex adalah sisa sisa pasukan khusus yang Sadonz ciptakan. Dalam perjalanannya, Alex memilih pihak revolusi karena dia ingin bebas dari kekangan Sadonz.

“hanya kau seorang yang masih memiliki identitas palsu sebagai prajurit Sadonz. Jalankan rencana B. Bawa anak itu ke camp pelatihan Sadonz Weapon” perintah pemimpin kepada Alex

“kau gila!, kau tahu aku adalah bagian dari camp itu sebelumnya! Tidak ada apapun yang bisa kita ambil dari situ. Hanya ada kematian yang sia sia untuk mereka para pesertanya!”

“ini rencana dari hasil musyawarah para petinggi pasukan revolusi dan ayah anak itu sendiri. Sejujurnya aku tidak peduli dengan keselamatannya. Karena kita semua sudah sepakat. Daripada gadis itu jatuh ke tangan Sadonz, lebih baik dia mati”

Alex yang nampak tidak bisa menerima keputusan pemimpin regunya, memalingkan wajahnya ke wajah Malla yang nampak masih ketakutan dan kebingungan dengan apa yang terjadi.

“apa yang Sadonz inginkan dari anak ini?” tanya Alex

“hasil kerja keras ayahnya yang selama ini tidak bisa Sadonz kembangkan sendiri. Pasukan revolusi menyebutnya dengan Project D. Aku tidak tahu persis rincian uji coba ini. Setahuku hanya uji coba menanam logam mistis dari dasar lautan ke tulang manusia. Sesuatu yang dirasa sangat bebahaya ini akan lebih mudah untuk menyembunyikan di dalam bagian Sadonz itu sendiri”

Alex yang merasa membawa gadis istimewa incaran Sadonz pun nampak seperti bertambah semangat. Dia yakin bahwa Sadonz tidak pernah main main soal hal hal baru yang mereka kejar. Dengan sebuah motor beroda 2 di bagian depannya, Alex membawa tubuh Malla yang masih lemas pergi menjauhi seluruh sisa sisa anggotanya.

Mereka yang masih duduk di tempat dengan lesu mulai mencairkan suasana dengan saling tersenyum. Beberapa dari mereka mengeluarkan botol minuman dibeberapa tas.

“untuk pasukan revolusi!!” teriak salah seorang dengan mengangkat sebotol minumannya tinggi tinggi.

Mereka tidak pergi dan memilih untuk mati ditangan Sadonz karena identitas mereka sudah di kantongi pihak Sadonz. Dan apa yang mereka lakukan juga memiliki tujuan agar Alex bisa dengan lebih leluasa bebas pergi karena saat ini pasukan Sadonz terfokus pada mereka yang sudah terkonfirmasi sebagai pihak pasukan revolusi yang selalu memerangi Sadonz secara diam diam.

Tidak beberapa lama, puluhan pesawat pasukan Sadonz tiba di tempat. Mereka tampak langsung mengarahkan seluruh persenjataan dan senapan mesin dari pesawat helikopter. Tidak ada ampun bagi siapapun yang berani menentang Sadonz. Sekalipun mereka negara tersembunyi, mereka dengan mudah mampu menguasai seluruh peradapan di muka bumi ini. Tapi mereka memilih diam diam tetap merahasiakan dan menutup diri.

Ratusan butir peluru di semburkan dari berbagai lokasi menuju kumpulan para pasukan revolusi. Alex yang memandangi dari kejauhan sedikit meledak emosinya. Dia sering sekali melihat semua teman teman dan anggota seperjuangan mati di hadapannya. Kehilangan adalah hal yang sangat dia benci.

Pandangan Alex beralih mengarah ke Malla yang terduduk bersandar pohon tidak jauh darinya. Dia melihat Malla masih duduk membisu. Suatu kondisi yang normal terjadi pada manusia yang baru mengalami tekanan mental setelah kecelakaan. Terlebih lagi Malla adalah anak dari orang kaya yang hanya menghabiskan hidupnya di ranjang setiap harinya.

Dengan perlahan Alex mendekatinya, Alex pun jongkok tepat di hadapan Malla. Dengan kasarnya dia mengguncang kepala Malla. Melihat tiada respons, Alex langsung menamparnya dengan keras hingga 3x. Seketika itu juga Malla berteriak histeris dengan mata yang terbuka lebar melihat sekelilingnya seperti baru tersadar dari mimpi buruknya.

“aku benar benar tidak memiliki banyak waktu untuk mengurusmu. Percayalah, aku tidak keberatan jika harus membuatmu mati sekarang juga”

Dengan tatapan ketakutan, Malla mulai menangis layaknya anak kecil. Dia merasa seluruh tubuhnya seperti mengalami cedera parah padahal hanya terlihat beberapa luka kecil yang tidak begitu berbahaya.

“pasukan revolusi dan ayahmu sudah sepakat untuk menaruhmu dalam pelatihan di bawah Sadonz diam diam jika kami tidak bisa menyembunyikanmu untuk sementara. Hanya saja, dalam pelatihan yang Sadonz kerjakan itu hanya ada aturan membunuh atau dibunuh. Sepertinya orang tuamu benar benar putus asa dengan nasibmu hingga mereka memilih opsi ini dan bunuh diri”

“aku tidak mau” jawab Malla

“kau tidak memiliki hak memutuskannya. Rencananya adalah kau ikuti perintah, atau mati daripada pihak Sadonz mendapatkanmu”

Alex pun mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke arah dahi Malla yang masih duduk tersandar pohon.

Matta Malla tampak menunjukkan betapa takutnya dia saat ini. Dia hanya berpikir, saat ini dia benar benar tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Semua kejadian begitu tiba tiba berubah memburuk padahal di kemarin hari dia masih tertawa bersama kedua orang tuannya.

“aku sangat membenci menunggu hal yang tidak pasti” ucap Alex sambil menarik lebih dalam pelatuk pistolnya.

Camp Kematian

Malla hanya bisa membisu dan berlinang air mata layaknya anak kecil biasa. Dia bahkan tidak mampu berkata kata saat Alex mengarahkan sebuah pistol kecil berwarna putih seperti warna tulang. Sekalipun Malla berusaha untuk meminta pertolongan, semua usahanya hanya berakhir dalam rasa ketakutannya.

Alex yang melihat anak gadis tak berdosa di hadapannya menangis tanpa suara terlihat seperti sudah terbiasa melihat anak kecil menangis ketakutan.

“aku baru merasakan bisa berjalan”

“mati dan  mengeluhlah pada ibumu”

“aku,.. akan melakukan apapun! Jangan bunuh aku” ucap Malla dengan tatapan penuh permohonan

Alex yang mendengar permintaan Malla pun mengeluarkan beberapa tabung cairan di dalam tas kecilnya. Dia memilih sebuah tabung berisi cairan merah seperti darah yang bertuliskan Malla di wadahnya.

Tanpa berkata apapun, Alex langsung menyuntikkan cairan aneh tersebut pada leher Malla. Malla yang berusaha memberontak ditarik rambutnya dan dirangkulkan lengan berotot Alex pada leher gadis malang itu.

“apa yang kau lakukan? Aku bilang, aku akan melakukan apapun!”

Alex tidak peduli dengan apapun yang di ucapkan Malla, dia dengan kejam menyuntikkan cairan aneh tersebut ke dalam darah Malla. Tampak tubuh Malla menggeliat kesakitan merasakan hall aneh yang terjadi pada seluruh anggota tubuhnya. Gadis kecil itu meronta dan berteriak kesakitan di tanah. Tampak kedua tangannya yang mencakar tanah di sekitarnya seperti sedang menunjukkan rasa kesakitannya dengan bahasa tubuh.

Begitu tubuh Malla mulai terdiam, Alex menarik dan memperhatikan guratan sidik jari Malla yang mulai bergerak dengan sendirinya.

“ini hanya serum penyusun ulang DNA. Lebih tepatnya merekayasa identitasmu. Untuk menyembunyikan siapa sebenarnya dirimu dari Sadonz”

Malla yang terkulai lemas merasakan otot ototnya di seluruh tubuhnya seperti kesemutan. Dia tidak menyangka bahwa dia akan mengalami hal seperti ini di hari pertama dia bisa berjalan.

Tanpa menunggu lama, Alex langsung menembakkan pistolnya ke arah rambut Malla. Percikan tanah dan batu kerikil tampak menerjang ke pipi dan dahi Malla.

“bangun, kita berangkat sekarang”

“kemana kau akan membawaku?”

“tempat pemakamanmu, neraka Sadonz”

“aku bilang akan lakukan apapun!”

“maka tetaplah bertahan hidup sekalipun kau harus membunuh!”

“apakah kau bodoh? Kau pikir bocah sepertiku bisa melakukan itu?”

Alex melihat tubuh gadis di depannya yang tampak kecil. Bahkan lebih kecil dari anak seusianya. Tubuh Malla tidak hanya kecil, tetapi juga tampak lemah dan terlihat sangat pucat seperti anak sekarat.

“tidak ada aturan tentang kondisi pesertanya. Siapapun yang tidak berusaha untuk tetap hidup, maka mati adalah pilihan”

Alex langsung menarik kain baju Malla dan mengangkatnya untuk dibawa pergi menggunakan motornya. Malla hanya terdiam pasrah seperti hewan buruan yang sudah kena tembak. Terdiam menunggu kematian yang sedari tadi Alex ucapkan. Tampaklah gadis kecil itu mengusap air mata di pipinya.

“dalam membunuh dan bertahan, yang paling utama adalah kecepatan. Baik itu kecepatan gerakan, berpikir dan ambil keputusan. Gunakan ketiga hal itu”

Alex tidak mendengar jawaban apapun dari Malla. Hanya terdengar suara ingus yang gadis kecil itu usap.

Motor Alex pun melaju melintasi hutan dengan sangat cepat. Roda 2 di bagian depannya terlihat sangat berguna sekali membuat motornya berbelok seperti mobil tetapi juga lincah seperti motor Trail.

 

 

...****************...

 

8 jam Alex dan Malla melaju di atas motor. Melewati berbagi kota dan menuju sebuah pegunungan di pinggiran pantai. Tampak sebuah papan peringatan “kawasan berbahaya” yang Alex lewati. Sekalipun Alex mengetahui bahwa jalan yang dia lalui saat ini sangat berbahaya dan banyak yang mati secara tiba tiba disini, dia seperti tidak perduli.

Tampak beberapa lalat buatan Sadonz mengikuti motor Alex. Kawanan hewan kecil buatan tersebut tampak memindahi seluruh tubuh Alex dari kejauhan dengan cahaya kebiruan dari mata mata kecilnya.

Setelah memindahi dan mencokkan dengan data base keanggotaan Sadonz, kumpulan lalat itu pun pergi menjauh.

Begitu sampai di sebuah gerbang besi yang dijaga puluhan prajurit, Alex tampak memarkirkan motornya di bawah pohon. Dia melihat Malla yang tampak lemah, mencoba membantunya untuk menuruni motor. Malla yang mengetahui ada sedikit perhatian yang Alex berikan, mencoba untuk mengabaikannya. Dia sadar bahwa dirinya saat ini adalah bocah tahanan. Yang harus siap melakukan apapun yang diperintah jika ingin tetap hidup.

Alex memberikan sebotol air mineral pada Malla, dengan penuh tenaga, Malla mencoba meraih air tersebut dari tangan Alex.

“kau siap?” tanya Alex

“siap mati. Aku mulai muak dengar kata kata itu darimu” balas Malla

“Alex! kapal akan segera berangkat!” teriak salah seorang prajurit dari kejauhan.

Alex dan Malla memasuki gerbang dan berjalan menyusuri sebuah lorong bangunan yang sangat panjang. Tampaklah ratusan prajurit seperti sedang bersiap dengan peralatan perang mereka. Di lengan mereka tampak terlihat sebuah simbol negara Sadonz.

“apakah kau beralih menjadi pengasuh?” tanya seorang prajurit yang berjalan di depan Alex

“aku menghabiskan seluruh hartaku untuk kemenangannya” jawab Alex

“kau bertaruh pada bocah perempuan yang bahkan seperti tidak cukup kuat untuk membawa sebotol minuman”

Beberapa prajuritpun nampak tertawa. Malla pun tampak menyadari bahwa dirinya jadi bahan hinaan karena terlihat lemah, bahkan untuk berjalan sambil membawa sebotol air mineral pun dia tampak kesusahan.

Perjalanan mereka sampai di sebuah ruangan yang sangat besar. Terlihat sebuah kapal kapal induk yang sangat besar sedang bersiap berlayar. Terlihat pula ratusan container di atas kapal. Puluhan prajurit tampak berjaga dibeberapa sudut luar kotak kargo.

Malla berjalan mengikuti Alex menaiki kapal induk. Mereka dibimbing salah seorang prajurit untuk menuju sebuah ruangan khusus. Ruangan yang terlihat seperti sebuah sel tahanan.

Alex dengan kasar menarik dan melempar Malla ke dalam ruangan. Tampak tubuh mungil Malla yang tersentak berusaha menahan benturan keras tubuh lemahnya ke arah dinding.

Alex pun mengikutinya masuk ruangan kecil tersebut dan menguncinya dari dalam.

“waktu kita sekitar 8 jam perjalanan” ucap Alex sambil melihat jam di tangannya.

Tanpa aba aba dan pemberitahuan, Alex langsung memukul perut malla dengan keras. Membuat Malla merasakan rasa sakit yang sangat tidak dia jelaskan lewat teriakan. Tubuhnya langsung berlutut menahan rasa sakitnya.

“apa yang harus aku lakukan?” tanya Malla pelan dan penuh permohonan.

“menghindari semua yang ku lakukan sebisamu. Jika kau tidak melakukannya, kau akan mati di dalam ruangan ini secepatnya”

Alex pun langsung menarik lengan kecil Malla dan melemparnya ke dinding. Membuat wajah gadis malang itu nampak merasakan siksaan yang selama ini belum pernah dia rasakan.

Berkali kali Alex melemparnya bagai mainan tidak berguna, berkali kali juga Malla berteriak kesakitan. Namun semua yang Alex dengar dari bibir kecil Malla sama sekali tidak menyurutkannya untuk terus memberi penderitaan pada Malla.

“kau seperti binatang. Begitu nikmatkah melakukan penyiksaan?” ucap Malla

Alex yang mendengar ucapan Malla pun sempat terdiam. Dia sadar bahwa dirinya seperti prajurit Sadonz yang selama ini dia benci. Namun, semua yang dilamunkan Alex tidak bertahan lama. Dia pun langsung mencengkeram leher Malla dan mengangkatnya tinggi tinggi hingga wajah mereka saling berhadapan.

“apa yang selama ini keluargamu berikan padamu? Kenikmatan hidup yang seperti di buku dongeng?. Bangunlah, dan lihat sendiri dengan kedua matamu seperti apa itu hidup yang sesungguhnya”

Alex pun melempar tubuh Malla ke pojok ruangan. Dia merasa bahwa usahanya akan sia sia melihat Malla yang seperti anak pada umumnya. Tidak bisa di taruh harapan dan terlalu polos untuk menghadapi apa yang akan terjadi nanti.

Begitu Alex hendak pergi, Malla memanggilnya dan berusaha berdiri dengan kedua kakinya yang gemetaran.

“apa yang kau maksud dengan hidup yang sesungguhnya?”

“lupakan, aku sudah tidak menaruh harapan apa apa lagi kepadamu. Cukup lakukan sesuai rencana saja. Mau kau mati pun aku sudah tidak peduli”

“jangan pergi! Aku tidak mau mati, bantu aku bertahan!. Lakukan lagi, aku akan berusaha menghindarinya!”

Saat itulah ada sedikit semangat juang yang terpancar dalam tatapan Malla. Dengan sedikit tenaga, Alex pun mulai melatih kecepatan gerakan Malla dengan berbagai peralatan kecil miliknya. Bahkan tidak segan segan Alex menggunakan sebuah pisau untuk menyerang Malla.

Malla yang merasa dalam bahaya, tanpa sengaja bisa dengan mudah menghindari setiap tikaman Alex. Berjam jam mereka di dalam ruangan kecil tersebut untuk terus berjuang melatih diri. Sekalipun Malla sudah terkapar dan kehabisan tenaga, Alex seperti menunjukkan bahwa saat seperti inilah kesempatan terbaik untuk membunuh.

“pertahankan stamina! Gunakan gerakan gerakan sederhana saat menghindar. Tubuhmu terlalu lemah untuk sekedar bertahan!? Kecepatan dalam gerakan saja tidak cukup untuk bertahan, pikirkan secepatnya apa yang harus kau lakukan kedepannya. Improvisasi!”

Dengan cepat pula Malla langsung menendang ************ Alex tanpa aba aba. Tampak Alex yang sebelumnya terlihat sangat berwibawa tersebut mulai meringis dan meringkuk menahan rasa sakitnya. Ini pertama kali dia merasakan hal ini semenjak dia dilahirkan dan dididik layaknya seekor hewan oleh Sadonz sebelum akhirnya pihak revolusi merekrutnya.

“pergilah keruangan sebelah, ada beberapa makanan yang sudah mereka siapkan untukku. Kau bisa memakannya. Hari ini cukup” ucap Alex sambil meringkuk menahan rasa sakitnya.

Setelah Malla pergi, Alex berusaha berdiri meski sakit di selangkangnya masih terasa amat ngilu. Pandangannya menjurus ke arah sebuah dinding. Meski cahaya lampu agak temaram, dengan jelas Alex melihat dinding tersebut seperti ada bekas penyok kecil seperti bekas pukulan palu yang sangat keras.

Merasa tidak yakin dan percaya apa yang dia lihat, Alex merabanya dengan tangan. Saat itulah dia menyadari sesuatu. Tempat di mana lekukan lekukan di dinding tersebut adalah tempat di mana Malla terbentur dengan keras.

Merasa heran, Alex pun mencoba menghantam dinding yang berlapiskan besi tersebut dengan tangannya. Tangannya yang menghantam dinding dengan keras sama sekali tidak bisa membuat bekas apapun di dinding. Lalu bagaimana mungkin Malla bisa melakukannya padahal tenaganya sangat lemah.

Di dalam ruangan makan, Alex terduduk dan membisu di hadapan Malla yang tengah menyantap makanannya. Seperti anak kecil pada umumnya, Malla terlihat kelaparan dan memakan semuanya dengan sangat rakus.

Alex terus terusan memikirkan apa yang sebenarnya anak ini miliki hingga Sadonz begitu menginginkannya.

“sebelum meninggal, apa yang orang tuamu ceritakan kepadamu? Apa kau mendengar sesuatu tentang hal hal aneh yang berhubungan denganmu?” tanya Alex

Malla sempat sedikit berpikir mendengar pertanyaan Alex, tapi dia memutuskan untuk terdiam dan terus makan. Karena makan adalah hobinya.

Alex mencoba memancingnya dengan kata project D yang sempat di ceritakan pemimpinya, namun dia urungkan karena mereka ada di dalam kapal Sadonz.

Setelah beberapa saat, terasa sebuah guncangan di kapal induk yang mereka tumpangi. Malla yang sempat terkejut mencoba memegang lengan Alex.

“abaikan, hanya beberapa serangan kecil dari pesawat pengintai penjaga perbatasan” jelas Alex

Di luar ruangan, tampak beberapa pesawat tempur sedang mengikuti dan memberi peringatan kepada kapal induk Sadonz.  Tanpa melakukan perlawanan, kapal Sadonz mengeluarkan beberapa cahaya hologram yang menyinari sekujur badan kapal. Cahaya kebiruan tersebut seperti membungkus dan memantulkan gambaran sekitar seolah-olah membuat kapal seperti bunglon yang menyamarkan diri dengan lautan sekitar.

Pesawat tempur pun tampak kebingungan melihat apa yang tengah terjadi. Mereka seperti baru pertama kali melihat kejadian yang sangat di luar nalar tersebut. dari radar pun tampak bahwa kapal Sadonz juga tidak bisa terdeteksi. Sebelum mereka sadar akan kebingungannya, beberapa kunang-kunang bom sedang menuju dan hinggap di badan pesawat.

Sekalipun bentuk kunang-kunang ini kecil, tapi benda ini adalah bom yang sengaja di desain mirip kunang-kunang oleh Sadonz. Mereka dibuat untuk mengejar dan meledakkan benda secepat apapun. Karena Sadonz sudah memahami dengan sangat jelas kemampuan teknologi manusia di bumi. Mereka dengan mudah menciptakan hal hal di luar kemampuan manusia di bumi.

 

 

...****************...

 

Setelah beberapa jam, kapal mereka berhenti ditengah tengah samudra. Tampak beberapa kapal mulai bermunculan dengan mematikan hologram penyamaran mereka. Berbagai kapal induk dari berbagai belahan dunia berkumpul di satu tempat. Mereka terlihat sama, mengangkut ratusan kotak kargo dan menunggu sesuatu.

Alex yang berdiri di atas kapal, menatap lurus ke hadapan. Malla yang di belakangnya pun merasa bingung dengan apa yang Alex lihat. Padahal hanya ada hamparan lautan luas sejauh mata memandang.

 

“badai matahari sudah aktif 13 jam lalu. Badai akan menghantam bumi dalam 20 detik. Persiapan untuk memasuki camp pelatihan. Semua prajurit dipersilahkan bersiap” ucap salah seorang operator menggema di sekujur badan Kapal

Setelah hitungan mundur 20 detik berlalu, badai matahari menghantam bumi sesuai dengan rencana mereka. Tampak aurora bergejolak di langit langit.

Begitu besarnya badai matahari yang Sadonz buat ini membuat bencana geomagnetik di mana semua alat komunikasi terganggu. Berbeda dengan semua peralatan yang Sadon miliki di dalam kapal mereka. Karena semua ini adalah rencana yang selalu mereka kerjakan tiap setahun sekali untuk mengumpulkan para peserta pelatihan.

Setelah semua satelit di muka bumi mulai mati, bergejolaklah semua air di bawah kapal kapal induk Sadonz. Semakin lama, guncangan semakin menjadi. Tampak beberapa bongkahan bangunan muncul dan keluar dari dalam air. Semakin lama, bangunan tersebut semakin meninggi.

Setelah beberapa menit berlalu, tampak seutuhnya sebuah dataran luas dengan berbagai bangunan canggih muncul ke permukaan air. Para prajurit Sadonz menamakan tempat ini adalah Camp pelatihan.

“camp? Aku tidak melihat perkemahan disini?” tanya Malla

Pertanyaan Malla pun di jawab dengan tertawaan oleh beberapa prajurit Sadonz

“dengar nak, bagimu ini seperti sebuah negara yang bisa keluar masuk laut. Tapi bagi kami, ini adalah tempat kemah kecil milik Sadonz” jawab seorang prajurit

Angin laut berhembus kencang mengibarkan rambut panjang Malla. Meski hanya sekedar melihat dari kejauhan, Malla merasa ada hal menakutkan di dalam sana. Tempat yang akan di tujunya tersebut menebarkan aroma darah yang menusuk hidung sensitifnya.

“mulai sekarang, nyawamu ada di tanganmu sendiri. Buang segala aturan tentang kemanusiaan yang kau pelajari dari hidupmu selama ini. Di dalam sana, semua itu tidak berarti. Bertahan hiduplah sampai waktunya tiba. Aku akan memberikan hak hidupmu” ucap Alex di samping Malla

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!